Hayden pulang dengan membawa buah tangan yang sudah ia janjikan dengan sang kekasih. Beberapa waktu yang lalu, ia tak sengaja melihat Kanaya mengotak-atik ponselnya untuk melihat-lihat kamera keluaran terbaru. Gadis itu bahkan sampai men-screenshot beberapa gambar kamera yang mungkin cukup menarik di mata Kanaya. Dan tanpa gadis itu sadari, Hayden tahu betul apa yang sedang gadis itu inginkan. Terlebih lagi, selama ini sebagai pelampiasan rasa bosan Kanaya, gadis itu sering memotret pemandangan dari ketinggian penthouse atau memotret benda-benda yang ada di sekitarnya. Tentu memberikan kamera adalah pilihan terbaik."Apa yang kau bawa itu?" tanya Kanaya seraya menunjuk sebuah paper bag yang Hayden bawa menggunakan dagunya. "Hadiah untukmu. Nah, bukalah!" titah Hayden seraya memberikan sesuatu yang sedari tadi ia bawa. Dengan hati yang penasaran Kanaya segera menerimanya dan membawa paper bag itu menuju sofa ruang keluarga. Hayden pun ikut mengekor di belakang sang kekasih dan mulai
Hayden mendengarkan dengan khusyuk ketika Kanaya mengomentari segala jenis perempuan yang menjadi karyawannya. Wajah gadis itu tampak sangat masam sekali ketika menceritakan sesosok perempuan dengan pakaian ketat sampai menampilkan lekuk tubuhnya yang bahenol. "Bagaimana bisa kau memasukkan manusia seperti itu untuk menjadi pekerjamu? Bagaimana jika nanti para karyawan laki-lakimu yang sudah memiliki pasangan tergoda oleh rekan kerjanya?" tanya Kanaya seolah tak habis pikir dengan keadaan kantor Hayden.Pria itu mengendikkan bahunya acuh, ia sama sekali tidak peduli dengan apa yang Kanaya pikirkan saat ini. Selagi mereka bekerja dengan baik dan tidak menimbulkan kesalahan yang akan merugikan perusahaan, ia masa bodoh."Itu urusan mereka, Sayangku. Selagi mereka tidak melakukan kesalahan dan merugikan perusahaan, aku tidak bisa memecatnya dengan asal," jawab Hayden yang tak bisa mengubah mood Kanaya yang sudah anjlok. "Tinggal katakan saja jika kau juga menyukai pemandangan seperti i
Hayden baru saja memasuki ruangannya setelah melakukan meeting bersama para petinggi perusahaan untuk membahas mengenai pengembangan produk baru. Beruntung meeting berjalan dengan lancar sehingga Hayden bisa menyelesaikannya tepat waktu.Saat ini pria itu tengah asyik mengerjakan beberapa pekerjaan lagi sebelum akhirnya makan siang. Mengingat makanan, ia rindu dengan menikmati makan siang bersama Kanaya. Terlebih lagi dengan hasil makanan yang gadis itu buat. "Sedang apa gadisku sekarang?" tanya Hayden pada dirinya sendiri seraya menatap figura foto yang menampilkan sosok yang tengah ia rindukan. Terlebih lagi akhir-akhir ini ia sengaja membuat sedikit ada jarak antara dirinya dengan sang kekasih, tujuannya agar ketika kejutan itu diberikan nanti sore, Kanaya bisa lebih terkejut lagi.Di tengah asyiknya memikirkan Kanaya, tiba-tiba saja pintu ruangannya terketuk dari luar dan menampilkan seorang wanita cantik yang merupakan manager penting di perusahaannya. Wanita itu juga membawakan
Kanaya hanya bisa patuh ketika dirinya mulai dirias dengan riasan sederhana dan memakai dress yang cukup menawan walau tak terlalu glamor. Hayden sendiri tengah bersiap di ruangan lain menggunakan pakaian formal yang ia sukai. Selesai bersiap, pasangan itu segera menuju tempat yang telah ditentukan. Selama perjalanan, Kanaya hanya bisa menahan rasa penasaran karena Hayden tidak akan menjawab jika dirinya bertanya mengenai tujuan mereka kali ini. "Sebentar lagi akan tiba, dan aku ingin menutup matamu," ujar Hayden seraya mengeluarkan sebuah dasi miliknya yang telah ia siapkan di saku celana. Pandangan Kanaya mulai tertutup ketika kain panjang itu menutup matanya, dan ia akan menyerahkan dirinya sendiri pada sang kekasih untuk dilindungi."Kau membuat jantungku semakin berdebar," ucap Kanaya dibalas kekehan kecil oleh kekasihnya. Sebelah tangan pria itu dengan lihai membawa sang sang kekasih ke dalam dekapannya seperti biasa.Mobil yang sebelumnya melaju kini terhenti pada area yang
Bertepatan dengan Hayden dan Kanaya yang baru saja sampai di basement apartemen mereka, Brian juga tampaknya berada di sana. Hayden sedikit bingung ketika melihat temannya ada di sana, ia rasa tidak ada orang lain yang Brian kenal selain dirinya. Apakah tujuannya memang pada dirinya?Bryan melambaikan tangannya pada sepasang calon suami istri yang baru keluar dari dalam mobil. Dua manusia itu pun membalas lambaian tangannya dan menunggu Brian untuk menghampirinya. "Maafkan aku yang tidak bisa menghadiri acara ulang tahun sekaligus lamaran kalian, pekerjaanku benar-benar padat dan baru bisa menyempatkan diri sekarang untuk memberi Kanaya hadiah," ujar Brian seraya memberikan sebuah paper bag berwarna maroon pada Kanaya. Gadis itu pun menerimanya dengan senang hati dan tak lupa mengucapkan terima kasih."Terima kasih, Tuan Brian. Karena kau tidak sempat menikmati makanan di pesta kami, bagaimana jika makan di penthouse saja?" tawar Kanaya yang tidak enak hati jika langsung mengusir Bri
Di lain tempat, Brian dibuat kecewa oleh segala macam penolakan yang Kanaya lakukan. Bahkan saat ini gadis itu sudah memblokir nomornya sehingga tidak bisa bertukar pesan seperti biasa.Brian tampak berpikir begitu serius mencari cara yang tepat dan akurat untuk mendapatkan sosok yang dimau, ia tidak akan mudah menyerah demi gadis itu."Aku tidak peduli setelah ini pertemanan kita akan hancur, Hayden. Yang aku inginkan saat ini hanya gadismu, calon istri yang kau jaga dengan begitu baik sampai masih tersegel meskipun tidur satu ranjang yang sama. Terima kasih telah menjaganya, kini giliranku untuk mendapatkan dia," ujar Brian tanpa didengar oleh siapapun. Pria itu saat ini tengah sendiri meratapi nasibnya yang ditolak oleh gadis yang ia sukai. Brian tersenyum miring memikirkan cara yang sebentar lagi akan ia lakukan. Sedikit ekstrem, namun ia benar-benar tak peduli. Sosok cantik Kanaya selalu menari dalam ingatannya.Setelah merasa cukup memikirkan cara, Brian kembali pergi ke lain t
Seseorang di seberang sana tampak sangat bahagia ketika alam menyetujui niatnya. Ia tidak perlu repot-repot memberikan alasan pada Kanaya ketika memberitahukan Hayden saat ini. Hayden sendiri sebenarnya lembur, namun ia akan membuat narasi lain dan memfitnah Hayden agar Kanaya semakin panas dan mengikuti ucapannya.Kanaya mengeryitkan dahi tanda bingung ketika bel penthouse berbunyi. Ia tidak memiliki janji dengan siapapun, bahkan memesan sesuatu secara online saja tidak. Sedangkan Hayden, pria itu sudah memberinya kabar jika malam ini akan pulang larut karena lembur. Lantas, siapa yang bertamu padanya pukul 8 malam ini?Mau tak mau Kanaya membuka pintu karena asistennya tengah di kamar mandi. Gadis itu tampak terkejut melihat kedatangan Brian dengan wajah yang sangat panik."Kanaya, cepat pergi dan susul priamu itu! Dia benar-benar keterlaluan telah membohongimu!" ujar Brian berapi-api membuat Kanaya bingung meskipun sedikit khawatir. "Membohongi apa maksudmu? Hayden sedang lembur d
Hayden segera menarik tubuh Brian yang masih menindih tubuh calon istrinya. Setelah Brian tersungkur dan membentur tembok, Hayden segera mendekat ke arah Kanaya dan memakaikan jas yang mendadak ia lepas dari tubuhnya. "Tunggu sebentar, lihatlah si brengsek itu menerima akibatnya," ujar Hayden sebelum kembali mengeksekusi Brian. Petugas hotel wanita yang ikut bersama Hayden segera mendekat ke arah Kanaya dan menenangkannya. Petugas itu juga berkali-kali meminta maaf pada Kanaya karena kelalaiannya. Jeritan meminta tolong serta meminta ampunan menggema di dalam ruangan itu. Hayden tanpa belas kasihan menendang dan memukul tubuh Brian yang masih berada di lantai. Brian belum sempat memberikan perlawanan, kecepatan Hayden membuatnya tak berkutik dan hanya bisa pasrah menerima apapun yang Hayden berikan."Ampun!!! Tolong jangan patahkan tanganku!!!" teriak Brian begitu kencang ketika merasakan tangannya yang hampir dipatahkan oleh Hayden dengan cara menginjaknya. "Tangan nakal ini suda