"beneran bisu baru tau rasa Lo" ucap Benji. Mentari terus mendiaminya sedari tadi.
Mentari tak peduli dia terus diam, pura-pura tidak dengar. Dia sedang sibuk mencuci piring sekarang, bekas makan malam tadi.
Dan Benji yang terus mengikutinya sedari tadi.
"MENTARI...." teriak Benji tepat di telinga Mentari.
Membuat kuping Mentari mendengung, dia melotot ke arah Benji.
"Apa sih kak..."
"Makanya jangan diam aja" ucap Benji.
"Salah kakak tadi main nyosor aja, udah kayak bebek...."
"Siapa yang kayak bebek?" Tanya seseorang yang baru masuk ke dalam rumah Mentari.
Mentari dan Benji menoleh ke arah orang itu, Lea sudah berdiri di belakang mereka dengan cengengesan.
"Siapa yang kayak bebek..?" Lea mengulangi pertanyaan nya.
"Tuh.." Mentari menunjuk Benji yang berada di sebelahnya dengan dagunya.
Pagi ini, Mentari dan Lea tengah duduk di meja makan, untuk sarapan. Hanya ada mereka berdua karena Benji masih tidur."Aku seneng deh Tar, akhirnya kak Benji bisa punya pasangan. Apalagi orang nya kayak kamu, baik.." ujar Lea dengan mata berbinar.Dia awalnya kaget saat tau Benji mau tunangan, apalagi saat tau kalau calon tunangannya itu Mentari. Sebenarnya waktu kemah dia juga udah curiga kalau ada apa-apa antara Benji dan Mentari.Mentari hanya tersenyum menanggapi ucapan Lea."Kamu yang sabar ya, ngadepin sikap kak Benji.."ucap Lea, dia sangat tau bagaimana sikap Benji, pria itu tidak ada lembut-lembutnya.Mentari mengangguk."Semenjak tunangan dengan dia, aku berusaha menerima semua kekurangan dia. Dia yang gampang marah, emosian, itu juga bagian dari kekurangan dia" Mentari menjeda ucapan nya sebentar. Dia menarik napas dalam."Walau kadang aku ragu, dia beneran
"apa yang kamu laku kan pada istri saya hah.." ujar papi Benji marah.Setelah Omanya tidur, Benji dan Mentari langsung turun ke bawah membiarkan Omanya istirahat.Namun baru saja kakinya menginjak lantai bawah, dia sudah mendengar teriakan papinya.Benji memutar bola matanya malas. Dia mengajak Mentari duduk di salah satu sofa yang ada di ruang keluarga.Tanpa memperdulikan tatapan tajam dari semua orang yang ada di sana.Sementara Mentari sudah menunduk takut, dia merasa sedang di sidang sekarang."Kamu nggak dengar saya.." tanya papi Benji sekali lagi, dengan emosi yang memuncak. Melihat kelakuan kurang ajar Benji."Memang apa yang saya lakukan" ujar Benji terlihat santai, dia melihat ke arah papinya dengan malas."BERANI KAMU MENDORONG ISTRI SAYA, DASAR NGGAK PUNYA SOPAN SANTUN.." teriak papi Benji.Benji tersenyum miring."Dia yang memulai duluan" ujar Benji menunjuk Laras dengan dagunya.Lara
"laper banget..." Ucap Mentari dengan memegang perutnya.Sekarang sudah jam tiga sore, wajar kalau dia lapar. tadi pagi juga cuman makan roti.Mentari menoleh ke samping, Benji masih tidur dengan pulas.Mentari menimbang untuk keluar kamar atau tidak. Kalau tidak dia bisa mati kelaparan di sini.Tapi dia takut mau keluar untuk ngambil makan."Ah keluar aja lah.." putusnya akhirnya.Mentari turun dari ranjang, lalu berjalan menuju pintu.CeklekMentari membuka pintu, menyembul kan sedikit kepalanya di sana. Dia menoleh ke kiri kanan, untuk memastikan ada orang atau tidak.Udah kayak maling aja, batinya.Dan untung lah sepi. Mentari berjalan keluar.Mentari menuruni tangga dengan hati-hati. Untung dia pernah ke sini dulu, dan dulu dia pernah ke dapur bersama Oma. Jadi nggak perlu nyari-nyari lagi.
"beneran Mil, aku harus pakek ini?" tanya Mentari sekali lagi."Iya Lo harus pakek baju itu, kita kan lagi di pantai wajar aja kalau pakek bikini.." ucap Mila mantap.Sekarang mereka sedang liburan di pantai, bersama Benji dan juga Dito pacar Mila.Oma Benji sudah sembuh beberapa hari lalu. Membuat Mentari bernapas lega, begitu pun Benji.Setelah Oma Benji sembuh mereka memutus kan untuk liburan, untuk menghilang kan penat."Akhirnya, Lo mau juga di ajak liburan ke pantai" ujar Mila senang, dengan merangkul bahu Mentari.Karena semenjak putus dari Romi dulu, Mentari nggak pernah mau di ajak ke pantai.Sementara Mentari masih sibuk memperbaiki baju nya, yang sangat terbuka menurutnya.Walaupun bukan bikini yang seksi banget, yang cuma pakai bra dan celana dalam. Tapi tetap saja ini sangat terbuka menurut Mentari.Celana sup
Mentari menggenggam tangan Benji dengan erat. Sedari tadi pria itu hanya diam dengan tatapan kosong.Mentari tau pasti Benji sangat terpukul. Dia saja sudah menangis dari tadi, air matanya tidak berhenti keluar.Mobil yang mereka tumpangi pun, berhenti di pekarangan rumah.Sudah banyak mobil, dan juga karangan bunga yang berjejer di sana.Benji dan Mentari segera turun dari mobil. Mentari semakin mengeratkan genggaman tangan mereka, ketika merasa tangan dan tubuh Benji bergetar.Namun Benji sama sekali tidak menangis. Jujur untuk melangkah saja Benji merasa tidak sanggup, seluruh tubuhnya terasa lemas.Dengan perlahan mereka masuk ke dalam rumah. Semua orang menatap ke arah mereka sekarang.Namun tatapan Benji hanya fokus ke satu titik. Tubuh Omanya yang sudah terbujur kaku, dengan kain yang menutupi seluruh tubuhnya.Air mata Mentari suda
Mentari sedang berada di kampus, walau matanya fokus ke depan memperhatikan dosen. Tapi pikirannya terus melayang memikirkan Benji.Sudah seminggu berlalu, semenjak kepergian Oma Benji. Dan Benji masih tak ada perubahan, dia terus melamun dan bicara seperlunya saja. Bahkan Benji tidak pergi ke kampus, bekerja pun tidak.Membuat Mentari khawatir, Mentari tau kalau Benji pasti sangat terpukul. Makanya setiap kali dia keluar meninggalkan Benji sendirian di apartemen, dia selalu merasa cemas dan ingin cepat pulang.Tak terasa kelas pertamanya pun selesai."Tinggal satu kelas lagi.." ujar Mentari.Setelah itu dia bisa langsung pulang menemani Benji.Mata Mentari tak sengaja melihat ke arah Danu, yang duduk tak jauh darinya.Sudah lama sekali mereka tidak bicara lagi, batin Mentari.Mentari berdiri dari duduk nya, dia berjalan menghampiri Danu.
"tumben?" ucap Danu heran, saat berpapasan dengan Mentari.Pasalnya gadis itu sangat berbeda hari ini. biasanya Mentari akan menyapa nya saat mereka bertemu, walaupun dia tidak pernah menanggapinya.Tapi hari ini jangan kan menyapa menoleh saja tidak. Dan yang bikin Danu tambah heran adalah, penampilan gadis itu. Mentari tidak memakai kaca mata, rambutnya juga di ikat asal-asalan. Biasanya kan dia mengepang rambutnya.Danu berjalan mengikuti Mentari, mengurungkan niat nya untuk pergi ke kantin.Danu mengikuti Mentari sampai ke kelas. Semua orang di dalam kelas juga melihat Mentari dengan heran. Tapi tidak ada yang berani berkomentar.Semenjak mereka tau kalau Mentari tunangan Benji, tidak ada lagi yang berani mengganggu Mentari.Mentari tidak memperdulikan tatapan heran dari teman-temanya, dia duduk di kursinya, lalu menelungkup kan wajahnya di atas meja.Setelah dua hari tidak masuk kuliah, akhirnya hari ini Mentari memutus kan untuk
Dua tahun kemudian."selamat ya Tar..." Ujar Mila dengan memeluk Mentari."Makasih ya...." Jawab Mentari."Akhirnya aku lulus juga..." Ujar Mentari lega.Ya, akhirnya Mentari bisa lulus kuliah, dan menjadi sarjana ekonomi sekarang. Setelah ini dia bisa langsung bekerja untuk membantu ibunya.Bahkan dia sudah di terima bekerja di salah satu perusahaan. dia akan mulai bekerja Minggu depan, Sebagai divisi keuangan."Hei cupu..." Ujar Danu heboh dengan berlari ke arah Mentari.Danu langsung merangkul bahu Mentari."Akhirnya kita lulus juga...." Ucapnya dengan tersenyum senang.Mentari mengangguk kan kepala nya. Dia juga senang, hubungan dia dan Danu sudah membaik sekarang. Semenjak dua tahun yang lalu, tepatnya setelah kepergian Benji, Danu lah yang selalu ada dan menemaninya.Mentari menggeleng kan kepal
Benji meraih tangan Mentari, lalu menggenggam nya erat. "Untuk orang yang pertama kali jatuh cinta, gue bingung sebenarnya mau bertindak bagaimana. Makanya akhirnya yang bisa gue lakuin cuma maksa lo buat jadi pacar gue.." ujar Benji melanjutkan ceritanya. Dia ingat banget waktu itu, dia memacari Mentari tanpa persetujuan Mentari, alias maksa. "Dan lo selalu nangis setiap gue deketin.." ujar Benji dengan tertawa lucu. Mentari pun ikut tertawa, dia takut banget sama Benji waktu itu. "Gue sempat mikir waktu itu, apa muka gue serem banget.." ujar Benji lagi. " Bukan serem, kakak tu ganteng. Cuma galak.." sanggah Mentari. "Kalau gue ganteng, kenapa lo nggak mau sama gue waktu itu?" Tanya Benji heran. "Ya... Karena aku nggak yakin kakak suka sama aku. Aku tu mikir kok bisa, orang kayak kakak, suka sama aku yang biasa aja.." ucap Mentari
"semakin gue perhatiin semakin gue tertarik sama lo.." ujar Benji melanjutkan ceritanya, nggak mau Mentari berlarut-larut dalam kesedihan nya.Mentari pun kembali mendengarkan cerita Benji."Walaupun lo sering di Jahatin, lo tetap semangat pergi kuliah, itu yang bikin gue salut. Lo tetap senyum setiap masuk ke kampus, dan walaupun sendirian gue ngelihat lo tetap bahagia, lo kayak punya dunia sendiri.." ujar Benji.Waktu itu tanpa sadar saat melihat Mentari tersenyum, Benji juga ikut tersenyum, seakan tertular."Akhirnya gue sadar, kalau ternyata kita sama, sama-sama sendirian dan kesepian. Lo sendirian karena di jauhi teman-teman lo, gue sendirian karena nggak mau dekat sama siapa pun.."Kala melihat Mentari dia seperti melihat dirinya sendiri, kesepian nggak punya teman. Tapi sebenarnya hidup mereka, nggak semenyedihkan itu. Mentari dan Benji sama-sama menikmati kesepian mereka. Karena itu membuat mereka tenang."Dari situ pula, gue m
"turun dulu kaki gue kesemutan.." ucap Benji ke Mentari, akibat terlalu lama memangku Mentari."Lemah." Ucap Mentari pelan, dengan turun dari pangkuan Benji."Apa?" Ujar Benji, dia masih bisa mendengar ucapan Mentari."Nggak.." ujar Mentari dengan tersenyum semanis mungkin takut di amuk Benji. Karena sudah mengatainya.Sementara Benji nggak mau ambil pusing, dia meluruskan kakinya. Supaya kesemutan nya hilang."Kak gimana kalau kita ceritanya dengan duduk di sana aja" ajak Mentari dengan menunjuk sofa besar yang ada di dekat jendela kamar mereka.Mereka berdua biasanya duduk di sana kalau malam, terus lihat bintang-bintang.Mentari langsung berjalan ke sofa itu tanpa menunggu jawaban dari Benji."Wah... Banyak banget bintang nya..." Ujar Mentari dengan duduk di sofa itu.Tak lama Benji pun menyusul duduk di sana, saat kakinya sudah mendingan.Mau cerita aja, banyak Drama nya."Terus gimana?" Tanya Mentari t
"aku takut banget rasanya hiks..." Ujar Mentari di sela tangisnya.Benji menjauhkan wajah Mentari dari lehernya. Wajah Mentari terlihat sembab, dan matanya juga bengkak.Jujur Benji tidak suka kalau melihat Mentari menangis, apalagi itu karena dirinya."Udah.." ucapnya dengan menghapus air mata Mentari."Aku terus berpikir buruk, aku bingung kenapa kakak begitu? Apa aku ada salah?" Ujar Mentari mengungkapkan semua unek-unek nya.Benji terus menghapus air mata Mentari yang keluar, dia diam saja membiarkan Mentari mengeluarkan semua isi hatinya."Aku takut kalau kakak ninggalin aku sama Bachtiar, terus aku harus gimana?" Ujar Mentari sedih."Nggak akan..." Jawab Benji tegas.Cup.Benji mengecup bibir Mentari."Udah ya.." ujarnya sekali lagi, dengan mengelus pipi Mentari."Ta
"cium dong..." Ujar Benji dengan memajukan wajahnya ke depan muka Mentari.Dari acara kejutan tadi, sampai sekarang Mentari masih terus mendiaminya. Bachtiar juga gitu.Tadi Benji menitipkan Bachtiar dulu ke rumah mertuanya, dia harus membujuk Mentari dulu sekarang. Kalau masalah anaknya gampang, tinggal di beliin mainan aja nanti juga baik lagi."Tari..." Seru Benji, saat Mentari diam saja."Suaminya lagi ngomong juga, malah sibuk main handphone.." ujar Benji lagi.Benji mengambil hp yang ada di tangan Mentari, lalu mengantongi nya.Mentari menatap Benji dengan kesal."Makanya ngomong dulu..." Ucap Benji.Mentari membuang mukanya, dia masih kesal sama Benji. Mentari mengambil laptopnya, biarin aja hp nya di ambil sama Benji. Dia masih bisa main game dan nonton di laptop.Benji menghembuskan napasnya sabar. Dia ikut naik k
Benji jadi menyesal melakukan rencana kejutan ini. Dia menyesal membuat Mentari menangis sampai seperti ini.Selama mereka menikah, mereka nggak pernah merayakan anniversary. Bahkan Benji dan Mentari juga nggak pernah merayakan ulang tahun mereka selama mereka kenal. Kecuali ulang tahun Bachtiar.Alasan nya, kalau Mentari dia memang nggak suka ngerayain ulang tahun. Kalau Benji sendiri dia pasti sedih kalau ingat tentang perayaan ulang tahun, membuatnya jadi ingat dengan perlakuan papinya dulu.Kado ulang tahun yang Benji sangat ingin kan dari dulu. Yaitu di peluk dan di sayang sama papinya, tapi sayang sampai sekarang keinginan itu belum terwujud.Makanya Benji malas kalau merayakan ulang tahun.Dan di perayaan pernikahan mereka yang ke enam tahun ini lah, akhirnya Benji punya ide untuk pertamakali nya mereka harus merayakan nya."Rani siapa?" Tanya Mentari masih me
Mentari melajukan mobilnya menuju rumahnya. Dia harus segera pulang untuk bertemu dengan Benji.Walaupun mungkin Benji nggak ada di rumah. Mentari akan menunggu nya sampai Benji pulang."Mi.... kita langsung pulang?" Tanya Bachtiar.Mentari mengangguk kan kepalanya."Yes.." ucap Bachtiar senang."Kasihan Bambang, Sri sama Joko belum di kasih makan.." ujar Bachtiar.Bachtiar ingat sama binatang peliharaan nya. Yang dari kemarin dia tinggal, pasti mereka semua kelaparan.Mentari menggelengkan kepalanya, dia berharap semoga semua binatang peliharaan Bachtiar mati.Salah sendiri pelihara binatang aneh, kecoak, tikus bahkan kecebong.Nanti Mentari harus cari cara untuk membuang mereka semua.Setelah tiga puluh menit mobil Mentari pun tiba di depan rumahnya.Tin...tin...
Mentari membereskan semua barang-barang nya, dia akan pulang hari ini.Nggak ada guna nya pergi-pergi begini, lari dari masalah tidak akan menyelesaikan masalah.Lebih baik di hadapi dan selesaikan semuanya.Rasa kesal nya ke Benji semakin menjadi-jadi, karena sampai pagi ini Benji sama sekali nggak menghubungi nya dan mencarinya.Apa dia nggak khawatir anak dan istrinya hilang, batin Mentari."Mommy kita pulang sekarang?" Tanya Bachtiar, dia sibuk memasukan mobil-mobilan nya ke dalam tas sekolah nya."Iya, Tiar kan mau sekolah..." Ujar Mentari.Sebelum pulang Mentari harus mengantar Bachtiar sekolah dulu, dan menunggui nya sampai selesai. Setelah itu mereka baru pulang ke rumah."Tiar sini deh..." Panggil Mentari, menyuruh anaknya untuk mendekat ke arahnya."Kenapa Mommy..." Ujar Bachtiar, dengan berlari mendekat ke Mommy
Mentari mengajak Bachtiar untuk menginap di hotel. Mereka sudah pulang dari rumah Mila tadi.Mila menyuruh nya untuk bicara baik-baik dulu sama Benji.Tapi Mentari masih mau sendiri, jadi dia pura-pura pulang saja. Padahal dia sama sekali nggak pulang ke rumah. Dia lebih memilih untuk menginap di hotel untuk malam ini.Mentari menidurkan Bachtiar di kasur, Bachtiar sampai ketiduran sangking capek nya."Maaf ya nak..." Ucap Mentari sedih, dengan memandang wajah anaknya.Dia merasa bersalah karena harus membawa-bawa anak nya untuk pergi kayak gini.Mentari merebahkan tubuhnya, dia menatap langit-langit kamar hotel. Mentari menghembuskan napasnya berat.Kenapa harus ada cobaan begini di rumah tangganya.Apa mungkin Benji selingkuh? Tapi Mentari juga takut kalau dia salah paham.Mila menyuruhnya bicara baik-baik dulu sama Benj