Mentari tak sabar ingin cepat sampai kerumahnya. Dia sudah tidak betah berada di motor Romi.
Kalau dulu dia akan sangat senang, pergi berdua bersama Romi. Tapi sekarang dia malah membencinya.
Semua hal pasti akan berubah pada waktunya, begitu juga perasaan.
Romi terus mengajak Mentari bicara, namun Mentari hanya diam tidak menanggapi nya.
Akhirnya, mereka pun tiba di rumah Mentari. Mentari segera turun dari motor Romi.
"Makasih.." ucapnya.
Baru saja Romi mau menjawab, namun Mentari sudah lebih dulu masuk ke dalam rumahnya.
Romi menatap sedih punggung Mentari.
"Sekarang kita jauh banget..." Ujarnya sedih. Dia merasa hubungannya dengan Mentari tidak akan membaik lagi seperti dulu, bahkan untuk berteman saja tidak mungkin.Sedalam itu luka yang dia berikan dulu, sehingga Mentari sangat membencinya.
Andai Mentari ta
Sudah seminggu berlalu dan Benji tidak melakukan apa-apa. Membuat Mentari bernapas lega.Walaupun rasa khawatir nya juga belum hilang, dia takut Benji merencana kan sesuatu di luar pikirannya.Bahkan selama seminggu ini pun Mentari tidak pernah melihat Benji."Ye.. di tanyain malah melamun" ujar seseorang di sebelah Mentari."Eh.. kenapa?" Tanya Mentari tersadar dari lamunan nya."Lo mau mampir makan apa enggak?" Danu mengulang pertanyaan nya."Terserah..." Jawab Mentari.Dia ikut saja, karena dia yang menumpang di mobil Danu.Semenjak dari kemah kemarin hubungannya dan Danu semakin dekat sebagai teman.Dan Danu juga beberapa kali mengantar nya pulang, seperti hari ini."Dasar cewek..." Keluh Danu."Apa-apa terserah..." Ujarnya lagi.Mentari tersenyum melihat Danu yang kesal."Oh ya tumben kamu bawa mobil?" Tanya Mentari, karena biasanya Danu membawa motor."Lagi musim hujan,
Mentari berjalan tergesa masuk ke dalam gedung apartemen Benji, dadanya bergemuruh menahan amarah.Dia sangat kesal dengan sikap seenaknya Benji.Mentari segera menekan password, apartemen Benji. Dia tidak peduli jika di bilang tidak sopan karena masuk sembarangan."Untung masih sama" batin nya, saat tau password apartemen Benji belum di ganti.Mentari segera masuk setelah pintu terbuka."Loh Mentari..." Ujar seseorang terkejut.Mentari menghenti kan langkah nya saat melihat Lea duduk di sofa, perempuan itu melihat ke arahnya dengan terkejut, begitu pun dia yang ikut terkejut."Kamu kok bisa disini?" Tanya Lea dengan bangkit dari duduk nya dan menghampiri Mentari."Dimana kak Benji?" Tanya Mentari langsung, dia nggak mau mikirin kenapa Lea di sini.Karena jawaban nya sudah pasti Lea dan Benji punya hubungan.
Mentari terus menangis tanpa henti."Aduh mbak... Jangan nangis terus dong, nanti make up nya luntur" ucap orang yang sedang merias wajah Mentari.Mila menghembus kan napasnya, dia berjalan mendekat ke arah Mentari."Iya Tar, Lo jangan nangis terus dong. Jelek entar muka Lo. Masak mau tunangan malah sedih" ujar Mila gemas.Pasalnya dari tadi sahabatnya itu tidak berhenti menangis, padahal ini kan hari bahagianya."Aku nggak mau..." Ujar Mentari dengan sesegukan.Hanya kata itu yang terus Mentari ucap kan sedari tadi."Kalo Lo nggak mau ya tolak aja, kenapa Lo terima?" Tanya Mila.Mentari terdiam, Dia nggak mungkin nolak. Nanti yang ada video itu akan ke sebar. Dia juga nggak bisa cerita ke Mila dan juga ibunya.Kalau ibunya sampai tau bisa-bisa dia bakal langsung di nikah kan sama Benji."Apa Benji jahat sama Lo?" Tanya Mila lagi saat Mentari tak kunjung menjawab.Mila takut Benji berbuat yang tidak-t
Mentari berjalan menuju taman kampus. Dia ada janji dengan Danu untuk bertemu di sana sebelum kelas di mulai.Mentari melihat Danu sudah ada di sana, duduk di salah satu bangku. Dia segera berjalan menghampiri Danu."Hai..." Sapa Mentari dengan tersenyum. Dia langsung duduk di sebelah Danu.Danu hanya menoleh ke arah Mentari sebentar , lalu mengalihkan tatapan nya ke depan lagi.Tanpa membalas sapaan mentari."Kata Lo cuma temen.." ucap Danu tanpa menoleh ke Mentari.Mentari mengerut kan kening nya tak mengerti dengan ucapan Danu.Danu menoleh ke arah Mentari saat gadis itu tak kunjung menjawab ucapan nya."Lo sama Benji.." ujar Danu, saat melihat raut bingung di wajah Mentari."Ooooo...." Ujar Mentari menganggukkan kepala mengerti. Dengan membenar kan letak kaca mata nya yang melorot."Kemarin emang temenan, tapi sekarang kita tunangan.." ujar Mentari santai.Danu tersenyum hambar mendengar jawaban Mentari.
"beneran bisu baru tau rasa Lo" ucap Benji. Mentari terus mendiaminya sedari tadi.Mentari tak peduli dia terus diam, pura-pura tidak dengar. Dia sedang sibuk mencuci piring sekarang, bekas makan malam tadi.Dan Benji yang terus mengikutinya sedari tadi."MENTARI...." teriak Benji tepat di telinga Mentari.Membuat kuping Mentari mendengung, dia melotot ke arah Benji."Apa sih kak...""Makanya jangan diam aja" ucap Benji."Salah kakak tadi main nyosor aja, udah kayak bebek....""Siapa yang kayak bebek?" Tanya seseorang yang baru masuk ke dalam rumah Mentari.Mentari dan Benji menoleh ke arah orang itu, Lea sudah berdiri di belakang mereka dengan cengengesan."Siapa yang kayak bebek..?" Lea mengulangi pertanyaan nya."Tuh.." Mentari menunjuk Benji yang berada di sebelahnya dengan dagunya.
Pagi ini, Mentari dan Lea tengah duduk di meja makan, untuk sarapan. Hanya ada mereka berdua karena Benji masih tidur."Aku seneng deh Tar, akhirnya kak Benji bisa punya pasangan. Apalagi orang nya kayak kamu, baik.." ujar Lea dengan mata berbinar.Dia awalnya kaget saat tau Benji mau tunangan, apalagi saat tau kalau calon tunangannya itu Mentari. Sebenarnya waktu kemah dia juga udah curiga kalau ada apa-apa antara Benji dan Mentari.Mentari hanya tersenyum menanggapi ucapan Lea."Kamu yang sabar ya, ngadepin sikap kak Benji.."ucap Lea, dia sangat tau bagaimana sikap Benji, pria itu tidak ada lembut-lembutnya.Mentari mengangguk."Semenjak tunangan dengan dia, aku berusaha menerima semua kekurangan dia. Dia yang gampang marah, emosian, itu juga bagian dari kekurangan dia" Mentari menjeda ucapan nya sebentar. Dia menarik napas dalam."Walau kadang aku ragu, dia beneran
"apa yang kamu laku kan pada istri saya hah.." ujar papi Benji marah.Setelah Omanya tidur, Benji dan Mentari langsung turun ke bawah membiarkan Omanya istirahat.Namun baru saja kakinya menginjak lantai bawah, dia sudah mendengar teriakan papinya.Benji memutar bola matanya malas. Dia mengajak Mentari duduk di salah satu sofa yang ada di ruang keluarga.Tanpa memperdulikan tatapan tajam dari semua orang yang ada di sana.Sementara Mentari sudah menunduk takut, dia merasa sedang di sidang sekarang."Kamu nggak dengar saya.." tanya papi Benji sekali lagi, dengan emosi yang memuncak. Melihat kelakuan kurang ajar Benji."Memang apa yang saya lakukan" ujar Benji terlihat santai, dia melihat ke arah papinya dengan malas."BERANI KAMU MENDORONG ISTRI SAYA, DASAR NGGAK PUNYA SOPAN SANTUN.." teriak papi Benji.Benji tersenyum miring."Dia yang memulai duluan" ujar Benji menunjuk Laras dengan dagunya.Lara
"laper banget..." Ucap Mentari dengan memegang perutnya.Sekarang sudah jam tiga sore, wajar kalau dia lapar. tadi pagi juga cuman makan roti.Mentari menoleh ke samping, Benji masih tidur dengan pulas.Mentari menimbang untuk keluar kamar atau tidak. Kalau tidak dia bisa mati kelaparan di sini.Tapi dia takut mau keluar untuk ngambil makan."Ah keluar aja lah.." putusnya akhirnya.Mentari turun dari ranjang, lalu berjalan menuju pintu.CeklekMentari membuka pintu, menyembul kan sedikit kepalanya di sana. Dia menoleh ke kiri kanan, untuk memastikan ada orang atau tidak.Udah kayak maling aja, batinya.Dan untung lah sepi. Mentari berjalan keluar.Mentari menuruni tangga dengan hati-hati. Untung dia pernah ke sini dulu, dan dulu dia pernah ke dapur bersama Oma. Jadi nggak perlu nyari-nyari lagi.
Benji meraih tangan Mentari, lalu menggenggam nya erat. "Untuk orang yang pertama kali jatuh cinta, gue bingung sebenarnya mau bertindak bagaimana. Makanya akhirnya yang bisa gue lakuin cuma maksa lo buat jadi pacar gue.." ujar Benji melanjutkan ceritanya. Dia ingat banget waktu itu, dia memacari Mentari tanpa persetujuan Mentari, alias maksa. "Dan lo selalu nangis setiap gue deketin.." ujar Benji dengan tertawa lucu. Mentari pun ikut tertawa, dia takut banget sama Benji waktu itu. "Gue sempat mikir waktu itu, apa muka gue serem banget.." ujar Benji lagi. " Bukan serem, kakak tu ganteng. Cuma galak.." sanggah Mentari. "Kalau gue ganteng, kenapa lo nggak mau sama gue waktu itu?" Tanya Benji heran. "Ya... Karena aku nggak yakin kakak suka sama aku. Aku tu mikir kok bisa, orang kayak kakak, suka sama aku yang biasa aja.." ucap Mentari
"semakin gue perhatiin semakin gue tertarik sama lo.." ujar Benji melanjutkan ceritanya, nggak mau Mentari berlarut-larut dalam kesedihan nya.Mentari pun kembali mendengarkan cerita Benji."Walaupun lo sering di Jahatin, lo tetap semangat pergi kuliah, itu yang bikin gue salut. Lo tetap senyum setiap masuk ke kampus, dan walaupun sendirian gue ngelihat lo tetap bahagia, lo kayak punya dunia sendiri.." ujar Benji.Waktu itu tanpa sadar saat melihat Mentari tersenyum, Benji juga ikut tersenyum, seakan tertular."Akhirnya gue sadar, kalau ternyata kita sama, sama-sama sendirian dan kesepian. Lo sendirian karena di jauhi teman-teman lo, gue sendirian karena nggak mau dekat sama siapa pun.."Kala melihat Mentari dia seperti melihat dirinya sendiri, kesepian nggak punya teman. Tapi sebenarnya hidup mereka, nggak semenyedihkan itu. Mentari dan Benji sama-sama menikmati kesepian mereka. Karena itu membuat mereka tenang."Dari situ pula, gue m
"turun dulu kaki gue kesemutan.." ucap Benji ke Mentari, akibat terlalu lama memangku Mentari."Lemah." Ucap Mentari pelan, dengan turun dari pangkuan Benji."Apa?" Ujar Benji, dia masih bisa mendengar ucapan Mentari."Nggak.." ujar Mentari dengan tersenyum semanis mungkin takut di amuk Benji. Karena sudah mengatainya.Sementara Benji nggak mau ambil pusing, dia meluruskan kakinya. Supaya kesemutan nya hilang."Kak gimana kalau kita ceritanya dengan duduk di sana aja" ajak Mentari dengan menunjuk sofa besar yang ada di dekat jendela kamar mereka.Mereka berdua biasanya duduk di sana kalau malam, terus lihat bintang-bintang.Mentari langsung berjalan ke sofa itu tanpa menunggu jawaban dari Benji."Wah... Banyak banget bintang nya..." Ujar Mentari dengan duduk di sofa itu.Tak lama Benji pun menyusul duduk di sana, saat kakinya sudah mendingan.Mau cerita aja, banyak Drama nya."Terus gimana?" Tanya Mentari t
"aku takut banget rasanya hiks..." Ujar Mentari di sela tangisnya.Benji menjauhkan wajah Mentari dari lehernya. Wajah Mentari terlihat sembab, dan matanya juga bengkak.Jujur Benji tidak suka kalau melihat Mentari menangis, apalagi itu karena dirinya."Udah.." ucapnya dengan menghapus air mata Mentari."Aku terus berpikir buruk, aku bingung kenapa kakak begitu? Apa aku ada salah?" Ujar Mentari mengungkapkan semua unek-unek nya.Benji terus menghapus air mata Mentari yang keluar, dia diam saja membiarkan Mentari mengeluarkan semua isi hatinya."Aku takut kalau kakak ninggalin aku sama Bachtiar, terus aku harus gimana?" Ujar Mentari sedih."Nggak akan..." Jawab Benji tegas.Cup.Benji mengecup bibir Mentari."Udah ya.." ujarnya sekali lagi, dengan mengelus pipi Mentari."Ta
"cium dong..." Ujar Benji dengan memajukan wajahnya ke depan muka Mentari.Dari acara kejutan tadi, sampai sekarang Mentari masih terus mendiaminya. Bachtiar juga gitu.Tadi Benji menitipkan Bachtiar dulu ke rumah mertuanya, dia harus membujuk Mentari dulu sekarang. Kalau masalah anaknya gampang, tinggal di beliin mainan aja nanti juga baik lagi."Tari..." Seru Benji, saat Mentari diam saja."Suaminya lagi ngomong juga, malah sibuk main handphone.." ujar Benji lagi.Benji mengambil hp yang ada di tangan Mentari, lalu mengantongi nya.Mentari menatap Benji dengan kesal."Makanya ngomong dulu..." Ucap Benji.Mentari membuang mukanya, dia masih kesal sama Benji. Mentari mengambil laptopnya, biarin aja hp nya di ambil sama Benji. Dia masih bisa main game dan nonton di laptop.Benji menghembuskan napasnya sabar. Dia ikut naik k
Benji jadi menyesal melakukan rencana kejutan ini. Dia menyesal membuat Mentari menangis sampai seperti ini.Selama mereka menikah, mereka nggak pernah merayakan anniversary. Bahkan Benji dan Mentari juga nggak pernah merayakan ulang tahun mereka selama mereka kenal. Kecuali ulang tahun Bachtiar.Alasan nya, kalau Mentari dia memang nggak suka ngerayain ulang tahun. Kalau Benji sendiri dia pasti sedih kalau ingat tentang perayaan ulang tahun, membuatnya jadi ingat dengan perlakuan papinya dulu.Kado ulang tahun yang Benji sangat ingin kan dari dulu. Yaitu di peluk dan di sayang sama papinya, tapi sayang sampai sekarang keinginan itu belum terwujud.Makanya Benji malas kalau merayakan ulang tahun.Dan di perayaan pernikahan mereka yang ke enam tahun ini lah, akhirnya Benji punya ide untuk pertamakali nya mereka harus merayakan nya."Rani siapa?" Tanya Mentari masih me
Mentari melajukan mobilnya menuju rumahnya. Dia harus segera pulang untuk bertemu dengan Benji.Walaupun mungkin Benji nggak ada di rumah. Mentari akan menunggu nya sampai Benji pulang."Mi.... kita langsung pulang?" Tanya Bachtiar.Mentari mengangguk kan kepalanya."Yes.." ucap Bachtiar senang."Kasihan Bambang, Sri sama Joko belum di kasih makan.." ujar Bachtiar.Bachtiar ingat sama binatang peliharaan nya. Yang dari kemarin dia tinggal, pasti mereka semua kelaparan.Mentari menggelengkan kepalanya, dia berharap semoga semua binatang peliharaan Bachtiar mati.Salah sendiri pelihara binatang aneh, kecoak, tikus bahkan kecebong.Nanti Mentari harus cari cara untuk membuang mereka semua.Setelah tiga puluh menit mobil Mentari pun tiba di depan rumahnya.Tin...tin...
Mentari membereskan semua barang-barang nya, dia akan pulang hari ini.Nggak ada guna nya pergi-pergi begini, lari dari masalah tidak akan menyelesaikan masalah.Lebih baik di hadapi dan selesaikan semuanya.Rasa kesal nya ke Benji semakin menjadi-jadi, karena sampai pagi ini Benji sama sekali nggak menghubungi nya dan mencarinya.Apa dia nggak khawatir anak dan istrinya hilang, batin Mentari."Mommy kita pulang sekarang?" Tanya Bachtiar, dia sibuk memasukan mobil-mobilan nya ke dalam tas sekolah nya."Iya, Tiar kan mau sekolah..." Ujar Mentari.Sebelum pulang Mentari harus mengantar Bachtiar sekolah dulu, dan menunggui nya sampai selesai. Setelah itu mereka baru pulang ke rumah."Tiar sini deh..." Panggil Mentari, menyuruh anaknya untuk mendekat ke arahnya."Kenapa Mommy..." Ujar Bachtiar, dengan berlari mendekat ke Mommy
Mentari mengajak Bachtiar untuk menginap di hotel. Mereka sudah pulang dari rumah Mila tadi.Mila menyuruh nya untuk bicara baik-baik dulu sama Benji.Tapi Mentari masih mau sendiri, jadi dia pura-pura pulang saja. Padahal dia sama sekali nggak pulang ke rumah. Dia lebih memilih untuk menginap di hotel untuk malam ini.Mentari menidurkan Bachtiar di kasur, Bachtiar sampai ketiduran sangking capek nya."Maaf ya nak..." Ucap Mentari sedih, dengan memandang wajah anaknya.Dia merasa bersalah karena harus membawa-bawa anak nya untuk pergi kayak gini.Mentari merebahkan tubuhnya, dia menatap langit-langit kamar hotel. Mentari menghembuskan napasnya berat.Kenapa harus ada cobaan begini di rumah tangganya.Apa mungkin Benji selingkuh? Tapi Mentari juga takut kalau dia salah paham.Mila menyuruhnya bicara baik-baik dulu sama Benj