Bertepatan dengan Hayden dan Kanaya yang baru saja sampai di basement apartemen mereka, Brian juga tampaknya berada di sana. Hayden sedikit bingung ketika melihat temannya ada di sana, ia rasa tidak ada orang lain yang Brian kenal selain dirinya. Apakah tujuannya memang pada dirinya?Bryan melambaikan tangannya pada sepasang calon suami istri yang baru keluar dari dalam mobil. Dua manusia itu pun membalas lambaian tangannya dan menunggu Brian untuk menghampirinya. "Maafkan aku yang tidak bisa menghadiri acara ulang tahun sekaligus lamaran kalian, pekerjaanku benar-benar padat dan baru bisa menyempatkan diri sekarang untuk memberi Kanaya hadiah," ujar Brian seraya memberikan sebuah paper bag berwarna maroon pada Kanaya. Gadis itu pun menerimanya dengan senang hati dan tak lupa mengucapkan terima kasih."Terima kasih, Tuan Brian. Karena kau tidak sempat menikmati makanan di pesta kami, bagaimana jika makan di penthouse saja?" tawar Kanaya yang tidak enak hati jika langsung mengusir Bri
Di lain tempat, Brian dibuat kecewa oleh segala macam penolakan yang Kanaya lakukan. Bahkan saat ini gadis itu sudah memblokir nomornya sehingga tidak bisa bertukar pesan seperti biasa.Brian tampak berpikir begitu serius mencari cara yang tepat dan akurat untuk mendapatkan sosok yang dimau, ia tidak akan mudah menyerah demi gadis itu."Aku tidak peduli setelah ini pertemanan kita akan hancur, Hayden. Yang aku inginkan saat ini hanya gadismu, calon istri yang kau jaga dengan begitu baik sampai masih tersegel meskipun tidur satu ranjang yang sama. Terima kasih telah menjaganya, kini giliranku untuk mendapatkan dia," ujar Brian tanpa didengar oleh siapapun. Pria itu saat ini tengah sendiri meratapi nasibnya yang ditolak oleh gadis yang ia sukai. Brian tersenyum miring memikirkan cara yang sebentar lagi akan ia lakukan. Sedikit ekstrem, namun ia benar-benar tak peduli. Sosok cantik Kanaya selalu menari dalam ingatannya.Setelah merasa cukup memikirkan cara, Brian kembali pergi ke lain t
Seseorang di seberang sana tampak sangat bahagia ketika alam menyetujui niatnya. Ia tidak perlu repot-repot memberikan alasan pada Kanaya ketika memberitahukan Hayden saat ini. Hayden sendiri sebenarnya lembur, namun ia akan membuat narasi lain dan memfitnah Hayden agar Kanaya semakin panas dan mengikuti ucapannya.Kanaya mengeryitkan dahi tanda bingung ketika bel penthouse berbunyi. Ia tidak memiliki janji dengan siapapun, bahkan memesan sesuatu secara online saja tidak. Sedangkan Hayden, pria itu sudah memberinya kabar jika malam ini akan pulang larut karena lembur. Lantas, siapa yang bertamu padanya pukul 8 malam ini?Mau tak mau Kanaya membuka pintu karena asistennya tengah di kamar mandi. Gadis itu tampak terkejut melihat kedatangan Brian dengan wajah yang sangat panik."Kanaya, cepat pergi dan susul priamu itu! Dia benar-benar keterlaluan telah membohongimu!" ujar Brian berapi-api membuat Kanaya bingung meskipun sedikit khawatir. "Membohongi apa maksudmu? Hayden sedang lembur d
Hayden segera menarik tubuh Brian yang masih menindih tubuh calon istrinya. Setelah Brian tersungkur dan membentur tembok, Hayden segera mendekat ke arah Kanaya dan memakaikan jas yang mendadak ia lepas dari tubuhnya. "Tunggu sebentar, lihatlah si brengsek itu menerima akibatnya," ujar Hayden sebelum kembali mengeksekusi Brian. Petugas hotel wanita yang ikut bersama Hayden segera mendekat ke arah Kanaya dan menenangkannya. Petugas itu juga berkali-kali meminta maaf pada Kanaya karena kelalaiannya. Jeritan meminta tolong serta meminta ampunan menggema di dalam ruangan itu. Hayden tanpa belas kasihan menendang dan memukul tubuh Brian yang masih berada di lantai. Brian belum sempat memberikan perlawanan, kecepatan Hayden membuatnya tak berkutik dan hanya bisa pasrah menerima apapun yang Hayden berikan."Ampun!!! Tolong jangan patahkan tanganku!!!" teriak Brian begitu kencang ketika merasakan tangannya yang hampir dipatahkan oleh Hayden dengan cara menginjaknya. "Tangan nakal ini suda
Hayden sebenarnya tak tenang meninggalkan Kanaya yang pasti masih memiliki rasa takut karena kejadian kemarin. Namun, ia juga tidak memiliki pilihan lain selain percaya jika gadisnya akan baik-baik saja. Sungguh, ia tak sabar menanti hari pernikahannya yang akan dilaksanakan satu bulan lagi. Pernikahannya sengaja akan dibuat semewah mungkin agar semua orang tahu jika Kanaya adalah miliknya. "Ck, kenapa pula penjualan bulan ini semakin menurun? Bagaimana kinerja para karyawanku sebenarnya?" Hayden dibuat bertanya-tanya ketika melihat laporan penjualan yang cukup merosot dibanding bulan sebelumnya. Mungkin sebelum jam istirahat nanti ia akan mengadakan rapat yang akan membahas solusi permasalahan ini. Berbeda dengan Hayden yang sedang disibukkan berbagai macam pekerjaan, Kanaya justru tengah asyik merawat diri bersama pegawai salon yang ia panggil langsung agar melayaninya. Kanaya memang tipikal manusia pemalas jika harus mendatangi suatu tempat langsung ketika bisa memesannya secara
Detik-detik pernikahan semakin dekat, kini hanya tinggal menunggu 3 hari lagi maka Hayden dan Kanaya akan resmi menjadi sepasang suami istri yang sah. Hayden juga sudah menyiapkan orang untuk mengantarkan sang istri di atas altar, dan orang itu adalah kerabat dekat orang tua Kanaya semasa hidupnya.Mematuhi sebuah tradisi, Kanaya dan Hayden tidak boleh bertemu sebelum acara pernikahan dilangsungkan. Dan sudah dua hari ini Hayden tidak kembali pulang pada penthouse sesuai dengan perintah ketua pelaksana yang bertanggung jawab pada pernikahannya. "Apakah kita benar-benar tidak boleh bertemu? Aku sangat gatal ingin keluar dari penthouse dan menemuimu di lantai bawah," ujar Kanaya melalui sambungan telepon video. Gadis itu terlihat sangat lemas tak bertenaga karena dipisahkan dengan prianya.Hayden terkekeh pelan melihat tingkah gadis itu yang begitu lucu di matanya. Ia kira dirinya saja yang merindukan Kanaya, ternyata gadis itu lebih parah."Sebentar lagi kita akan bertemu, Sayang. Kit
Menjelang dini hari, pasangan pengantin baru itu baru saja selesai dengan kegiatan pertama mereka. Kanaya dibuat tepar tak berdaya oleh keganasan suaminya. Sedangkan Hayden, pria itu tampak sangat gembira setelah mendapatkan apa yang ia tunggu. Hayden memeluk tubuh sang istri yang sudah tak berdaya, senyum indah tak bisa lepas dari kedua sudut bibirnya. Gurat lelah di wajah Kanaya terlihat sangat memuaskan."Selamat malam, Istriku." Tak lama, Hayden ikut terlelap seperti istrinya. Tubuh mereka yang masih polos tanpa mengenakan sehelai benang kembali menempel menyalurkan rasa hangat dari masing-masing pasangan. Selang dua jam, Kanaya terbangun karena rasa lapar. Gadis yang sudah resmi menjadi wanita itu segera berusaha melepaskan diri dari pelukan sang suami untuk mencari makanan. Namun, gerakan Kanaya tiba-tiba terhenti ketika menyadari dirinya maupun Hayden sama-sama tidak memakai pakaian apapun. Wajahnya sontak bersemu merah ketika adegan panas mereka terlintas kembali di dalam ot
Saat ini, Kanaya dan Hayden sudah tinggal bersama di rumah yang sudah pria itu siapkan. Hunian ini begitu mewah yang bahkan Kanaya belum melihat seluruh isinya setelah satu minggu tinggal. Mungkin hari ini ia akan melakukan perjalanan khusus untuk mengetahui seluk beluk huniannya."Tidak bisa dibayangkan jika hanya ada aku di rumah sebesar ini. Lebih baik tidak ditinggali dan menyewa apartemen yang lebih kecil jika hal itu terjadi. Hayden ini benar-benar, berapa banyak uang yang dia keluarkan untuk membeli apartemen, penthouse, dan sekarang rumah. Mungkin suatu saat nanti pria itu akan membeli dimensi lain," gerutu Kanaya sambil mengitari lantai satu rumahnya. Masih ada 2 lantai yang belum ia periksa. Total semua 3 lantai dan berisikan banyak fasilitas."Nyonya, pakai lift saja jika ingin ke lantai atas," ujar salah satu asisten Kanaya ketika melihat si nyonya yang hendak menaiki tangga.Kanaya menepuk dahinya sendiri, ia baru ingat jika di rumah besar ini terdapat lift. "Terima kasi