Mentari sedang berada di kampus, walau matanya fokus ke depan memperhatikan dosen. Tapi pikirannya terus melayang memikirkan Benji.
Sudah seminggu berlalu, semenjak kepergian Oma Benji. Dan Benji masih tak ada perubahan, dia terus melamun dan bicara seperlunya saja. Bahkan Benji tidak pergi ke kampus, bekerja pun tidak.
Membuat Mentari khawatir, Mentari tau kalau Benji pasti sangat terpukul. Makanya setiap kali dia keluar meninggalkan Benji sendirian di apartemen, dia selalu merasa cemas dan ingin cepat pulang.
Tak terasa kelas pertamanya pun selesai.
"Tinggal satu kelas lagi.." ujar Mentari.
Setelah itu dia bisa langsung pulang menemani Benji.
Mata Mentari tak sengaja melihat ke arah Danu, yang duduk tak jauh darinya.
Sudah lama sekali mereka tidak bicara lagi, batin Mentari.
Mentari berdiri dari duduk nya, dia berjalan menghampiri Danu.
"tumben?" ucap Danu heran, saat berpapasan dengan Mentari.Pasalnya gadis itu sangat berbeda hari ini. biasanya Mentari akan menyapa nya saat mereka bertemu, walaupun dia tidak pernah menanggapinya.Tapi hari ini jangan kan menyapa menoleh saja tidak. Dan yang bikin Danu tambah heran adalah, penampilan gadis itu. Mentari tidak memakai kaca mata, rambutnya juga di ikat asal-asalan. Biasanya kan dia mengepang rambutnya.Danu berjalan mengikuti Mentari, mengurungkan niat nya untuk pergi ke kantin.Danu mengikuti Mentari sampai ke kelas. Semua orang di dalam kelas juga melihat Mentari dengan heran. Tapi tidak ada yang berani berkomentar.Semenjak mereka tau kalau Mentari tunangan Benji, tidak ada lagi yang berani mengganggu Mentari.Mentari tidak memperdulikan tatapan heran dari teman-temanya, dia duduk di kursinya, lalu menelungkup kan wajahnya di atas meja.Setelah dua hari tidak masuk kuliah, akhirnya hari ini Mentari memutus kan untuk
Dua tahun kemudian."selamat ya Tar..." Ujar Mila dengan memeluk Mentari."Makasih ya...." Jawab Mentari."Akhirnya aku lulus juga..." Ujar Mentari lega.Ya, akhirnya Mentari bisa lulus kuliah, dan menjadi sarjana ekonomi sekarang. Setelah ini dia bisa langsung bekerja untuk membantu ibunya.Bahkan dia sudah di terima bekerja di salah satu perusahaan. dia akan mulai bekerja Minggu depan, Sebagai divisi keuangan."Hei cupu..." Ujar Danu heboh dengan berlari ke arah Mentari.Danu langsung merangkul bahu Mentari."Akhirnya kita lulus juga...." Ucapnya dengan tersenyum senang.Mentari mengangguk kan kepala nya. Dia juga senang, hubungan dia dan Danu sudah membaik sekarang. Semenjak dua tahun yang lalu, tepatnya setelah kepergian Benji, Danu lah yang selalu ada dan menemaninya.Mentari menggeleng kan kepal
"rumah siapa ini?" Ujar Mentari, kala melihat ibunya berhenti di depan sebuah rumah.Seperti rencananya tadi malam, pagi ini Mentari mengikuti kemana ibunya pergi. Tadi ibunya bilang dia mau berangkat ke kantor.Tapi yang Mentari lihat sekarang, ibunya malah pergi ke sebuah rumah. Entah rumah siapa.Mentari terus memperhatikan ibunya. Dia sengaja tidak turun dari mobil, agar tidak ketahuan."Apa rumah teman ibu.." tebak Mentari. Mungkin aja ini rumah teman ibunya.Ada sebuah mobil lagi yang datang memasuki halaman rumah itu. Mentari melebarkan matanya saat melihat siapa yang turun dari mobil itu.Bahkan dia Sampai memajukan tubuhnya, untuk memastikan kalau dia tidak salah lihat."Om Bram.." ujar Mentari tak percaya , kala melihat papinya Benji yang keluar dari mobil itu.Ngapain ibunya dan papinya Benji datang ke rumah ini, batin Mentari.
"kamu aja yang masuk, biar ibu tunggu di sini" ucap Mira ketika mereka telah tiba di depan kamar Benji.Mira tau, Mentari pasti butuh waktu untuk bicara dengan Benji berdua saja.Mentari mengangguk kan kepalannya. dia menghapus air matanya, lalu menarik napas dalam. Rasanya campur aduk sekarang. Antara senang dan sedih. Senang karena akhirnya dia bisa bertemu lagi dengan Benji. Tapi juga sedih saat tau bagaimana ke adaan Benji sekarang.Mentari membuka pintu secara perlahan.Deg.Jantung Mentari berdetak cepat, kala melihat Benji yang tengah berdiri membelakanginya.Apalagi sekarang Benji menoleh ke arahnya. Mereka sama-sama terpaku di tempat masing-masing.Ingin rasanya Mentari berlari lalu memeluk Benji, dan berkata dia sangat rindu.Mata itu masih sama seperti dulu. Mata yang selalu menatapnya tajam dan mengintimidasi.
Mentari membuka matanya perlahan, dia menoleh ke kiri kanan."Astaga.." ujarnya, dia sampai ketiduran di kamar Benji semalam.Sangking capeknya bujuk Benji agar mau bicara, akhirnya dia ketiduran di sini.Mentari mengubah posisinya menjadi duduk. Dia mencari keberadaan Benji namun tidak ada."Apa udah keluar.." gumanya.Mentari segera berdiri dan berlari ke kamar mandi untuk mencuci mukanya.Tak lama dia keluar dengan keadaan yang lebih segar. dia pun keluar kamar untuk mencari Benji.Mentari menuruni tangga secara perlahan. Matanya melebar kala melihat kekacauan yang ada di ruang tamu. Semua barang pecah berhamburan di lantai.Dan juga ada papinya Benji di sana yang terlihat sangat emosi. napas pria paruh baya itu naik turun, wajahnya juga memerah menahan amarah.Apa yang terjadi. apa kak Benji ngamuk lagi, batin Mentari.
"kita mau kemana kak?" Tanya Mentari saat Benji membawanya pergi."Nanti juga Lo tau" jawab Benji singkat.Mentari menghembus kan napasnya, percuma dia bertanya.Setelah itu terjadi keheningan diantara mereka, Mentari sibuk dengan pikirannya sendiri. Sementara Benji fokus menyetir."Selama gue nggak ada, apa aja yang Lo lakuin?" Tanya Benji memecah keheningan."Kan aku udah cerita semuanya kemarin" ucap Mentari. Apa Benji lupa, padahal kemarin dia sudah cerita panjang lebar.Benji mengangguk kan kepalanya, sebenarnya tanpa Mentari cerita pun dia sudah tau apa saja yang dilakukan Mentari.Karena selama dua tahun ini, sebenarnya Benji menyuruh orang untuk mengawasi Mentari. jadi dia sudah tau apa saja yang Mentari lakukan."Yah... yang gue tau, Lo nangisi gue tiap malam" ucap Benji dengan melirik Mentari, dia tersenyum jahil.
Mentari memandang keluar jendela, dia masih berada di rumah papinya Benji sekarang. Lebih tepatnya sudah menjadi rumah Benji.Mentari menghembus kan napasnya berat, dia menoleh ke ranjang dimana Benji sedang tidur sekarang.Setelah kejadian tadi Benji langsung mengajaknya ke kamar dan tidur, Mentari bisa melihat kesedihan di mata Benji.Walaupun Benji terlihat jahat mengusir keluarganya tadi. tapi Mentari tau sebenarnya jauh di lubuk hati Benji yang paling dalam, dia juga nggak mau melakukan ini semua.Bagaimanapun Benji sangat menyayangi papinya."Mikirin apa sih..?" Ucap Benji dengan suara seraknya. Membuyar kan lamunan Mentari.Mentari menggelengkan kepalanya, dari dulu Benji tidak pernah berubah selalu saja datang tiba-tiba. Padahal tadi dia masih melihat Benji tertidur di ranjang.Benji memeluk Mentari dari belakang, menaruh kepalanya di bahu Mentari."Mikirin apa?" Tanyanya lagi."Nggak ada, kakak udah bangun
Hari yang di tunggu-tunggu akhirnya datang juga. Benji tersenyum sangat lebar, mungkin ini adalah hari paling bahagia yang pernah dia rasakan selama hidupnya.Hari dimana dia menikah dengan perempuan yang sangat dia cintai. Dia berjanji akan menjadi suami dan ayah yang terbaik untuk keluarganya nanti.Dia tidak akan membiarkan anaknya kekurangan kasih sayang, dia tidak ingin anaknya tumbuh seperti dirinya.Benji melihat foto yang ada di tangannya. Itu foto dia waktu kecil, bersama ibu, oma dan opa nya."Benji akan menikah sebentar lagi, akhirnya Benji menemukan perempuan yang sangat Benji cintai. Dan ternyata perempuan itu anak dari sahabat mama" ujar Benji dengan mengelus foto ibunya."Benji akan punya keluarga sendiri sekarang. Keluarga yang Benji impikan selama ini. Semoga kalian di sana merestui pernikahan ini. Benji sayang kalian.." ucap Benji dengan suara bergetar. Benji mengecup foto itu dengan sayang."Gimana apa kamu sudah siap?" Ta
Benji meraih tangan Mentari, lalu menggenggam nya erat. "Untuk orang yang pertama kali jatuh cinta, gue bingung sebenarnya mau bertindak bagaimana. Makanya akhirnya yang bisa gue lakuin cuma maksa lo buat jadi pacar gue.." ujar Benji melanjutkan ceritanya. Dia ingat banget waktu itu, dia memacari Mentari tanpa persetujuan Mentari, alias maksa. "Dan lo selalu nangis setiap gue deketin.." ujar Benji dengan tertawa lucu. Mentari pun ikut tertawa, dia takut banget sama Benji waktu itu. "Gue sempat mikir waktu itu, apa muka gue serem banget.." ujar Benji lagi. " Bukan serem, kakak tu ganteng. Cuma galak.." sanggah Mentari. "Kalau gue ganteng, kenapa lo nggak mau sama gue waktu itu?" Tanya Benji heran. "Ya... Karena aku nggak yakin kakak suka sama aku. Aku tu mikir kok bisa, orang kayak kakak, suka sama aku yang biasa aja.." ucap Mentari
"semakin gue perhatiin semakin gue tertarik sama lo.." ujar Benji melanjutkan ceritanya, nggak mau Mentari berlarut-larut dalam kesedihan nya.Mentari pun kembali mendengarkan cerita Benji."Walaupun lo sering di Jahatin, lo tetap semangat pergi kuliah, itu yang bikin gue salut. Lo tetap senyum setiap masuk ke kampus, dan walaupun sendirian gue ngelihat lo tetap bahagia, lo kayak punya dunia sendiri.." ujar Benji.Waktu itu tanpa sadar saat melihat Mentari tersenyum, Benji juga ikut tersenyum, seakan tertular."Akhirnya gue sadar, kalau ternyata kita sama, sama-sama sendirian dan kesepian. Lo sendirian karena di jauhi teman-teman lo, gue sendirian karena nggak mau dekat sama siapa pun.."Kala melihat Mentari dia seperti melihat dirinya sendiri, kesepian nggak punya teman. Tapi sebenarnya hidup mereka, nggak semenyedihkan itu. Mentari dan Benji sama-sama menikmati kesepian mereka. Karena itu membuat mereka tenang."Dari situ pula, gue m
"turun dulu kaki gue kesemutan.." ucap Benji ke Mentari, akibat terlalu lama memangku Mentari."Lemah." Ucap Mentari pelan, dengan turun dari pangkuan Benji."Apa?" Ujar Benji, dia masih bisa mendengar ucapan Mentari."Nggak.." ujar Mentari dengan tersenyum semanis mungkin takut di amuk Benji. Karena sudah mengatainya.Sementara Benji nggak mau ambil pusing, dia meluruskan kakinya. Supaya kesemutan nya hilang."Kak gimana kalau kita ceritanya dengan duduk di sana aja" ajak Mentari dengan menunjuk sofa besar yang ada di dekat jendela kamar mereka.Mereka berdua biasanya duduk di sana kalau malam, terus lihat bintang-bintang.Mentari langsung berjalan ke sofa itu tanpa menunggu jawaban dari Benji."Wah... Banyak banget bintang nya..." Ujar Mentari dengan duduk di sofa itu.Tak lama Benji pun menyusul duduk di sana, saat kakinya sudah mendingan.Mau cerita aja, banyak Drama nya."Terus gimana?" Tanya Mentari t
"aku takut banget rasanya hiks..." Ujar Mentari di sela tangisnya.Benji menjauhkan wajah Mentari dari lehernya. Wajah Mentari terlihat sembab, dan matanya juga bengkak.Jujur Benji tidak suka kalau melihat Mentari menangis, apalagi itu karena dirinya."Udah.." ucapnya dengan menghapus air mata Mentari."Aku terus berpikir buruk, aku bingung kenapa kakak begitu? Apa aku ada salah?" Ujar Mentari mengungkapkan semua unek-unek nya.Benji terus menghapus air mata Mentari yang keluar, dia diam saja membiarkan Mentari mengeluarkan semua isi hatinya."Aku takut kalau kakak ninggalin aku sama Bachtiar, terus aku harus gimana?" Ujar Mentari sedih."Nggak akan..." Jawab Benji tegas.Cup.Benji mengecup bibir Mentari."Udah ya.." ujarnya sekali lagi, dengan mengelus pipi Mentari."Ta
"cium dong..." Ujar Benji dengan memajukan wajahnya ke depan muka Mentari.Dari acara kejutan tadi, sampai sekarang Mentari masih terus mendiaminya. Bachtiar juga gitu.Tadi Benji menitipkan Bachtiar dulu ke rumah mertuanya, dia harus membujuk Mentari dulu sekarang. Kalau masalah anaknya gampang, tinggal di beliin mainan aja nanti juga baik lagi."Tari..." Seru Benji, saat Mentari diam saja."Suaminya lagi ngomong juga, malah sibuk main handphone.." ujar Benji lagi.Benji mengambil hp yang ada di tangan Mentari, lalu mengantongi nya.Mentari menatap Benji dengan kesal."Makanya ngomong dulu..." Ucap Benji.Mentari membuang mukanya, dia masih kesal sama Benji. Mentari mengambil laptopnya, biarin aja hp nya di ambil sama Benji. Dia masih bisa main game dan nonton di laptop.Benji menghembuskan napasnya sabar. Dia ikut naik k
Benji jadi menyesal melakukan rencana kejutan ini. Dia menyesal membuat Mentari menangis sampai seperti ini.Selama mereka menikah, mereka nggak pernah merayakan anniversary. Bahkan Benji dan Mentari juga nggak pernah merayakan ulang tahun mereka selama mereka kenal. Kecuali ulang tahun Bachtiar.Alasan nya, kalau Mentari dia memang nggak suka ngerayain ulang tahun. Kalau Benji sendiri dia pasti sedih kalau ingat tentang perayaan ulang tahun, membuatnya jadi ingat dengan perlakuan papinya dulu.Kado ulang tahun yang Benji sangat ingin kan dari dulu. Yaitu di peluk dan di sayang sama papinya, tapi sayang sampai sekarang keinginan itu belum terwujud.Makanya Benji malas kalau merayakan ulang tahun.Dan di perayaan pernikahan mereka yang ke enam tahun ini lah, akhirnya Benji punya ide untuk pertamakali nya mereka harus merayakan nya."Rani siapa?" Tanya Mentari masih me
Mentari melajukan mobilnya menuju rumahnya. Dia harus segera pulang untuk bertemu dengan Benji.Walaupun mungkin Benji nggak ada di rumah. Mentari akan menunggu nya sampai Benji pulang."Mi.... kita langsung pulang?" Tanya Bachtiar.Mentari mengangguk kan kepalanya."Yes.." ucap Bachtiar senang."Kasihan Bambang, Sri sama Joko belum di kasih makan.." ujar Bachtiar.Bachtiar ingat sama binatang peliharaan nya. Yang dari kemarin dia tinggal, pasti mereka semua kelaparan.Mentari menggelengkan kepalanya, dia berharap semoga semua binatang peliharaan Bachtiar mati.Salah sendiri pelihara binatang aneh, kecoak, tikus bahkan kecebong.Nanti Mentari harus cari cara untuk membuang mereka semua.Setelah tiga puluh menit mobil Mentari pun tiba di depan rumahnya.Tin...tin...
Mentari membereskan semua barang-barang nya, dia akan pulang hari ini.Nggak ada guna nya pergi-pergi begini, lari dari masalah tidak akan menyelesaikan masalah.Lebih baik di hadapi dan selesaikan semuanya.Rasa kesal nya ke Benji semakin menjadi-jadi, karena sampai pagi ini Benji sama sekali nggak menghubungi nya dan mencarinya.Apa dia nggak khawatir anak dan istrinya hilang, batin Mentari."Mommy kita pulang sekarang?" Tanya Bachtiar, dia sibuk memasukan mobil-mobilan nya ke dalam tas sekolah nya."Iya, Tiar kan mau sekolah..." Ujar Mentari.Sebelum pulang Mentari harus mengantar Bachtiar sekolah dulu, dan menunggui nya sampai selesai. Setelah itu mereka baru pulang ke rumah."Tiar sini deh..." Panggil Mentari, menyuruh anaknya untuk mendekat ke arahnya."Kenapa Mommy..." Ujar Bachtiar, dengan berlari mendekat ke Mommy
Mentari mengajak Bachtiar untuk menginap di hotel. Mereka sudah pulang dari rumah Mila tadi.Mila menyuruh nya untuk bicara baik-baik dulu sama Benji.Tapi Mentari masih mau sendiri, jadi dia pura-pura pulang saja. Padahal dia sama sekali nggak pulang ke rumah. Dia lebih memilih untuk menginap di hotel untuk malam ini.Mentari menidurkan Bachtiar di kasur, Bachtiar sampai ketiduran sangking capek nya."Maaf ya nak..." Ucap Mentari sedih, dengan memandang wajah anaknya.Dia merasa bersalah karena harus membawa-bawa anak nya untuk pergi kayak gini.Mentari merebahkan tubuhnya, dia menatap langit-langit kamar hotel. Mentari menghembuskan napasnya berat.Kenapa harus ada cobaan begini di rumah tangganya.Apa mungkin Benji selingkuh? Tapi Mentari juga takut kalau dia salah paham.Mila menyuruhnya bicara baik-baik dulu sama Benj