Share

Tak Ada yang Aneh

Author: Atieckha
last update Last Updated: 2025-03-10 23:31:58

“Boy, boleh kami pergi duluan Kau pesan saja minuman semua aku yang akan membayarnya,” ucap Jackson menghentikan cumbuan Boy dengan salah satu wanita itu.

“Kau mau kemana? Di sini saja,” ucapnya.

Jackson menggeleng, “dia masih lugu,” jawabnya sambil melirik Penelope yang sudah setengah sadar akibat minuman keras yang diminum berlebihan.

Boy terkekeh, “lanjutkan,” jawabnya.

Jackson segera membawa Penelope ke sebuah hotel mewah yang sering ia datangi bersama para wanita penghibur. Meski Penelope sudah terlihat mabuk, namun wanita itu masih sadar kalau yang bersamanya saat ini adalah Jackson.

Setelah melakukan check in, keduanya buru-buru masak ke dalam kamar. Tanpa ragu Jackson segera melepaskan pakaian yang dikenakan oleh Penelope.

Pandangannya mulai berkabut saat melihat tubuh polos Penelope di depan matanya. Di balik gaun malam yang dikenakan oleh Penelope, tak ada pakaian dalam sama sekali yang dipakai oleh perempuan ini. Bahkan bagian bawahnya sudah dicukur habis bulunya, hingga
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Anniversary

    Setelah selesai melakukan peninjauan proyek, Davin mengajak semua timnya untuk makan siang bersama di restoran. Bukan hanya sebagai bentuk apresiasi atas kerja keras mereka, tapi juga karena hari ini adalah hari yang istimewa—ulang tahun pernikahannya dengan Naura.Mereka memilih restoran mewah dengan suasana yang nyaman dan pelayanan eksklusif. Tim Abimanyu Group duduk di meja panjang, berbincang santai sambil menunggu pesanan mereka datang. Meskipun mereka masih dalam perjalanan dinas, suasana jauh lebih santai dibandingkan rapat atau pertemuan resmi.Naura duduk di sebelah Davin, seperti biasa. Ia tersenyum melihat suaminya tampak lebih rileks dibandingkan tadi pagi. Setelah serangkaian pembicaraan serius mengenai proyek hotel yang akan dibangun, kini mereka bisa menikmati waktu bersama dengan lebih santai.Setelah beberapa saat, makanan pun mulai dihidangkan. Semua menikmati hidangan sambil mengobrol ringan, membahas berbagai hal di luar pekerjaan. Suasana akrab membuat waktu tera

    Last Updated : 2025-03-10
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Jual Diri

    "Jadi, berapa uang yang kamu butuhkan?" tanya Davin pada sekretarisnya. Naura menunduk, bingung harus menjawab karena nominalnya sangat tidak masuk akal. "Sa—satu-" Naura belum sempat menyelesaikannya, namun suara Davin memotong ucapannya. "Satu juta?" Naura menghela napas berat. Ia bingung harus menjawab apa. Demi apapun, Naura sangat malu. "Cepat katakan!" desak Davin. Sambil memejamkan mata, sang sekretaris kembali menjawab, "Satu miliar, Pak Davin." Alis Davin sontak berkerut. Bisa-bisanya sekretaris yang baru bekerja satu bulan dengannya berani meminjam uang sebesar itu. "Mau dipakai untuk apa uang itu, Naura?" Suara berat Davin membuat Naura semakin gugup dan menunduk. "Lihat lawan bicaramu!" ucap Davin lagi. Naura mengangkat wajahnya, menatap CEO Abimanyu Group, perusahaan nomor satu di Sun City, yang mempunyai ketampanan nyaris sempurna. Kulit putih, tinggi badan 185 cm, kekar, mata abu-abu, hidung mancung, dan rambut yang selalu disisir rapi ke atas. "Sa—saya harus m

    Last Updated : 2024-10-10
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Masih Perawan

    "Siapa sih ini? Belum juga mulai!" Davin menggerutu, lalu kembali mengenakan pakaiannya sembarangan. Setelah itu, ia membuka pintu kamar hotel tersebut, hanya memberi sedikit celah bagi orang yang ada di depan kamar. "Kamu ini mengganggu saja," kata Davin, kesal pada Bram, wakilnya di kantor yang mengetahui perihal Naura akan meminjam uang sebesar 1 miliar. "Saya hanya ingin memberikan surat ini untuk Anda, Pak Davin," ucapnya sambil menyerahkan map berwarna merah kepada Davin. "Oke, terima kasih. Sekarang kamu boleh pergi. Dan ingat, jangan sampai ada yang tahu soal ini," kata Davin dengan penuh penekanan. "Tenang saja, Pak. Saya sudah bekerja dengan Anda puluhan tahun, dan tak sekalipun saya pernah membocorkan rahasia Anda. Saya tidak mungkin melakukan itu, mengkhianati orang yang sudah memberi saya tempat untuk mencari nafkah," ucap Bram. "Ya sudah, pergilah, dan tolong tangani dulu urusan kantor. Aku masih ingin mencoba rasanya perawan seperti apa," bisiknya kepada Bram, yang

    Last Updated : 2024-10-10
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Puas

    Setelah kegiatan panas mereka, Naura dan Davin membersihkan diri secara bergantian. Setelah penampilannya rapi, mereka kembali duduk di sofa yang ada di dalam kamar hotel itu secara berhadap-hadapan. "Kamu tahu, kan, kalau aku adalah laki-laki yang mengidap penyakit hiperseksual, dan aku baru bisa tidur setelah melakukan pelampiasan dengan lawan jenis," ucap Davin sambil menatap ke arah sang sekretaris yang saat ini menunduk dan tidak berani menatap ke arahnya. "Aku ingin kamu menandatangani surat perjanjian ini, bahwa kamu siap menjadi pelampiasan hasrat saya sampai nanti menjelang hari pernikahanmu dengan Aldo," tambah Davin, yang berhasil membuat Naura melotot ke arahnya. "Tapi, Pak, bagaimana kalau saya dengan Aldo menikahnya masih lama?" tanya Naura polos. Davin kembali tersenyum. "Selama kamu belum menikah, maka selama itu juga kamu harus menjadi pelampiasan hasratku, kecuali aku pulang ke kota kelahiranku, baru saat itu kamu bisa bebas," tutur Davin tanpa memberi kelonggara

    Last Updated : 2024-10-10
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Pacar Pelit

    Naura segera bangkit karena ia tidak mungkin berlama-lama di sana. Ia melajukan motornya yang sudah lecet akibat terjatuh, menuju ke kantor. Hari ini, Davin ada meeting, dan Naura harus menunggu pria itu sampai selesai rapat dengan Kepala Divisi di kantor Abimanyu Group. Saat Naura tiba di kantor, Aldo melihat kekasihnya mengalami luka lecet dan segera menghampiri. “Kamu kenapa, sayang?” tanya Aldo. Sebetulnya, Naura sedang marahan dengan kekasihnya. Ketika ia meminta tolong pada Aldo untuk memberinya pinjaman melunasi utangnya pada rentenir, bukannya uang yang didapatkan, Naura justru menerima caci maki dari kekasihnya. “Jatuh,” jawab Naura dengan suara serak. “Jatuh di mana? Kenapa bisa jatuh? Kamu ini setiap kali bawa motor selalu tidak pernah hati-hati,” kata Aldo dengan nada ketus. Ia melihat ke arah sepeda motor yang ia hadiahkan untuk Naura, kini lecet, dan kemarahannya pun memuncak. “Kamu ini memang tidak pernah telaten! Dikasih apa pun, tidak pernah dijaga dengan baik.

    Last Updated : 2024-10-10
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Istri Kesayangan

    Setelah keluar dari ruangan Davin dengan hati yang hancur, Naura tak tahu harus pergi ke mana. Ia merasa tak punya siapa-siapa yang bisa mendengarkan keluhannya. Tiba-tiba, terlintas bayangan ibunya yang sedang terbaring di rumah sakit. Tubuhnya seolah bergerak tanpa arahan, langkahnya langsung menuju parkiran untuk segera pergi ke sana. Rasa takut dan cemas bercampur jadi satu, terutama mengingat ibunya masih di ruang ICU, tak sadarkan diri.Sesampainya di rumah sakit, Naura dengan cepat melangkah menuju ICU. Di depan pintu ruang ICU, ia berhenti sejenak, menarik napas dalam-dalam sebelum membuka pintu. Pemandangan ibunya yang terbaring lemah dengan berbagai alat medis yang terhubung ke tubuhnya membuat hati Naura semakin teriris. Matanya memanas, dan tanpa bisa dicegah, air mata pun mengalir deras. Ia duduk di samping tempat tidur, menggenggam tangan ibunya yang dingin dan kaku.“Ibu...” bisiknya, suaranya serak. “Naura nggak tahu harus gimana lagi. Naura bener-bener nggak sanggup

    Last Updated : 2024-10-10
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Wanita Simpanan

    “Ada apa ini, Pak? Saya tidak pernah melakukan kesalahan yang bertentangan dengan hukum. Kenapa Anda datang sambil menodongkan senjata api ke arah kami?” tanya Antonio kepada 10 orang polisi yang saat ini ada di dalam ruangan tersebut. Sementara itu, Naura memeluk Davin erat-erat, tak kuasa meluapkan kebahagiaannya karena Davin adalah superheronya. “Anak buah Anda sudah ditangkap dan sudah mengakui kalau Anda yang menyuruh mereka untuk merampok uang milik Nona Naura, yang akan digunakan untuk melunasi utangnya pada Anda,” sahut polisi itu. Mata Antonio melotot tak percaya dengan apa yang didengarnya. “Itu tidak benar, Pak! Saya tidak mungkin melakukannya. Ini pasti fitnah!” teriak Antonio, berusaha mengelak dari tuduhan polisi. “Jangan banyak bicara! Silakan ikut ke kantor polisi dan jelaskan di sana. Kalau memang Anda tidak bersalah, maka Anda akan segera dibebaskan. Tapi kalau Anda dengan sengaja melakukan itu dan terbukti sebagai otak dari perampokan ini, siap-siap saja mende

    Last Updated : 2024-10-10
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Buruan Cium

    "Kamu tahu kan kalau aku sudah memiliki tunangan dan sebentar lagi akan menikah?" tanya Davin lagi saat Naura belum memberikan jawaban. "Jujur, aku puas main dengan kamu. Naura, milikmu sangat sempit, dan belum pernah aku merasakan kenikmatan seperti saat menyentuhmu. Kamu sendiri juga tahu, sudah banyak sekali wanita malam yang aku ajak bercinta setiap malam. Jujur, kamu berbeda dari mereka. Kalau kamu mau menjadi simpananku dan merahasiakan hubungan kita dari siapapun, serta berusaha bersikap profesional di hadapan orang lain, aku janji akan membiayai pengobatan ibumu," ucap Davin lagi memberi tawaran. Naura hampir saja melupakan keadaan ibunya yang masih berjuang di ruang ICU. Lebih baik dia berkorban perasaan daripada membiarkan ibunya tanpa perawatan medis yang bagus. Naura menarik napas berat lalu menjawab, "Baiklah, Pak Davin. Saya mau menjadi simpanan Anda," sahutnya. Davin tersenyum bahagia. "Jadi mulai sekarang, bila hanya ada kita berdua saja, kamu harus memposisikan di

    Last Updated : 2024-10-10

Latest chapter

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Anniversary

    Setelah selesai melakukan peninjauan proyek, Davin mengajak semua timnya untuk makan siang bersama di restoran. Bukan hanya sebagai bentuk apresiasi atas kerja keras mereka, tapi juga karena hari ini adalah hari yang istimewa—ulang tahun pernikahannya dengan Naura.Mereka memilih restoran mewah dengan suasana yang nyaman dan pelayanan eksklusif. Tim Abimanyu Group duduk di meja panjang, berbincang santai sambil menunggu pesanan mereka datang. Meskipun mereka masih dalam perjalanan dinas, suasana jauh lebih santai dibandingkan rapat atau pertemuan resmi.Naura duduk di sebelah Davin, seperti biasa. Ia tersenyum melihat suaminya tampak lebih rileks dibandingkan tadi pagi. Setelah serangkaian pembicaraan serius mengenai proyek hotel yang akan dibangun, kini mereka bisa menikmati waktu bersama dengan lebih santai.Setelah beberapa saat, makanan pun mulai dihidangkan. Semua menikmati hidangan sambil mengobrol ringan, membahas berbagai hal di luar pekerjaan. Suasana akrab membuat waktu tera

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Tak Ada yang Aneh

    “Boy, boleh kami pergi duluan Kau pesan saja minuman semua aku yang akan membayarnya,” ucap Jackson menghentikan cumbuan Boy dengan salah satu wanita itu.“Kau mau kemana? Di sini saja,” ucapnya. Jackson menggeleng, “dia masih lugu,” jawabnya sambil melirik Penelope yang sudah setengah sadar akibat minuman keras yang diminum berlebihan.Boy terkekeh, “lanjutkan,” jawabnya.Jackson segera membawa Penelope ke sebuah hotel mewah yang sering ia datangi bersama para wanita penghibur. Meski Penelope sudah terlihat mabuk, namun wanita itu masih sadar kalau yang bersamanya saat ini adalah Jackson. Setelah melakukan check in, keduanya buru-buru masak ke dalam kamar. Tanpa ragu Jackson segera melepaskan pakaian yang dikenakan oleh Penelope.Pandangannya mulai berkabut saat melihat tubuh polos Penelope di depan matanya. Di balik gaun malam yang dikenakan oleh Penelope, tak ada pakaian dalam sama sekali yang dipakai oleh perempuan ini. Bahkan bagian bawahnya sudah dicukur habis bulunya, hingga

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Apa Kau Mau Sekarang?

    “Sepertinya temanku ada di sini, namanya Boy. Dia sangat berkuasa dalam bisnis gelap, bahkan hanya dalam waktu tiga bulan, dia sudah mulai bisa menguasai pasar. Hal itu terjadi karena dia punya keberanian untuk mengambil risiko. Kalau kamu bertemu orangnya, aku bisa menghubunginya sekarang," ucap Jackson pada Penelope.Orang ini hanya salah satu dari beberapa orang yang akan dihubungi oleh Jackson untuk mendongkrak popularitas Penelope. Jika usaha Penelope berhasil, tidak hanya perempuan itu yang sukses, tapi dirinya juga akan kecipratan kesuksesan. Tak ada yang gratis dalam setiap tindakan Jackson selama ini, bahkan tak pernah ada kata gagal dalam setiap langkahnya.Penelope mengangguk lalu menjawab, "Kalau memang dia ada di sini, bolehlah ditelepon. Siapa tahu bisa lebih akrab."Jackson pun mengangguk lalu segera menghubungi Boy, dan pria itu dengan senang hati akan segera datang. Dia meminta Jackson menunggu sepuluh menit saja.Apa pun yang diperintahkan oleh Jackson, tentu saja Bo

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Tergoda

    Jackson melumat bibir Penelope. Pria itu tanpa ragu memperdalam ciumannya. Siapa sih yang nggak tertarik dengan wanita cantik dan seksi yang terkenal dengan julukan janda hot. Jackson sudah mendengar banyak tentang Penelope. Dan dia pun bekerja untuk wanita ini tidak ingin tidak mendapatkan hasil apapun. “Dadamu sangat menggodaku, Penelope,” bisik Jackson setelah ciuman mereka terlepas dan meraup oksigen sebanyak mungkin. Sebagai wanita dewasa yang sudah tidak memiliki suami, tentu dia ingin bersentuhan dengan pria dewasa juga. Tapi untuk menjalin hubungan dengan brondong yang selama ini banyak mengejar-ngejarnya, Penelope tidak mau. Dia lebih baik menyerahkan dirinya untuk kepentingan bisnis. Penelope lelah hidup menjadi orang miskin. Dia ingin membuat keluarganya bangga kalau harta titipan mandi yang suaminya jatuh ke tangan yang tepat. Penelope berambisi untuk mengalahkan kepopuleran mendiang suaminya di kota ini.Wanita itu dengan nakal, naik ke atas pangkuan Jackson. “Aaah, ka

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Rindu Sentuhan

    Malam sudah larut. Jarum jam menunjukkan pukul sepuluh ketika Davin akhirnya keluar dari kamar anak-anaknya setelah memastikan si kembar tidur dengan nyenyak. Ia menutup pintu kamar mereka dengan hati-hati, tidak ingin membangunkan buah hatinya yang baru saja terlelap.Dengan langkah tenang, ia berjalan menuju kamarnya sendiri, siap untuk beristirahat bersama Naura. Hari ini terasa panjang, dan tubuhnya mulai menuntut istirahat. Namun, sebelum sempat membuka pintu kamar, suara dering telepon menghentikan langkahnya.Davin merogoh saku celananya dan mengeluarkan ponselnya. Sebuah nomor tak dikenal muncul di layar. Dahinya sedikit berkerut. Panggilan dari nomor asing di jam segini biasanya bukan kabar baik.Ia menjawab telepon dengan suara tenang, "Halo.""Pak Davin?" Suara berat dan tegas terdengar dari seberang."Ya, saya sendiri. Dengan siapa saya berbicara?""Ini Inspektur Mark, Pak. Saya menghubungi Anda mengenai kasus Bryan."Davin langsung tegak di tempatnya. Nama itu membawa kem

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Segera Terwujud

    "Ada apa?" tanya Penelope pada salah satu sahabat baiknya."Aku mau kamu memberikan kabar baik untukku," ucapnya sekali lagi, penuh penekanan, menatap pria yang duduk di hadapannya."Tentu saja ini kabar baik! Kalau bukan kabar baik, mana mungkin aku mau menghubungimu? Aku tahu kau sekarang adalah perempuan yang sangat sibuk," jawab pria itu bergurau sambil tersenyum ke arah Penelope.Penelope mengangguk lalu bertanya, "Cepat katakan, informasi apa yang kau bawa?"Pria di hadapannya menghela napas sebelum akhirnya menjawab, "Jackson sudah mau bertemu denganmu nanti malam di hotel bintang lima. Dia akan mewujudkan impianmu, dan aku yakin sebentar lagi tempat hiburan malam yang kau impikan selama ini akan segera terwujud," ucapnya penuh keyakinan, seolah berita yang ia bawa adalah kabar paling membahagiakan untuk Penelope."Kamu serius? Dia sudah mau menemuiku?" tanyanya memastikan."Seriuslah! Dia sudah datang ke kota ini. Temui dia nanti malam, berpenampilanlah yang seksi. Kalau misal

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Meyakinkan Istrinya

    Naura duduk di kursi roda, menatap kosong ke arah taman belakang. Pandangannya jauh, seolah pikirannya melayang bersama angin yang berembus pelan dari celah balkon kamarnya. Sejak tadi, ia berada di sana, menyaksikan langsung perdebatan antara Davin dan Sang Mama di taman belakang. Setiap kata yang keluar dari mulut suaminya, setiap nada tegas yang ia gunakan untuk meyakinkan Laura, semuanya terdengar begitu jelas di telinganya.Naura sejujurnya merasa lega. Setidaknya, ada seseorang yang memahami perasaannya. Sang Mama yang dulu begitu dingin padanya, kini justru berdiri di pihaknya, mencoba membela kegundahan hatinya. Namun, di balik kebahagiaan kecil itu, ada luka yang menggores perasaannya.Davin tetap memilih mempertahankan kerja sama ini. Bahkan, ketika Laura menyinggung tentang kemungkinan Penelope memiliki niat tertentu terhadapnya, suaminya tetap berpegang pada logika bisnis. Seolah-olah, keputusan untuk tetap menjalin kerja sama dengan wanita itu lebih penting daripada menja

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Berdebat

    Davin menatap Sang mana dengan ekspresi penuh ketegasan. Sorot matanya tajam, mencerminkan kedewasaan dan tanggung jawab besar yang ia pikul selama ini. Ia bukan lagi anak kecil yang bisa didikte begitu saja, bukan pula seorang suami yang mudah goyah hanya karena kecemburuan pasangannya.Ia adalah seorang pemimpin, seseorang yang telah membangun impiannya dari nol hingga menjadi sebuah kerajaan bisnis yang berdiri kokoh selama puluhan tahun."Mama ini bicara apa sih? Davin bukan pimpinan perusahaan yang baru berdiri kemarin sore. Davin sudah membangun perusahaan itu selama puluhan tahun, Ma!" suaranya terdengar dalam dan mantap, memenuhi seluruh ruangan.Davin tidak main-main dengan ucapannya. Selama ini, ia telah bekerja keras siang dan malam demi memastikan bahwa perusahaan yang ia dirikan tidak hanya berkembang, tetapi juga tetap menjadi tempat bergantung bagi ribuan karyawan dan keluarganya. Ia paham betul bahwa keputusan yang diambilnya tidak bisa hanya berdasarkan emosi, apalagi

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Peka

    Laura duduk dengan tenang di sofa ruang tamu. Matanya menatap Penelope yang duduk di seberangnya dengan senyum cerah. Wanita muda itu tampak begitu nyaman di rumah ini, seolah tempat ini adalah bagian dari dunianya."Tante, bagaimana kalau kita shopping sekarang? Biar Penelope yang traktir Tante hari ini," ucapnya riang setelah mereka duduk santai.Laura hanya tersenyum tipis. Sekilas, tawaran itu terdengar tulus, tetapi setelah kejadian makan siang tadi, pikirannya mulai dipenuhi dengan pertanyaan. Ini pertama kalinya dia melihat Penelope bersikap terlalu ‘perhatian’ pada keluarganya, terutama pada Davin dan anak-anaknya.Sementara itu, suara tawa samar terdengar dari ruang belajar. Laura tahu Davin sedang menemani kedua anaknya di sana, mungkin membantu mereka dengan tugas sekolah atau sekadar bercanda melepas penat.Laura mengalihkan pandangannya kembali pada Penelope. Ia harus segera mengambil sikap sebelum semuanya semakin tidak terkendali."Maaf ya, Penelope, sepertinya Tante t

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status