"Wahai, Manusia! Ada urusan apa kamu sampai repot-repot datang kemari?" tanya dari makhluk berbentuk hitam berbulu itu."Aku hanya ingin membebaskan mereka dari tawanan kalian, lepaskan mereka!" perintah Setya Adji seraya menunjuk semua para korban yang tampak menangis dan memelas.Rupa-rupanya mereka di tempat ini disiksa dan dipekerjakan secara kasar, mereka tetap disiksa meski pesugihan yang Herman lakukan sudah berakhir, bahkan Herman sendiri sudah mati di tangan sesembahannya sendiri."Tidak akan semudah itu, kamu harus mengalahkan kami lebih dulu." Makhluk hitam berbulu itu dengan jumawa menantang Setya."Kalau ini mau kalian, baiklah akan kuterima tantangan itu." Setya tersenyum dengan tenang.Tak lama angin bertiup kencang, dingin menusuk tulang, gumpalan asap hijau diiringi tawa membahana menandakan hadirnya pimpinan mereka."Buahaha, kurang ajar, beraninya kamu sampai mengusik tempatku tinggal wahai manusia! Apa masalahmu sebenarnya?!" Makhluk hijau itu menggeram marah."Uru
bulan telah berlalu, kehidupan rumah tangga Setya dan Raniah masih tampak baik-baik saja hingga saat ini. "Raniah, wajahmu tampak pucat, lebih baik kita periksa ke dokter sekarang." Setya sebenarnya akan berangkat ke kantor, tapi saat melihat istrinya yang sepertinya tidak baik-baik saja membuat Setya mengurungkan niatnya."Raniah tidak apa-apa kok, Kak. Ini hanya sedikit pusing saja," jawab Raniah dengan nada lemah."Tapi, Ran--""Mmph!" Raniah menutupi bibirnya dan bangkit dari berbaringnya, wanita itu berjalan cepat menuju kamar mandi dan Setya segera mengejarnya lalu berhenti di depan pintu."Sayang, kamu tidak apa-apa?!" seru Setya seraya mengetuk pintu kamar mandi.Raniah mengucurkan air dari keran saat ia selesai mengeluarkan isi perutnya yang hanya berisi cairan kuning dan terasa pahit di lidah, wanita itu tampak sangat lemah dan ia berusaha keluar dari kamar mandi, saat pintu ia buka Setya segera menangkap tubuhnya yang hampir ambruk."Raniah!" seru Setya panik saat Raniah ja
Setya menoleh pada DYL dan menghela napas lega, kali ini Setya masih selamat, tapi entah nanti, mungkin Galuh akan memiliki rencana lain selain hal yang demikian?"Gadis itu ingin mengguna-gunaimu, Setya. Kamu harus lebih berhati-hati lagi. Aku merasa ada rencana jahat untukmu dan Raniah dari Galuh."Usai DYL berkata, pintu ruangan ada yang mengetuk."Masuk!" sahut Setya.Pintu dibuka dan seorang office boy datang dengan membawa alat kebersihan di tangannya, disusul oleh Galuh yang kembali ikut ke dalam ruangan. "Ya tolong bersihkan meja saya," titah Setya pada OB tersebut."Baik, Pak." OB itu mengangguk dan segera membereskan kekacauan yang disebabkan oleh Galuh. "Apakah Bapak mau saya buatkan lagi minumnya?" tanya Galuh dengan panggilan formal karena di dalam ruangan itu ada karyawan lain.Setya menoleh ke arah Galuh. "Tidak, tidak usah. Mh, mau apa kamu datang ke ruanganku?" tanya Setya, seraya berjalan ke arah sofa dan mendudukkan dirinya di sana."Ini, Pak Hendra menyuruh saya me
Satu suap, dua suap, tiga suap dan seterusnya, Setya tersenyum saat buburnya sudah habis, kini dia menyodorkan air minum pada istrinya.Raniah menerimanya dan meminum airnya, lalu memberikan gelasnya kembali pada Setya.Mereka kemudian saling pandang, Setya merasakan perubahan ekspresi pada wajah istrinya. "Kenapa, Raniah?" tanya Setya sedikit khawatir.Raniah menggeleng, ekspresinya seperti sedang menahan sesuatu. "Mmh!" Raniah menutup bibirnya seperti ingin muntah."Raniah, kenapa?" tanya Setya seraya mengulurkan keduatangannya, tapi dengan cepat Raniah menggeleng.Waniita itu segera menuruni ranjang dan berlari ke dalam kamar mandi. "Raniah!" panggil Setya seraya mengetuk pintu."Hooek, hoeek!" Raniah mengeluarkan semua bubur yang tadi ia makan hingga tak bersisa, tubuhnya jadi lemas kembali karena mengeluarkan energi lebih untuk mengeluarkan semua isi perut hingga kembali kosong.Tangannya terulur dan membuka keran untuk membersihkan bekas muntahannya, segera ia membersihkan bibir
Keduanya menuruni anak tangga seraya bergandengan tangan, Raniah terlihat lebih baik saat ini. Keduanya berjalan menuju meja makan untuk melakukan makan malam.Danu Adji tersenyum menyambut keduanya datang. "Ayo, Raniah duduk, kamu mau makan buah?" tanya Danu penuh perhatian.Raniah dan Setya duduk di tempat mereka masing-masing, dan wanita itu mengangguk."Iya, Ayah. Raniah mau makan buah mangga yang manis dan dingin," sahut Raniah.Danu tersenyum dan menoleh pada Rum. "Bi, berikan apa yang Raniah mau," titah Danu pada pembantunya."Baik, Tuan Besar," sahut Rum.Wanita tua itu pun segera membuka pintu kulkas, mengambil mangga dan akan mengupasnya. "Bi, biar saya yang kupaskan," pinta Setya."Jangan, Den. Biar bibi saja yang kupas, Aden makan saja," tolak Rum sopan."Iya, Kakak makan saja, nanti buahnya biar bibi yang kupaskan." Raniah menggenggam punggung tangan suaminya."Tidak apa-apa, Raniah." Setya menggenggam balik tangan istrinya."Tapi, Kak--""Sayang, biarkan suamimu mengurus
Dokter selesai memeriksa kondisi kandungan Raniah, Setya dengan sigap membantu istrinya untuk turun dari ranjang dan menuntunnya untuk duduk di kursi.Mereka duduk di hadapan Dokter yang kini tersenyum pada keduanya. "Ibu dan janinnya sangat baik dan sehat, usianya sudah 6 Minggu, di 3 bulan pertama ibu hamil biasanya akan merasakan mual, muntah dan pusing.Ibu dan Bapak tidak usah khawatir karena ini normal, tapi tetap harus ada asupan gizi dan makanan juga minuman yang sehat, saya akan berikan vitamain, harus diminum setiap hari." Dokter menjelaskan.Setya pun mengangguk, lalu dia ingin bertanya sesuatu yang menurutnya penting harus ia ketahui. "Dok, saya mau tanya," ucapnya ragu."Iya, silakan. Bapak mau tanya apa? Jangan ragu-ragu," sahut dokter."Bagaimana untuk masalah hubungan ...." Setya menggantung ucapannya saat Raniah menyenggol lengannya."Apaan sih, Kak," bisik Raniah dengan hanya menggerakkan bibirnya tanpa suara, dan delikan matanya membuat Setya tidak jadi melanjutkan
Mobil warna hitam memasuki halaman rumah besar Danu Adji, tampak Raniah keluar dari mobil dan tersenyum. "Terima kasih ya Dok sudah repot-repot mengantarkan saya," ucap Raniah."Sama-sama, kalau begitu saya permisi dulu, sampai jumpa." Dokter tersebut melambaikan tangan.Raniah juga melambaikan tangan. "Hati-hati di jalan, Dok. Sampai jumpa."Dokter itu tersenyum ramah dan melajukan mobilnya kembali meninggalkan halaman rumah tersebut, Raniah berbalik badan dan memasuki rumah. Tampak rumah sangat sepi, dia tidak tahu di mana Danu Adji atau pembantu rumah mereka. "Sepi banget, mobil kak Setya juga tidak ada, sebenarnya kak Setya ke mana, apakah masih di rumah sakit?"Raniah benar-benar bingung atas menghilangnya Setya yang tiba-tiba. "Sudah pulang, Raniah?" suara Danu Adji yang tiba-tiba terdengar membuat Raniah terkejut."Ayah, bikin kaget saja," sahut Raniah seraya mengelus dadanya yang berdebar.Danu Adji melangkah lebih dekat pada Raniah yang tampak kaget dan bingung. "Kamu kenapa,
Inilah yang diinginkan Galuh dan Andre, ketika seseorang menyembunyikan satu kesalahan, maka orang tersebut akan berbohong, dan untuk menutupi kebohongan satu, maka dia akan membuat kebohongan lainnya.Kali ini, Setya yang seumur hidupnya tidak pernah bohong, kini pertamakalinya ia berbohong, dan itu sangat tidak nyaman baginya. Raniah yang sudah sangat percaya pada Setya pun percaya saja tanpa harus berpikir dua kali, dia kini hanya tersenyum. "Ya ampun, Kak. Tidak apa-apa sih kalau Kakak memang sangat sibuk, tapi setidaknya kasih tahu dulu, kan Raniah bisa pulang sendiri. Untung tadi ada dokter yang baik hati mau anterin Raniah pulang." Raniah memegang lengan suaminya seraya tersenyum.Setya semakin merasa bersalah pada istrinya, bisa-bisanya dia tertipu oleh permainan seseorang dan meninggalkan Raniah sendirian di rumah sakit. Setya pun tersenyum tipis dan menggenggam punggung tangan istrinya yang ada di lengannya. "Maafkan kakak yah, Ran. Kakak benar-benar lupa, maafkan kakak yah.
Raniah mengusap bawah matanya yang basah oleh air mata lalu menatap Galuh dengan tatapan tegar. "Jika aku sudah memberi keputusan berarti aku sudah siap dengan segala konsekwensinya. Kamu pikir aku tidak bisa untuk menolak tuduhanmu itu? Bisa saja kan kamu hanya memfitnah Kak Setya. Aku tahu siapa ibumu, tidak menutup kemungkinan kamu pun sama--""Raniah!" Galuh mengangkat tangan kanannya hendak menampar Raniah yang terlihat sama sekali tidak takut. "Jangan pernah kamu bawa-bawa nama ibuku, atau--""Atau apa? Apa yang mau kamu lakukan padaku, Galuh? Dengarkan aku, meski kamu menikah dengan Kak Setya, kamu tidak akan mendapatkan apa-apa." Raniah lalu melangkah masuk rumah dan meninggalkan Galuh begitu saja.Galuh tak menyangka kalau Raniah bisa mengeluarkan kata-kata ancaman seperti itu. "Kurang ajar kamu, Raniah. Kamu tidak tahu sedang berhadapan dengan siapa, kamu akan tahu akibatnya nanti," ucap Galuh dengan senyum jahatnya.***Raniah berjalan menuju anak tangga, dia juga tak meny
Bayangan-bayangan menjijikan di benaknya membuat Galuh semakin geram menatap wajah lelaki yang saat ini sedang pulas menikmati tidurnya. Dengan gerakan perlahan tangan wanita itu meraih bantal yang tidak ditiduri lantas ia letakan di atas wajah Andre.Dengan tekanan kuat membuat Andre yang tertidur tampak kaget ketika wajahnya ada benda yang menindih. Meski laki-laki itu berusaha berontak lantas memegangi kedua pergelangan tangan Galuh, wanita itu ternyata tak menyerah."Kamu harus mati, Ndre!" batin Galuh seraya terus menekan wajah Andre sekuat tenaga.Andre yang secara belum siap dengan serangan ini perlahan melemah, hingga tubuhnya tak bergerak lagi. Merasa kakak tirinya tidak memberontak, Galuh perlahan membuka bantal yang menutupi wajah Andre, dan benar saja Andre kini sudah tak sadarkan diri.Galuh mengecek nadi di leher dan juga napas lelaki itu, seketika ia tersenyum saat Andre benar-benar tak bernyawa lagi. "Akhirnya kamu mati juga, Ndre. Kamu terlalu menyusahkan aku, hingga
Keadaan tempat tidur yang berantakan, menyisakan seorang wanita yang tergolek lemah berbalut selimut. Galuh mencengkram sprei dengan perasaan marah, dia pikir Andre akan berhenti mengganggunya ketika dia sudah menikah dengan Setya. Namun, pada kenyataannya Kakak tirinya itu benar-benar iblis!"Aku tidak bisa membiarkan seperti ini terus, Andre tidak bisa bersikap seenaknya padaku seperti ini. Aku bukan budak nafsu bejadnya, aku menyesal karena terbujuk olehnya. Bagaimana kalau Kak Setya tahu dan semua anggota keluarga ini tahu hubunganku dengan Andre bagaimana?Aku yakin bayi dalam kandunganku ini juga anak Andre, jika skandal ini terbongkar akan jadi berbahaya untuk posisiku dan anak di rahimku ini, meski aku sejujurnya tidak peduli dengan bayi ini. Akan tetapi, bayi inilah yang akan membawaku agar tetap berada di posisi sebagai Nyonya Rumah ini.Aku tidak bisa tinggal diam, aku harus melakukan sesuatu untuk menghentikan si Brengsek Andre!" gumam Galuh dengan penuh kebencian dan den
Sekeras apa pun Setya menolak karena merasa tidak bersalah, laki-laki itu hanya dijebak. Tapi fitnah keji sudah terarah padanya dan tidak bisa Setya mengelaknya.Hari ini adalah hari pernikahannya dengan wanita yang tidak pernah dia harapkan."Apakah sudah siap, Nak Setya?" tanya sang penghulu pada Setya yang tampak hanya diam saja.Raniah justru terlihat tegar dibanding Setya yang tampak ingin menangis. Wanita itu duduk di samping Danu Adji, dan Andre sebagai keluarga satu-satunya Galuh kini siap menjadi walinya.Pernikahan digelar dengan sangat sederhana, hanya ada keluarga inti dan kedua saksi. "Nak Setya, apakah sudah siap?" Penghulu mengulang bertanya.Setya masih diam, sampai kapan pun dia tidak akan pernah siap. Danu Adji menepuk pundak putranya . "Setya, ayo, Nak. Jangan terlalu lama," ucap Danu Adji, berusaha menenangkan putranya."Tapi, Ayah--""Kak!" Raniah memanggil suaminya dengan lirih.Pandangan Setya begitu sendu memandang istrinya, tapi Raniah mengangguk memberi isyar
Acara 4 bulanannya bayi Raniah tengah berlangsung, suasana khidmat sangat terasa. Lantunan tahlil dan tahmid berkumandang serentak, ayat suci al-qur'an terdengar syahdu di telinga Raniah.Setya Adji membacakannya dengan penuh perasaan kasih, tanpa terasa tetes bening meluncur dari sudut mata Raniah yang merasakan haru sangat dalam."Setya Adji!" seruan dengan nada sarkas mengejutkan semua orang dan serentak menoleh ke arah ambang pintu yang terbuka lebar.Andre tampak menggenggam pergelangan tangan Galuh dan menatap Setya tajam. "Setya, kamu harus bertanggung jawab atas adikku, dia hamil!" Andre menunjuk ke arah Setya."Astagfirullahaladzim!" ucap Setya, Raniah, juga Danu Adji yang terkejut, tak luput juga orang-orang yang hadir dalam acara tersebut.Raniah berdiri seraya memegangi perutnya yang mulai membesar, segera Setya juga berdiri dan berada di samping istrinya yang tampak shock."Raniah," lirih Setya di samping istrinya seraya memegang kedua bahu Raniah untuk saling kuat dan me
Hari-hari berlalu, begitu cepat usia kandungan Raniah sudah jalan 4 bulan. Wanita itu menikmati masa-masa kehamilannya dengan bahagia.Setya terus memberi perhatian padanya, dan Galuh juga tidak lagi datang mengganggu kehidupan mereka. "Kak, coba sini." Raniah melambaikan tangan pada Setya yang baru saja keluar dari kamar mandi."Ada apa, Ran?" tanya Setya yang kini masih mengenakan handuk melilit piggangnya."Sini deh, tadi aku merasakan ada gerakan di sini." Raniah memegangi perutnya yang sedikit membuncit."Oya, coba kakak pegang." Setya segera berjalan mendekat, duduk di hadapan Raniah dan menempelkan telapak tangannya di permukaan perut sang Istri.Dengan sabar Setya menunggu gerakan kecil dari perut Raniah, hingga ia juga merasakannya. "Dia bergerak, Ran." Setya tampak sangat senang."Iya, Kak," sahut wanita itu girang."Kakak akan bicarakan dengan ayah untuk acara empat bulanannya kamu, Sayang." Setya kemudian berdiri dan melangkahkan kakinya menuju lemari baju.Laki-laki itu s
Di tengah perjalanan keduanya hanya saling diam, Andini bicara jika Aryo bertanya, itu pun Aryo hanya menanyakan arah jalan ke rumah Andini.Setelah sampai, Andini segera turun dari mobil Aryo. "Terima kasih banyak Mas sudah mengantarkan saya.""Sama-sama, aku pulang dulu," ucap Aryo."Iya, hati-hati di jalan, Mas."Aryo mengangguk dan menutup kaca mobil kemudian melajukannya kembali, Andini tersenyum melihat kepergiannya.***Hari-hari berlalu, setiap kali Aryo datang ke tempat hiburan mereka kembali bertemu, Aryo tampak biasa saja saat bertemu dengan Andini dan terkesan seperti tak acuh.Berbeda dengan Andini, perasaan polos wanita itu sangat terikat dengan Aryo, di hari itu dia begitu sangat terpesona dengan kebaikan hati Aryo.Andini telah jatuh cinta, tapi dia sadar diri dia ini siapa, dia juga tidak cantik-cantik banget, wanita itu hanya memendamnya selama berbulan-bulan, merasakan cemburu jika laki-laki itu bercumbu dengan wanita lain.Aryo sebenarnya ada ketertarikan pada Andi
Sejak hari itu Andini jadi sakit keras, Aryo tidak serta merta meninggalkan Andini begitu saja, dia memang sudah lepas dari pengaruh susuk Andini, Andini sendiri merasa heran kenapa Aryo tetap bertahan dan malah mengurusnya selama dia sakit.Tanpa Andini tahu bahwa Aryo memang sudah merasakan ketulusan wanita yang kini terbaring sakit, itu membuat Lina merasa sangat marah. "Mas, Mas Aryo kenapa sih tidak buang si Andini dia itu licik, dia memakai susuk untuk menjerat kamu, Mas. Dan ... dia juga merebut kamu dari aku, Mas."Andini yang mendengarnya pun hanya meneteskan air mata, dia memang salah dan dosa, tapi itu hanya ingin bisa mendapatkan cinta dari Aryo.Aryo menoleh ke arah istrinya yang tengah berbaring, entah usia Andini sampai kapan ia bertahan, Aryo hanya merasa iba padanya. Andini hanya seorang pelayan di sebuah tempat hiburan, wajahnya tidak begitu cantik dan dia sedikit pemalu. Aryo sering kali memperhatikannya, tapi tidak sama sekali ingin menyentuhnya.Karena Aryo menil
"Aku tidak rela melihat kamu yang hidup bahagia bersama mas Aryo, Din. Harusnya aku yang ada di posisimu sekarang, bukan kamu. Aku tidak percaya kalau mas Aryo benar-benar menyukaimu, aku yakin kamu pakai sesuatu di dalam tubuhmu itu."Seorang wanita seksi, berwajah cantik dengan make up lumayan tebal, wanita itu tengah memperhatikan Aryo dan Andini di teras rumah mewah mereka."Mas berangkat kerja dulu ya, Sayang." Aryo mengecup kening istrinya seraya memeluk pinggang wanita itu."Iya, Mas. Hati-hati di jalan yah, kerjanya yang semangat," sahut Andini dengan senyum manis yang ia miliki."Aku pasti susah konsentrasi kerja, Sayang. Karena akan terus memikirkan kamu di rumah, rasanya aku pengen cepet-cepet pulang ketemu kamu terus." Aryo tampak mendekatkan wjaahnya ke ceruk leher istrinya dan berbisik menggoda hingga Andini tampak malu dan tertawa kecil.Terlihat sangat romantis dan harmonis membuat wanita yang sejak tadi mengintai mereka itu tampak begitu sangat geram karena terbakar