Proyek pembangunan gedung baru kembali dapat beroperasi setelah kasusnya selesai. Hari ini Hizkia telah tampak rapi, ia akan menyambangi kembali lokasi pembangunan di kota Surabaya. Hizkia akan pergi selama dua hari. "Koper kamu udah selesai ya, Papa El," ucap Ruth setelah melihat Hizkia keluar dari kamar kecil. "Kamu beneran ngga mau ikut ke Surabaya?" tanya Hizkia sembari mengusap rambutnya yang basah karena keramas. "Engga. Mama lusa pagi 'kan pulang ke Medan, aku hantarkanlah kepulangan Mama," sahut Ruth, menyerahkan kemeja dan celana panjang milik Hizkia. "Okelah. Lusa aku juga udah pulang, tapi tiba malam di rumah," terangnya. Mereka bergabung ke ruang makan. Telah ada Endang dan Elkana menanti mereka untuk sarapan bersama. Setelah sarapan selesai, Ruth beberes di dapur. "Ma, lusa aku tidak bisa mengantar kepulangan mama ya, aku tiba di Jakarta malam hari," terang Hizkia masih duduk di bangkunya. "Iya, ngga papa, kamu ada jadwal kunjungan kerja... Mama maklum," sahut Endan
"Aku turut prihatin untuk kasus yang menimpa kamu," ujar Samuel setelah menyesap teh hangat di sebuah cafe tidak jauh dari supermarket.Samuel mengetahuinya dari pemberitaan yang viral tentang penculikan istri dan anak seorang pengusaha yang dikenal banyak orang. Sementara, Samuel merasa pernah mengenal istri pengusaha yang tidak lain adalah Ruth."Ya, begitulah Sam. Tidak menyangka Kris punya niat tidak baik pada keluargaku," sahut Ruth."Padahal saat kita bersekolah dulu kalian sangat dekat dan selalu akur ya," ucap Samuel tidak habis pikir dengan teman sepermainan mereka sewaktu SMA yang akhirnya tewas oleh peluru tajam pihak berwajib."Itu makanya Sam, tadi aku sempat menolak kamu ajak untuk minum di cafe. Terus terang, aku masih sulit percaya pada orang baru," terang perempuan itu menjelaskan alasannya tadi menolak ajakan Samuel.Samuel terkekeh sembari menganggukkan kepalanya. "Ya benar, pasti sulit sekali itu." ujarnya bermaksud memahami posisi Ruth."Oh ya, sekarang kamu tugas
Lusanya, sedari pagi Endang telah bersiap-siap untuk rencana kepulangannya ke Medan. Ruth di dapur sedang menyiapkan sarapan pagi. Sementara, Elkana masih terlelap di kamarnya.Keadaan Ruth pagi ini terlihat baik, sebelum ke dapur ia telah menuntaskan panggilan alam yang tak tertahankan. Buahan serta sayuran yang dikonsumsinya semalam sungguh memberi hasil yang baik untuk pencernaannya.Menurut Ruth, ia tidak akan lagi merasa sakit atau kram perut karena sembelitnya telah terselesaikan. Ibu satu anak itu berdendang-dendang di dapur sembari menyiapkan makanan kesukaan mama mertuanya."Nampaknya Mama El sedang gembira," sapa Endang saat masuk ke dapur.Ruth terkekeh. "Iya Ma, sakit perutku sudah sembuh. Jadi, lebih enakan saja pagi ini," terangnya."Syukurlah ya," sahut Endang. "Mama ke kamar Elkana dulu ya, mana tahu cucu mama itu sudah bangun," ujarnya.
Tatapan panjang Hizkia padanya tidak diartikan apa-apa oleh Ruth. Bagi perempuan itu, malah semakin baik bila mengenal dokter yang melakukan pemeriksaan. Dengan begitu, Ruth tidak segan untuk bertanya-tanya seputar kandungan.Hizkia turut duduk di bangku samping Ruth dengan wajah sedikit tertekuk. Setelah ini, ia akan langsung meminta penjelasan bagaimana Ruth bisa tahu ada teman semasa SMA-nya yang bekerja di rumah sakit ini.Setelah Kris, pria itu juga sulit menaruh rasa percaya pada orang lain. Untuk saat ini, lebih baik ia mengikuti alur pemeriksaan kesehatan istrinya sebab itulah yang terpenting."Ada masalah apa, Ruth? Bisa diceritakan keluhannya?" tanya Samuel tanpa ada embel-embel panggilan seperti bu atau mbak. Hal itu membuat Hizkia begitu jengkel."Aku ada masalah kram perut yang beberapa hari ini aku alami Sam, terjadi berulang. Sampai-sampai aku keringat dingin karena sakitnya hampir tid
Sesampainya di rumah, suami istri itu tetap tinggal dalam keheningan. Masing-masing sibuk dengan pikirannya.Selain dilanda rasa sedih dan khawatir, Ruth malahan gondok pada suaminya yang hanya diam tanpa memberi komunikasi yang berarti atau sekedar menanyakan perasaannya. Ruth tidak berharap banyak, tetapi sikap Hizkia cukup memengaruhi dirinya.Turun dari mobil, Ruth mengambil Elkana yang tengah digendong oleh Hizkia."Elkana biar aku gendong," ucapnya sedikit ketus. Setelah mengambil Elkana, Ruth masuk meninggalkan Hizkia yang terpaku di teras rumah.Ruth segera masuk menuju kamar Elkana. Perempuan itu merebahkan putranya perlahan agar Elkana tidak terganggu tidurnya. Seharusnya saat ini mereka makan siang, tetapi cukup terlambat.Tidak ingin mengganggu Elkana, Ruth duduk di tepi ranjang putranya sembari mengamati wajah anaknya yang beranjak tumbuh dalam masa balitanya.Ruth menarik nafas panjang dan membuangnya kasar. Perempuan itu sampai menimbang bahwa ia akan menyelesaikan masa
"Jadi, kamu dulu berteman dengan Samuel sedekat apa?" tanya Hizkia setelah menyesap teh hangat yang dibuatkan istrinya di meja makan. Pria itu telah rapi dengan pakaian kerjanya. Ia terus mengamati gerak-gerik istrinya yang sesekali menyuap Elkana makan. Bocah kecil itu sedang belajar makan sendiri. "Tidak sedekat Kris, Samuel lebih tertutup. Dia lebih sering ke perpustakaan, tapi kalau lagi mau cerita... dia datang ke aku," ujar Ruth menerangkan. Hizkia menarik nafas panjang. "Ternyata kamu banyak penggemar laki-laki ya," decak Hizkia. Ruth menghentikan kegiatannya, menoleh pada suaminya. "Penggemar?" ulang Ruth. "Iya. Pria yang senang sama kamu itu banyak," terang Hizkia dongkol. Ruth tersenyum samar, pura-pura tidak memahami arah pembicaraan suaminya. "Ada lagi... sekarang masih di Palembang. Pengusaha juga. Dulu kami --" "E... eh... malah dilanjutin," gerundel Hizkia. Ruth terbahak melihat wajah Hizkia yang jengkel mendengar penuturannya. "Aku mengira tadi kamu mau mendeng
Siang keesokan harinya, Magdalena telah tiba di Jakarta. Begitu bertemu Ruth di bandara ia langsung memeluk erat putri semata wayangnya itu. Hizkia tidak dapat turut menjemput. Mereka diantar jemput oleh Danu, sopir keluarga."Bunda tidak menyangka kamu mendapat penyakit itu," lirih Magdalena setelah mengurai pelukannya. Ia mengambil alih Elkana dan mencium cucu kesayangannya itu."Ayo, Bunda. Mari...," ajaknya ke mobil. "Nanti aku akan menceritakan lebih lanjut pada Bunda," tambahnya.Sesampainya di rumah, Ruth mengajak Magdalena bersantai di ruang keluarga. Ruth menceritakan bagaimana awal mula dirinya mulai merasakan sakit.Sesekali Magdalena mengusap bahu Ruth untuk menguatkannya. Air mata Ruth tidak terelakkan, berderai mengingat penyakit, rencana pengobatan, dan program kehamilannya."Kalau aku tidak bisa mengandung lagi, bagaimana ya Bunda?" ucap Ruth sambil meringis memikirkannya."Nak, sebaiknya pikiran kamu fokus dulu untuk penyembuhan endometriosisnya. Tadi kamu bilang, dok
Pagi ini, Ruth bersiap untuk ke rumah sakit. Samuel memintanya datang pagi untuk melakukan sederet pemeriksaan laboratorium.Perempuan itu melewatkan sarapan paginya, sebab ia diwajibkan puasa sebelum menjalani laparoskopi. Ia turut duduk di ruang makan, sambil menemani anggota keluarga sarapan."Bunda mendoakan operasi kamu hari ini lancar ya, Nak," ujar Magdalena setelah acara sarapan selesai."Terima kasih, Bunda. Aku titip Elkana ya," sahutnya. Ruth juga berpamitan pada putra semata wayangnya. Ia memeluk Elkana erat.Sewaktu dirawat di rumah sakit Surabaya, Elkana berada di ruangan yang sama dengannya. Ini akan menjadi hari perpisahan panjang Ruth dengan Elkana.Air mata turut menyertai kepergian Ruth. Hizkia dan Lidya menemani ke rumah sakit. Hizkia selalu memberi semangat pada Ruth agar tenang menjelang tindakan.Setelah tes laboratorium dilalui dan hasilnya diperoleh tim dokter meneruskan tindakan laparoskopi, Ruth kini berada di ruang operasi."Setelah ini, kamu akan dibius to
Lima bulan berlalu. Sepanjang periode itu ada kabar mengejutkan dari Lidya. Perempuan itu membuat pengakuan melalui video yang dipublikasi pada media sosial miliknya.Sembari menangis perempuan itu berkata, "Saya Lidya Prameswardjo memohon maaf telah membuat masalah, keributan dengan pengusaha muda Hizkia Perkasa Alamsyah. Saya telah menuduhnya melakukan kejahatan penganiayaan dan asusila yang sebenarnya tidak pernah terjadi. Adapun motivasi saya tidak lain karena memiliki kekaguman pada yang bersangkutan. Tidak ada pihak lain di belakang saya, seperti yang diberitakan beberapa media. Besar harapan saya, Hizkia berkenan memaafkan saya."Video itu telah sampai pada Hizkia, dikirim oleh Hidayat. Penasihat hukum Hizkia tahu bahwa kliennya tidak begitu aktif mengikuti pemberitaan di media sosial."Dasar Lidya! Malah melindungi orang-orang yang di belakangnya!" seru Hizkia tidak habis pikir. Pengakuan itu tidak mendapat maaf dari Hizkia, sebab bukan seperti itu yang dimaksud oleh Hizkia.
"Mama Elkana...," bisik Hizkia.Tidak ada sahutan dari Ruth, tadi dirinya langsung bertudung selimut dengan posisi membelakangi Hizkia. Perempuan itu tidak bersedia bicara padanya, maka Hizkia berusaha merayu dengan ucapan penjelasan."Aku bukannya tidak percaya sama kamu. Hanya antisipasi kalau-kalau ada yang masuk rumah tanpa izin," ucapnya perlahan sembari sedikit mengguncang tubuh Ruth. "Aku memang sudah menyediakan tenaga pengamanan untuk di rumah, tetapi aku tetap perlu waspada dengan CCTV tersembunyi itu, Ma," terangnya detail.Ruth masih bergeming, tidak menyahut sama sekali. Hizkia menyusun kembali kalimatnya. "Kamu jangan ngambek. Ini tandanya aku sayang kamu dan anak-anak. Tidak ingin terjadi hal buruk pada kalian," imbuhnya lagi. "Sini loh, bicara sama aku," tambahnya.Mama Elkana masih tidak bersedia membuka selimut yang membungkusnya. Lantas, Hizkia perlahan menyingkap dari arah kepala Ruth. Sebenarnya, ia agak ragu melakukannya, khawatir Ruth akan mengamuk.Saat Hizkia
Sorenya, Hizkia pulang ke rumah setelah berdiskusi di kantor bersama tim kuasa hukum yang dikoordinatori oleh Hidayat. Sementara, Ruth dan Elkana telah menanti kedatangan dirinya."Sepertinya kamu lelah sekali," ujar Ruth di depan teras."Sangat," sahutnya pendek. Hizkia berjongkok menyapa Elkana yang sangat senang melihat papanya pulang dari kantor."Papa punya hadiah buat kamu, El," ucap Hizkia menyerahkan bungkusan dalam tas jinjing."Hore...," respon Elkana. Ia melonjak senang mendapat bingkisan dari papanya. "Apa ini, Papa?" tanyanya."Yang waktu itu pernah kamu bisikin ke Papa," sahut Hizkia, "buka di dalam ya, Nak," imbuhnya."Siap, Papa." Lantas, Elkana masuk ke dalam rumah menuju ruang keluarga untuk membuka hadiah dari papanya.Kini, tinggal Ruth dan Hizkia di teras. "Aku senang kasus kamu tidak terbukti, tadi aku sempet nonton berita," jelas Ruth.Mereka bergerak masuk ke dalam rumah. "Ya, pihak berwajib menghentikan kasus ini karena tidak ada unsur tindak pidana. Dan... ya
Setelah menunggu proses yang cukup alot dari pihak berwajib, hari ini ditetapkan bahwa dugaan penganiayaan dan kekerasan seksual yang dialami oleh Lidya tidak terbukti dilakukan oleh Hizkia."Kita telah memeriksa saksi dan bukti CCTV tidak ada bukti pendukung ke arah sana." Begitu berita yang diliput oleh salah satu media televisi. Ruth sedang duduk menonton berita di televisi setelah suaminya pergi ke kantor. Ia mengelus dada menandakan kelegaan.Ruth sebenarnya tidak diperbolehkan oleh Hizkia untuk mengonsumsi berita terkait dirinya yang berkonflik dengan Lidya. Pria itu tidak menginginkan sang istri banyak pikiran dan berimbas pada kehamilannya."Syukurlah, kebenaran yang menang," ujar Ruth mengusap air mata yang jatuh di pipinya. Ia pun merasa lebih lega karena apa yang dilihatnya di apartemen bukanlah seperti yang dipikirkannya saat memergoki Lidya dan Hizkia.Nama Hizkia telah kadung buruk di tengah masyarakat, pria itu pernah menyatakan rencana pada Ruth untuk melaporkan Lidya.
Ruth mendengar suara kendaraan suaminya memasuki halaman rumah. Ia sedang duduk di ruang tamu sambil mengecek ponsel, ada banyak berita terkait suaminya.Perempuan itu menyambut kepulangan suaminya. Dengan wajah kurang semangat, Hizkia memasuki rumah."Papa El, sudah pulang. Tidak jadi ke kantor?" tanya Ruth heran.Hizkia mendesah sembari menjatuhkan bokongnya di sofa ruang tamu. "Aku dikejar-kejar pemburu berita. Nama baikku jatuh, susah payah aku membangunnya," sesalnya.Ruth hanya diam menatap suaminya. "Mau bagaimana... harus kamu hadapi," sahut Ruth.Hizkia menoleh pada istrinya, "Ini salah aku sama kamu... dari awal harusnya aku dengerin kamu untuk waspada terhadap suster itu," sesalnya lagi. Ia menyentuh tangan istrinya. "Menyesal aku tidak gubris intuisi kamu, Mama El," tambahnya lagi.Ruth tersenyum mendengar penuturan suaminya. Belum pernah ia mendengar suaminya mengakui kebenaran nalurinya sebagai istri. Perkataan itu membuat satu rasa yang istimewa dalam diri Ruth. Darahny
Pagi ini Ruth telah berada di dapur untuk menyiapkan sarapan. Setelah semua beres, ia kembali ke dalam kamar untuk membangunkan suaminya.Hizkia semalam berpesan untuk dibangunkan pagi hari, ia ada janji bertemu dengan kuasa hukumnya setelah beberapa hari lalu mengalami kondisi badan yang kurang fit. Saat Ruth akan membangunkan suaminya, mendadak perut perempuan itu bergejolak hebat. Lantas, ia beralih ke kamar kecil untuk menuntaskannya.Hizkia terbangun saat mendengar suara Ruth yang asing dari kamar kecil. Segera saja ia menyingkap selimut dan gegas menuju sumber suara."Heh, kamu kenapa?" tanya Hizkia khawatir, ia hanya bisa menyentuh punggung istrinya tanpa tahu harus berbuat apa. Ruth tidak menjawab karena tenggorokannya terasa penuh dan harus dikeluarkan.Huek...Ruth kembali memuntahkan isi perutnya yang kosong. "Ya ampun, apakah mualku tempo hari menular?" ucap Hizkia begitu saja, menatap ke cermin menatap istrinya.Ruth membersihkan sisa cairan muntah di bibirnya."Atau k
Gegas Hizkia turun dari ranjang menuju kamar kecil. Pria itu kembali memuntahkan isi perutnya, tetapi yang keluar cairan sedikit saja. Hanya saja, ia perlu mengerahkan tenaga yang besar agar puas untuk tidak mual lagi. Rasa kaki Hizkia seperti jeli yang kenyal dan lemas. Kepalanya bahkan sampai menyentuh pinggiran wastafel agar tidak menumpu pada tubuhnya yang terasa goyah. "Aduh... mual terus, kapan berhentinya ini," gerutu Hizkia merasa tidak nyaman. Beberapa saat menunggu, mualnya terasa mulai mereda. Hizkia mendudukkan diri di lantai kamar mandi. Punggungnya menyender ke dinding, kepalanya ditumpu di lutut. Terasa oleh Hizkia, seseorang menyentuh punggungnya, lebih tepatnya mengusap-usap. Dengan sisa tenaga, diangkatnya kepala untuk mengetahui siapa gerangan pelakunya. "Mama El...," lirihnya. "Kamu nasih mual terus ya," ucap Ruth khawatir. "Coba lebih rileks nafasnya," saran Ruth. Perempuan itu masih setia mengusap tengkuk suaminya. "Tidak lagi," ucap Hizkia. Lagi-lagi Ruth
Makan siang telah disediakan oleh Ruth. Elkana dan Magdalena di meja makan, sementara hidangan untuk Hizkia dibawa Ruth ke kamar.Bersamaan Ruth masuk, Hizkia terlihat sedang bangun dari tidurnya. "Kamu sudah bangun," ujar Ruth basa-basi. Hanya deheman dari Hizkia yang terdengar. "Aku bawakan makan siang kamu," tunjuk Ruth di nakas. "Setelah ini, kamu minum obat sesuai saran dokter," imbuhnya.Hizkia menerima nampan yang diambil Ruth dari nakas. Ia tidak banyak bicara. Saat Ruth menawarkan diri menyuapi makanan untuknya, Hizkia menolak."Tidak perlu, aku sendiri saja," sanggahnya.Ruth membiarkan suaminya untuk menyuapkan sendok demi sendok makanan. "Sudah cukup," ucapnya setelah enam sendok hitungan Ruth."Kenapa? Makanannya tidak enak? Ini makanan kesukaan kamu," kata Ruth menunjukkan rasa heran."Entahlah... kurang nafsu makan," sahut Hizkia."Ya sudah, kalau begitu obatnya diminum." Ruth meletakkan kembali nampan dan mengambil obat yang dibelinya dari apotek tadi.Pria itu meneri
Hizkia dan Ruth tertegun mendengar pertanyaan dokter Ridwan. Ruth menjawab, "Tidak, Dokter.""Oh... maaf Ibu untuk pertanyaan saya," ucap Ridwan. Setelahnya dokter berpamitan, Ruth mengantarkan hingga keluar pintu.Perempuan itu kembali ke ruangan, dilihatnya Hizkia sedang berusaha duduk dari posisi rebah. Gegas ia membantu suaminya.Saat duduk kembali pusing melanda, pria itu memejamkan matanya sembari punggungnya menyender di sofa."Masih pusing ya," ucap Ruth menyimpulkan. Hizkia hanya mengangguk dan berdehem."Tolong ambilkan handphone-ku," pintanya menjulurkan tangan.Ruth mengambil dan menyerahkan ponsel milik Hizkia. Pria itu mencari nomor kontak seseorang, lalu menghubunginya. "Halo Pak Danu, tolong ke ruangan ya, bantu saya. Saya mau pulang," suruh Hizkia. Pria itu kembali memejamkan matanya dan menarik nafas panjang."Kenapa harus Pak Danu, aku bisa bantu kamu turun ke mobil," resah Ruth merasa seperti tidak dianggap kehadirannya.Hizkia menoleh dengan kepalanya menyender d