“Terimakasih. Nggak usah Mas, Maya hanya butuh istirahat. Beberapa jam lagi akan sembuh.” Aku menolak dengan halus.“Ya sudah kalau Maya nggak mau berobat kerumah sakit. Istirahat saja dirumah ya. nanti Mas kirimkan obat dan makanan sehat kesana.” ucap Mas Hanafi kembali.“Jangan Mas. jangan membuat Maya sulit, Maya lagi nggak enak badan, Maya tidak mau kena marah juga, cukup nggak enak badan ini saja.” Aku memohon.“Maya tak perlu khawatir, Maya tenang saja, nanti Mas ngirimnya tidak pake nama Mas, Mas akan kirim pake nama perempuan.” bujuk Mas Hanafi.Aku tidak bisa menolak lagi, tak ada alasan dikepalaku, ditambah lagi aku masih sangat pusing, otakku tak bisa diajak kompromi untuk memikirkan hal-hal yang rumit.“Baiklah, tapi kirimnya jangan ke alamat Maya yang kemarin ya. nanti Maya kirim alamatnya via W*.” ucapku.“Baik, cepat sembuh Maya, Mas rindu ingin cerita banyak.” ucap Mas Hanafi.“Sudah dulu ya Mas. Maya masih pusing dan ngantuk, Maya harus istirahat. Assalaamualaikum.” A
Aku berjalan meninggalkan pasar ikan. Aku masuk kekawasan penjual sayur-sayuran. Aku membeli terong asam dan daun “Modang Pawe.” Daun ini adalah rahasia gulai asam pedas enak orang di kampungku. Daun inilah yang menjadikan gulai asam pedas istimewa, rasa dan aromanya tiada duanya. Aku juga membeli jeruk nipis, daun salam, kunyit dan serai sebagai bumbu tambahan. Lalu aku kekedai barang harian, ditoko barang harian aku membeli satu bungkus kerupuk dan satu kilo mentimun. Tidak lupa ku beli bumbu gulai cabe rawit.Setelah belanja lauk pauk dan sayuran usai, aku kembali kerumah dengan langkah pelan. Berat belanja yang ku bawa turut memperlambat langkah kakiku. Sepuluh menit berjalan akhirnya aku sampai kerumah. Aku mengambil kunci pintu dikotak meteran listrik dan membuka pintu.“Assalamualaikum.” Sebuah suara asing memalingkan wajahku kearahnya.“W'a..waalaikumsalam.” jawabku kaget.“Maaf bu mengganggu. Saya mau mengantar barang kiriman untuk ibu Maya Safeera.” ucap sang kurir.“Ya deng
Aku tidak menyesal sama sekali durhaka pada suamiku, Aku terguncang. Harusnya aku bahagia bersamanya, tapi nyatanya bathinku amat tersiksa.Selama tinggal dengan Ayah dan Mama aku selalu mendapatkan apa yang aku mau, setelah menjadi istri Bang Kay hampir 95% keinginanku tak mampu dipenuhinya. Saat bersama Mama aku hampir tidak pernah masak dan cuci piring, setelah menikah aku disibukkan oleh aktifitas melelahkan itu, ditambah lagi aku tidak mendapat nafkah batin dan perhatian lebih dari Bang Kay, aku merasa dijadikan budak.Aku rasanya ingin terus berbicara tanpa henti saat ini, mengeluarkan semua uneg-uneg yang telah kukumpulkan sejak lama, Bang Kay yang mendengar kata-kata ku yang penuh amarah setiap saat hanya terdiam tanpa suara. Bang Kay tidak menanggapi sedikitpun. Melihat Bang Kaylani diam membisu membuatku semakin marah. Aku merasa diabaikan olehnya."Kita menikah secara baik-baik. mari kita pisah secara baik-baik.Bang, ceraikan Maya sekarang!” aku menuntut. Bang Kaylani diam
Kenapa Bang Kay memegang gawaiku, jangan-jangan Mas Hanafi menelponku?Oh no! Bisa hancur nama baikku jika Bang Kaylani tau aku sering dotelvon laki-laki lain, ini soal marwah seorang istri, walau selalu menderita, aku tidak mau dicap sebagai istri yang tidak tahu diri, aku tidak mau dicap sebagai istri yang suka selingkuh, itu istilah yang sangat buruk."Kenapa Abang periksa-periksa gawai Maya tanpa seizin Maya? Mau cari-cari kesalahan Maya ya? Mau menuduh Maya selingkuh? Mau menyalahkan Maya atas semua hal?” aku bertanya bertubi-tubi. Bang Kaylani kaget, HP ku terlepas dari tangannya, wajahnya memias. Aku sengaja menyerang duluan agar Bang Kaylani tidak memiliki kesempatan untuk membela diri, ku lontarkan banyak pertanyaan agar Bang Kaylani bingung dan tidak bisa menjawab pertanyaanku.Ku rebut HP ku dari sisi Bang Kaylani, ku cek panggilan masuk. Tidak ada panggilan baru dari Mas Hanafi. Ku buka Wa, Banyak pesan Wa Masuk, ada pesan Wa dari Ma
Bang Kay masih tidur di sofa, aku kasihan sebenarnya kepadanya, tapi, aku heran juga mengapa aku begitu muak, mungkin karena aku sudah terlalu jenuh. Masih ada waktu bagiku masak untuk sarapan pagii. Setelah lama menatap wajah Bang Kay, kemudian aku beranjak kedapur untuk masak. Ku buka tudung saji untuk memeriksa apakah ada sisal auk semalam atau tidak, ternyata masih banyak gulai asam pedas gabus tersisa, kupanaskan terlebih dahulu sisa gulai asam pedas, ku tuang sisa gulai asam pedas itu kedalam kuali yang telah ku sediakan di atas kompor. Sembari memanaskan gulai asam pedas, ku ambil sayur mayor dikulkas, aku akan memasak sayur bayam dan telur ceplok kesukaan Bang Kaylani. Tidak menunggu waktu lama, akhirnya selesai juga aku memasak untuk sarapan pagi, kulanjutkan membuat juice lemon. Lantunan ayat-ayat suci Al Quran bergema dari menara Mesjid, aku seketika kaget, aku belum siap bertemu Bang Kaylani, secepat kilat ku ambil penanak nasi, ku keluarkan nasi dingin yang ada didalammny
“Delapan ratus enam puluh ribu rupiah itu biaya totalnya pak?” Aku merasa biayanya sedikit terlalu mahal.“Ya itu biaya total sekali sidang. Jika sidangnya sampai dua kali, tiga kali atau lebih, maka akan ada tambahan biaya setiap sidangnya. Biasanya jika wanita menggugat minimal tiga kali sidang, dua kali sidang mediasi, dan sidang ketiga keputusan bercerai atau tidak. hanya dalam kasus-kasus berat yang diputuskan disidang pertama, seperti suami melakukan kekerasan, suami dipenjara karena kasus berat dan lainnya. Dan untuk biaya sidang selanjutnya tidak banyak, hanya untuk biaya makan minum empat orang hakim.” Si bapak kembali menjelaskan. keraguan mulai menyelimuti hatiku.“Saya sudah putuskan, saya harus cerai Pak, permasalahan saya sangat rumit dan rahasia, nanti akan saya ungkap dipersidangan. Masalah biaya tidak jadi persoalan bagi saya.” Aku bersikeras.“Ya itu hak ibu, terserah ibu. Saya hanya mengingatkan saja, saya sudah puluhan tahun kerja disini, kebanyakan yang bercerai d
“Baik Bu, terimakasih.” ucapku.Aku keluar gedung pengadilan menuju belakang tembok. Cukup lama aku mencari “Kantor spesialis permohonan cerai” yang direkomendasikan Bu Doktor Maimunah. Capek berjalan mengitari tembok aku duduk beristirahat disebuah bangku didepan sebuah gubuk kecil ukuran 2 meter. Disana juga duduk beberapa wanita, mungkin mereka pemilik gubuk itu.“Mau kemana Mbak?” Gadis yang bersebelahan denganku menegur ramah.“Saya mau cari tempat pembuatan permohonan cerai yang direkomendasikan pengadilan. Katanya disekitaran belakang tembok ini, capek saya cari tidak ketemu, dan tidak ada orang sekitaran sini yang tau tempat seperti itu, sudah banyak orang yang ku tanya.” Aku curhat kepada gadis itu.“Tempatnya itu ya disini hehehe.” Dia terkekeh.“Disini?” aku meminta kepastian.“Iya, benar. Ini tempatnya. Saya juga lagi mengurus surat permohonan cerai.” Gadis manis itu ternyata sudah menikah. Ya Allah, tempat ini sangat tertutup, tidak ada plang nama atau spanduk nama, ban
“Masalah pengasuhan Lani Ma. Maya mau bawa Lani pulang. Lani hanya akan menyusahkan Mama disini.” Aku berbohong.“Ya kalau mau bawa pulang bawa saja. Lani kan kucing kamu, nggak perlu minta izin sama Mama.” sahut Mama.“Lani dimana Ma?” aku melepaskan pelukan.“Tadi tidur di sofa ruang tamu, ini kan sudah siang, emang jadwalnya kucing tidur.” ujar Mama.“Lani nggak ada jadwal tidur Ma, dirumah memang tidur saja kerjanya. Bangun minta makan, habis makan tidur lagi. begitu terus setiap hari.” “Kucing, Rusa, Macan dan semua binatang yang bisa melihat dikegelapan malam tidurnya dan berjaga pada siang hari. Memang sudah begitu diciptakan oleh Allah. Beda dengan kita, mata kita tidak bisa bercahaya dikegelapan, maka kita tidurnya malam, bangunnya siang. binatang yang bercahaya matanya pada malam hari akan merasa silau dan ngantuk matanya terkena cahaya matahari, sehingga dia lebih suka tidur disiang hari.” ucap Mama, mentransfer ilmunya.’“Oh begitu ya? pantesan banyak binatang yang bangu
Kata-kata Mbak Wulan membuatku ngeri. Benar kata Mbak Wulan. Wanita hanya mengandalkan kepercayaan saat menikah. Perempuan tidak tahu pasti sama sekali status laki-laki sebenarnya, apakah dia belum pernah melakukan aktifitas suami istri atau sudah berulang kali melakukannya, wanita dan orang tuanya hanya mengandalkan kepercayaan atas kesaksian sebuah KTP. Jika di KTP tertulis “Belum Kawin” maka dia dianggap perjaka. Seharusnya para laki-laki di sumpah sebelum menikah, di sumpah apakah dia sudah pernah melakukan hubungan suami istri dengan wanita atau laki-laki atau tidak. dengan demikian wanita tidak akan menjadi korban para perjaka palsu. Berbeda dengan laki-laki. Status wanita bisa diketahui dengan cepat, suami bisa mengetahui apakah istrinya masih perawan atau tidak saat malam pertama. Bentuk dan kondisi “itunya” bisa diketahui dengan mudah, rasanya juga akan sangat berbeda. Apabila suami merasakan malam pertamanya terasa mudah dan tanpa bercak darah, maka sudah bisa di
“Hahaha ... Mbak Maya ini ada-ada saja. Begini Mbak, Papa yang lagi main sama Devi itu bukan Ayahnya. Tapi temanku, karena dia sering datang kerumah, dia juga akrab denganku dan suamiku, dia sangat menyayangi Devi. Jadi kami mengizinkan Devi memanggilnya Papa. Kebetulan dia juga sangat senang di panggil Papa sama Dewi. Secara biologis dia bukan Ayah Devi, tapi secara perhatian dia lebih perhatian kepada Devi ketimbang Ayah kandungnya.” Mbak Wulan bercerita panjang lebar.Alhamdulillah, lega hatiku mengetahui Bang Kaylani bukan suami Mbak Wulan. Bang Kaylani hanya teman Mbak Wulan dan suaminya. Tapi itu tidak berarti mereka tidak ada hubungan, keakraban Devi dengan Bang Kaylani bisa saja menyatukan Mbak Wulan dan Bang Kaylani.“Apa ada niat di hati Mbak untuk menikah dengannya setelah Mbak bercerai nanti?” aku semakin berani bertanya masalah yang sangat pribadi.“Tidak, itu tidak mungkin. Dia itu sudah seperti Abang kandungku sendiri. Kami berteman dari kecil, kami d
“Ayah lihat kamu sedih terus dari kemaren. Kamu ada masalah sama suamimu?” tiba-tiba Ayah bertanya.“Eh iya Yah, Maya memang lagi banyak masalah.” jawabku.“Cerita sama Ayah. biar Ayah yang selesaikan semua permasalahan itu.” Ayah mendesakku.Aku diam. Aku mau cerita sama Ayah, tapi takut Ayah jadi tambah sakit mendengar ceritaku. Namun aku juga belum menemukan alasan untuk tidak menceritakan semuanya kepada Ayah.“Biar Maya sendiri yang akan menyelesaikannya Yah.” Aku berusaha merahasiakannya dari Ayah.“Begini Nak, suatu pekerjaan akan cepat selesai jika banyak yang mengerjakannya. Begitu juga dengan masalah. jika banyak yang bantu menyesaikannya maka masalah itu akan cepat selesai.” Ayah masih berusaha mengorek informasi.Akhirnya ku putuskan untuk menceritakan semuanya kepada Ayah. ku sampaikan semua kekurangan Bang Kay. ku sampaikan juga kemungkinan Bang Kay selingkuh seperti yang ku lihat kemarin.“Ini memang masa
“Tapi ini beda Ma. meraka makan berdua, di mobil berdua, berjalan berdua, nah sekarang dia bertamu kerumah cewek itu, dan dirumah itu hanya ada mereka berdua. Mau ngapain coba?” aku semakin suudzon.“Sudah. Jangan membayangkan yang tidak-tidak, kalau kamu curiga pergi saja temui dia disana!” teriak Mama. Mama akhirnya terbawa emosi juga.“Ini lokasinya. Pergi sana biar hatimu puas.” tantang Mama.Untung aku punya Mama pintar, saat Bang Kay menerima telepon Mama mengaktifkan pencarian lokasi. Bahkan ternyata Mama merekam panggilan video call tadi.“Itu sudah Mama kirim lokasi dan rekaman panggilan tadi. Sana pergi! Jangan menangis disini, Ayah sedang sakit, nanti Mama marah.” Mama mengultimatum.Aku bangkit memeluk Mama, ku ucapkan terimakasih atas kejeniusan Mama. ku cium pipi Mama berulang-ulang.“Terimakasih Ma. Maya berangkat sekarang Ma.” Aku bersemangat. Sudah terbayang dibenakku bagaimana nanti aku akan menghajar gadis
“Ayo ikut!" Aku mengajak Mas Hanafi mengikutiku.“Kemana?” tanya Mas Hanafi.“Katanya mau kenalan sama suamiku? Itu dia yang duduk diwarung sana. Ayo Maya kenalkan sekarang.” Aku kembali mengajak Mas Hanafi yang terlihat ragu.Aku terus berdoa dalam hati di setiap langkahku, memohon kepada Allah agar Mas Hanafi dan Bang Kay tidak bertarung nanti. Aku melangkah dengan dada berdebar. Kakiku juga gemetar. Ini hal tersulit dalam hidupku, belum pernah aku melalui situasi yang sesulit ini. Semakin dekat dengan posisi Bang Kaylani ombak didalam dadaku semakin menggelora. Kurang dari 20 meter lagi akan sampai ketempat Bang Kay. Kakiku goyah, aku tak sanggup lagi lanjutkan langkah. Ku lirik Mas Hanafi, wajahnya juga memias, sepertinya dia didera ketakutan yang teramat sangat.Didepan sana. Bang Kaylani tampak berdiri dari bangku kayu yang di dudukinya. Gadis cantik dengan masker menutupi mulut dan hidungnya yang tadi duduk di depan Bang Kaylani juga berdi
“Iya. Kangen pake banget. bagaimana shalat istikharahnya? Sudah dapat jawaban?” tanya Mas Hanafi.“Belum. Kan belum 7 hari 7 malam.” Aku mengingatkan.“Mas mau bantu jawab, biar cepat dijawabnya.”ucap Mas Hanafi“Maksud Mas?” aku tidak paham.“Sekarang Mas lagi otw. Mas mau ketemu Ayah dan Ibu Maya sekarang.” jawab Mas Hanafi.“Ayah dan Ibu lagi sibuk kerja. Nggak bisa diganggu.”ucapku, memberi alasan.“Mas akan tunggu sampai mereka selesai melakukan kesibukannya.” Mas Hanafi memaksa.“Terserah Mas saja. Asal jangan bawa-bawa nama Maya jika terjadi sesuatu.” selorohku.“Setuju, deal.” Sahut Mas Hanafi bersemangat.“Maaf, udah dulu ya Mas, Maya sudah ngantuk. Maya mau tidur sekarang.” Aku mau memutuskan pembicaraan.“Baiklah. Selamat tidur siang.” seloroh Mas Hanafi.Aku menutup telponnya. Mataku sudah tidak mampu lagi untuk dibawa kompromi. Ku rebahkan tubuhku dikasur. Sangat nyaman,
Hal pertama yang aku lakukan saat sampai kerumah adalah mengecek tas yang tergantung didekat televisi. Bang Kaylani mengatakan bahwa dia menaroh uang belanja didalam tas dekat televisi. Aku harus mengecek keberadaannya. Ku buka tas, ku temukan didalamnya seikat uang. Ku taksir jumlahnya sekitar Rp. 5.000.000. entah darimana Bang Kay mendapatkan uang sebanyak itu, sekarang bukan waktu gajian, juga bukan hari besar yang ada tunjangan dari tempat kerja.Ku bawa seikat uang itu kekamar. Dikamar kuhitung semuanya. Jumlahnya lebih dari Rp. 5.000.000. kurang yakin ku hitung ulang, hasilnya tetap sama. Ku hitung lagi sampai empat kali hitung, khawatir salah hitung, namun hasil perhitunganku tetap Rp. 7.000.000. Hebat, baru kali ini Bang Kay memberiku uang belanja satu juta untuk satu hari, biasanya Bang Kay memberiku uang belanja satu juta untuk satu minggu. Mungkin Bang Kay mau menyogokku dengan uang ini, Bang Kay sengaja memberi banyak uang belanja agar aku tersentuh dan membatal
“Jangan sampailah, saya yakin masih ada laki-laki perjaka yang mau denganku.” jawabku. Aku tersenyum membayangkan wajah Mas Hanafi, namun aku tidak yakin dia akan mau jika tau bahwa aku seorang janda. akan segera ku beritahu Mas Hanafi.“Wah kayaknya sudah ada calon nih?” Mbak Wulan menebak.“Ada seorang pemuda yang menyatakan ingin melamarku, aku belum memberi tahu dia statusku. Aku khawatir dia akan berubah pikiran setelah tau statusku.” jawabku sedih.“Waduh … waduh … waduh … ini kejam!Sumpah ini kejam! Kasihan suamimu. Seharusnya Mbak selesaikan dulu urusan Mbak dengan suami, seharusnya Mbak jujur dari awal. Mbak bisa menghancurkan kedua laki-laki malang itu.” Mbak Wulan terlihat prihatin dengan nasib Bang Kaylani dan Mas Hanafi.“Maya akan segera memberi tahukan status Maya, Maya janji.” ucapku.“Bagus. Semoga semua berjalan lancar.” sahut Mbak Wulan.“Aamiin.”Hampir dua jam aku dirumah Mbak Wulan. Aku pa
Mobil Mbak Wulan berhenti didepan sebuah rumah makan yang cukup besar dan mewah. Aku memarkirkan motorku ditempat parkir motor dan menunggu. Mungkin Mbak Wulan akan membeli makanan untuk makan siang kami nanti. aku duduk menunggu di atas motorku. Aku tak mau membayar uang parkir hanya karena menunggu seseorang. Mbak Wulan yang keluar dari mobil melambaikan tangan kearahku. Terpaksa aku turun dari motor dan berjalan kearahnya.“Iya Mbak?” ujarku saat berada didekat Mbak Wulan.“Kita makan siang disini ya. nanti kalau masak dirumah bisa mengurangi waktu kebersamaan kita.” Mbak Wulan menjelaskan.“Ini restoran saya, sudah 5 tahun saya mengelola restoran ini sendiri. Orang tua saya meninggal saat saya masih gadis. Jadi saya yang melanjutkan usaha ini. Sekitar 4 tahun yang lalu saya menikah dengan salah seorang karyawan saya, dia lelaki yang baik saat itu, dia pintar dan cekatan. Selama menikah aku tidak pernah menuntut nafkah kepadanya, karena aku tau aku lebi