Home / Thriller / SITUATION / Eps 1: Gadis Bunuh Diri II

Share

Eps 1: Gadis Bunuh Diri II

Author: LiEunSaVaLove
last update Last Updated: 2021-03-07 22:25:33

Aku harus merelakan uang jajan hanya untuk membantu hantu. Serius, aku masih belum bisa menerima, jika sekarang terlihat seperti pengasuh hantu.

"Ini rumah Bibi Rachel. Jika kamu ingin lihat tempat kejadian di mana aku tewas, kamu harus pergi ke taman belakang rumah."

Sebelum aku masuk, kutelan ludah sambil mengeratkan jaket. Sungguh, hawa dingin hantu berbeda dengan AC. Musim salju saja kalah.

Rasa ragu pun muncul. Apa bibi bernama Rachel ini akan menerima penjelasanku? Bagaimana jika dia menendang bokongku keluar dari rumahnya?

Aku menggeleng kepala dengan cepat. Dia pasti mengerti. Kuatkan keyakinanmu, Zoe.

Pintu di depanku terbuka. Munculah wanita dengan wajah yang sedikit keriput.

"Bibi Rachel?" Aku sudah siap, siap jika dia akan menendang bokongku keluar.

"Ya. Ada yang bisa saya bantu?" tanyanya dengan sopan.

Aku tidak tahu harus dengan kalimat apa untuk memulai. Gugup yang kuhadapi seketika hilang, ketika Karin berdiri di belakang Bibi Rachel.

"Lakukanlah dengan tenang."

Dengan tenang. Tarik napas, buang. "Jadi begini Bibi, saya memiliki informasi tentang Karin Ghotik yang tewas karen-"

"Ada informasi tentang keponakanku?" Bibi Rachel memotong kalimatku. Kedua tangannya menyentuh kedua lenganku dengan kencang.

"Maaf, aku sudah kehilangan kakakku dan sekarang keponakanku."

"Tidak apa. Saya mengerti keadaan anda."

"Kalau begitu, masuklah dulu." Itu yang kuharapkan dari tadi.

Aku duduk berhadapan dengan Bibi Rachel, sedangkan Karin duduk di sebelah bibinya. Wajah Karin sudah mulai bahagia.

"Jadi, ada informasi apa tentang keponakanku?"

Rasanya sedang di wawancarai. "Keponakan anda, Karin, mendatangi saya dan dia bilang ingin meminta maaf atas peristiwa yang terjadi."

"Tunggu, dia datang padamu? Kapan?" Bersiaplah Zoe, siapkan bokongmu.

"Dengarkan saya dulu. Pagi tadi, dia mendadak muncul dihadapan saya. Dia meminta bantuan untuk menyampaikan suatu hal. Pertama, dia ingin meminta maaf atas peristiwa yang terjadi. Dia melakukan itu, karena tekanan dan masa lalu-"

Belum selesai menjelaskan, Bibi Rachel sudah meneteskan air mata. Inilah yang tidak kusukai.

"Aku sudah berjanji pada ibunya. Menjaga anak tunggalnya. Setelah peristiwa itu terjadi, aku merasa gagal. Aku seperti sudah melanggar janji itu. Aku merasa ada yang aneh pada dirinya. Dia seperti menyembumyikan sesuatu. Seharusnya, aku bisa merasakan hal itu. Aku bahkan takut untuk tidur."

Air putih yang Bibi Rachel berikan, kuberikan kembali padanya.

Karin bergerak mendekat untuk membisikkan sesuatu.

"Bibi ... "

Bibi Rachel menoleh padaku.

" ... Aku menyesal telah melakukan hal bodoh yang seharusnya tidak kulakukan. Bibi benar, ada sesuatu yang kusembunyikan. Semuanya berada dibuku diariku." Aku menyampaikan semua bisikkan Karin.

"Buku diari?" tanya Bibi Rachel balik. "Aku tidak tahu di mana dia menyimpannya, tapi akan kucari."

"Akan kubantu." Aku mengikuti Bibi Rachel dari belakang.

Saat sampai di kamar, lagi-lagi aku mengeratkan jaket. Aura kamar ini lumayan buruk. Berbeda saat di ruang tamu.

Selagi Bibi Rachel mencari di meja belajar, aku mulai mencari di ranjang.

Mungkin saja Karin menyembunyikan buku diari di bawah bantal. Tidak, tidak ketemu. Di bawah selimut juga tidak, di kolong ranjang juga tidak ada, di bawah guling- Tunggu, ada sesuatu yang berbentuk di bawah sprei.

"Sepertinya aku menemukan sesuatu."

Bibi Rachel menoleh dan mulai membantu.

Buku diari Karin berwarna biru dengan gambar imut di sampul sekarang berada di tangan Bibi Rachel.

Aku menunggu Bibi Rachel selesai membaca.

Seorang pria datang dengan cepat masuk ke kamar Karin. "Rachel, kamu baik-baik saja?"

Sepertinya pria itu adalah suami Bibi Rachel.

"Aku seharusnya tahu, jika Karin masih memikirkan orang tuanya. Dia bahkan dijauhi dan diganggu oleh murid di sekolah. Karena tekanan, dia melompat dari-"

Pria itu memeluk Bibi Rachel supaya tenang.

Sepertinya, aku harus kembali ke ruang tamu. Pemadangan itu membuat iri.

"Ikut aku. Ada satu hal lagi yang harus kamu lakukan." Karin menyuruh untuk mengikuti. Semoga tidak disuruh untuk membersihkan lorong lagi.

Taman belakang. Karin bilang di taman inilah dia melakukan bunuh diri. Tapi, apa yang harus kulakukan?

"Saat aku melompat, cincinku lepas dari genggaman tangan. Maukah kamu mencarinya? Aku ingin memberikan cincin itu pada Bibi Rachel."

Baiklah. Tadi permintaan maaf, sekarang mencari cincin. Bukan tidak ingin membalas budi, tapi sekarang sudah menjelang malam. "Akan kucari."

Mulai dari pot bunga bahkan rumput kecil, aku mencari benda kecil yang kemungkinan akan sulit ditemukan.

"Apa yang sedang kamu cari?" Suara berat dari pria tadi mengejutkanku.

"Karin bilang dia kehilangan cincin di sekitar sini," jawabku jujur.

Aku kembali mencari. Dengan cepat, aku menemukan cincin berwarna emas di balik pot bunga besar. Saat berbalik, kulihat tempat kejadian dengan tepat lalu melihat ke lantai dua.

Aku mengerti kenapa Karin memilih untuk melompat. Kamarnya memiliki balkon dan ketinggian dari lantai satu ke lantai dua lumayan tinggi.

Aku menutup kedua mata untuk melihat bagaimana Karin tewas.

Karin menangis. Dia tidak bisa berpikir jernih. Yang dia inginkan hanyalah kembalinya orang tua. Karena sudah lelah dengan hidup, dia pergi ke balkon sambil melihat ke bawah. Seperti sedang mengukur seberapa tinggi lantai dua.

Dia pun mulai memanjati pagar balkon, melepas cincin lalu digenggam dan ... Semuanya hancur. Darah segar mengalir. Tak berapa lama Bibi Rachel muncul.

"Hey, nak!"

Teriakan pria itu menyadarkan pikiranku.

"Kamu baik-baik saja?" tanya Bibi Rachel mulai khawatir.

Aku juga melihat Karin yang menatap bingung.

Padahal tidak berlarian, tapi keringatku muncul. "Ini cincinnya. Karin menginginkan anda menyimpan ini." Setelah memberikan cincin, kutatap Karin sambil mengacungkan jempol.

"Ini cincin ibunya Karin, kakakku."

"Ibu memberikan cincinnya padaku."

Tatapan kedua orang dewasa itu bingung. Mungkin mereka mengira jika aku adalah Karin. "Tadi Karin berbisik."

"Apa Karin ada di sini?" tanya pria itu yang sampai sekarang belum kuketahui namanya.

"Paman Darrel, aku disini," ujar Karin yang sudah berdiri di antara Bibi Rachel dan Paman Darrel. "Apa kalian merelakanku pergi? Apa kalian sudah memaafkan kesalahanku?"

"Dia berada di tengah kalian. Dia juga bertanya apakah kalian memaafkan dan merelakannya pergi?" Aku menyampaikan pertanyaan Karin.

"Bibi bahkan belum bicara banyak denganmu, sayang. Kenapa begitu cepat ingin pergi?" tanya Bibi Rachel balik.

Karin bersiap pergi karena aku melihat ada cahaya menyilaukan. Sepertinya itu adalah gerbang menuju surga.

"Paman juga belum bisa membuatmu senang. Maafkan paman, jika ada kesalahan dan membuatmu tidak tenang." Giliran Paman Darrel yang meneteskan air mata.

"Paman tidak ada salah apa pun. Aku yang membuat kesalahan," balas Karin. Dia menatapku dengan senyuman manis. Wajah pucatnya berubah menjadi terlihat segar. "Kamu lihat cahaya silau itu?"

"Ya, aku lihat," jawabku mengikuti arah mata Karin. "Siapa dua orang dewasa itu? Orang tuamu?" tanyaku balik.

"Ya." Jawaban singkat keluar dari mulut Karin.

"Ibumu sangat cantik. Ayahmu juga tampan. Semoga kamu tenang di sana." Doaku menyertaimu, kawan.

"Kami memaafkanmu, sayang. Sampaikan maaf kami pada kedua orang tuamu, ya?" pinta Bibi Rachel pada Karin yang sudah mulai berjalan ke arah cahaya silau.

"Terima kasih, Bibi, Paman." Itulah kata terakhir yang Karin berikan. Cahaya silau itu pun menghilang begitu saja.

"Karin sudah tenang di sana."

"Terima kasih, Nak. Kami berutang budi padamu." Paman Darrel memberiku uang tebal.

"Tidak, Paman. Aku membantu karena tulus, bukan uang," tolakku sopan.

Aku keluar dari rumah itu dengan senyum lebar. Entah kenapa, aku merasa puas kali ini. Lebih cepat lebih baik.

Apa aku harus melakukan ini terus, ya?

Related chapters

  • SITUATION   Eps 2: Pemburu Gadis

    Rumah tua dengan warna yang sudah memudar berada di depanku. Banyak tumbuhan liar tumbuh di sekitar rumah tersebut. Rumah itu terbuat dari kayu yang mungkin sudah berumur ratusan tahun, tidak layak digunakan.Aku tidak tahu itu rumah siapa, tapi aku merasa ada aura jahat. Sangat jahat, sehingga hawa dingin terus menyelimuti."Tolong kami ... "Suara bisikan terdengar dari belakang, lantas aku menoleh dengan cepat. Tidak ada. Tidak ada siapa pun. Hanya aku, rumah tua dan juga pohon tinggi."Tolong kami ... Tolong kami ... Tolong kami ... "Suara itu terdengar tidak hanya satu. Semua ini mulai menakutkan. Aku pilih masuk ke rumah tua itu tanpa peduli. Aku ketakutan!Setelah masuk ke rumah tua, suara itu menghilang. Aku menghela napas lega. Hanya saja, ada sesuatu yang menjanggal.Darah. Kulihat bany

    Last Updated : 2021-03-08
  • SITUATION   Eps 2: Pemburu Gadis II

    Segar rasanya setelah mandi, sikat gigi, cuci wajah, dan sekarang waktunya tidur. Wajah pantulanku di cermin ternyata cantik juga. Halo, namaku Zoe Veronica. Lama-lama aku gila ketika tertawa sendiri.Tawaku seketika terhenti saat melihat uap di cermin. Aku sudah mematikan air panas dari tadi. Anehnya, uap di cermin itu menunjukkan sesuatu.'DS adalah Darwin South'Bagus. Jadi huruf yang kutulis di kertas tadi adalah inisial si pembunuh.Bagaimana uap itu bisa memberikku petunjuk, jika aku tidak merasakan hawa dingin? Lupakan itu, setidaknya sudah dapat tambahan informasi. Saat aku ingin membuka pintu kamar mandi, terdengar ada suara langkah kaki berat. Ibu? Tidak mungkin. Ibu tidak mengijinkan orang memakai sepatu di dalam rumah. Sepatu itu terdengar seperti sepatu boots.Rasa takut pun muncul, setelah tidak mendengar s

    Last Updated : 2021-03-08
  • SITUATION   Eps 2: Pemburu Gadis III

    Hari ini adalah hari libur. Hari ini juga waktunya untuk mengakhiri Darwin South. Dia tidak bisa dibiarkan terus menerus. Aku sangat yakin, kemarin malam dia memburu gadis lain.Berita penculikan muncul pagi ini. Bukan tentang empat gadis lagi. Gadis ini bernama Olivia Paw.Mengingat kapak berdarah itu membuatku semakin takut. Aku tidak bisa membayangkan apa yang terjadi pada Olivia."Maaf, aku terlambat. Adikku sangat menyebalkan." William datang sambil berlari. Napasnya tidak beraturan. "Siap?""Ya, siap." Sejujurnya aku tidak siap. Hati, mulut dan pikiran tidak bisa bekerja sama.William sepertinya terlihat ... tidak siap juga. Senyumnya sangat kaku. Kantung matanya juga terlihat hitam. Sepertinya, dia tidak tidur.Bau rumah Darwin tercium sangat amis. Rasanya aku ingin mual. "Tekan belnya," suruhku pada William.Dia mengikuti apa yang kusuruh.

    Last Updated : 2021-03-08
  • SITUATION   Eps 3: Bayangan Mantan

    Seorang wanita berlari dari pria yang mengejar. Wanita itu terus berlari, walaupun pria itu sudah meneriaki nama."Sofia! Kenapa kamu lakukan ini padaku? Kenapa kita harus putus?"Wanita itu dengan berani membalikkan tubuh. "Kita tidak bisa melanjutkan hubungan ini lagi. Kita sudah selesai.""Apa maksud dari selesai ini adalah pria difoto ini?" Pria yang sudah dijadikan mantan pun mengeluarkan foto pria lain. "Apa benar dia tunanganmu?"Jika aku menjadi wanita itu, aku akan pindah planet. Berani sekali dia menipu pria kaya itu. Kaya iya, tampan iya, gagah iya, romantis juga iya."Iya, dia tunanganku. Dan sebentar lagi kita akan menikah," balas wanita itu dengan senyum licik.Tidak ada yang beres dengan wanita itu. Pasti ada sesuatu yang dia rencanakan."Kamu membohongiku? Kenapa? Hanya ingin hartaku?"

    Last Updated : 2021-03-09
  • SITUATION   Eps 3: Bayangan Mantan II

    Aku membuka kedua mata dengan berat. Rasanya tidak ingin bangun, tapi sekolah harus tetap berlanjut.Tunggu, ini bukan kamarku. Aku di mana? Aku diculik? Aku melihat sekeliling kamar dan sungguh, ini bukan kamarku. Ini seperti kamar laki-laki.Terdapat foto di sana. Satu pria dan satu wanita. Aku baru sadar. Pria difoto ini adalah Nikki. Tampan, tapi mengingat dia pernah mencekik, membuatku tidak menyukainya.Biar kutebak, wanita ini pasti Anette. Tidak buruk juga. Pakaiannya sangat mewah dengan perhiasan serba berlian. Pasti dibelikan oleh Nikki."Kenapa begitu?"Eh? Suara orang? Kupikir hanya aku di sini. Kutaruh kembali foto itu dan keluar dari kamar.Aku bisa melihat ada tiga orang di bawah. Ya, aku di lantai dua. Salah satunya wanita dan aku yakin dia adalah Anette, lalu ada dua pria. Pasti salah satunya Nikki.

    Last Updated : 2021-03-09
  • SITUATION   Eps 3: Bayangan Mantan III

    Saat turun dari taksi, aku terpukau dengan rumah Anette. Sangat bagus, tapi sayang, aura jahat terasa sekali. Nikki memang meneror Anette tanpa belas kasih."Kamu tinggal sendiri?" tanya William sambil menunggu Anette yang sedang membuka pintu."Orang tuaku tahu apa yang terjadi. Mereka lebih memilih meninggalkanku," jawab Anette dengan nada sedih."Tentu saja, mereka pasti kecewa berat- Aw!"Sekali lagi, kusikut perut William. Tidak peduli dia meringis kesakitan. Dia tidak mengerti perasaan wanita sama sekali."Kalian tunggu di sini saja. Kalau mau minum atau makan, ambil saja di dapur. Aku ingin mengumpulkan semua barang Nikki," pesan Anette langsung meninggalkan kami berdua.Aku mengikuti William ke dapur untuk melihat seisi rumah, sedangkan William dengan santai mengambil makanan di kulkas."Menurutmu, apa Nikki akan memaafkan Anette semudah itu, walaupun Ane

    Last Updated : 2021-03-09
  • SITUATION   Eps 4: Kecerobohan

    Hari baru, wajah baru. Karena kesulitan tidur, wajah ini terlihat buruk. Mata seperti mata panda. Rasanya ingin kupecahkan kaca di depan."Zoe, kalau kamu nanti pulang sekolah, tapi rumah masih dikunci, kabari Ibu ya.""Hm? Memangnya Ibu mau ke mana?" tanyaku sambil menoleh pada ibu."Tante Grace mengajak Ibu ke rumah temannya yang baru saja menjadi pengantin baru. Keluarga Thompson. Mereka bingung bagaimana cara menaruh barang-barang yang nyaman dilihat. Nanti Ibu akan dijemput Tante Grace."Ugh ... Tante Grace yang menyebalkan. "Salam untuk Keluarga Thompson.""Kamu tidak ingin memberi salam pada Tante Grace?" tanya Ibu sambil memberiku bekal makan."Tante Grace tidak akan berubah. Aku berangkat dulu ya, Bu."Aku lupa memberi tahu, jika ibu mempunyai ahli, yaitu mendekorasi ruangan. Makanya, Tante Grace memanggil ibu. Semua dekorasi di rumah juga ibu yang mengu

    Last Updated : 2021-03-11
  • SITUATION   Eps 4: Kecerobohan II

    "Kakak?"Huh? Kakak? Aku menoleh ke belakang. Di sana ada anak perempuan dengan wajah pucat dan pakaian yang basah. Dia terlihat seperti berumur 6 tahun."Kakak sedang apa di sini?" tanyanya dengan wajah polos.Aku mendekatinya, lalu jongkok supaya tinggi kami sama."Dan siapa mereka semua?""Ada ibuku, tanteku dan kedua orang tuamu," jawabku dengan santai.Dia memiringkan kepala seperti orang bigung. Lucu sekali. Aku jadi menginginkan seorang adik."Orang tuaku? Orang tuaku sudah pergi dan mereka tidak kembali. Mereka bukan orang tuaku. Aku tidak kenal mereka."Lantas, aku langsung bingung. Jika Keluarga Thompson bukan orang tuanya, lalu anak ini siapa? Kenapa bisa ada di sini?"Namaku Isabelle Brooks. Aku sudah berada di sini sebelum mereka datang."Brooks? Entah kenapa, aku seperti pernah dengar marga itu. Aku te

    Last Updated : 2021-03-11

Latest chapter

  • SITUATION   Eps 27: Manusia Berjiwa Iblis III

    Kubuka pintu dengan kunci cadangan, lalu masuk perlahan. Tidak ingin membuat mereka, lebih tepatnya Elizabeth terkejut. Menyerang dari belakang itu bagus.Aku lihat semuanya. William tiduran di ranjang dengan telanjang dada. Sedangkan Elizabeth, dia sangat liar dengan ciuman yang dia berikan.Sudah saatnya aku menarik dan membantingnya ke lantai.Tapi, sebelum hal itu terjadi, dia menoleh dan langsung mencekikku. Padahal, sudah sangat perlahan tanpa suara."Oh, ada tamu tak diundang ternyata." Dia mendorong masih dengan cekikan ke dinding, bahkan sampai membuatku tak menapak. "Aku sudah tahu, jika kamu akan datang untuk menyelamatkan sang pacar."Lengannya kupukul berkali-kali untuk berusaha lolos, tapi sulit."Kamu tahu? Mudah sekali membuatnya terpancing. Lelaki memang lemah akan sentuhan perempuan. Ingat saat kita di kafe? Ya, dia terkejut karena aku menyentuh pahanya. Dan ba

  • SITUATION   Eps 27: Manusia Berjiwa Iblis II

    Aku tidak boleh menyerah. William tidak hanya pacar, tapi juga rekan. Ini tidak boleh terjadi. William pasti bisa menjaga janjinya, 'kan?Kudatangi rumah William dan bertemu dengan ibunya. "Halo tante, ada William?""Bukannya dia pergi menemuimu?" Ibu William saja terkejut mendengar pertanyaanku. Pasti William berbohong pada ibunya sendiri."Tidak. Dia bilang ingin pergi, tapi tidak bilang ke mana," jawabku jujur.Ibu William menghela napas. "Anak itu ... beraninya berbohong. Kutendang nanti bokongnya. Masuk dulu, yuk. Kasihan calon menantuku datang sendiri," ajaknya ke ruang tamu."Tante, apa ... William bertingkah aneh dari kemarin?" Aku tidak punya waktu untuk basa-basi. Aku datang hanya memastikan bahwa William berubah atau tidak. Ya ... aku ini pacarnya, pasti berhak tahu.Ibu William datang membawa air putih dengan wajah bingung. "Dia baik-baik saja kemarin. Ada apa? Kalia

  • SITUATION   Eps 27: Manusia Berjiwa Iblis

    Sudah lima hari kami berkabung. Tidak baik selalu berada pada kesedihan. Vinny kembali sekolah dan ibu sudah mulai bekerja lagi.Dan aku, memutuskan untuk jalan-jalan tanpa William. Dia harus menjaga Wildan sementara.Kesedihanku berubah menjadi khawatir. Ada teman dari grup kelas mengatakan bahwa ada kanibal. Sulit untuk percaya, tapi hal itu memang ada.Katanya, ditemukan pria tewas dengan tubuh yang telah tercabik, seakan telah dimakan hewan buas. Korban ditemukan di sebuah gang kecil yang gelap. Apa ada hewan buas yang lepas?Yang aku bingungkan adalah, bekas cabikan bukanlah dari hewan buas, tapi juga bukan dari manusia. Lalu, di mana kanibalnya?Ada saksi yang tidak sengaja melihat manusia sedang memakan manusia.Biar kusimpulkan. Ada saksi yang melihat manusia memakan manusia yang tidak memiliki gigi manusia, dan juga kuku yang seperti hewan buas. Hey, itu bisa saja terja

  • SITUATION   Eps 26: Kado Terburuk II

    Esok hari, aku dan William sudah berada di kantor polisi, berdiskusi dengan Opsir Justin di kantor meja yang sedikit berantakan."Aku sudah menyuruh anak buahku untuk mencari nama dari orang yang membebaskan ayahmu. Namanya Benedict Thorez. Katanya, dia salah satu keluarga ayahmu.""Keluarga? Ayahku anak tunggal dan tidak memiliki saudara atau sepupu," balasku sambil terkejut.Opsir Justin mengangguk. "Itu yang kucurigakan. Dilaporan tentang nomor plat mobil Ferrari, yang sahabatmu katakan kemarin, itu milik Benedict Alfred."Entah kenapa, setelah mendengar nama belakang Alferd, tubuhku seakan membeku. Ada apa ini?"Jadi maksudmu, ada dua pelaku bernama Benedict dengan nama belakang berbeda?" tanya William kebingungan."Aku tidak yakin dengan itu. Karena, hasil dari rekaman CCTV dan biodatanya, mereka adalah orang yang sama," balas Opsir Justin.Mereka berbincang

  • SITUATION   Eps 26: Kado Terburuk

    Pagi ini, kami semua sudah bersiap untuk pulang. Aku berniat untuk pergi menemui ayah dulu bersama William. Ibu dan Vinny kusuruh pulang terlebih dahulu.Tapi, entah kenapa ada sesuatu yang mengganjal dihati. Seperti ada sesuatu yang buruk akan terjadi. Ayolah, Zoe. Kamu baru saja berulang tahun.Sedang asik minum teh, ayah William membuatku menoleh. Ada kado besar yang ayah William bawa."Kado untukku?" tanyaku mendekat."Ayah menemukan itu di depan pintu. Tidak ada pengirim nama, hanya ucapan selamat ulang tahun."Hal ini membuat kami yang berada disatu ruangan menjadi penasaran. Mereka mendekat ingin tahu."Apakah isinya televisi?""Itu pasti mainan!""Entahlah, tunggu Zoe buka kadonya dulu."Sebelum kubuka, aku membaca dulu kartu ucapan yang ada di atas kado. Isinya, selamat ulang tahun Zoe Veronica. Semoga suka dengan kado yan

  • SITUATION   Eps 25: Ulang Tahun

    Entah kenapa, aku ingin sekali bangun di subuh hari. Anginnya dingin sejuk, bukan hawa dingin. Kubuka jendela untuk melihat pemandangan yang sudah sering kulihat."Kak, tutup jendelanya. Dingin tahu." Vinny menarik selimut sampai menutupi kepala. Pakai AC saja bisa, masa kena udara saja tidak.Aku biasanya tidak terlalu memikirkan hadiah ulang tahun karena ... jarang sekali dirayakan. Cukup bermodalkan ucapan saja sudah senang. Masih ada orang yang ingat dengan kelahiranku.Karena sekarang William yang mengurus semua, aku jadi penasaran sekali. Tempat sudah dia pilih, dekorasi katanya dia juga, ibu, orang tua William, dan para sahabat. Belum lagi kado ulang tahun. Sangat penasaran.Terlalu lama penasaran malah jadi halu. Mandi sajalah."Anak Ibu sudah rapi saja. Mau ke mana?" Tiba-tiba ibu mengecup pipiku dari belakang, sebelum bertanya. "Selamat ulang tahun, sayang.""

  • SITUATION   Eps 24: Hantu Rambut Panjang III

    Melelahkan sekali hari ini. Besok masih ada satu hari lagi sebelum hari ulang tahun. Aku ingin menyelesaikan semuanya dengan cepat, supaya tidak menjadi beban nantinya.Aku baru saja pulang dari rumah Opsir Justin. Sudah kuceritakan semua apa yang kulakukan bersama Vinny. Dan juga rambut hantu itu, juga sudah kuberikan.Untung saja dia sudah membaik. Kalau masih dalam keadaan sakit, aku yang dimarahi oleh istrinya.Oh ya, ngomong-ngomong ... William apa kabar, ya? Terakhir dia hanya mengabari kalau tidak bisa ikut ke TKP. Apa urusan keluarganya masih lama?Aku tidak enak mengganggunya. Telpon? Beri pesan?Hey, Will. Apa urusan keluargamu sudah selesai? Tidak, terlihat sekali aku sedang kesepian.Kamu sedang apa? Tidak, terlalu formal.Harus dengan kalimat apa aku mulai? Ah, sudahlah. Aku berendam saja dulu. Membersihkan diri setelah bertemu dengan hantu rambut hi

  • SITUATION   Eps 24: Hantu Rambut Panjang II

    "Vin, tolong turunkan baju belakangku. Tanganku tidak sampai." Aku meminta tolong karena selain tanganku tidak sampai, jahitan dipunggung masih sedikit nyeri."Masih sakit, Kak?" tanyanya sambil meraba jahitan dipunggungku."Jangan sentuh tepat di situ," larangku sambil menahan nyeri. "Jika disentuh, ketika aku membungkuk, atau tiduran di tempat yang keras, rasanya nyeri. Kata dokter, rasa nyeri akan hilang sekitar satu minggu."Vinny mengangguk mengerti. "Untung Kakak bukan akrobat, yang suka salto dan kayang," ejeknya dengan tawa keras.Aku ikut tertawa ketika ada notifikasi pesan masuk."Aku tidak bisa menemanimu ke TKP. Ada urusan keluarga. Ayah memintaku untuk tidak pergi ke mana-mana hari ini."Tawaku berubah menjadi cemberut. Aku juga tidak bisa memaksa, apalagi tentang keluarganya. Ya sudah, satu-satunya orang yang bisa menemani adalah orang yang ada di depanku sekarang.

  • SITUATION   Eps 24: Hantu Rambut Panjang

    Air dingin ini menenangkan. Pikiranku yang runyam, seketika hilang begitu saja. Mandi di tengah malam ternyata asik juga. Kutambahkan banyak sabun cair supaya bisa mandi busa.Ketika menuangkan sabun cair, ada sesuatu yang muncul dari belakang, berwarna hitam seperti rambut.Ini tidak masuk akal. Rambutku berwarna cokelat, dan juga dijepit ke atas. Bagaimana bisa ada rambut hitam yang muncul di bathub? Apa muncul dari punggungku?Kuraba punggung yang ternyata memang tidak ada apa-apa.Akan kulihat melalui cermin- Ah! Rambut-rambut ini mengikat kakiku!"Lepas!" Rambut-rambut ini semakin mengencangkan ikatan. Bahkan, rambut yang sedang kulepas sekarang malah berpindah ke tangan.Seperti benang layangan yang mudah membuat luka, rambut ini juga. Kaki dan tanganku sekarang sudah mengeluarkan darah, sehingga air di bathub berub

DMCA.com Protection Status