Sesampainya di rumah, Kanaya segera membawa Hayden ke dalam kamar. Wanita itu akan memberikan pendapat pada suaminya agar suasana hati kembali membaik."Aku tahu suasana hatimu sedang tidak baik, dan akupun seperti itu. Dan solusinya, bagaimana kita bercinta saja?" tawar Kanaya dengan raut wajah begitu polos dan santai.Hayden dibuat menganga dengan tawaran itu, bagaimana bisa Kanaya terlihat sangat santai? Ke mana kebiasaan wanita itu yang sering malu-malu ketika menginginkan sentuhannya? Melihat tatapan sang istri yang begitu berharap padanya membuat Hayden tak sanggup jika harus menolak. Hayden akhirnya mengangguk setuju, lagi pula ia tidak akan menolak dengan ajakan menyenangkan seperti itu."Ingat, jangan menusukku terlalu kuat agar anak kita tidak terguncang. Bila perlu, masukkan setengah saja agar tidak merusak yang ada di dalam sana," jelas Kanaya sebelum memulai permainan. Lagi-lagi Hayden dibuat terkejut dengan tingkah istrinya. Sepertinya benar apa yang dikatakan oleh ora
Kanaya menunggu Hayden pulang dengan perasaan risau tak karuan. Pasalnya, sudah satu jam lebih Hayden belum memunculkan batang hidung. Kanaya telah menghubungi Hayden berkali-kali namun tidak pria itu jawab barang sedetik pun. Istri mana yang tidak khawatir jika seperti ini?Kanaya tidak bisa berhenti mondar-mandir di depan pintu utama dengan sesekali melihat gerbang yang masih tertutup rapat. Hari sudah semakin malam disertai angin yang cukup dingin, namun wanita itu masih menunggu suaminya di depan pintu.Selang 30 menit, gerbang terbuka membuat mobil mewah berwarna hitam doff bisa memasuki pekarangan rumah. Kanaya tidak bisa menahan rasa leganya yang membuncah ketika melihat pria yang ia tunggu baik-baik saja. Hayden segera keluar dari mobil yang masih sedikit bergerak, sopirnya dibuat jantungan oleh pria itu.Kanaya segera menghambur ke dalam pelukan sang suami sambil berurai air mata. Saking bahagianya, wanita itu tidak bisa menahan diri untuk tidak menangis."Kau membuatku khaw
Cukup lama mereka melakukan perjalanan, kini Hayden dan Kanaya sudah bisa menikmati indahnya pulau Bora Bora yang sangat memanjakan mata. Selama beberapa hari ke depan mereka akan tinggal di sebuah resort yang berada di atas air. Awalnya Hayden menolak karena merasa tak aman, namun Kanaya berhasil meyakinkan suaminya jika resort itu benar-benar aman dan nyaman ketika digunakan."Huh, akhirnya aku bisa menikmati suasana segar seperti ini," gumam Kanaya seraya membaringkan tubuhnya di permukaan kasur yang begitu empuk.Saat ini mereka tidak membawa asisten dan hanya membawa beberapa pengawal saja untuk memastikan keadaan mereka tetap aman dan selamat. Alhasil, segala keperluan dan kebutuhan mereka, diurus masing-masing tanpa ada asisten yang membantu.Seperti saat ini, Hayden sedang menata pakaian dari koper untuk dirapikan di dalam lemari khusus. Hayden sama sekali tidak keberatan melakukannya selagi Kanaya senang. Wanita itu jangankan membantu, meliriknya saja tidak dan asyik bergulin
Demi istri tercinta, apapun akan Hayden lakukan bahkan menggali batu sekalipun. Kurang lebih satu jam Hayden meminta pada salah satu warga lokal dan seorang nelayan untuk membantunya menangkap cumi-cumi. Kanaya menunggu dengan hati berbunga di tepi pantai sambil sesekali melihat ke arah tengah laut di mana Hayden sedang menangkap cumi-cumi.Pria itu berhasil membawa 5 buah cumi-cumi berukuran sedang, Hayden segera menunjukkan pada sang istri penuh percaya diri.Kanaya sontak berjingkrak-jingkrak bahagia mendapatkan apa yang dirinya mau. Wanita itu bahkan sampai memfoto cumi-cumi lucu hasil kerja keras Hayden."Terima kasih, Suamiku! Terima kasih, Paman!" ujar Kanaya pada seorang nelayan yang telah membantu Hayden.Kanaya juga memberikan beberapa lembar uang untuk nelayan tadi, meskipun pada akhirnya ditolak karena paman nelayan membantu dengan tulus tanpa mengharap imbalan apapun. Terlebih lagi ketika mengetahui Kanaya tengah hamil besar, nelayan itu dengan senang hati membantu mengab
Setelah aktivitas meninggalkan jejak telah terlaksana dengan baik, keduanya kini tengah menikmati waktu romantis di emperan resort yang langsung menghadap ke arah matahari tenggelam.Kanaya duduk di antara dua kaki Hayden dan tubuh bersandar nyaman pada dada kokoh suaminya. Kedua tangan Hayden pun tak bisa diam dan terus mengusap permukaan perut sang istri. Perut buncit ini selalu menjadi favorit tempat kedua tangannya."Ah iya, aku ingin meminta bantuan pada pengawalmu untuk memotret kita di sini," ujar Kanaya seraya menengadah untuk bisa menatap suaminya.Pria itu tersenyum kecil, tak tahan untuk tidak mengecup dahi Kanaya ketika melihat tatapan penuh binar di kedua mata istrinya itu."Mereka sudah melakukannya, Sayang." Hayden menunjuk salah satu anak buahnya yang sedang memegang kamera beresolusi tinggi untuk bisa menghasilkan gambar terbaik. Kanaya cukup terkejut sebenarnya karena menyadari ada seseorang yang memotretnya sedari tadi."Sejak kapan dia ada di sini?""Sejak kita men
Pesawat pribadi milik Hayden dan Kanaya kembali mengudara untuk mengantarkan pemiliknya ke tanah air. Tak banyak yang mereka lakukan selama berada di pesawat selain makan dan tidur. Kadang juga pergi ke kamar mandi sesekali. "Huh, nyawaku seperti masih tertinggal di Bora Bora," gumam Kanaya lesu. Wanita itu tengah bermalas-malasan di dalam kamar bersama suaminya. Mereka sempat menonton film, namun tidak sampai selesai karena Kanaya mendadak tidak suka dengan aktornya. Alhasil, Hayden segera mematikan televisi. "Setelah anak kita bisa diajak bepergian, kita akan kembali berlibur ke tempat yang kau inginkan itu," ujar Hayden agar Kanaya tidak terlalu sedih memikirkan Bora Bora. Wanita hamil satu ini sangat sensitif dan cengeng."Itu masih lama," cicit Kanaya sambil menenggelamkan wajahnya di tumpukan selimut yang tampak kusut.Hayden menghela napas cukup panjang untuk mencari stok kesabaran. Setelah mendapatkannya, Hayden kembali mendekati wanita itu dan menghiburnya. "Apakah ingin
Perut Kanaya tampak semakin membesar seiring berjalannya waktu. Saat ini usia kandungan wanita sudah menginjak bulan ke sembilan, mereka semakin dibuat tak sabar menanti kelahiran sang buah hati. Segala persiapan untuk kelahiran sang anak sudah Hayden dan Kanaya siapkan sebaik mungkin. Meskipun saat anak mereka lahir tidak langsung di tempatkan pada kamar terpisah, namun kamar bayi itu sendiri sudah siap pakai dengan segala fasilitas yang lengkap di dalamnya. Kanaya sebenarnya tidak meminta Hayden untuk menyiapkan kamar anak secepat itu. Namun, Hayden sendiri yang sudah tidak sabar ingin mendekor kamar sang anak. "Kau sangat yakin mendekor kamar dengan warna biru seolah anak kita laki-laki," celetuk Kanaya pada sang suami yang baru selesai menata ulang letak kamar tidur sang anak bersama orang-orang suruhannya."Tentu saja warna biru karena aku yakin anak kita akan laki-laki. Meskipun perempuan, warna biru juga tidak terlalu buruk. Kita bisa mengganti dekorasi kapan saja," balas Ha
Hayden ditangani sebaik mungkin oleh dokter yang ada di rumah sakit. Pria itu mengalami kecelakaan cukup parah sewaktu mencari kedai bakso yang istrinya inginkan. Sungguh, kejadian itu terasa begitu cepat seolah hanya kilatan cahaya. Kanaya sendiri masih tak sadarkan diri setelah ditangani oleh dokter, wanita itu benar-benar tidak terima dengan kabar yang didengarnya. Para orang kepercayaan Hayden yang selalu menjaga keluarga itu pun segera berdatangan dan mengambil alih kendali semuanya. Beberapa saat kemudian, Kanaya telah sadar dari pingsan dan langsung mencari suaminya. Tepat saat itu pula Hayden sudah dipindahkan ke ruangan yang lebih intensif lagi agar cepat pulih. Kanaya segera dibantu oleh suster serta orang kepercayaannya untuk melihat Hayden. Air mata wanita itu tak henti bercucuran melihat kondisi sang suami yang begitu memprihatinkan. Kanaya menyesal meminta pria itu keluar untuk mengabulkan keinginannya."Aku mohon ... bangun, Sayang. Maafkan aku, maafkan aku," racau K