SESAL ( Nikah Terpaksa )
Bab 1
By : Desy Irianti
"Jangan berharap lebih dari pernikahan ini!" ucap laki-laki yang baru saja menikahiku tadi pagi.
Seketika aku menoleh ke arahnya yang duduk di sudut tempat tidur. Lancar sekalinya bibirnya mengatakan seperti itu. Apa maksud dari ucapan Mas Firman?
"Kamu tidak usah kaget seperti itu! Lebih baik jujur di awal!" sambungnya lagi.
Jelas aku sangat kaget mendengar ini semua. Lidah tidak bertulang, tajamnya perkataan suami halalku, di saat baju nikah ini masih melekat di tubuhku.
"Kenapa kamu baru bilang sekarang! Kenapa mulut kamu tidak mengeluarkan suara waktu keluarga kamu meminta aku jadi istri kamu!" balasku dengan lantang. Ku sambut mata sinisnya saat melihatku.
Tidak pantas dia mengatakan seperti itu padaku. Seorang suami yang tidak punya etika dalam berucap.
Laki-laki yang tidak pantas aku hormati walaupun dia sudah sah menjadi suamiku sejak tadi pagi. Tak ada sedikitpun dia menghargaiku sebagai istrinya walau aku tahu pasti belum ada sedikit rasa cinta dan sayang terhadapku, apa yang dia rasakan sama aku juga merasakan.
"Ini semua aku lakukan mengikuti kemauan Mama Papaku!" ungkap Mas Firman.
"Truss! Dengan mengikuti kemauan mereka, kamu buat aku nangis batin setiap hari?" Kutatap wajahnya dengan mata serius. Kalau bukan karena aku mengikuti kemauan orang tuaku, tak akan pernah pernikahan aku dan kamu terjadi.
"Mas belum siap menerima kamu sebagai istri, apalagi kita tidak saling kenal!"
"Kamu pikir aku siap jadi istri kamu? Setidaknya aku masih bisa menghargai orang dengan tidak bicara kasar!"
Hana Amelia binti Hadi pranoto, masih terngiang di telinga. Dia sebutkan namaku lengkap dengan nama bapakku dengan lantang tanpa adanya kesalahan untuk diulang.
Pernikahan hasil perjodohan keluarga sepertinya akan membuatku hidup tertekan batin, suami yang memiliki sifat keras yang tidak aku ketahui sebelumnya.
Perjodohan yang membuat kami tidak mengenal karakter dan sifat pasangan yang akan menemani hidup selamanya kalau sanggup.
Aku dinikahi oleh laki-laki yang yang usianya lebih tua dariku sepuluh tahun. 32 tahun tepatnya umur Mas Firman, aku yang masih 22 tahun yang akan merayakan ulang tahun satu bulan setelah menikah.
Aku yang mengikuti kemauan Ibu Bapakku sama dengan Mas Firman mengikuti orang tuanya. Persamaan antara aku dan Mas Firman sebagai anak mau membuat senang orang tua walau hati tersiksa.
Tapi aku masih mau belajar mencintainya, walaupun tidak ada rasa cinta yang mendasari kami menikah. Pernah mendengar ucapan orang yang mengatakan, cinta itu akan datang seiring berjalannya waktu. Mudah-mudahan perkataan yang pernah aku dengar ini benar adanya.
Itu yang aku pegang saat mengiyakan keluarga Mas Firman memintaku untuk menikah dengan anaknya. Kenyataannya itu seperti mencari jarum dalam jerami.
Sulit sepertinya itu terjadi, melihatku saja dia seperti tidak ada hasrat. Memandangku saja penuh dengan kebencian.
"Kita sama-sama tidak saling cinta, ikuti mau orang tua yang membuat kita bersatu. Mas tidak akan melarang kamu, Mas juga tidak ingin kamu melarang apa yang sudah menjadi kebiasaan, Mas!"
"Oke, aku terima kesepakatan ini!" Tanpa pikir panjang langsung aku jawab.
Aku yang tidak pernah menyangka bakalan mempunyai rumah tangga seperti ini, apalagi mempunyai suami yang memberikan kesepakatan yang tidak masuk di logika otakku. Mungkin saja dia kaget dengan kehidupan baru ini, suatu hari nanti pasti dia pasti bisa berubah. Harapan ini yang masih bermain di otakku.
Setelah aku pernah berpacaran dengan Mas Heru, mantan terpahit yang aku rasa. Baru pertama pacaran sudah merasakan pahit diperlakukan seorang laki-laki. Mulutnya yang kasar membuatku ingin mengakhiri hubungan dengan dia.
Menerima perjodohan ini aku anggap keputusan yang tidak salah tapi ternyata salah, kasar mulutnya imbang dengan mantan. Bedanya tidak segampang itu aku putuskan Mas Firman karena baru hitungan jam terikat hubungan sakral.
"Kita sama-sama kerja di pabrik, pastinya banyak kawan yang kita punya." ucap Mas Firman.
"Trusss?! Aku memotong pembicaraannya yang belum selesai.
Mas Firman bekerja sebagai staf karyawan pabrik yang maju bergerak di bidang minyak, dan aku sebagai karyawan pabrik makanan. Kami sama-sama pekerja pabrik tapi tidak satu pabrik.
"Makanya, kalau orang belum selesai bicara jangan dipotong dulu!" Langsung di sambarnya lagi ucapanku.
Anggukan kepala aku mengiyakan apa yang dia ucapkan. Akibat suaranya yang cukup keras seakan dia selalu benar saja membuatku segera membantah yang dia ucapkan.
"Pastinya kita sama-sama punya banyak kawan, jadi kamu jangan melarang kalau Mas sering main sama mereka ataupun nongkrong sampai malam."
"Pikir saja sendiri sama kamu, kalau kamu masih mementingkan teman-temanmu dan pulang malam terus, apa kamu tidak malu sama mertua, sedangkan kamu masih numpang tinggal di rumahku!" sindirku dengan sangat jelas. Numpang tapi belagu.
Isi otaknya masih mementingkan kawan, sesekali mungkin masih bisa aku maklumi, kalau keseringan itu namanya kebiasaan yang buruk.
Masih numpang hidup di rumah mertua saja banyak tingkah. Setelah menikah kami masih tinggal di rumah orang tuaku. Aku yang diajak tinggal di rumah bersama orang tuanya serta sembilan adik-adiknya yang membuatku tidak punya kepikiran mau untuk mengiyakan dari sebelum menikah.
Sebelas bersaudara dan baru tiga orang yang menikah, keluarga besar dan besar juga masalah yang akan muncul jika aku tinggal di sana. Aku yang hanya tiga bersaudara, abangku sudah menikah dan tidak tinggal di rumah lagi, sudah punya rumah sendiri di atas tanah dari keluarga dari ibu. Dan sekarang hanya aku dan adikku saja yang tinggal di rumah, tidak masalah kalau aku masih numpang.
"Kamu kan yang tidak mau tinggal di rumah Mas?"
"Di rumah kamu yang sangat ramai itu? Mau tidur di mana? Pikirlah, jangan seenaknya saja bawa anak orang kalau tidak dikasih tempat yang layak untuk suami istri!"
Jelas lah aku memikirkan nasibku kalau tinggal di sana. Ipar yang sangat banyak bagiku akan menjadi salah satu masalah yang mulai datang. Dirimu sendiri saja sudah membuat masalah.
"Mulut kamu ya! Kamu pikir rumah orang tua Mas tidak layak!" Sifatnya semakin jelas kalau Mas Firman adalah orang yang pemarah. Terlihat sangat jelas sekali.
Aku yang memainkan alis ke atas membuatnya semakin geram melihatku. Seakan ingin menerkamku saja.
Menahan tawa melihat wajahnya seperti itu, marah sekali sepertinya dia padaku.
"Aku tidak bilang kalau rumah orang tua kamu itu tidak layak! Aku bilang tempat yang layak untuk suami istri, kalau tidak seramai itu di rumahmu tidak apa-apa."
Mana mungkin bisa hidup dengan tenang aku sana, pasti ada saja masalah yang akan datang beriringan.
SESAL ( Nikah Terpaksa )Bab 2 By : Desy IriantiTidak berpaling dia menatapku dengan sinis, aku yang cuek dengan pura-pura tidak melihat ke arahnya. Padahal hatiku dag dig dug, rasanya mau lepas dari tempatnya.Satu per satu aku melepaskan bunga-bunga yang ada di atas kepalaku. Riasan yang dipakai saat acara pernikahan tadi. Mengusap tebalnya make up yang menempel di seluruh wajah dengan tisu yang sudah diteteskan air mawar pembersih muka. Dengan perlahan aku kerjakan semua ini karena aku tahu akan lama selesainya, tak mau terbebani otakku dengan lelah."Tidak akan lama kita tinggal di sini! Cukup beberapa hari saja di rumah Ibu kamu!" Suara yang tegas terdengar di telingaku.Dengan santai aku mendengarkan ucapan Mas Firman, tatapan mataku masih tertuju ke benda persegi empat yang bisa melihat sebagian badanku. Cermin yang cukup besar di depanku.Fokus membersihkan wajahku yang masih belum bersih walaupun sudah dua kali aku oleskan tisu."Kamu dengar tidak?! Suami bicara malah di cu
SESAL ( Nikah Terpaksa )Bab 3By : Desy Irianti"Mas, Mas, bangun!" Menggoyangkan bahu atasnya berulang-ulang.Aku sudah menyiapkan makanan untuk di santapnya pagi ini, aku yang tidak tahu makanan kesukaannya tapi tetap saja aku masak untuk dia. Kalau Mas Firman tidak suka itu urusan belakang, setidaknya aku sudah berusaha.Tidak ada berbekal ilmu apapun untuk masalah di dapur, dibantu Ibuku untuk menyelesaikan masakan yang aku anggap enak rasanya tapi belum tentu enak di lidah orang lain."Mas, ini sudah siang.""Berisik kali mulut kamu! Mas masih ngantuk! Mas sudah ambil cuti satu minggu." Langsung Mas Firman menyambar ucapanku.Hanya ingin membangunkan dia karena jam sudah menunjukkan jam delapan. Rasa malu saat ditanya keberadaan suami saat makan pagi bersama keluarga yang menginap di rumah, bahkan aku rela bangun pagi dan sibuk di dapur menyiapkan makanan untuk suami tapi di bangunkan saja marah. Apa dia tidak terpikirkan itu di otaknya?"Firman kemana Han, kok gak kelihatan." t
SESAL ( Nikah Terpaksa )Bab 4By : Desy IriantiBiasa saja dia bilang rasa masakanku, tapi habis nasi satu piring beserta ikan dan sayurnya. Gengsi mengakui enak yang terasa dalam mulutnya itu. Apa tidak malu dengan kenyataan tak bersisa di piring?Aku yang menggerutu dan senyum getir sendiri melihat tingkah suamiku ini, kaku dan susah bernada lembut kalau bicara denganku. Padahal aku berusaha untuk bisa bicara lembut dengannya, apalagi di depan orang."Firman, kamu jangan malu-malu di sini ya. Han, kamu sebagai istri harus bisa melayani suami kamu dengan baik." ucap Ibu yang menghampiri kami di meja makan.Menarik kursi dan langsung duduk Ibu bergabung dengan kami. Masih dalam suasana bahagia mempunyai menantu baru apalagi Mas Firman menantu yang menjadi pilihan Ibu.Bukan aku yang tidak bisa melayani suami, suaminya saja yang tidak mau di urus. Bukan salahku kalau."Iya, Bu." ucap bersamaan dengan Mas Firman.Saling pandang aku dan dia, bisa-bisanya kami bersamaan mengucapkan kata
SESAL ( Nikah Terpaksa )Bab 5By : Desy Irianti"Apa tidak bisa kamu merayu Firman untuk tinggal di sini, Nak."Tatapan matanya yang terlihat ada air di kelopak bawah. Sedih yang iya rasakan sekarang ini juga ikut aku rasakan. "Aku juga merasakan hal yang sama Ibu rasakan, sedih." gumamku dalam hati.Belum pernah aku hidup jauh dari orang tua yang telah memberikanku kehidupan seperti ini enaknya, kasih sayang yang berlimpah, fasilitas yang cukup. Membuatku takut sebenarnya kalau hidup berdua dengan Mas Firman, apalagi dengan sifat buruknya. Tapi, inilah kehidupan. Ada resiko yang harus aku terima dari setiap pilihan yang sudah aku pilih."Bu, Hana sudah menikah. Bukannya kalau kita sudah menikah, lebih bagus tinggal terpisah dari orang tua? Ibu kan sudah sering dengar dari penceramah di pengajian." Aku yang pernah ikut ke pengajian dan dengan tema yang sama aku alami ini, setelah menikah lebih bagus tinggal terpisah dari orang tua. Akan ada banyak masalah yang akan datang jika satu
SESAL ( Nikah Terpaksa )Bab 6By : Desy Irianti"Han, hari ini mau masak apa?" tanya Ibu yang tiba-tiba sudah berada di dapur. Aku tidak pernah meminta Ibu untuk membantu bertempur di dapur, kebiasaan Ibu yang sudah menjadi tanggung jawab setiap harinya harus bermain di tempat ini.Aku yang tidak terbiasa melakukan rutinitas di dapur setelah sholat subuh, tapi aku kalahkan malas yang selalu melekat setiap hari di tubuh ini demi kewajiban menyiapkan makanan untuk seorang suami."Mau masak ayam goreng, sambal terasi dan sayur asem. Ini yang masih ada di kulkas.""Kamu bisa masaknya?" Ibu memastikan aku yang selama ini tidak pernah melakukan pekerjaan ini. Wajar saja kalau Ibu meragukan pekerjaan ini yang harus aku lakukan untuk seterusnya.Bermodalkan kuota ponsel, aku sudah menyimpan resep ini yang tadi malam aku searching di google. Setidaknya ada usaha yang aku lakukan."Bisa, Bu. Sudah ada resepnya dari google." jawabku dengan cengar cengir.Berusaha dulu, masalah rasa biar nanti d
SESAL ( Nikah Terpaksa )Bab 7By : Desy IriantiTanpa aku minta doakan yang baik-baik, sudah jelas dan pasti seorang Ibu akan mendoakan yang terbaik untuk untuknya."Pak, saya mau keluar dulu ya." Terdengar suara Mas Firman berpamitan sama Bapak yang sedang duduk di luar."Oh, iya. Hana tidak ikut?" Spontan Bapak bertanya pada Mas Firman, mata Bapak yang berusaha mencari sosok anak perempuannya di belakang tubuh menantu barunya.Sah menjadi suami, pengantin baru, pergi sendiri mau kemana? Tanda tanya besar yang terlintas di pikiran orang yang melihat."Tidak, Pak." jawabnya dengan singkat dengan menggelengkan kepalanya.Tanpa ada bilang satu kata pun Mas Firman kepadaku kalau dia ingin keluar, tidak tahu dia mau kemana, dan aku pun tidak bertanya padanya. Aku ingin dia yang memberitahu sebelum ditanya, tapi itu tidak mungkin.Tidak ada dia menghargaiku sebagai istrinya, tegur sapa pun masih sangat sulit dilakukannya. Aku takut lama-lama akan ketahuan sama Ibu tentang rumah tangga yan
SESAL ( Nikah Terpaksa )Bab 8By : Desy IriantiTok, Tok"Han, Hana." Tersentak aku dari tidur, suara Ibu dan ketukan pintu sampai masuk ke dalam mimpi."Iya, Bu." sahutku dari dalam kamar.Kesiangan, matahari lebih cepat bangun dari pada aku. Sinarnya sampai sudah masuk ke dalam kamar dari sela-sela jendela. Hangatnya matahari pagi terasa di tubuhku yang belum tersentuh air.Seperti biasa, laki-laki di sebelahku ini lebih lama lagi bangunnya. Aku yang menangisi kejadian tadi malam sampai larut malam, tubuh ini juga masih beralaskan selimut, tak tahu aku tidur jam berapa sampai bisa kesiangan.Kubersihkan seluruh tubuhku, masih saja aku risih dengan kejadian tadi malam. Walaupun dia sudah halal bagiku, tapi aku merasa takut bersamanya. Kenyamanan belum bisa aku rasakan bila di dekatnya."Mas, Mas, bangun!" Menggoyangkan pundaknya berkali-kali.Tidak ada respon darinya, sebelum aku masuk kamar mandi, sudah kubangunkan juga. Sampai akhirnya aku selesai, tidak juga terbuka matanya. Tid
SESAL ( Nikah Terpaksa )Bab 9By : Desy Irianti"Mas sudah tidak ada tabungan!" jawabnya tanpa melihat wajahku, menunduk sambil mengunyah makanan yang ada di mulutnya."Hahh! Tidak mungkin saja kamu tidak ada tabungan. Selama ini kamu kerja apa tidak ada kamu sisihkan sedikit untuk disimpan!"Santai saja dia terus menikmati makanan, seperti tidak ada masalah dalam hidupnya. Sampai habis tidak tersisa satu butir pun nasi di piring, Mas Firman tidak menjawab juga.Kesabaranku selalu diuji olehnya. Emosiku yang tadi sudah turun kini meletup-letup kembali."Kamu yang benar saja, sedikitpun apa tidak ada tabunganmu?""Baru beberapa hari juga menikahimu, banyak kali pertanyaan kamu. Semua tabungan sudah habis untuk biaya menikahimu! Puassss!" Menggelegar suaranya keras dengan bola mata yang membulat ke arahku.Aku tahu biaya pernikahan itu tidak sedikit, tapi tidak percaya sepenuhnya kalau tidak ada sisa sedikitpun. Gajiku yang lebih sedikit dari gajinya saja bisa menyisihkan untuk di tabu
SESAL ( Nikah Terpaksa )Bab 52By : Desy IriantiTak berpaling mataku terus menatap wajah bayi kecilku. Hancurnya hatiku melihat anak yang baru berumur beberapa hari sudah harus dipasang selang infus.Tak ada masalah yang sangat menghancurkan hidupku selain melihat anakku terbaring di kamar rumah sakit.Banyaknya masalah yang suamiku sudah buat sampai mentalku hancur sehancurnya, tapi itu tidak sebanding sekarang ini. Melihat Rizky terbaring lemah di sini, apalagi saat melihatnya menangis ketika tajamnya jarum suntik itu masuk ke kulitnya.Kupegangi jari-jarinya yang kecil, kuelus rambutnya yang sedikit dengan perlahan agar tidak mengganggu tidurnya.Air mata yang tidak terbendung lagi, terus mengalir dari mata yang sudah bengkak karena sudah cukup lama aku menangis."Rizky anak yang kuat, Han. Pasti Rizky sembuh. Kamu harus kuat." ucap Ibu dengan lembut.Ibu yang selalu ada disampingku, yang selalu menguatkan di kondisi apapun. Tangannya yang merangkul pundakku memberi dukungan agar
SESAL ( Nikah Terpaksa )Bab 51By : Desy IriantiDari lubuk hatiku yang paling dalam, sebenarnya aku sedih mendengar ucapan Ibu. Tapi, kalau mengingat kelakuan Mas Firman, aku marah dan sangat benci padanya. Mengikuti keputusan Ibu adalah pilihan yang tepat sekarang ini."Han, ayo kita pergi dari sini! Rumah ini milik kamu, setelah masalah kamu dan Firman selesai, kamu bisa kembali lagi ke sini." ucap Ibu yang membangunkanku dari lamunan seraya mengingat kebaikan Mas Firman yang dua hari pernah membuatku layak menjadi seorang istri. Saat itu terlalu manis sikap dan perlakuannya padaku, sampai aku percaya yang dilakukannya itu murni kalau dia sudah berubah. Ternyata itu hanya trik Mas Firman untuk menutupi kebusukannya yang sudah hampir tercium."Han, ayokkk." Suara Ibu yang kedua kalinya lebih keras dari sebelumnya.Dengan menggendong Rizky dan tangan kanannya memegang perlengkapan susu Rizky. Sebagian barang sudah diluar, Ibu sudah mengeluarkan sebelum kami yang keluar.Mobil onlin
SESAL ( Nikah Terpaksa )Bab 50By : Desy IriantiKutatap wajah perempuan yang memperkenalkan dirinya dengan bangga mengaku pacarnya Mas Firman.Senyum getir terpaksa aku perlihatkan di depannya, tak terasa dari ekor mata ada air yang menetes, dengan segera aku usap dengan jari. Jangan sampai terlihat oleh Vania, dia akan senang melihatku sedih.Sakit, lebih sakit lagi hatiku saat melihat perut yang tidak sesuai besarnya dengan tubuh yang langsing semampai. Elusan di perutnya membuatku iba pada anak yang ada di dalamnya.Cantik, seksi. Itu yang aku lihat dengan mata. Tak bisa dibohongi kalau Vania memang cantik. Laki-laki mana yang tidak terpikat dengannya. Ditambah dia memang harus menjaga penampilan untuk menarik para pelanggannya.Jari-jari tangan Ibu menggenggam tanganku dengan erat. Aku tahu maksud Ibu, berusaha menguatkan aku."Firman tidak ada di rumah! Silahkan kamu pergi dari sini! Ini rumah anak saya!" ucap Ibu dengan nada yang berusaha tetap terkontrol.Orang tua mana yang
SESAL ( Nikah Terpaksa )Bab 49By : Desy Irianti"Sebenarnya diam-diam Ibu suka memperhatikan kalian berdua, tapi Ibu anggap masalah kalian masih masalah biasa-biasa saja." Suasana masih aman terkendali untuk Ibu tapi tidak untuk aku, aku mulai tegang."Ibu anggap karena kalian berdua waktu nikah belum saling mengenal, kekakuan diantara kalian, pasti juga akan terjadi sama pasangan lain yang belum saling kenal."Benar yang Ibu katakan, kekakuan kami memang hal yang wajar karena kami tidak menghabiskan waktu lama sebelum adanya pernikahan.Sangkin kakunya bibirku ini sampai aib yang selama ini Mas Firman buat, tidak pernah aku katakan sama orang lain. Tapi, kali ini tidak bisa lagi aku tutupi aibnya."Mas Firman selingkuh, Bu." ucapku dengan pelan.Tidak berani aku menatap ke arah Ibu, melihat wajahnya yang sudah pasti sedih aku tidak sanggup.Aku juga tidak bisa memastikan kekecewaan Ibu terhadap Mas Firman. Menantu pilihannya sendiri yang membuat hancur anak perempuannya. "Maksud
SESAL ( Nikah Terpaksa )Bab 48By : Desy Irianti"Firman, kamu sarapan dulu sebelum berangkat. Sudah Ibu siapkan di meja makan." ucap Ibu saat melihat Mas Firman saat sudah rapi.Berjalan menghampiri Mas Firman sambil membawa pakaian kotor Rizky untuk dicuci. Ketelatenan Ibu yang mau mengurus kebutuhan kami apalagi mengurus cucunya, tanpa ada aku suruh sedikitpun. Malah aku mau membayar orang untuk mengurus anakku sampai masa penyembuhan yang harus aku lalui, Ibu malah marah."Ibu masih sanggup kalau hanya urus kalian." ucap Ibu padaku saat aku mau bayar orang.Aku yang hanya bisa menunggu di kamar dan di atas kasur. Sesekali aku berusaha untuk bangun dan belajar sendiri agar bisa cepat pulih. Rasa perih dan ngilu yang masih terasa.Sampai selesai Ibu mengurus Rizky, tak terlihat wajah yang capek, malah senyum sumringah yang aku dapatkan. Mungkin kehadiran Rizky menjadi pengobat kehilangan yang sudah pergi buat Ibu.Bersyukur memiliki Ibu seperti ini, tinggal perempuan mulia ini yang
SESAL ( Nikah Terpaksa )Bab 47By : Desy Irianti"San, jemput Ibu sekarang, ya." Terdengar saat layar datar menempel di telinga Ibu."Ibu mau pulang, ya? tanyaku yang seakan tidak rela ditinggal Ibu."Iya, Han. Sudah jam sembilan malam, kasihan Sany di rumah sendiri."Walau tidak rela sebenarnya kalau Ibu pulang. Keadaanku masih sangat memerlukan bantuan. Bekas operasi yang membuatku harus ekstra bersabar. Aku tidak boleh egois, ada Sany yang juga membutuhkan Ibu, apalagi dia masih gadis."Kan ada Firman. Pasti suami kamu bisa, waktu di rumah sakit juga dia yang urus waktu malam, dia yang buatkan susu, gantikan kalau ngompol. Besok pagi-pagi Ibu datang kemari. Tidak usah kamu pikirkan masak, biar Ibu yang masak di rumah."Tersenyum walau dengan senyuman yang getir. Bukan masalah masak, aku tidak mau minta tolong sama Mas Firman untuk membantuku. Nanti dia berfikir kalau aku sudah memaafkannya dan tidak akan minta cerai."Ibu pulang, ya." Mencium cucunya sebelum keluar dari kamar, dan
SESAL ( Nikah Terpaksa )Bab 46By : Desy Irianti"Apapun masalah kamu sama Firman, nanti kita bahas di rumah. Kamu pulihkan dulu badan kamu, tidak usah banyak pikiran." Aku tidak tahu sekuat apa hati Ibu. Selama ini aku memikirkan tentang perasaan Ibu sampai aku mengabaikan perasaanku sendiri.Saat aku mengatakan ingin cerai dengan suamiku sejak awal pernikahan, takut sekali bibir ini mengucapkannya. Sekarang aku tak tahan lagi hidup dengan Mas Firman, makanya terucaplah.Tanpa adanya rasa kaget ataupun bingung yang terlihat dari wajah Ibu, santai bahkan masih bisa melemparkan senyuman padaku."Apa Ibu sudah mendapatkan cerita dari Mas Firman?" gumamku dalam hati.Kalau memang iya, apa yang disampaikan Mas Firman sampai semuanya terlihat biasa-biasa saja seperti tidak ada masalah."Han, Ibu mau sholat dulu. Kamu bisa kan Ibu tinggal dulu.""Iya, Bu. Bisa."Dengan membawa mukenah berwarna putih bermotifkan bunga keemasan, Ibu meninggalkan aku sendiri di kamar rawat.Menikmati sakit h
SESAL ( Nikah Terpaksa )Bab 45By : Desy IriantiKututup kedua telinga dengan kedua tangan kuat agar tidak terdengar lagi suara laki-laki jahat yang membuatku hampir gila.Air mata yang mengalir deras seakan tumpah keluar semuanya, tak bisa aku menahannya."Han, Hana. Mas minta maaf, tolong buka pintunya sebentar." Masih kudengar suara seperti memelas.Aku yang terlalu bodoh mempercayainya atau Mas Firman yang sangat pintar. Begitu gampang aku tertipu dengan sikap manisnya yang membuatku terbang. Aku masuk ke dalam perangkapnya.Sesak dadaku menahan perihnya luka yang sangat dahsyat diberikan suamiku sendiri. Terlalu kejam cara dia menghancurkan mentalku.Satu jam berlalu, tak kudengar lagi suaranya memanggil namaku. Mulai mereda tangisanku bercampur dengan rasa capek. Air mata yang deras, kini tinggal tetesan saja yang keluar. Kering sudah.Setengah hari aku berada di dalam kamar tanpa ada minum dan makan sedikitpun. Sedih sekali hatiku, sampai begini dia menghancurkan aku yang seda
SESAL ( Nikah Terpaksa )Bab 44By : Desy IriantiMemperhatikan sekeliling saat aku keluar dari kamar mandi. Tidak ada perempuan yang aku lihat, sosok laki-laki yang menjadi suamiku pun tidak terlihat di depan mata."Mas, Mas Firman." Panggil-panggil suamiku yang tidak menjawab.Kutelusuri ruangan sampai ke kamar, tidak kudapati Mas Firman ada di sana.Kulempar pandangan ke arah luar dari jendela, ternyata Mas Firman ada di luar dengan ponsel yang menempel di telinga."Ternyata Mas Firman sedang nelpon, suara perempuan itu pasti adiknya." lirihku pelan.Tak ada pikiran jelek sedikitpun dengan Mas Firman. Dengan cara dia memperlakukan aku beberapa hari ini, kepercayaanku sudah kuat untuk mempercayainya.Niat hati keluar untuk menghampiri Mas Firman, seketika kakiku berhenti di samping meja makan. Dua teh hangat sudah tersedia di atas meja dengan satu cake yang bertuliskan i love you.Hampir lepas jantungku dari tempatnya. Perempuan mana yang tidak bahagia dibuat seperti ini oleh suamin