Beranda / Romansa / SEMALAM DENGAN PREMAN / 22. Perasaan Berbeda

Share

22. Perasaan Berbeda

Penulis: Melisristi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-08 23:31:59

“Kita ke ruang ganti dulu, pakaianmu harus diganti terlebih dahulu.” Alan yang berjalan lebih dulu berucap demikian. Di belakang Carissa mengerutkan keningnya.

“Kenapa harus ganti?”

“Kau mau ditatap aneh oleh mereka?” Alan berhenti dari langkahnya, pria itu menelusurkan tatapan mata ke area sekitar. Carissa ikut merotasikan dalam memandang, seketika nyalinya menciut saat tatapan orang-orang yang lewat memandang aneh padanya.

Carissa menunduk, tersadar bahwa baju yang ia pakai begitu lusuh nan kotor. Astaga … pantas saja ia dipandang aneh.

Carissa cengengesan. “emangnya tidak apa-apa?” Carissa yang takut merepotkan orang lain meminta terlebih dahulu kepada Alan, ia takut apabila pria di hadapannya ini merasa kerepotan sendiri.

“Tidak masalah, ayo!” Alan kembali berjalan sedang Carissa merasa tak enak hati. Ah, kenapa jadi secanggung ini?

“Nama kamu siapa?” Di tengah perjalanan menuju ruang pakaian Alan bertanya. Di dalam penginapan ini memang terdapat ruangan khusus berbelanja pak
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • SEMALAM DENGAN PREMAN   23. Butuh Seseorang

    Merasa diawasi oleh dua orang pria membuat Carissa merasa malu, apalagi ditambah dengan tatapan aneh dari sekitar benar-benar membuatnya tak nyaman. “Kau abaikan saja mereka. Mata-mata mereka itu memang pengen ditusuk!” Zavier melihat gelagatan dari Carissa, karena itulah ia mengatakan hal tersebut.Zavier dengan pesonanya saat ini, membuat Carissa dibuat takjub akan pria itu. Bagaimana tidak? Setelah mengganti pakaian, Zavier terlihat lebih nyata dan tampan. Ah, nyata di sini adalah sama persis seperti seorang aktris yang sering tampil di depan layar televisi. Pria itu tampak pula seperti aktris model, benar-benar keren. Namun, kenapa tidak ada yang mengenalinya? Karena dia memakai kacamata hitam, menutup matanya dari tatapan tajam orang-orang yang mungkin saja bisa mengenalinya. “Makanlah, biarkan mereka terus melihat!” ucap Zavier sekali lagi. Menu di depan Carissa memang enak-enak, hanya di posisi Carissa ia benar-benar malu untuk makan atau hanya sekadar mengambilnya. “Coba

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-09
  • SEMALAM DENGAN PREMAN   24. Ketemu Koper!

    “Ada jagung bakar, kau mau mencobanya?” tanya Zavier sembari menunjuk dengan dagunya. “Gak ah, kan aku mau diet!”Ampun … Mendadak wahah Zavier ditekuk sedemikian tekuk. Setelah ini pasti otak perempuan itu akan di isi dengan diet, diet dan diet! “Padahal kamu kayak gini aja gak masalah,” celetuk Zavier. Pria itu menatap ke arah lain, tidak tahu bahwa Carissa tercengang atas ucapan Zavier. “Maksudmu?” Zavier menggeleng. “Tidak ada.”Melihat Zavier yang langsung diam membuat Carissa tak enak hati. Berpikir apa ada yang salah dari apa yang ia lakukan? Perasaan tidak ada kan? Seulas senyum terbit setelah memikir-mikirkan apa yang terjadi. Carissa, perempuan itu berdiri menuju roda yang berjualan jagung. “Mang, mau jagung bakarnya dua ya?” ucap Carissa tersenyum ramah. “Siap, Neng. Jagungnya mau yang biasa atau luar biasa nih!” tawar penjual jagung. Pria itu tertawa kecil, membuat Carissa jadi ikut tertawa. “Yang luar biasa aja, Mang. Kalau bisa buatkan yang spesial juga!”“Aduh,

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-11
  • SEMALAM DENGAN PREMAN   25. Perkara Penampilan

    “Ini suratnya!” seru Carissa berbinar. Zavier yang penasaran mendekat ke arah Carissa. “Ini surat berisi keluargamu, kan?” tanya Zavier yang langsung diangguki oleh Carissa. “Heem, setelah ini aku pasti akan mendapat petunjuknya.” Carissa tersenyum dalam menatap Zavier, lantas perempuan itu membuka surat tersebut. Yang ia butuhkan adalah nama alamat, bukan yang lain. Zavier yang berada di dekat Carissa ikut penasaran. Menatap surat putih yang kini terbuka lebar saat Carissa membukanya. Rumah Singgah. Jl. Tegal Barat- Jakarta pusat. Kening Carissa mengernyit saat alamat itu tertera di sana. Alamat yang tidak ia kenal membuat otaknya dibuat berpikir. “Rumah singgah?” gumam Zavier merasa tak asing dengan nama itu. “Kau tau tempatnya?” Carissa melihat raut Zavier yang tak biasa. Pria itu tampak mengetahui sesuatu. “Aku merasa nama ini tak asing, tapi … aku lupa di mana,” ucap Zavier. Pria itu lantas mengambil alih surat putih yang sebelumnya ada ditangan Carissa. Zavier membaca k

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-11
  • SEMALAM DENGAN PREMAN   26. Menuju Rumah Singgah

    “Zav! Emph!”“Diamlah! Kita sedang ditatap oleh banyak orang,” ucap Zavier membisik di telinga Carissa. Perempuan itu melirik. Benar. Yang dikatakan Zavier benar bahwa sekarang keduanya tengah menjadi pusat perhatian. “Emmh!” Karena mulut Carissa yang masih setia ditutup membuat Carissa menarik tangan Zavier. “gak di tutup juga kali, susah napas nih,” ucap Carissa sedikit cemberut. Zavier terkekeh kecil, “pakai ini,” ucap Zavier seraya menyodorkan sebuah masker dan kacamata.Kening Carissa menngeryit. “Untuk apa?”“Untuk kamu gunakan lah. Kau tau, Alan akan mengikuti kita kalau dia melihat kita.”Carissa bergeming, benar juga. Dengan sigap perempuan itu mengambil masker serta kacamata, memakainya lantas bersedekap dada. “Udah cocok jadi mafia gak?” Pertanyaan Carissa mengundang gelak tawa Zavier. Pria itu tertawa cukup keras. Namun sedetik berikutnya Zavier mengacak rambut atas Carissa. “Udah cocok jadi mafia kok,” ucapnya berhasil membuat Carissa melebarkan pupil matanya. Buka

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-11
  • SEMALAM DENGAN PREMAN   27. Rahasia Dibalik Rumah Singgah

    Sebuah bangunan bercat putih terlihat tinggi dari kejauhan. Bangunan itu terlihat sedikit kuno dan ... tidak terawat. "Zav, beneran ini tempatnya?" tanya Carissa was-was. Ya, pasalnya tempatnya itu berada jauh dari kota, untuk sampai ke sini saja Carissa dan Zavier harus naik delman. Jalan menuju alamat yang ditujukan Zavier memang mengarah ke sini. Hanya saja anehnya kenapa tempat ini begitu jauh dari mana-mana? "Bener ini kok, kan tadi sama Kang delmannya dibilangin, ini memang menuju alamat itu Risa," ujar Zavier mengingatkan. Benar juga. Carissa teringat akan hal itu. "Daripada terus dihantui penasaran lebih baik secepatnya kita ke sana," ujar Zavier membuat Carissa mengangguk. Keduanya berjalan beriringan, hari sudah semakin siang membuat teriak matahari di atas sana menyengat menimbulkan peluh keringat di kening Carissa. Suara burung terdengar nyaring diantara pepohonan pinus yang ada. Ya, di sepanjang jalan ini begitu dipenuhi berbagai pohon pinus, besar dan menjulang ti

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-15
  • SEMALAM DENGAN PREMAN   28. Sebuah Pembenaran

    Mendadak suasana menjadi mencengkam, semilir angin dingin menusuk sampai ke tulang,melewati Zavier yang diam membeku. Tak kalah dengan Carissa sendiri, ia memegang erat lengan Zavier. “Lebih baik kalian pergi dari sini. Ini bukan tempat kalian,” ucap si kakek terlihat risih akan kedatangan orang asing. “Tadi kau bilang ingin mencari Ibu kalian kan? Sayang sekali, mungkin salah satu keluarga kalian menjadi korban dari kejadian masalalu itu. Jika tidak ingin jadi korban juga, maka cepat minggat dari sini!”Zavier masih dalam keterdiaman, ia membisik kecil pada telinga Carissa. “Lebih baik kita turuti saja ucapan Kakek itu, jika tidak kita akan menjadi korban selanjutnya,” ujar Zavier. Jujur saja, Zavier masih ingin hidup, ia tak ingin mati. Apalagi mati mengenaskan dengan cara tak lazim. “Tapi … aku butuh jawabannya Zav. Aku perlu tau pembenaran.”“Kakek itu sudah memberitahukan, kan? Kalau rumah singgah ini sudah tak berpenghuni? 15 tahun, Rissa, itu bukan waktu yang sedikit.”“Tap

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-18
  • SEMALAM DENGAN PREMAN   29. Clara?

    “K--kau … putrinya Aylin!”Baik Zavier maupun Carissa keduanya dibuat terkejut. Apalagi untuk Zavier, laki-laki itu merasa tak asing dengan nama Aylin. “Ma? Mama mau ajak Zavier ke mana?” tanya Zavier kecil. Ia menggenggam erat tangan Winda.“Mama mau ajak kamu kenalan sama anak-anak yang lain. Kamu gak punya banyak teman kan? Pasti kesepian, jadi Mama mau kenalin kamu ke suatu tempat.”Zavier kecil tersenyum binar. “Papa gak pernah izinin Zavier kenal dengan siapapun. Tapi Mama baik banget, Mama izinin Zavier buat kenal dengan orang lain, mencari teman dan berteman dengan mereka, “ ucap Zavier membuat Winda mengulas senyum. Hari ini Winda sengaja mengajak Zavier. Pasalnya ia diizinkan oleh Zayn untuk menghabiskan waktu dengan anaknya ini, hanya sehari setelahnya ia tidak diperbolehkan untuk mengajak main Zavier. Dan inilah kesempatan itu. Winda mengajak Zavier ke sebuah tempat yang tak lain panti asuhan. Sebuah plang besar bernamakan ‘Rumah singgah’ tertera di pintu gerbang utama

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-18
  • SEMALAM DENGAN PREMAN   30. Cerita Masalalu

    “Maksud kakek apa, aku tidak mengerti?” Dahi Carissa mengernyit. “Ikutlah denganku!” ucap Kakek tersebut kemudian menarik lengan Carissa. Saat hendak ditarik Zavier menarik pula lengan Carissa. “Aku ikut!” ujar Zavier penuh penegasan. “Tidak!” Si kakek menjawab dengan tegas pula. “kau tidak ada urusannya dengan kami, lebih baik kamu pergi,” usirnya. . Zavier tampak geram. “aku bodyguardnya! Sebuah kewajiban untukku dalam menjaga keselamatan Carissa!” Mendengar penuturan tersebut Carissa menoleh, mata perempuan itu melebar. Bodyguard? “Zav?”“Jika kau tidak mengizinkanku untuk ikut, maka aku pula tidak mengizinkanmu untuk membawa pergi Carissa!” Zavier masih dalam mode tegas, menatap Kakek tua tersebut dengan kesal. Tak peduli pada siapa ia berbicara, yang terpenting ia harus mengetahui semua maksud ini. Clara? Aylin? Nama itu samar masuk dalam pikirannya, membuat Zavier yakin bahwa ada sangkut pautannya Carissa dengan masalalu yang sempat ia temui. “Kek, tolong izinkan dia untu

    Terakhir Diperbarui : 2024-02-19

Bab terbaru

  • SEMALAM DENGAN PREMAN   Bab 39

    “Zav, Papa mau bicara sama kamu.” “Ah, Papa masuk aja, enggak dikunci kok,” jawab Zavier dari dalam kamar. Zayn yang mendapat respon masuk ke dalam kamar. Dilihatnya putra pertamanya yang tampak sedang bermain gitar di atas kasur king sizenya. Zayn ikut duduk di samping, melihat Zavier yang tampak acuh. Ah, sudah terhitung seminggu Zavier tampak galau, semua itu dikarenakan Carissa. Perempuan yang dia cintai tak bisa Zavier temukan. Ada perasaan bersalah saat Zayn mengingat bagaimana dirinya dahulu, ia terlalu menjadikan Zavier satu-satunya penghasil uang. “Ada apa Pa?” tanya Zavier tanpa menoleh. Matanya hanya menatap fokus buku yang berisi not petikan gitar. “Papa mau pergi,” ucap Zayn pelan. Tak ada tanggapan dari Zavier. “Papa mau sembuhin Zafira di luar negeri, selain itu Papa punya perusahaan yang harus Papa kembangkan di sana. Kamu … tidak apa-apa kalau Papa tinggal sendiri?” tanya Zayn hati-hati. Bukan tak ingin mengajak Zavier, hanya saja Zayn tau bahwa Zavier tak per

  • SEMALAM DENGAN PREMAN   Bab 38

    “Baiklah, mari kita bertemu, Rissa.”Zavier tersenyum binar kala ia menatap masa depan di depan sana, yang nyatanya hanyalah sebuah jalanan kosong tanpa ada kendaraan apapun. Zavier menyugarkan rambutnya terlebih dahulu lewaf jari-jemarinya, lantas pria itu memakai topi untuk menutup atas kepalanya, tak lupa, masker ia gunakan pula untuk menutupi sebagian wajahnya. Ya, tepat hari ini Zavier akan pergi untuk menemui Carissa. Perbincangan dengan sang Papa saat itu menjadi topik hangat untuk dibicarakan di masa depan, karena nyatanya Papanya mendukung ia untuk mendapatkan cintanya.. Cinta? Yang benar saja, bahkan Zavier belum berani untuk mengatakan cinta itu. Ia masih mengumpulkan keberanian dalam menyatakan cinta tersebut. Permintaan Zayn dalam mengubah penampilannya tidak Zavier turuti. Dimintai menjadi gelandangan? Tentu saja ditolak Zavier. Enak saja! Mau ditaruh di mana mukanya bilamana nanti ia bertemu dengan Carissa? Malulah! Sebelumnya Zayn memang sempat menolak, menegaskan

  • SEMALAM DENGAN PREMAN   37. Mencari Keberadaan Carissa

    "Zav, kita harus pergi dari tempat ini!" "Apa?" Kening Zavier mengernyit, mendengar penuturan Zayn membuatnya menatap heran. "Tempat ini tidak aman, kita harus pindah dari sini," ucap Zayn. Setelah lama berkecamuk mengenai isi kepalanya, akhirnya Zayn memilih untuk pergi. Ia tidak ingin egois, ia tidak ingin kembali menyiksa putranya, apalagi menjadikan putranya adalah bonekanya. Tidak! Sudah cukup! Sekarang tidak lagi. Ia akan memperlakukan Zavier layaknya putra tercintanya, memberinya kasih sayang, nasehat serta menjaganya. Ia tidak ingin ada pemaksaan kembali, mengambil bahagia serta kebebasannya. "Tapi kenapa, Pah?" Zavier tetap bertanya membuat emosi Zayn sedikit naik. Kesal karena putranya ini banyak bertanya. "Turuti saja apa yang Papa katakan! Mengerti!" ucapnya tegas. Zavier terdiam, bungkam. "Tapi Zafira akan ikut, kan?" "Tentu saja Zafira akan Papa bawa juga, demi keselamatan kita, kita harus bisa bersembunyi."Zavier menatap bingung, perkataan Zayn membuatnya teri

  • SEMALAM DENGAN PREMAN   36. Hal Yang Disembunyikan

    "Tapi tempat ini ...?""Adik kamu di rawat di rumah sakit ini, Zav. Dia ... dia sakit gangguan jiwa." Ucapan Zayn membuat Zavier melebarkan pupil matanya. "J--kadi, selama ini ... Zafira gangguan jiwa?" Zavier menatap tidak percaya. "tidak, tidak mungkin!""Kau tidak akan percaya sebelum kau melihat keadaannya secara langsung," ujar Zayn kemudian melenggang pergi. Zavier mengikuti dari belakang, perasaannya kini bercampur, antara percaya dan tidak ia benar-benar belum mempercayainya. Nyatanya saat ini Zayn menunjukkan rumah sakit khusus bagi orang yang gangguan jiwa. Semua orang di sini sakit, gila dan ... tidak waras, setiap orang yang keduanya lewati memandang dirinya dengan tatapan tajam, adapula yang meledek, atau mungkin tertawa sendiri. Zavier mengepalkan tangannya dalam diam, tak menyangka bahwa sang adik ternyata ada di sini. Dalam beberapa koridor yang sudah Zavier lewati, Zayn akhirnya berhenti di sebuah ruangan. Ruangan itu tertutup, namun dibagian pintu utama terdapat

  • SEMALAM DENGAN PREMAN   35. Kebenaran Mengenai Adik Zavier

    Zavier mengerjapkan matanya tatkala sebuah cahaya masuk ke dalam retina matanya. Dalam remang-remang ia mengerjap matanya, dan perlahan mata itu mulai terbuka. Zavier terdiam, menatap langit-langit. Selimut hangat membungkus tubuhnya, tersadar bahwa ini … kamarnya. “Sial!” Zavier mengusap kasar wajahnya, mengacak rambutnya frustasi. Ditengah kesialan yang Zavier rasa tiba-tiba pintu terbuka. “Kau sudah bangun, putraku?” Dia Zayn, berjalan masuk menuju ranjang Zavier. Zavier terurung emosi sekaligus kesal setelah mendengar suara itu. Ia membuang muka ke arah jendela, merasa tak sudi jika harus melihat Papanya yang benar-benar egois terhadap dirinya. “Makan ini, dua bulan lebih berlalu makananmu pasti tidak sehat dan bergizi, lihat, badanmu bahkan terasa kurusan,” ucapnya menyimpan nampak yang ia bawa. Suara ‘tak’ yang terdengar tak mengubris tatapan Zavier untuk menoleh. Ranjang Zavier sedikit bergerak, Zayn duduk di bibir ranjang tepat di samping Zavier. Zavier sedikit bergeser

  • SEMALAM DENGAN PREMAN   34. Membawa Pulang Zavier

    Zavier segera berlari menuju jalan yang dipenuhi oleh semak-semak, mengubris setiap semak yang ada, entah lebat ataupun tidak ia lalui dengan perasaan berat. Di satu sisi ia memikirkan nasibnya apabila tertangkap, namun di sisi lain ia memikirkan keadaan Carissa di belakang sana. Ah, hatinya tak tentu arah, bercampur baur dengan perasaan mengganjal. Tapi untuk sekarang tampaknya ia harus selamat terlebih dahulu. Biarlah urusan dengan Carissa, dia akan mencari tahu tentangnya apabila waktu memang mengizinkannya untuk bertemu. Sebuah jalan raya Zavier temukan di depan sana. Rasa gembira karena ia berhasil keluar membuatnya tersenyum membanggakan diri. “Yes! Selamat!” ucapnya semakin cepat berlari. Zavier menuju jalan raya tersebut, saat ia berada di sana, tak ia temukan kendaraan yang melintas. “Ayolah, ke mana roda empat ini berada?” ucapnya resah sembari menatap kiri-kanan, berharap ada kendaraan yang melintas. Jika ada tentulah ia bisa ikut untuk ke kota. Sambil menunggu kend

  • SEMALAM DENGAN PREMAN   33. Janji Yang Diingkari

    “A--apa ini? Pa--papa? Papa menuju ke sini?!”Saking terkejut ponsel Zavier sampai terjatuh pula. Tidak lama setelah itu, sering ponsel terdengar membuyarkan lamunan Zavier yang masih mencerna.Segera Zavier angkat, itu dari Alan. “Kau di mana hah?! Daritadi aku mencoba menghubungimu, tapi kau malah asik sendiri?” Alan membuka suara dengan nada geram. “ini– apa maksud semua ini?” tanya Zavier memastikan ulang akan Zayn yang tau keberadaannya. Bagaimana bisa? “Sekarang kau di mana?” tanya Alan. Zavier menjawab cepat, ia memberitahukan tempat di mana ia berada kepada Alan. “Apa kau tidak waras, Zav?! Tempat itu tempat yang sering Papa kamu kunjungi dahulu!”“Apa?!” Zavier berdiri dengan terkejut. “Iya, dan jelas Papa kamu akan tau tempat itu, bahkan jika kau nanti kabur, dia akan tetap menemukanmu!”Zavier mulai panik, sialnya! Carissa masih tak kunjung datang membuat Zavier harus memilih antara menunggu sampai ditangkap atau kabur dan memilih selamat? “Lalu apa yang harus aku lak

  • SEMALAM DENGAN PREMAN   32. Dibuat Resah

    Sudah 30 menit berlalu, tapi Carissa belum juga keluar membuat Zavier yang terduduk diam merasakan resah. Beberapa kali Zavier melirik ke arah di mana tadi Carissa pergi dengan Erwin, berharap Carissa segera hadir dan menemuinya. Namun tak urung, Carissa masih tak menunjukkan batang hidungnya. “Ck! Ke mana mereka? Kenapa mereka belum juga ke sini?” ucap Zavier resah. “apa jangan-jangan Erwin menculik Carissa?” Pikiran Zavier berkecamuk akan keadaan Carissa, mengenai hal buruk pun ia pikirkan. “Tidak, tidak mungkin. Risa pasti baik-baik saja.” Zavier menggelengkan kepalanya, menolak keras pikirannya yang dipenuhi oleh berbagai pertanyaan. Zavier berdiri dari tempatnya, berjalan ke tempat yang Erwin dan Carissa masuk. Sebuah tempat yang dibatasi sebuah tembok besar, terdapat pintu di tengah-tengah hanya saja Zavier tidak tau cara membuka pintu tersebut. Dicoba pun tidak bisaa, pasalnya pintu tersebut tidak ada knop ataupun gagang pintu. Pintu berbahan kayu itu hanya tergambar polos s

  • SEMALAM DENGAN PREMAN   31. Kesembuhan Zayn

    “Baiklah, dengarkan ini!” Mendadak ruangan itu terdiam sunyi, tak ada suara, bahkan napas pun terasa ditahan saja. “Sebenarnya … aku tidak akan memberitahukannya selain pada Clara sendiri!” Sudah lama terdiam, serius, dan yang keluar dibibir Erwin hanha kalimat itu? “Kau mengusirku dengan cara halus, heh?” Zavier bersuara. Entah kenapa ia jadi kesal, benar-benar kesal pada sosok pria di hadapannya ini. “Bukan hanya mengusir, tapi kau memang tidak diperlukan untuk kami,” jawab Erwin enteng. Zavier mengepalkan tangannya, saat hendak mengangkat tangan untuk membalas perlakuan Erwin, tangan itu langsung dihentikan oleh Carissa. “Tolong untuk tidak berantem,” ucap Carissa menatap Zavier. Perempuan itu menenangkan Zavier dengan cara mengenggam tangannya. “Tidak usah sungkan, Kak. Katakan saja, Zavier … Zavier pria yang baik. Dia yang sudah menolongku untuk sampai ke sini. Jika bukan karena dia, mungkin aku tidak akan bisa bertemu denganmu ataupun mengetahui kebenaran ini.” Ucapan Ca

DMCA.com Protection Status