Home / Lain / SEPEDA TUA WARISAN KAKEK / BAB 152 NASEHAT AYAH

Share

BAB 152 NASEHAT AYAH

Author: Anna Janitra
last update Last Updated: 2023-11-27 20:20:30

Aku menghadiahkan sebuah tamparan keras di pipinya hingga membekas cantik. Puas? Iya, aku sangat puas melihat dia semakin marah. Sisi burukku telah datang san sulit mengontrolnya.

Andai Mas Yanuar tidak pulang maka kami pasti akan saling menjambak dan memukul satu sama lain. Karena sama-sama terbakar api kemarahan. Seseorang dengan memakai peci pun datang diantara kerumunan ini.

"Hentikan! Ada apa ini? Malu, Mbak, dilihat banyak orang. Setiap masalah bisa diselesaikan baik-baik tanpa harus bermain fisik!" ujar lelaki tersebut.

"Saya sebagai ketua RT disini bertanggung jawab atas apa yang terjadi di lingkungan saya dan Mbak ini siapa?" Pertanyaan Pak RT itu belum dijawab Julia.

Napasnya masih memburu dengan tatapan mata tajam ke arahku.

"Pak, bisa diselesaikan di dalam?" Kini Mas Yanuar yang mencoba menenangkan suasana.

Pak RT mengajak seseorang yang memegang tangan Julia dan masuk ke dalam rumahku. Dia berontak tidak ingin mengikuti apa yang menjadi keputusan itu, tapi lelaki yang mem
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
LarasatiEndang PoenyanyaPithy Arjoenaneglendang
heran jg sama juulia pengen nampol sajađź« đź« 
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • SEPEDA TUA WARISAN KAKEK    BAB 153 JULIA NANGIS

    Julia nangis? Aku nggak salah lihat ini? Berulangkali ku usap mata untuk memperjelas jika apa yang aku lihat adalah sebuah kenyataan. Hingga cubitan kecil mendarat di paha ini, mata Mas Yanuar melotot ke arahku sambil memberikan kode kedipan.Sebagai pasukan aku pun tunduk pada perintah pemimpin, memasang wajah sedih."Tutup sudah permusuhan ini, Nak! Kamu dan Suci harus memulainya dengan baik supaya kelak anak-anak kalian bisa berhubungan baik. Jaman sudah modern dan semakin maju, begitu pula pola pikir dan jalan yang kalian tuju, masak mau membentuk karakter yang sama dengan masa lampau dan malah mundur. Lagi pula malu sama tetangga, kadang ada tetangga yang senang dengan perselisihan kita.""Masak kamu mau menjadi hiburan mereka yang akan memecah belah keluarga kita, ayo, Nak, perbaiki!" Panjang lebar Ayah memberikan nasehat kepada Julia dan itu semakin membuat wanita itu tergugu.Julia benar-benar menangis di hadapanku, dia sedih. Dalam hati aku bersyukur jika masih ada hati baikn

    Last Updated : 2023-11-28
  • SEPEDA TUA WARISAN KAKEK    BAB 154 RAGU

    “Kamu, nangis?” ucapku tanpa berkedip mendengar kata maaf yang terucap dari mulut Julia.Mas Yanuar yang melihatku seperti seseorang yang tengah kerasukan sontak mencubit kecil di bagian paha. Sakit banget.“Apa sih?” tanyaku kencang.“Aku tahu jika selama memang akulah yang salah. Maaf, ya,” ujarnya lembut.“Tidak apa, setiap orang mempunyai kesalahan dan kekhilafan, itu wajar. Yang paling penting kita sekarang sudah memadamkan api permusuhan ini. Semoga kedepannya lebih baik,” jawab Mas Yanuar.Ayah dan Julia pun pulang setelah berpamitan. Meninggalkan aku yang benar-benar kaget di buat oleh sikap dari Julia tersebut. Semudah itu dia berubah? Aku masih tak habis pikir jika keadaan sedang ini masih terlalu cepat berlalu.Dia dan keluarganya yang selalu mencari keributan kini meminta maaf dan kita baikan? Aku masih belum percaya sepenuhnya.“Bersyukur karena dia sudah berubah.” Mas Yanuar menyodorkan segelas air putih. Spontan aku langsung meminumnya hingga tandas.Seperti seseorang y

    Last Updated : 2023-12-01
  • SEPEDA TUA WARISAN KAKEK    BAB 155 SESUATU

    Hari ini aku bersemangat sekali untuk pergi berkunjung ke rumah Ayah dan Ibu. Bukan semangat melihat mereka, tapi jiwa kepo ini seakan membara dan ingin secepatnya tahu apa yang terjadi pada Julia dan keluarganya. Ah, aku terlalu jahat untuk tahu kisah mereka.Semua sudah siap dan tinggal berangkat saja ke kediaman orang tua tercinta. Mas Yanuar yang melihatku bersemangat dan bergairah jutsru mengernyitkan keningnya dengan bibir yang di angkat pas di ujungnya saja.“Kayak mau piknik saja senangnya!” ujarnya dengan memakai sepatu kerjanya.“Sduah jangan banyak kata, ayo segera otewe!” ajakku dengan menggendong Raka menuju mobil.Mas Yanuar hanya menanggapi sikapku dengan tawa kecil lalu mengunci pintu dan segera meluncur ke rumah Ayah Ibu. Dalam perjalanan hatiku terasa tak menentu, seperti menunggu kado terindah yang berisi kejutan tak terduga.Rumah sedikit ada keramaian, ada sepeda motor dua dan tawa terdengar menggema dan itu malah semakin membuat jantungku berdetak kencang. Pikira

    Last Updated : 2023-12-01
  • SEPEDA TUA WARISAN KAKEK    BAB 156 TAMU BESAR

    “Assalamualaikum!” Suara salam berbarengan itu membuat aku deg-degan.Lelaki dewasa dengan menganggukkan kepalanya lalu mengukir senyum yang berat itu berdiri tak jauh dari sang adik, Julia. Angga, lelaki angkuh yang selama ini aku kenal sejak kecil. Dia nakal saat kita bermain dulu, selalu saja mencari gara-gara supaya Ibunya memarahiku sejadi-jadinya kini berubah lembut?Rasanya aku seperti bermimpi di siang hari. Nggak percaya sama sekali jika mereka akan berubah secepat itu. Apalagi saat mataku tertuju pada sesosok lelaki yang berambut putih duduk di kursi roda depan mata yang basah itu. Ah, ini pemandangan paling memuakkan sepanjang masa.Kejahatan-kejahatan mereka pun melintas bagaikan membuka memori ponsel, bisa melihat hal yang pernah terjadi beberapa tahun silam. Tubuh ini semakin menegang kala mengingat betapa kejinya segala penghinaan dan perbuatan yang sulit diterima akal sehat.“Wa’alaikum salam,” jawab Ibu, Ayah dan Mas Yanuar serempak hingga menyadarkan diriku dari lamu

    Last Updated : 2023-12-03
  • SEPEDA TUA WARISAN KAKEK    BAB 157 AMARAHKU

    Aku tertegun melihat sikap Ibu yang seolah tidak pernah terjadi sesuatu, sungguh hatinya terbuat dari apa wanitaku itu? Emosiku saja sudah berkumpul dan siap untuk meledak, tapi Ibu dan Ayah?“Kami kesini mau minta maaf atas apa yang telah kami lakukan baik itu sengaja ataupun tidak. Maafkan kami,” ucap Lek Santoso, mata itu telah redup.Seperti bukan milik dia, dulu saat dia masih gagah dan sehat, tatapan itu sungguh sangat membuatku ingin memakinya dan memukul wajah yang songong itu. Akan tetapi, kini, hari ini dan detik ini semua berubah seratus delapan puluh derajat.“Maafkan aku juga, Paman. Maaf, aku tahu jika selama ini aku salah dan tidak menjadi keluarga yang baik, tapi tolong demi masa depanku, maafkan yang telah berlalu!” pintanya dengan nada sedikit bergetar.Aku masih setia melihat sikap mereka satu persatu, aku masih menunggu apa yang ingin dikatakan oleh anggota keluarga yang masih ku benci itu. Angga, bilang demi masa depan dia, berarti ini hanya demi dia seorang bukan

    Last Updated : 2023-12-04
  • SEPEDA TUA WARISAN KAKEK    BAB 158 MEMAAFKAN

    “Suci, dengarkan Mbah Lastri sebentar saja! Bisa?” Suara parau itu membuat amarahku sedikit reda.Sebenarnya bukan reda hanya saja aku berusaha meredakan sekejap. Karena beliau adalah orang yang selalu menyayangi diri ini tulis sehingga apapun yang dikatakan aku selalu nurut.Kali ini pun sama, aku langsung berusaha menetralkan segala kebencian yang sudah memuncak. Menepiskan semua emosi yang tengah membara, bukan hal mudah. Akan tetapi, aku berusaha keras melawannya.“Mbah!” Akhirnya aku menjawab beliau dengan pandangan memohon untuk tidak memarahiku.“Tidak ada sepuluh menit.” Mbah Lastri kembali mengatakan apa yang akan dikehendaki.“Di dunia ini tidak ada yang abadi, semua hanya semu dan abu-abu. Setiap manusia diberikan akal serta pikiran untuk selalu memilih mana yang baik dan buruk. Dendam, benci semua ada, tapi apakah itu baik bagi kita? Jika kaki melangkah dalam bayang-bayang permusuhan, kamu tahu sendiri apa yang terjadi bukan? Nggak akan pernah bahagia, hanya sakit hati saj

    Last Updated : 2023-12-07
  • SEPEDA TUA WARISAN KAKEK    BAB 159 USAI

    Malam ini kami menginap di sini, rasa kangen yang setiap kali hadir membuat diriku semakin ingin berada di rumah ini bersama Ibu dan Ayah. Makanan yang dimasak oleh Ibu terasa begitu membuat selera ini datang dan menghabiskan nasi.“Pelan-pelan kalau makan, itu masih banyak tumis kangkung dan sambalnya,” ujar Ibu yang ku balas dengan senyuman.“Bu, lalu siapa yang memberikan makanan buat Mbah Lastri jika dia nggak mau tinggal di sini?” tanyaku di saat suapan terakhir.“Kadang Ibu, kadang juga beliau masak sendiri. Tergantung selera, namanya juga sudah tua, lidah yang pagi ini siang itu membuat kami bingung,” jawab Ibu.“Kenapa nggak mau sekalian tinggal di rumah ini?” Kini Mas Yanuar yang bertanya, mungkin dia juga penasaran sama sepertiku.“Paling enak itu tinggal di rumah sendiri, meskipun rumah orang lain lebih besar dan lebih baik. Nanti kalau kalian sudah tua pasti bisa merasakan hal tersebut,” kok Ayah.Selesai makan malam, kami duduk di depan televisi. Menonton berita sambil be

    Last Updated : 2023-12-15
  • SEPEDA TUA WARISAN KAKEK    BAB 160 HATI

    Pagi-pagi sekali aku menata barang bawaan untuk dibawa pulang. Di kursi itu aku juga mengajak Raka berbicaralah supaya dia anteng.“Maafkan, Mbah,” ucap seseorang yang tak ku hiraukan.Rasa sakit yang sudah bertahun-tahun ini tidak bisa dengan sekejap aku hilangkan bahkan sembuhkan sekalipun. Entah sisi jahatku ini kenapa tidak bisa pergi dengan ucapan maaf dari mereka. Masih terlalu sakit. Akan tetapi, jika aku masih bergelut dengan dendam dan luka maka benar apa yang dikatakan oleh Mas Yanuar, jika aku tidak akan bisa maju.Ruang lingkupku pun akan tetap sama di situ-situ saja dan enggan bergerak padahal yang bisa menjalankan adalah diriku sendiri. Tanpa terasa air mata ini jatuh berlomba-lomba menuju pipi, tidak ada suara karena terlalu sakit.“Ikhlaskan, nggak ada yang bisa menyembuhkan luka kita sendiri kecuali dengan ikhlas dan ikhlas. Jika masih saja seperti itu, kapan kamu akan berkembang lebih baik?” Tepukan kecil di pundak dan suara lembut itu tidak mampu membuat air mata in

    Last Updated : 2024-01-01

Latest chapter

  • SEPEDA TUA WARISAN KAKEK    BAB 165 TAMAT

    Akupun ikut berbaur dengan memeluk mereka berdua, kami berangkulan dengan deraian air mata. Semua yang di dada keluar, hingga kesalahan yang paling ujung di dalam jiwa pun seakan ikut keluar juga. Terbang tinggi mengikuti angin yang baru saja datang.Juga saat elusan lembut mendarat di punggung ini menyadarkanku dari tangisan. Ku lihat mata indah yang pernah membuat hatiku terbuai itu lalu memeluknya erat dan mengatakan dengan terbata kata maaf.“Maafkan aku, Mas, aku belum bisa menjadi istri yang baik bagimu. Maafkan aku,” isakku hari.“Aku sudah memaafkan, kita perbaiki kesalahan yang pernah lalu supaya kedepannya rumah tangga yang telah kita bina semakin baik dan bahagia, mau?” ucap Mas Yanuar dengan menyeka air mata ini.Aku hanya bisa mengangguk karena sekedar bersuara lagi pun tenggorokan ini terasa sulit. Semua seolah berhenti di tengah-tengah sehingga yang mampu aku lakukan adalah menangis dan menangis. Bahagia rasanya memiliki suami seperti Mas Yanuar, dia begitu sabar di saa

  • SEPEDA TUA WARISAN KAKEK    BAB 164 LULUH

    “Suci, apa kamu ingin tahu isi hati kami? Terlebih lagi Ibu, apakah kamu ingin mengetahuinya, nak?” Ibu mulai bersuara, beliau duduk di kursi bambu lalu memandang ke depan.Tidak ada airmata juga kesedihan, beliau justru beberapa kali mengedipkan kedua matanya. Aku melihat itu adalah sebuah cara untuk menghalau air mata supaya tidak keluar. Aku yakin itu.“Sebenarnya jauh di lubuk hati ibu sakit, terluka dan perih sekali menerima kenyataan pada usia senja Ibu ini. Ipar, keponakan dan mertua yang begitu membenci Ibu, berharap ibu tidak ada lagi di dunia ini, memaki Ibu, menghina bahkan meludahi Ibu dengan tawa nyaringnya kala itu. Semua perlakuan mereka memang membekas di sini!” ucap Ibu dengan menunjuk dadanya yang naik turun.Semua terdiam, baik itu Mas Yanuar dan Ayah. Tiba-tiba suasana berubah, pada hewan peliharaan kami pun seolah tahu bahwasanya ada hati yang ingin membuka luka menganga tersebut.Bahkan aku nyaris ambruk tatkala mendengar perkataan Ibu yang jauh dari perkiraanku

  • SEPEDA TUA WARISAN KAKEK    BAB 163 KACAU

    “Coba kamu ulangi lagi!” titah Mas Yanuar, dia berdiri sambil menatap ke arahku.“Berapa kali kamu meminta perpisahan kepadaku?” imbuhnya.“Jika memang aku bukanlah yang terbaik bagimu kenapa tidak kita sudahi saja pernikahan ini? Bukankah seumur hidup itu lama dan kita juga masih muda, kamu masih banyak pilihan yang baik untuk kedepannya. Soal Raka, aku tidak akan menghalangi untuk bertemu.”“Masih banyak wanita diluar sana yang jauh lebih baik daripada aku bukan? San kamu tahu sendiri jika aku sulit diatur dan tidak bisa bekerjasama dengan baik. Lalu apa yang kamu cari lagi jika celah dan kesempatan sudah aku berikan?” ujarku dengan bibir bergetar.Sakit sebenarnya hati ini mengeluarkan apa yang baru saja terdengar aneh di telinga. Namun, aku akan semakin sakit jika tidak ada dukungan dan genggaman kuat menghadapi hati yang terus saja tersakiti oleh sikap dan ucapan mereka yang aku sayang.Aku keluar kamar, menuju tempat paling nyaman, dia adalah kursi yang terbuat dari bambu dan te

  • SEPEDA TUA WARISAN KAKEK    BAB 162 KAGET

    Pagi ini kami tidak jadi pulang, Ibu terlampau khawatir dengan keadaan yang sedang kacau ini. Apalagi sejak tadi aku hanya diam dengan tatapan mata kosong. Pikiran yang berkecamuk seolah ingin mengajakku kembali terpuruk jauh dalam tragedi hati yang tidak tahu kapan selesainya ini.Mas Yanuar pun seolah tidak ingin membiarkan istrinya larut dalam tangisan. Dengan setia dia menemaniku di dalam kamar, mengaji dan sesekali menatap mata ini dengan sebuah senyuman.“Nggak kerja?” tanyaku saat suamiku berhenti mengaji.Dia menggeleng pelan lalu meletakkan kembali kita suci itu di tempatnya semula. Kembali duduk di samping lalu mengelus lembut rambut yang terurai panjang sepinggang ini. Perlahan Mas Yanuar menciumnya lalu memeluk dari belakang sambil berbicara.“Kegagalan seorang suami terhadap istri itu bukanlah karena hal duniawi saja, tapi jalan menuju akhirat. Imam, pemimpin pasti akan mengajak anggotanya untuk tetap berada di jalan yang baik, dengan susah payahnya atau mudah pasti akan

  • SEPEDA TUA WARISAN KAKEK    BAB 161 KERAS KEPALA

    “Nggak semudah itu aku bisa melakukan hal konyol ini, Ayah!” “Ayah tahu, tapi setidaknya kamu bisa mengatakan hal itu di sini dan sekarang!”“Itu namanya pemaksaan, aku nggak bisa mengatakan hal yang tidak tulus dari hati.”“Mereka bisa dan berani minta maaf kesini bukankah itu hebat. Kebesaran hati mereka merendah dan mengatakan kalau perbuatan di masa lalu adalah kesalahan dan yakin akan memperbaiki semuanya bukankah itu hebat? Nak, Ayah dan Ibu tidak pernah mengajarkan hal dendam terhadapmu. Ini demi masa depanmu kelak supaya jangan dendam dengan seseorang karena justru akan merugikan diri sendiri,” jelas Ayah bijak.“Ayah semangat sekali membela mereka di sini!” ucapku ketus.Mata itu tajam ke arahku, Ibu pun sama. Kedua orang tuaku seolah ingin bertarung hebat dengan diri ini hanya karena orang lain yang telah menjadi saudaranya.“Jangan pernah ke rumah ini jika kata maafmu tidak ada!”“Ayah!” Suara Ibu meninggi mendengar suaminya berucap demikian padaku putri kesayangannya.Ent

  • SEPEDA TUA WARISAN KAKEK    BAB 160 HATI

    Pagi-pagi sekali aku menata barang bawaan untuk dibawa pulang. Di kursi itu aku juga mengajak Raka berbicaralah supaya dia anteng.“Maafkan, Mbah,” ucap seseorang yang tak ku hiraukan.Rasa sakit yang sudah bertahun-tahun ini tidak bisa dengan sekejap aku hilangkan bahkan sembuhkan sekalipun. Entah sisi jahatku ini kenapa tidak bisa pergi dengan ucapan maaf dari mereka. Masih terlalu sakit. Akan tetapi, jika aku masih bergelut dengan dendam dan luka maka benar apa yang dikatakan oleh Mas Yanuar, jika aku tidak akan bisa maju.Ruang lingkupku pun akan tetap sama di situ-situ saja dan enggan bergerak padahal yang bisa menjalankan adalah diriku sendiri. Tanpa terasa air mata ini jatuh berlomba-lomba menuju pipi, tidak ada suara karena terlalu sakit.“Ikhlaskan, nggak ada yang bisa menyembuhkan luka kita sendiri kecuali dengan ikhlas dan ikhlas. Jika masih saja seperti itu, kapan kamu akan berkembang lebih baik?” Tepukan kecil di pundak dan suara lembut itu tidak mampu membuat air mata in

  • SEPEDA TUA WARISAN KAKEK    BAB 159 USAI

    Malam ini kami menginap di sini, rasa kangen yang setiap kali hadir membuat diriku semakin ingin berada di rumah ini bersama Ibu dan Ayah. Makanan yang dimasak oleh Ibu terasa begitu membuat selera ini datang dan menghabiskan nasi.“Pelan-pelan kalau makan, itu masih banyak tumis kangkung dan sambalnya,” ujar Ibu yang ku balas dengan senyuman.“Bu, lalu siapa yang memberikan makanan buat Mbah Lastri jika dia nggak mau tinggal di sini?” tanyaku di saat suapan terakhir.“Kadang Ibu, kadang juga beliau masak sendiri. Tergantung selera, namanya juga sudah tua, lidah yang pagi ini siang itu membuat kami bingung,” jawab Ibu.“Kenapa nggak mau sekalian tinggal di rumah ini?” Kini Mas Yanuar yang bertanya, mungkin dia juga penasaran sama sepertiku.“Paling enak itu tinggal di rumah sendiri, meskipun rumah orang lain lebih besar dan lebih baik. Nanti kalau kalian sudah tua pasti bisa merasakan hal tersebut,” kok Ayah.Selesai makan malam, kami duduk di depan televisi. Menonton berita sambil be

  • SEPEDA TUA WARISAN KAKEK    BAB 158 MEMAAFKAN

    “Suci, dengarkan Mbah Lastri sebentar saja! Bisa?” Suara parau itu membuat amarahku sedikit reda.Sebenarnya bukan reda hanya saja aku berusaha meredakan sekejap. Karena beliau adalah orang yang selalu menyayangi diri ini tulis sehingga apapun yang dikatakan aku selalu nurut.Kali ini pun sama, aku langsung berusaha menetralkan segala kebencian yang sudah memuncak. Menepiskan semua emosi yang tengah membara, bukan hal mudah. Akan tetapi, aku berusaha keras melawannya.“Mbah!” Akhirnya aku menjawab beliau dengan pandangan memohon untuk tidak memarahiku.“Tidak ada sepuluh menit.” Mbah Lastri kembali mengatakan apa yang akan dikehendaki.“Di dunia ini tidak ada yang abadi, semua hanya semu dan abu-abu. Setiap manusia diberikan akal serta pikiran untuk selalu memilih mana yang baik dan buruk. Dendam, benci semua ada, tapi apakah itu baik bagi kita? Jika kaki melangkah dalam bayang-bayang permusuhan, kamu tahu sendiri apa yang terjadi bukan? Nggak akan pernah bahagia, hanya sakit hati saj

  • SEPEDA TUA WARISAN KAKEK    BAB 157 AMARAHKU

    Aku tertegun melihat sikap Ibu yang seolah tidak pernah terjadi sesuatu, sungguh hatinya terbuat dari apa wanitaku itu? Emosiku saja sudah berkumpul dan siap untuk meledak, tapi Ibu dan Ayah?“Kami kesini mau minta maaf atas apa yang telah kami lakukan baik itu sengaja ataupun tidak. Maafkan kami,” ucap Lek Santoso, mata itu telah redup.Seperti bukan milik dia, dulu saat dia masih gagah dan sehat, tatapan itu sungguh sangat membuatku ingin memakinya dan memukul wajah yang songong itu. Akan tetapi, kini, hari ini dan detik ini semua berubah seratus delapan puluh derajat.“Maafkan aku juga, Paman. Maaf, aku tahu jika selama ini aku salah dan tidak menjadi keluarga yang baik, tapi tolong demi masa depanku, maafkan yang telah berlalu!” pintanya dengan nada sedikit bergetar.Aku masih setia melihat sikap mereka satu persatu, aku masih menunggu apa yang ingin dikatakan oleh anggota keluarga yang masih ku benci itu. Angga, bilang demi masa depan dia, berarti ini hanya demi dia seorang bukan

DMCA.com Protection Status