_________"Ma-mak-maksudnya Mas Haris?" Tanpa disadari, mulut ini refleks bertanya. Membuat, mereka tergelak sehingga tawanya membahana mengisi ruangan.Aku hanya menunduk seraya mencengkram erat kain gendongan Syahdan. Sungguh, saat ini aku seperti seekor burung pipit di antara segerombolan burung elang. Tiada harga, serta nyali menciut."Hemm, Akhirnya, kau secara tidak langsung mengakui bahwa kaulah istri tetangga yang kurang ajar pada suami orang!" Umpat wanita yang masih berdiri di belakangku. Perempuan yang telah menyeret hingga aku berada di tempat ini.Meski ruangannya sejuk bahkan dekorasi rumah Risma cukup unik dengan berbagai interior dinding yang modern. Namun, bagiku terasa panas dan hawanya seperti di sebuah rumah angker yang puluhan tahun tidak berpenghuni. Sungguh, bahkan keringat sudah keluar entah berapa banyak. Sedangkan, wanita di belakang yang entah siapa namanya hanya bersidekap tangan di da
__________"Aku ingin kita rujuk, Aline!"Pernyataan yang terlontar dari mulut Haris ringan, membuat Aline menatap tidak percaya. Ia membeku dengan posisi menelisik kebenaran dari bola mata mantan suaminya. Namun, detik kemudian. Tatapan terkunci itu buyar, seiring tawa Aline yang tiba-tiba terkikik."Kamu tidak sedang bercanda kan, Mas?" Selidiknya.Haris yang melongok, langsung menggelengkan kepala. "Tentu saja, Aline. Untuk apa aku bercanda?""Tapi, dunia tidak selucu ini, Mas?" Aline memalingkan wajah, menatap ke sekeliling untuk mengusir rasa yang tak ia mengerti bersarang di lubuk hatinya."Aline, kita harus segera rujuk. Sebelum Ibu bersikeras untuk menjodohkan Mas dengan teman adik Mas." Haris melangkah, sehingga posisinya kini tepat di hadapan Aline. "Ingat, ada Mikhaila di antara kita, Aline!"Satu genangan yang membentuk kaca berhasil mengaburkan pandangan Aline. Me
_______Seutas senyum terbit di bibir Mutmainnah. Wanita itu lekas menepuk pundak putra sulungnya, kemudian bangkit untuk menghubungi Aurel yang tengah dikampus untuk mengatur strategi agar sahabat gadis itu bisa mudah didekati. Ya, sebab Haris telah menerima tawaran dirinya akan mencari pengganti Aline. Tak lain, adalah sahabat yang disebutkan putri bungsunya."Ibu tinggal persiapan saja untuk menyambut di rumah," tutur Aurell di akhir pembicaraan."Beres!" Mutmainnah mengacungkan jempol. Setuju akan saran dari anak bungsunya yang dikatakan cerdas. Sebelum, akhirnya sambungan telepon diputus. "Semoga saja, semuanya berjalan dengan lancar, tanpa ada kendala yang mengecewakan. " Gumamnya disela ia mulai melangkah ke arah dapur.***"Ma'af, kami tidak mau terus-terusan di teror orang asing yang menanyakan keberadaan engkau, Mbak! Mereka menganggap pesantren ini menampung wanita yang-""T
______"Apa boleh saya tahu, kenapa kau tahu nama cucu saya?". Mutmainah menatap perempuan asing di depannya dengan lekat. " Secara-""Kak Aurell telah menceritakannya, Bunda." Jawab Maheera memotong ucapannya. "Saya cukup tahu banyak tentang Kak Haris, dan insyaallah saya siap-""Apa bukan karena kasus yang lagi viral kan?" Sela Haris. Laki-laki itu kini menyela seraya menatap lawan bicaranya dengan tajam, setelah sebelumnya hanya bungkam. bahkan ia dapat menemukan pantulan dirinya di bola mata Maheera yang berwarna abu terang."Kakak boleh tanyakan langsung pada kak Aurel!" Bukan jawaban, justru perintah yang Maheera lontarkan. "Saya hanya mencari sosok yang bertanggung jawab, meskipun harus seorang duda. Itu saja.""Tidak lebih," tutur Maheera di akhir pembicaraan.Haris hanya melirik ke arah adiknya yang malah terkikik. Pria yang baru saja menyandang status sebagai duda itu mendelik,
______"Abang, aku tidak mungkin gegabah. Kalau aku pilihkan dia, berati aku sudah tahu siapa dia," Bibir Aurell mengerucut. Ia jengah saat tiba-tiba Haris mengintimidasinya dengan berbagai pertanyaan."Abang hanya heran saja, kenapa dia langsung siap nikah sama Abang-""Ya, selama ini aku suka ceritain Abang ke Maheera," seloroh Aurell memotong ucapan Haris.Sudah hampir setengah jam ia terus diintimidasi oleh kakaknya. Prihal kenapa tiba-tiba berniat mengenalkan dengan sosok sahabatnya, dan kenapa pula berfikir untuk segera memberikan calon ibu sambung untuk Mikhaila. Jelas saja hal ini di anggap unik, Oh bukan. Bagi Haris merasa ini terlalu terburu-buru.Haris tercenung, ia memicingkan matanya sehingga kedua alis tebalnya saling bertaut pada sosok wanita berhijab Khimar yang tengah sibuk memainkan ponselnya. "Maksudnya?""Ya, sebenernya Aku sudah lama merencanakan ini, Bang." Aurell mene
______"Ka-kamu?" Mata Romli membelalak di sela tangannya menunjuk, ia menggelengkan kepala tidak percaya dengan apa yang kini nampang di depan matanya.Risma, setelah seharian tidak ada di rumah, kini wanita itu muncul dengan tangan menggandeng laki-laki yang membuat seluruh tulang suaminya seolah tidak berfungsi. Romli terperangah dan nyaris ambruk ke lantai."Kenapa, Mas? Kamu kaget?" Risma mendelik, sedangkan satu tangannya semakin mencengkram kuat pada laki-laki asing yang di bawanya.Romli menggelengkan kepala patah-patah. Rasa lelah akibat seharian ia memangkas rumput di belakang rumah, semakin berkali lipat kala mendapatkan sosok istri pulang membawa pria asing yang tentunya lebih cakap."Oya, kenalkan ini Justin, Mas. Dia yang telah menemani aku belanja seharian ini," Dengan pongah, Risma menuntun laki-laki bertubuh tinggi itu mendekati Romli. "Mulai sekarang, Mas harus menerima kenyataan jika l
_______"Apa yang ingin ibu bicarakan?"Iis menghirup udara untuk mengisi rongga dadanya yang terasa sesak, menyiapkan mental untuk kemungkinan apa yang akan terjadi setelah menceritakan apapun itu putrinya."Haris akan menikah!" Tuturnya serak.Bagai di sambar petir di siang bolong, penuturan ringan dari mulut Iis seumpama gemuruh yang menggelegar di telinga perempuan yang merupakan putri semata wayangnya. Mulut Aline tergagap dan bola mata spontan mengenang, bahkan ia merasa dunia tengah runtuh menimpanya seorang diri."Ya, ya bagus kalau begitu!" Akhirnya ia mengucapkan kalimat itu dengan serak. Kata yang sesungguhnya bertolak belakang dengan hatinya. "Itu lebih baik, dan aku senang mendengarnya!""Apa kamu tidak akan menyesal, Aline. Padahal, ia mengatakan sempat memintamu rujuk." Iis menatap bola mata putrinya dengan sangat lekat.Aline tersenyum, senyuman yang hamba
_______"Kita mau kemana, Kak?""Kau tenang saja, aku hanya akan ajak kamu shopping!" Sahut Yazdi tanpa mengalihkan pandangannya fokus ke depan sambil menyetir.Aline hanya menarik napas perlahan, kedua tangannya saling mencengkram hingga sampai berkeringat. Pun bibir bawah yang digigit itu kian memerah, sebab rasa gugup yang tiada terkira. Tanpa sadar hal ini justru membuat senyuman laki-laki disampingnya menyeringai."O, ya. Dimana Syahdan?" Basa basi Yazdi seraya menghentikan laju kendaraan. Tentunya, telah sampai di tempat tujuan.Aline hanya menoleh sekilas, selebihnya kembali menunduk. "Dititipkan sama ibu, Kak!" Imbuhnya.Yazid mengangguk-angguk, seraya tangan mulai melepaskan seatbelt yang melingkar di pinggangnya."Kita mau kemana, Kak? Kenapa berhenti di sini?" Aline yang terkejut, hanya mendongak."Kan tadi sudah bilang, mau ajak kamu belanja!" Kekeh Y
______Aline menunduk untuk menetralkan gelombang yang saling tabrak dibenaknya. Sesekali ia mengangkat wajah, menatap sosok Mikhaila yang terus memeluk Syahdan, juga Mutmainnah yang menatapnya tajam secara silih berganti. Sungguh, jika selama ini sering mendapatkan pilihan, pilihan sekaranglah yang paling sulit. Patuh demi buah hati, atau bertahan demi harga diri."Aku bisa membencimu hingga mengakar, tapi tidak untuk memutuskan tali darah antara anak dan ibu. "Ketus Mutmainah nyaris hilang kesabarannya yang memang tipis. "Maka dari itu, masih menahan diri aku mintai satu keputusan darimu, Aline!"Mata Mutmainnah yang tak lagi bening itu terus menatap sang menantu dengan penuh kobaran api di netranya. Sesekali ia meraup udara sebanyak-banyaknya serta membuang sangat kasar."Baiklah," Tutur Aline sambil menarik napas."Aku memilih Khailanya yang tinggal bersamaku!" Dengan satu tarikan napas, kalimat itu
______"Ada apa, Ris? Kenapa Risma pindah?" Mutmainah yang sedari tadi samar-samar menangkap pembicaraan Haris dan Risma di via telepon, menarik bokongnya dan mendekati sang putra. "Dan kenapa pula mesti mendadak?""Katanya, kedua orang tua Justin ingin ditemani putranya di akhir usia. Jadi, dia minta mereka tinggal di rumah yang berdekatan!" Sahut Haris memberikan penjelasan."Lo, terus rumah yang itu bagaimana?""Semula dia titipkan padaku, Bu. Setelahnya mungkin akan dijual, atau dijadikan rumah sewaan!"Mendengar penjelasan dari sang putra, Mutmainah menggedikan bahunya. "Ya, itu lebih baik sih. Kalau pemiliknya rukun!"" Daripada rumah kamu yang dibiarkan kosong molompong!" Mutmainah mencabik, kembali memalingkan wajahnya pada layar televisi tepat menayangkan film legend suara hati seorang istri."Kan itu rumah sejarah antara aku dan Aline, Bu. Jadi, canggung dijual jika
______"Ada apa, Ris? Kenapa Risma pindah?" Mutmainah yang sedari tadi samar-samar menangkap pembicaraan Haris dan Risma di via telepon, menarik bokongnya dan mendekati sang putra. "Dan kenapa pula mesti mendadak?""Katanya, kedua orang tua Justin ingin ditemani putranya di akhir usia. Jadi, dia minta mereka tinggal di rumah yang berdekatan!" Sahut Haris memberikan penjelasan."Lo, terus rumah yang itu bagaimana?""Semula dia titipkan padaku, Bu. Setelahnya mungkin akan dijual, atau dijadikan rumah sewaan!"Mendengar penjelasan dari sang putra, Mutmainah menggedikan bahunya. "Ya, itu lebih baik sih. Kalau pemiliknya rukun!"" Daripada rumah kamu yang dibiarkan kosong molompong!" Mutmainah mencabik, kembali memalingkan wajahnya pada layar televisi tepat menayangkan film legend suara hati seorang istri."Kan itu rumah sejarah antara aku dan Aline, Bu. Jadi, canggung dijual jika
______"Mana jatah rokoknya?" Sebuah tangan menampan tepat di depan wajah yang sudah kuyu bersimbah keringat."Tahan dulu, Mas. Ini baru laku sepuluh ribu!""Alah, Kerja begitu saja tidak be-cus!"Pray!Meja tempat meletakkan kompor digebrak. Sehingga, wajan yang terletak di atasnya terlempar yang berakibat minyak panasnya berceceran kemana-mana."Mas, kamu itu bagaimana sih? Aku mati-matian untuk tidak membeli secuil pun makanan guna mengisi perut demi modal. Dengan pongahnya kamu tumpahkan?" Aline menatap nyalang suaminya uang sudah kesekian kali melakukan hal serupa. "O, kamu berani menyalahkan suamimu, Hah?" Bentak Romli yanh tidak terima dengan tak kalah sengit. "Seharusnya kamu yang benar menata barang-barang ini,""Dasar Oon!"Mendengar kalimat yang seumpama sebilah belati yang menusuk ulu hati. Aline memilih untuk diam dan melangk
_______"Ibu?"Haris me-me-kik kala usai berbincang dengan perawat, malah mendapatkan Iis sudah berdiri di belakangnya. Laki-laki beralis tebal itu memiringkan tubuh dan mendongak ke belakang ibu mertuanya dan mendapatkan Yusra berdiri diujung lorong dengan menampakan senyuman hangat disertai anggukan kepala. Dengan ragu-ragu, sudut bibir Haris mengulas senyum membalas laki-laki bercambang tebal itu."Ibu kenapa ada disini? Siapa yang sakit?" Haris memberondong pertanyaan disela ia meraih tangan berbalut kain milik ibu mertuanya, mengecupnya penuh takdzim.Iis mengulas senyum disela wajahnya beraura mendung serta pelupuk mata yang tiada berhenti mengeluarkan air bening. "Kamu sendiri sedang apa disini, Haris?""Ibu sedang menunggu suami yang sedang ditangani!" Lanjutnya menjawab pertanyaan sang menantu yang sempat terjeda."Ayah Riswanto mengidap penyakit apa, Bu?" Bukan menjawab, Haris mal
________"Pak, Jang-""Jangan halangi papa, Ma!" Pinta Riswanto mengangkat tangan. "Tapi Mama takut terjadi sesuatu pada Papa!""Papa akan lebih sakit jika Aline tidak ditemukan, Ma. Jikapun mati, Papa akan merasa sangatlah bersalah dan tidak tenang di alam sana!" Ungkap Riswanto dengan suara serak disela ia harus menekan dada karena terbatuk-batuk."Papa jangan berfikir demikian. Papa pasti sehat, Papa pasti panjang umur." Bantah Iis dengan suara yang tak kalah serak serta air mata yang berderai. "Biar Mama yang cari Aline, Pa!""Mama lebih baik masak banyak untuk mempersiapkan kedatangan putri kita, Ma. Aline pasti sangatlah lapar, suaminya seorang pengangguran yang banyak hutang dan menuntut!"Kalimat pemungkas itu cukup membuat Iis terhenyak. Tangannya yang tengah menahan dada sang suami, ditarik paksa oleh Riswanto sehingga terlepas. Ia terkesima hingga tak sanggup untuk memb
______"Nek?""Iya, Sayang!" Mutmainah segera mengusap wajah dengan kasar serta menarik napas dalam-dalam. Detik sebelumnya, mulut bergincu merah itu telah refleks mengkhawatirkan sosok Aline. Yang, tentunya memang berasal dari hati kecilnya yang tak ia sadari."Maksud nenek tadi, bunda Khaila?" Gadis berusia delapan tahun itu menengadah disela tangannya menarik-narik sisi gamis yang Mutmainah kenakan. "Kalau begitu, antarkan Khaila ketemu Bunda, Nek!""Khaila rindu Bunda, Khaila ingin memeluk Bunda, Khaila juga ingin melihat Adek bayinya bunda!""Khai-""Sayang, Kan hari ulang tahun Khaila masih lama. Jadi, sekarang Khaila fokus saja belajar ya!" Tutur Mutmainah menenangkan. Wanita berusia paruh baya itu sedikit membungkuk serta tangannya mengusap pipi gembil Mikhaila. "Kenapa setiap Khaila ingin bertemu bunda, Nenek selalu bilang nanti pas ulang tahun. Ayah bilang nanti pas
"Mas Romli?" Pekik Aline lantas bangun saat mendengar suara rintihan dari luar. Diiringi suara bugeman dan sumpah serapah seseorang. Ia membenarkan sesaat hijab yang acak-acakan usai menyingkapnya sebab Syahdan, serta mengancingkan atasan dasternya yang sudah Kumal dan robek di beberapa bagian. Melangkah cepat tanpa peduli putranya yang kembali merengek.Kriet!Pintu kayu yang sudah usang dibuka paksa, Aline mendongak untuk melihat apa yang telah menjadi sebab kericuhan."Mas Romli!"Kali ini tak hanya me-me-kik, tapi juga berlari tanpa menggunakan alas kaki. Ia biarkan kaki telanjangnya menerjang tanah kering saat melihat sosok suaminya telah terhuyung sebab kena amukan dua laki-laki yang tak asing lagi."Mas Yusra, Mas Yandi?""Apa yang kalian lakukan?" Aline menarik tangan suaminya untuk bangkit."Kenapa kalian siksa suamiku?""Dia tidak pantas dapat pembelaan, Aline!"
_______"Aku,""Aku hanya tak ingin kau tahu penderitaanku, Kak!" Tutur Maheera serak seraya menatap suaminya nanar. "Aku mengidap penyakit ini sejak berumur lima tahun,""Lantas, kenapa kau sembunyikan ini, Maheera. Justru tindakanmu yang seperti ini membuat aku harus menanggung derita dua kali lipat!""Aku hanya ingin menikmati sisa hidupku untuk mengabdi pada sosok yang bernama suami, Kak. Setelah tidak mungkin pada kedua orang tua sebab mereka telah tiada," Maheera berucap lirih dengan tetap menatap suaminya nanar."Itu alasan selanjutnya kenapa aku ingin dinikahi kakak!" Tuturnya lagi dengan suara yang hampir tidak terdengar.Mendengar kalimat yang cukup menyayat, tak bisa Haris untuk tidak tersedu. Air matanya menitik kembali bersamaan dengan tangan yang merangkul tubuh Maheera. Padanya Haris memang belum ada cinta, sebab tak juga berhasil menggantikan sosok Aline. Hanya iba, serta rasa tanggung jawab yang membuat selama ini ia bersikap teramat lembut dan memperlakukan Maheera s