Share

Bab 81

Author: Atieckha
last update Last Updated: 2024-12-03 13:00:57

Tepat pukul 15.00 di Kota Suncity, Davin melangkah masuk ke kantor Abimanyu Group dengan wajah penuh ketegangan.

Di sampingnya, Bram berjalan dengan ekspresi yang sama seriusnya, membawa tumpukan dokumen yang sebelumnya digunakan dalam pertemuan bersama para investor.

Hari itu terasa begitu panjang bagi Davin; rapat tanpa henti sejak pagi, semua berkisar pada satu hal, kerugian besar yang dialami proyek villa mewah milik perusahaan akibat longsor yang terjadi beberapa hari lalu.

Kerugian ini tidak hanya bernilai finansial, sekitar satu triliun, tetapi juga menyentuh inti dari nama baik dan reputasi Abimanyu Group sebagai salah satu perusahaan properti terkemuka di negeri ini.

Longsor itu bukan hanya sebuah kecelakaan, melainkan pukulan telak yang mengguncang seluruh fondasi bisnis mereka.

Setelah memberi salam singkat kepada beberapa staf di lobi, Davin langsung menuju ruang rapat di lantai atas. Tim inti sudah menunggu, termasuk Naura, yang duduk di sudut meja besar dengan tumpuka
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rifda Nafisha
berharap prnikahn david & Anna Si ani² itu tidak akan pernah trjadi,, kasian naura & bayi kembarnya. hiksss btw knapa tiap kali baca novel karakter utama wanita yg berna naura slalu aja malang bgt nasibnya hiks
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 82

    Davin menatap wajah wanita paruh baya di depannya. Wajah yang mulai dipenuhi kekhawatiran itu membuat dadanya semakin sesak. Ia mencoba menenangkan dirinya, meskipun dalam hati ia mulai merasa tidak tenang."Jangan bercanda, Bu. Naura bahkan sudah pulang saat jam pulang kantor tiba. Saya yang lihat sendiri waktu dia pulang," ucap Davin dengan nada setenang mungkin, meskipun ia tahu wajahnya mulai terlihat pucat. Ia yakin ibunya Naura tidak mungkin bercanda dalam situasi seperti ini."Demi Tuhan, Nak Davin, Ibu tidak sedang bercanda! Nih, lihat! Ibu masih mencoba menghubunginya, tapi nomor ponselnya tidak aktif. Ibu kira tadi dia sedang lembur di kantor. Baru saja Ibu mau mencari nomor kantor di Google."Davin membeku sesaat. Suasana menjadi lebih tegang. Ia mencoba merangkai pikiran dan mencari kemungkinan yang lebih logis, tetapi semuanya terasa buntu. Wanita di depannya mulai berlinang air mata."Ibu mau ke mana?" tanya Davin cepat, saat wanita itu terlihat hendak melangkah ke luar

    Last Updated : 2024-12-04
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 83

    Rasa frustrasi mulai merayapi pikirannya. Naura, di mana kamu? tanyanya dalam hati, sambil menatap kosong ke depan.Tiba-tiba, sebuah memori melintas di pikirannya. Pantai. Tempat yang dulu menjadi latar prewedding Davin dan Anna. Davin mengingat saat Naura berkata bahwa pantai itu adalah tempat yang sempurna untuk menenangkan pikiran. Naura juga bilang akan sering datang ke pantai ini untuk melepas penat.Seperti ada sesuatu yang menuntunnya, Davin langsung menghidupkan mesin mobil. Tanpa ragu, ia melajukan kendaraan menuju pantai yang berjarak cukup jauh dari pusat kota.Jalanan malam itu sepi, hanya diterangi lampu-lampu jalan yang remang-remang. Detak jantungnya terasa lebih cepat dari biasanya, campuran antara kekhawatiran dan harapan.Selama satu jam perjalanan, pikirannya terus dipenuhi berbagai kemungkinan buruk. Namun, ia mencoba mengusir bayangan itu. “Naura pasti ada di sana. Aku harus menemukannya,” gumamnya pelan, seolah meneguhkan hatinya.Setelah perjalanan yang terasa

    Last Updated : 2024-12-04
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 84

    "Sayang," panggil Davin lirih pada wanita pujaan hatinya yang masih terlelap di dalam mobil.Mobil Naura kini telah terparkir di basement apartemen. Setelah mematikan mesin mobil, Davin menoleh ke samping, menatap wajah Naura yang damai dalam tidurnya.Ia mengusap lembut puncak kepala wanita itu, lalu mencondongkan tubuhnya sedikit untuk mengecup kening Naura. Tak ingin membangunkannya, Davin keluar dari mobil, menutup pintu dengan hati-hati, lalu memutar setengah badan mobil untuk membuka pintu di sisi kiri.Hal pertama yang diambilnya adalah tas kerja Naura, yang ia letakkan di tangannya. Setelah itu, dengan penuh perhatian, Davin merengkuh tubuh mungil sang sekretaris yang masih terlelap dalam mimpi indahnya. Menggunakan tubuhnya untuk menutup pintu mobil, Davin kemudian menekan kunci otomatis hingga terdengar bunyi klik, memastikan mobil terkunci dengan baik.Davin melangkah masuk ke dalam lift, menekan tombol lantai apartemen Naura. Tak lama, pintu lift terbuka. Davin berjalan c

    Last Updated : 2024-12-05
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 85

    Davin merogoh ponselnya, dia menghubungi Bram untuk menggantikan memimpin meeting pagi ini. Tak lupa Davin minta agar tak ada yang mengganggunya dulu dengan, Naura.Tentu saja Bram paham maksud atasannya. Dengan cepat ia menjawab, “siap Bos.”Setelah memastikan Bram mengambil alih semua tugasnya untuk dua jam ke depan, pria itu kembali fokus pada goa sempit, yang seperti magnet minta disentuh terus."Enak kan, sayang?"Sejak tadi tangan pria itu terus sibuk di dalam milik Naura. Davin merasa ini adalah pelampiasan atas segala masalah yang datang bertubi-tubi tanpa ampun.Pria itu memasukkan tiga jarinya ke dalam lubang sempit wanita Pujaan hatinya, hingga membuat Naura berkali-kali mendesah merasakan kenikmatan yang tak terperi, wanita itu bahkan harus menggigit Bibir bawahnya karena rasanya memang senikmat itu."Isssssssh, aaaaaaah."Setiap kali Naura mendesah, saat itu juga gairah dalam tubuh sang CEO kembali terbakar. Davin terus menikmati sensasinya atas permainan lincah tangannya

    Last Updated : 2024-12-05
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 86

    “Apa, jangan-jangan kamu lagi ngidam, sayang?”Pertanyaan Davin meluncur dengan nada menggoda, tetapi efeknya jauh dari santai. Naura merasa dadanya sesak. Dia hampir kehilangan napas dan bingung harus memberikan jawaban apa. Namun, sebelum sempat membuka mulut, ponsel Davin tiba-tiba berdering, memecah suasana.“Halo, Ma. Ada apa?” tanya Davin, suaranya datar namun sopan.“Kamu harus pulang segera, Davin. Jangan sampai pas hari H kamu baru tiba di rumah. Kamu sudah janji sama Mama, jangan sampai Mama ngamuk ke Suncity. Jangan kecewakan keluarga kita,” suara dingin dan tegas dari Nyonya Laura terdengar jelas di telepon.Davin menghela napas panjang sebelum menjawab, “Iya, Ma. Davin selesaikan dulu urusan di sini. Bayar-bayar kerugian, urusan asuransi, dan lain-lain. Setelah itu, Davin pulang. Paling empat hari lagi Davin sudah di rumah.”Naura, yang mendengar pembicaraan itu tanpa sengaja, merasa dadanya semakin teriris. Kenyataan pahit hubungan mereka kembali menghantamnya. Dia harus

    Last Updated : 2024-12-06
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 87

    “Aku pasti akan sangat merindukan, sentuhan panasmu, sayang,” ucap Davin.Pria itu mendorong ke belakang jok mobilnya, agar Naura bisa dengan leluasa memberikan sentuhan lembut di bagian intim Davin yang sudah menegang. Pria itu juga melepaskan celananya menurunkan hingga selutut dan menyentuh kepala Naura agar segera melakukan tugasnya.“Nikmatnya, sayaaaaaaang.”Bibir dan tangan Naura bekerja sama dengan baik untuk memanjakan Davin. Pria itu mendongak ke atas setelah sandaran jok mobilnya ia turunkan, tangannya masuk ke dalam bra yang digunakan oleh sang sekretaris, lalu meremas 2 bagian menyembul itu secara bergantian.Sampai akhirnya, erangan panjang terdengar dari mulut Davin.Saat mereka menikmati kebersamaan di dalam mobil, tanpa mereka sadari ada mobil yang terparkir tak jauh dari mobil itu sedang memberi kabar pada mamanya Davin dan juga tunangan Davin.Salah satu orang suruhan mamanya Davin menghubungi wanita paruh baya itu.“Halo,” sapa mamanya Davin.“Halo, Nyonya. Saya in

    Last Updated : 2024-12-06
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 88

    Naura masih duduk di kursinya, berusaha mengatur napas yang terasa memburu setelah kejadian menegangkan tadi. Tangannya masih sedikit gemetar, dan ia terus mengingat momen saat mobil Jeep hitam itu mendekati mobilnya. Sorot mata para pria di dalamnya terlihat dingin dan penuh ancaman, membuat Naura hampir kehilangan kendali.“Ya Tuhan, siapa orang-orang itu? Sangat menyeramkan sekali,” gumamnya, suara lirihnya terdengar jelas di dalam mobilnya.Naura mengusap keningnya, mencoba menenangkan diri. Ketakutan masih menghantui pikirannya. Pikirannya berkecamuk, mencari penjelasan mengapa mereka membuntutinya. Ia mengingat kembali momen di taman kota, saat Jeep itu terparkir tidak jauh dari mobilnya. Apakah mereka memang membuntutinya sejak saat itu?Setelah merasa cukup tenang, Naura memutuskan untuk kembali bekerja. Ia tahu ada banyak tugas yang harus diselesaikan, dan tidak ingin kejadian tadi mengganggu pekerjaannya. Dengan langkah cepat, ia masuk ke kantor, menarik napas dalam sebel

    Last Updated : 2024-12-07
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 89

    Begitu sampai di apartemennya, calon istri Davin menutup pintu dengan rapat. Mereka lalu berciuman dengan sangat panas bahkan tangan pria itu sudah meremas dua gundukan kenyal yang ukurannya sangat besar. Tanpa melepaskan ciuman panasnya, pria itu mulai melepaskan seluruh pakaian yang menutupi tubuh calon menantunya tersebut, lalu ia juga membuka seluruh bagiannya, hingga tubuh keduanya sekarang sudah polos tanpa penutup sehelai benang pun. Mereka masuk ke menu utama.“Aaaaaah, lebih dalam Om,” jerit Anna.“Iya, baby,” balasnya.Anna sangat kenikmatan setiap kali pria itu menghentaknya dari posisi belakang, sang selebgram cantik selalu terpuaskan oleh sentuhan calon Papa mertuanya.“Balik, baby,” ujarnya.Kini, Anna ada di atas tubuh pria itu, bergerak penuh hasrat.“Ooooh, baby. Ini nikmat sekali,” ucapnya.Goyangan Anna juga membuat calon papa mertuanya keenakan.“Om, tolong remas dada, Anna. Anna kangen banget sentuhan Om,” ucapnya.Dengan senang hati calon Papa mertuanya melakuka

    Last Updated : 2024-12-07

Latest chapter

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Happy Ending

    Daniel Dominic Montgomery dan Darren Damian Montgomery adalah nama yang dipilih oleh kedua orang tua mereka dan sudah disepakati oleh keluarga untuk si kembar. Kedua bayi itu kini berada di ruang perawatan sang Mama. Setelah dilahirkan kemarin, mereka sempat dibawa ke ruang perawatan bayi, tetapi pagi ini mereka sudah dipindahkan ke ruang perawatan Rania. "Selamat ya, Nia! Aku senang banget akhirnya punya keponakan," ucap Raka. "Untung saja wajahnya kayak kamu," tambahnya lagi sambil melirik ke arah sang adik ipar yang usianya jauh di atasnya. Edward hanya tersenyum mendengar ucapan iparnya. "Kamu kapan menyusul, Raka?" tanyanya. "Menyusul? Bisa-bisa aku digantung sama Mommy dan Daddy. Pacaran saja nggak boleh, apalagi nyusul kalian nikah dan punya anak. Mommy bisa mati berdiri," kata Raka sambil melirik ke arah sang Mommy. "Bener kan, Mom?" tanyanya lagi. "Bukan cuma digantung, tapi Mommy akan ikat seluruh tubuh Raka biar nggak bisa bergerak," jawab Naura, membuat seluruh or

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Baby Twins

    Sementara itu, di dalam mobil, Rania terus menangis. Tangannya mencengkeram erat kursi, napasnya terengah-engah menahan rasa sakit yang begitu menyiksa. Perutnya terasa melilit hebat, sakit yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Setiap gelombang kontraksi yang datang membuat tubuhnya menegang, dan air mata semakin deras mengalir di pipinya."Sabar ya, sayang… sabar… kita sebentar lagi sampai," ucap Edward, suaranya bergetar, namun ia berusaha tetap tenang untuk istrinya. Tangannya terulur, mengusap kening Rania yang penuh peluh. Ia ingin melakukan sesuatu untuk mengurangi rasa sakit istrinya, tetapi ia tahu tidak ada yang bisa benar-benar membantu selain memastikan mereka segera tiba di rumah sakit.Rania menggigit bibirnya, tubuhnya sudah mulai gemetar. "Sakit, sayang… sakit banget…" ucapnya dengan suara lemah, hampir seperti bisikan. Air ketubannya sudah pecah sejak beberapa menit yang lalu, dan kini darah mulai keluar, membasahi pahanya hingga betisnya.Melihat kondisi itu, E

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Darurat

    "Bagaimana kalau kita menikah bulan depan saja?" tanya Bram tiba-tiba, menatap Monica dengan penuh harapan.Mereka sedang duduk di balkon kamar Monica. Awalnya, Bram berencana menemani Angelica di kamar ibunya karena gadis kecil itu ingin tidur bersama sang nenek. Namun, Laura tampaknya memahami situasinya dan justru menyuruh Bram untuk menemani Monica.Monica tersenyum lembut, tatapannya penuh kehangatan. "Aku ikut saja, sayang. Terserah kamu mau kapan, aku siap," jawabnya tulus. "Aku bahagia banget akhirnya Angelica mau menerima kehadiranku."Bram merasakan haru menyelimuti hatinya. Ia lalu meraih Monica ke dalam pelukannya, mendekapnya dengan penuh kasih sayang. "Terima kasih, sayang. Terima kasih juga karena sudah mau menerima pernyataan cinta dari seorang duda beranak satu," ucapnya dengan suara lembut.Monica tersenyum dan membalas pelukan itu. "Aku mencintaimu, Bram. Statusmu tidak pernah menjadi masalah untukku," bisiknya.Bram mengusap pelan punggung calon istrinya. "Tapi aku

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Janji sang Nenek

    Naura menghela napas panjang, matanya masih terlihat menerawang, seolah pikirannya belum bisa benar-benar menerima kenyataan yang baru saja terjadi. “Aku nggak pernah menyangka kalau Angelica bisa langsung menerima Monica sebagai calon Mama barunya,” ucapnya lirih, suaranya terdengar masih dipenuhi rasa haru.Saat ini, dia sudah berada di kamar bersama suaminya, Davin. Malam di London terasa lebih dingin dari biasanya, tetapi suasana hati Naura jauh lebih hangat setelah melihat kebahagiaan di wajah keponakannya tadi.Davin yang tengah bersandar di kepala ranjang ikut tersenyum, meskipun ada sedikit keterkejutan di matanya. “Iya, sayang. Aku juga tidak menyangka kalau Angelica secepat itu menerima kehadiran Monica. Aku pikir tadi, saat dia mencium foto Mamanya, dia tidak akan mau Mamanya digantikan oleh siapa pun.”Naura mengangguk pelan, memahami perasaan yang mungkin sempat berkecamuk di hati Angelica. Ia tahu betul seberapa besar gadis kecil itu mencintai sosok ibunya, meskipun tak

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Meminta Restu

    Angelica masih sibuk menyapa teman-temannya satu per satu dengan wajah ceria. Senyumnya terus mengembang, mencerminkan kebahagiaan yang begitu tulus. Sesekali, ia tertawa kecil saat berbincang dengan sahabat-sahabatnya, menikmati momen berharga yang baru pertama kali diberikan oleh sang Papa. Sejak kecil, Angelica memang tidak pernah merasakan pesta ulang tahun sebesar ini, dan melihat banyak orang yang datang hanya untuknya membuat gadis kecil itu merasa begitu istimewa. Bram berdiri bersama ibunya, Laura, serta Monica, sekretarisnya yang selama ini selalu berada di sisinya, mendukung setiap langkahnya dalam pekerjaan maupun kehidupan pribadinya. Tidak ada banyak orang di sekitar mereka, memberikan kesempatan bagi mereka bertiga untuk berbicara lebih leluasa tanpa ada yang mendengar.Laura menatap putranya dengan penuh arti sebelum akhirnya membuka suara, "Bram, kau benar-benar akan meminta izin pada Angelica untuk menikahi Monica?" Suaranya terdengar tenang, tapi ada sedikit kekh

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Birthday Angel

    Waktu terus berjalan, tanpa terasa minggu depan adalah jadwal kelahiran kedua anak Rania dan Edward. Perjalanan panjang yang mereka lalui bersama akhirnya membawa mereka ke titik ini—menanti hadirnya dua buah hati yang akan melengkapi keluarga kecil mereka.Sejak tiga bulan lalu, Rania telah resmi pindah ke Sun City, meninggalkan London untuk membangun kehidupan baru bersama Edward. Edward, yang sejak awal ingin memberikan kenyamanan terbaik bagi istrinya, sudah menyiapkan rumah mewah untuk Rania. Namun, meskipun Rania menerima rumah tersebut dengan penuh rasa syukur, menjelang persalinannya, dia lebih memilih tinggal di kediaman kedua orang tuanya. Bagi Rania, berada di dekat Mommy dan Daddy akan membuatnya lebih tenang.Bisnis butiknya yang kini berkembang pesat tetap berjalan dengan baik meskipun Rania sementara waktu harus istirahat dari dunia fashion. Dia mempercayakan pengelolaan butik itu kepada manajernya, tetapi setiap laporan tetap dikirimkan kepada William, asisten keper

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Butik

    Mereka baru saja turun dari mobil.Davin hanya bisa menghela napas panjang saat melihat Naura dengan cekatan mengambil black card miliknya, seolah kartu itu sudah menjadi milik pribadi istrinya. "Sayang, kamu kan udah punya kartu sendiri," protesnya, meski nada suaranya lebih terdengar seperti pasrah daripada keberatan.Naura hanya tersenyum manis, menggoyangkan kartu itu di depan wajah suaminya. "Tapi kan tetap saja uang suami adalah uang istri, sayang. Uang istri ya uang istri," sahutnya santai. "Apalagi aku mau belanjain anak-anak juga."Davin hanya bisa menggelengkan kepala sambil tersenyum. Dia tahu, pada akhirnya, apa pun yang ia miliki memang untuk istri dan anak-anaknya tercinta.Sementara itu, Angelica yang sedari tadi sibuk melihat-lihat koleksi sepatu mewah tiba-tiba menoleh pada pamannya. "Uncle, Angelica di-belanjain juga nggak?" tanyanya dengan mata berbinar.Davin menoleh ke arah gadis mungil itu, yang kini menatapnya dengan ekspresi menggemaskan. Wajah Angelica yang c

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Menang Taruhan

    Davin melangkah masuk ke ruang keluarga apartemen Edward dan Rania, mengedarkan pandangan ke sekeliling. Ia baru saja tiba bersama Naura dan Angelica, membawa beberapa koper berisi makanan dan oleh-oleh untuk putri mereka. Belum sempat duduk, Edward sudah menyambutnya dengan senyum lebar.“Duduk dulu, Daddy,” ucap Edward sambil menunjuk sofa di hadapannya.Davin mendengus geli, menatap menantunya dengan ekspresi datar. “Geli kali aku dipanggil Daddy olehmu,” sahutnya, nada suaranya masih terasa tak bersahabat.Naura yang duduk di sampingnya hanya menghela napas, sementara Edward malah cengengesan. “Masak mau dipanggil Paman?” goda Edward.Naura ikut menimpali, “Lagian kamu ini, sayang. Memang sudah sepantasnya menantu memanggilmu dengan sebutan Daddy. Kenapa protes terus setiap sama Edward?”Davin menatap istrinya dengan alis terangkat. “Makin besar kepalanya Edward. Semua dibelain. Heran deh, sama kamu dan Mamaku. Doyan sekali membela laki-laki ini,” ujarnya bercanda.Edward hanya te

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Kado Spesial

    Saat Rania dan Edward tiba di sebuah restoran, mereka bertemu dengan seseorang yang sudah lama tidak Rania jumpai."Hai, Andrew! Apa kabar?" sapa Rania dengan ramah, sambil mengulurkan tangan ke arah pria itu.Namun, sebelum tangannya sempat menyentuh tangan Andrew, Edward dengan sigap menarik tangan istrinya, menjauhkannya dari jangkauan pria lain. Andrew, yang sudah hendak menyambut salam Rania, hanya bisa menarik tangannya kembali dengan ekspresi sedikit terkejut.Rania melirik suaminya dengan kesal. "Kamu apa-apaan sih?" tanyanya, tak habis pikir dengan tindakan Edward yang begitu protektif.Edward menatapnya tanpa rasa bersalah sedikit pun. "Aku nggak suka ada yang nyentuh-nyentuh istriku, meskipun hanya sekadar salaman," ucapnya tegas.Andrew tertawa kecil melihat sikap Edward yang begitu posesif. "Nggak apa-apa, Rania. Semua pria pasti punya pemikiran seperti suamimu ini. Wajar kalau dia nggak mau istrinya yang cantik dimiliki orang lain," ujarnya santai.Edward langsung meloto

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status