Hizkia tiba di sebuah klub malam, setelah mendapat pesan singkat dari Lidya yang meminta tolong dengan alasan terjebak dan tidak membawa uang sepeser pun. Setelah beberapa kali penolakan dari Hizkia, Lidya tidak kunjung menyerah untuk meminta pertolongan pada pria itu.Lidya memohon-mohon untuk terlepas dari klub malam yang dirinya tidak tahu ada dimana. Perempuan itu hanya menyebut nama klub malam. Disinilah pria itu sekarang, basement klub malam yang terkenal di ibukota.Saat lampu kendaraannya menyorot tubuh Lidya, pria itu keluar."Lidya," panggil Hizkia.Perempuan muda yang tengah terduduk menangis ketakutan di lantai parkiran, mengenali suara yang beberapa waktu belakangan begitu familiar baginya. Sontak ia mengangkat kepalanya dan melihat sosok Hizkia membungkuk sehingga wajah mereka saling berhadapan.Mendadak Lidya melingkarkan tangannya di tengkuk Hizkia. Pria itu hampir hilang keseimbangan saat Lidya melakukannya. Namun, sesaat kemudian ia mampu mengendalikan tubuhnya agar
Senin pagi ini, Hizkia sekeluarga sarapan pagi bersama. Pria itu akan bersiap ke kantor."Papa El, mau aku kirim bekal makan siang nanti? Biar pak Danu jemput," tanya Ruth sembari membereskan meja makan. Elkana telah dibawa oleh Magdalena ke ruang keluarga."Tidak perlu, Sayang, aku makan dari kantor saja nanti. Kamu jangan lakukan yang berat-berat dulu, loh" ucap Hizkia dengan nada khawatir akan kondisi sang istri.Ruth tersenyum dengan perhatian suaminya. "Siap, Papa El...," sahutnya.Ruth mengantarkan kepergian Hizkia ke kantor setelah pria itu berpamitan dengan ibu mertua dan anaknya. Danu telah bersiap di dalam mobil.Saat mobil melaju meninggalkan rumah, berbunyi nada pesan singkat. Hizkia merogoh tas kecil yang berisi ponselnya. Pesan dari Lidya yang berisi ucapan terima kasih atas bantuan Hizkia.Pria itu membalas cukup singkat dengan bunyi pesan: [sama-sama, Lidya].Hari ini Hizkia akan ada pertemuan dengan tim kerja pembangunan gedung baru. Ada presentasi dari tim tersebut m
Kesehatan Ruth dari hari ke hari menunjukkan perkembangan. Mama Elkana sudah mulai berani melakukan pekerjaan yang lebih membutuhkan tenaga, tidak mungkin bila semua dikerjakan oleh bundanya.Untuk menggunakan jasa asisten rumah tangga masih jauh dari pikirannya, meskipun begitu ia tidak menampik bisa jadi ke depan akan mencari orang untuk membantu mengurus rumahnya. Namun, untuk saat ini Ruth masih begitu sulit percaya dengan orang baru.Menemukan asisten rumah tangga yang loyal seperti sosok Danu bukanlah perkara mudah. Hizkia cukup sering menanyakan apakah Ruth telah siap dengan bantuan ART yang baru. Namun, perempuan itu masih sering terbawa perasaan dan langsung menolak tawaran dari suaminya. Kondisi seperti itu merupakan sisa dari trauma akan peristiwa penculikan yang dialami oleh Ruth dan putranya. Dirinya pun masih dibimbing oleh seorang psikolog untuk menyembuhkan trauma mendalamnya. Ruth butuh waktu untuk pulih.Bukan hanya dirinya, Elkana pun dicarikan seorang psikolog kli
Semenjak selesainya tugas Lidya, Ruth merasa lebih tenang menjalani hari-harinya. Ditambah kesehatannya yang membaik serta hubungan dengan suaminya yang mesra membuat perempuan itu semakin bersukacita.Magdalena pagi ini tengah mengurus keperluan cucunya seperti biasanya. Sementara Ruth mempersiapkan keperluan suaminya untuk kunjungan kerja Hizkia bersama tim pembangunan gedung baru ke Surabaya."Di sana jangan nakal ya, Papa El," ujar Ruth sembari membantu suaminya mengancingkan kemeja.Hizkia mengulas senyuman manis. "Nakal bagaimana sih, Ma. Ke sana tujuannya kunjungan kerja," sahut Hizkia menatap manik istrinya yang sedang fokus pada kemejanya."Ya, ning Surabaya 'kan pada cantik-cantik," cicit Ruth. Ia mendongak menatap bola mata suaminya.Hizkia terkekeh. "Kamu ini, aku di sana hanya dua hari. Tidak sempat yang memikirkan hal seperti itu," sahutnya menjiwit hidung Ruth."Jadi, kalau lebih lama... sempat begitu?" protes Ruth, menampik tangan suaminya.Kali ini Hizkia terbahak-bah
Hizkia menghubungi istrinya setelah membalas pesan dari Lidya. Beberapa panggilan suara dari Hizkia masuk ke ponsel Ruth, tetapi belum juga ada respon.Pria itu memutuskan untuk mengirim pesan singkat pada istrinya.[Halo, Mama El. Aku tadi menghubungi kamu. Mungkin sedang ada kesibukan. Aku ingin mengabarkan bahwa akan tiba di rumah besok kemungkinan malam hari, ya]. Hizkia mengirim pesan itu.Setelahnya, Hizkia putuskan berganti pakaian untuk bersiap istirahat malam. Keluar dari kamar kecil, ponselnya berbunyi sebagai tanda pesan masuk.[Papa El, maaf aku tidak angkat panggilan kamu. Sedang ada aktivitas tadi, jadi aku tidak bisa jawab panggilan kamu], terang Ruth.[Ya, tidak apa-apa, Sayang], balas Hizkia.[Besok malam tiba di rumah ya. Kamu mau aku masakin apa?], tanya Ruth di seberang.Pria itu tersenyum dengan perhatian sang istri. [Tidak perlu, besok kalau kemalaman, aku makan di luar], jawab Hizkia.Tidak lama percakapan teks mereka berakhir. Hizkia merebahkan tubuhnya di kasu
Lidya berhenti menyesap jus yang sedang dinikmati tenggorokannya. Perempuan itu gugup ditanya secara langsung. Ia menimbang bagaimana cara menyampaikan permohonannya dengan cara yang tidak keliru."Saya... saya... sedang mengalami kesulitan keuangan, Mas. Keluarga saya membutuhkan dana untuk pengobatan," ujar Lidya dengan wajah tertunduk dan hampir terisak.Pria itu masih diam untuk menunggu lanjutan perkataan Lidya."Saya ingin mengajukan bantuan pada Mas Hizkia," tambahnya. "Sebagai balasannya, saya rela melakukan apa saja untuk Mas Hizkia," ungkapnya menegakkan kepala untuk memandang Hizkia secara utuh. Pria itu bergeming, memandang Lidya dan menimbang permohonannya."Benarkah?" tanya Hizkia mencondongkan tubuhnya ke arah Lidya, setelah beberapa menit mereka dalam keheningan.Lidya mengangguk-angguk beberapa kali, menandakan keseriusannya."Saya mohon Mas berkenan membantu agar lekas selesai permasalahan ini," lirihnya seraya memegang tangan Hizkia yang terlipat di meja.Pria itu
Hizkia menanti beberapa menit Ruth kembali dari kamar kecil. Pria itu telah menyandarkan punggungnya di kepala ranjang sembari membaca buku self develompent.Ruth menaiki ranjang dan tidur membelakangi Hizkia. "Selamat istirahat ya, Pa," ujarnya seraya mematikan lampu nakas di sampingnya.Hizkia merebahkan tubuhnya di ranjang setelah memadamkan lampu nakas. Ia menarik tubuh Ruth hingga ke dadanya. Ruth berusaha melepaskan diri, tetapi Hizkia lebih kuat darinya. "Aku kangen kamu, Sayang," bisik Hizkia.Ruth menangis dalam diam. "Kamu tidak kangen aku, Mama El?" tanya Hizkia dengan nafas menderu.Perempuan itu menjawab, "Jangan malam ini ya, Pa. Kamu pasti lelah, aku juga seharian ini capek," ungkap Ruth jujur."Iya, tidak apa. Aku peluk kamu.. boleh ya, sepanjang malam," kekeh Hizkia sambil mencium kepala dan tengkuk Ruth, ia melingkarkan tangannya di perut istrinya.Ruth memejamkan matanya berharap bisa langsung terlelap. Air matanya kembali jatuh membasahi bantal. Terdengar suara na
Ruth mendatangi Magdalena, ia mengadukan kecurigaannya pada bundanya sambil terisak. "Apakah kamu yakin, Papa Elkana berlaku demikian?" tanya Magdalena menyentuh pundak putrinya.Ruth tidak boleh kelepasan menangis sebab Elkana masih bersama dengan mereka. Tempat mereka duduk sedikit berjauhan jarak dengan Elkana agar Ruth bisa bercerita lebih leluasa."Malam ini aku akan membuktikan hal itu, Bunda," ujar Ruth menyeka air matanya. "Bila terbukti, besok... kita tidak perlu berada di rumah ini lagi, Bunda," imbuh Ruth menatap manik ibundanya."Aku lelah dengan masalah demi masalah yang disebabkan oleh papa Elkana." Ruth menarik nafasnya dalam. "Aku mendapat sebuah pesan tentang pertemuannya dengan orang yang disebut rekan bisnis. Bunda... sosok itu bukanlah rekan bisnis," lirih Ruth.Magdalena terdiam kemudian menganggukkan kepalanya. Ia tidak ikut campur terlalu jauh untuk kali ini. "Bunda mendukung apapun yang mau kamu lakukan. Ingat, lakukanlah... tapi bukan berdasar rasa benci agar
Lima bulan berlalu. Sepanjang periode itu ada kabar mengejutkan dari Lidya. Perempuan itu membuat pengakuan melalui video yang dipublikasi pada media sosial miliknya.Sembari menangis perempuan itu berkata, "Saya Lidya Prameswardjo memohon maaf telah membuat masalah, keributan dengan pengusaha muda Hizkia Perkasa Alamsyah. Saya telah menuduhnya melakukan kejahatan penganiayaan dan asusila yang sebenarnya tidak pernah terjadi. Adapun motivasi saya tidak lain karena memiliki kekaguman pada yang bersangkutan. Tidak ada pihak lain di belakang saya, seperti yang diberitakan beberapa media. Besar harapan saya, Hizkia berkenan memaafkan saya."Video itu telah sampai pada Hizkia, dikirim oleh Hidayat. Penasihat hukum Hizkia tahu bahwa kliennya tidak begitu aktif mengikuti pemberitaan di media sosial."Dasar Lidya! Malah melindungi orang-orang yang di belakangnya!" seru Hizkia tidak habis pikir. Pengakuan itu tidak mendapat maaf dari Hizkia, sebab bukan seperti itu yang dimaksud oleh Hizkia.
"Mama Elkana...," bisik Hizkia.Tidak ada sahutan dari Ruth, tadi dirinya langsung bertudung selimut dengan posisi membelakangi Hizkia. Perempuan itu tidak bersedia bicara padanya, maka Hizkia berusaha merayu dengan ucapan penjelasan."Aku bukannya tidak percaya sama kamu. Hanya antisipasi kalau-kalau ada yang masuk rumah tanpa izin," ucapnya perlahan sembari sedikit mengguncang tubuh Ruth. "Aku memang sudah menyediakan tenaga pengamanan untuk di rumah, tetapi aku tetap perlu waspada dengan CCTV tersembunyi itu, Ma," terangnya detail.Ruth masih bergeming, tidak menyahut sama sekali. Hizkia menyusun kembali kalimatnya. "Kamu jangan ngambek. Ini tandanya aku sayang kamu dan anak-anak. Tidak ingin terjadi hal buruk pada kalian," imbuhnya lagi. "Sini loh, bicara sama aku," tambahnya.Mama Elkana masih tidak bersedia membuka selimut yang membungkusnya. Lantas, Hizkia perlahan menyingkap dari arah kepala Ruth. Sebenarnya, ia agak ragu melakukannya, khawatir Ruth akan mengamuk.Saat Hizkia
Sorenya, Hizkia pulang ke rumah setelah berdiskusi di kantor bersama tim kuasa hukum yang dikoordinatori oleh Hidayat. Sementara, Ruth dan Elkana telah menanti kedatangan dirinya."Sepertinya kamu lelah sekali," ujar Ruth di depan teras."Sangat," sahutnya pendek. Hizkia berjongkok menyapa Elkana yang sangat senang melihat papanya pulang dari kantor."Papa punya hadiah buat kamu, El," ucap Hizkia menyerahkan bungkusan dalam tas jinjing."Hore...," respon Elkana. Ia melonjak senang mendapat bingkisan dari papanya. "Apa ini, Papa?" tanyanya."Yang waktu itu pernah kamu bisikin ke Papa," sahut Hizkia, "buka di dalam ya, Nak," imbuhnya."Siap, Papa." Lantas, Elkana masuk ke dalam rumah menuju ruang keluarga untuk membuka hadiah dari papanya.Kini, tinggal Ruth dan Hizkia di teras. "Aku senang kasus kamu tidak terbukti, tadi aku sempet nonton berita," jelas Ruth.Mereka bergerak masuk ke dalam rumah. "Ya, pihak berwajib menghentikan kasus ini karena tidak ada unsur tindak pidana. Dan... ya
Setelah menunggu proses yang cukup alot dari pihak berwajib, hari ini ditetapkan bahwa dugaan penganiayaan dan kekerasan seksual yang dialami oleh Lidya tidak terbukti dilakukan oleh Hizkia."Kita telah memeriksa saksi dan bukti CCTV tidak ada bukti pendukung ke arah sana." Begitu berita yang diliput oleh salah satu media televisi. Ruth sedang duduk menonton berita di televisi setelah suaminya pergi ke kantor. Ia mengelus dada menandakan kelegaan.Ruth sebenarnya tidak diperbolehkan oleh Hizkia untuk mengonsumsi berita terkait dirinya yang berkonflik dengan Lidya. Pria itu tidak menginginkan sang istri banyak pikiran dan berimbas pada kehamilannya."Syukurlah, kebenaran yang menang," ujar Ruth mengusap air mata yang jatuh di pipinya. Ia pun merasa lebih lega karena apa yang dilihatnya di apartemen bukanlah seperti yang dipikirkannya saat memergoki Lidya dan Hizkia.Nama Hizkia telah kadung buruk di tengah masyarakat, pria itu pernah menyatakan rencana pada Ruth untuk melaporkan Lidya.
Ruth mendengar suara kendaraan suaminya memasuki halaman rumah. Ia sedang duduk di ruang tamu sambil mengecek ponsel, ada banyak berita terkait suaminya.Perempuan itu menyambut kepulangan suaminya. Dengan wajah kurang semangat, Hizkia memasuki rumah."Papa El, sudah pulang. Tidak jadi ke kantor?" tanya Ruth heran.Hizkia mendesah sembari menjatuhkan bokongnya di sofa ruang tamu. "Aku dikejar-kejar pemburu berita. Nama baikku jatuh, susah payah aku membangunnya," sesalnya.Ruth hanya diam menatap suaminya. "Mau bagaimana... harus kamu hadapi," sahut Ruth.Hizkia menoleh pada istrinya, "Ini salah aku sama kamu... dari awal harusnya aku dengerin kamu untuk waspada terhadap suster itu," sesalnya lagi. Ia menyentuh tangan istrinya. "Menyesal aku tidak gubris intuisi kamu, Mama El," tambahnya lagi.Ruth tersenyum mendengar penuturan suaminya. Belum pernah ia mendengar suaminya mengakui kebenaran nalurinya sebagai istri. Perkataan itu membuat satu rasa yang istimewa dalam diri Ruth. Darahny
Pagi ini Ruth telah berada di dapur untuk menyiapkan sarapan. Setelah semua beres, ia kembali ke dalam kamar untuk membangunkan suaminya.Hizkia semalam berpesan untuk dibangunkan pagi hari, ia ada janji bertemu dengan kuasa hukumnya setelah beberapa hari lalu mengalami kondisi badan yang kurang fit. Saat Ruth akan membangunkan suaminya, mendadak perut perempuan itu bergejolak hebat. Lantas, ia beralih ke kamar kecil untuk menuntaskannya.Hizkia terbangun saat mendengar suara Ruth yang asing dari kamar kecil. Segera saja ia menyingkap selimut dan gegas menuju sumber suara."Heh, kamu kenapa?" tanya Hizkia khawatir, ia hanya bisa menyentuh punggung istrinya tanpa tahu harus berbuat apa. Ruth tidak menjawab karena tenggorokannya terasa penuh dan harus dikeluarkan.Huek...Ruth kembali memuntahkan isi perutnya yang kosong. "Ya ampun, apakah mualku tempo hari menular?" ucap Hizkia begitu saja, menatap ke cermin menatap istrinya.Ruth membersihkan sisa cairan muntah di bibirnya."Atau k
Gegas Hizkia turun dari ranjang menuju kamar kecil. Pria itu kembali memuntahkan isi perutnya, tetapi yang keluar cairan sedikit saja. Hanya saja, ia perlu mengerahkan tenaga yang besar agar puas untuk tidak mual lagi. Rasa kaki Hizkia seperti jeli yang kenyal dan lemas. Kepalanya bahkan sampai menyentuh pinggiran wastafel agar tidak menumpu pada tubuhnya yang terasa goyah. "Aduh... mual terus, kapan berhentinya ini," gerutu Hizkia merasa tidak nyaman. Beberapa saat menunggu, mualnya terasa mulai mereda. Hizkia mendudukkan diri di lantai kamar mandi. Punggungnya menyender ke dinding, kepalanya ditumpu di lutut. Terasa oleh Hizkia, seseorang menyentuh punggungnya, lebih tepatnya mengusap-usap. Dengan sisa tenaga, diangkatnya kepala untuk mengetahui siapa gerangan pelakunya. "Mama El...," lirihnya. "Kamu nasih mual terus ya," ucap Ruth khawatir. "Coba lebih rileks nafasnya," saran Ruth. Perempuan itu masih setia mengusap tengkuk suaminya. "Tidak lagi," ucap Hizkia. Lagi-lagi Ruth
Makan siang telah disediakan oleh Ruth. Elkana dan Magdalena di meja makan, sementara hidangan untuk Hizkia dibawa Ruth ke kamar.Bersamaan Ruth masuk, Hizkia terlihat sedang bangun dari tidurnya. "Kamu sudah bangun," ujar Ruth basa-basi. Hanya deheman dari Hizkia yang terdengar. "Aku bawakan makan siang kamu," tunjuk Ruth di nakas. "Setelah ini, kamu minum obat sesuai saran dokter," imbuhnya.Hizkia menerima nampan yang diambil Ruth dari nakas. Ia tidak banyak bicara. Saat Ruth menawarkan diri menyuapi makanan untuknya, Hizkia menolak."Tidak perlu, aku sendiri saja," sanggahnya.Ruth membiarkan suaminya untuk menyuapkan sendok demi sendok makanan. "Sudah cukup," ucapnya setelah enam sendok hitungan Ruth."Kenapa? Makanannya tidak enak? Ini makanan kesukaan kamu," kata Ruth menunjukkan rasa heran."Entahlah... kurang nafsu makan," sahut Hizkia."Ya sudah, kalau begitu obatnya diminum." Ruth meletakkan kembali nampan dan mengambil obat yang dibelinya dari apotek tadi.Pria itu meneri
Hizkia dan Ruth tertegun mendengar pertanyaan dokter Ridwan. Ruth menjawab, "Tidak, Dokter.""Oh... maaf Ibu untuk pertanyaan saya," ucap Ridwan. Setelahnya dokter berpamitan, Ruth mengantarkan hingga keluar pintu.Perempuan itu kembali ke ruangan, dilihatnya Hizkia sedang berusaha duduk dari posisi rebah. Gegas ia membantu suaminya.Saat duduk kembali pusing melanda, pria itu memejamkan matanya sembari punggungnya menyender di sofa."Masih pusing ya," ucap Ruth menyimpulkan. Hizkia hanya mengangguk dan berdehem."Tolong ambilkan handphone-ku," pintanya menjulurkan tangan.Ruth mengambil dan menyerahkan ponsel milik Hizkia. Pria itu mencari nomor kontak seseorang, lalu menghubunginya. "Halo Pak Danu, tolong ke ruangan ya, bantu saya. Saya mau pulang," suruh Hizkia. Pria itu kembali memejamkan matanya dan menarik nafas panjang."Kenapa harus Pak Danu, aku bisa bantu kamu turun ke mobil," resah Ruth merasa seperti tidak dianggap kehadirannya.Hizkia menoleh dengan kepalanya menyender d