Share

BAB 23

Penulis: NawankWulan
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-17 20:40:34

Hari ini sidang terakhir. Aku berharap perempuan itu bisa diajak kerja sama lagi seperti sidang-sidang sebelumnya. Nggak ada mediasi, banding dan lain sebagainya karena Mas Eris memang nggak pernah datang ke pengadilan.

Aku sengaja membuat Fika kepanasan. Oleh karena itulah dia berusaha keras membuat Mas Eris lupa dengan sidangnya meski berulang kali bilang akan datang dan meminta ajukan banding dan tak memudahkan gugatanku. Nyatanya semua berjalan lancar dan kini tinggal menunggu keputusan cerai saja.

[Hari ini sidang terakhirku, Fik. Seperti biasa, kuharap suamimu nggak hadir dalam sidang ini. Terserah bagaimana caramu mencegahnya yang penting sidangku berjalan lancar tanpa hambatan. Aku sudah nggak betah berstatus sebagai madumu]

Kembali kukirimkan pesan itu pada Fika agar dia bisa menahan kehadiran Mas Eris dalam sidang terakhir ini. Sejak kemarin Mas Eris memberondongiku beragam pesan yang menanyakan soal gugatan, tapi sengaja tak kubalas dengan jelas agar dia tak bersikeras d
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
si hanin menunggu si eris memperkosanya biar jisa rujuk. lagi pula ngapain juga tinggal disitu nyet. yg waras dikitlah dan g usah menye2. kebanyakan drama tolol si hanin
goodnovel comment avatar
Bunda Wina
syukur deh qm udh cerai ya Hanin sama eris
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • SELAMAT TINGGAL, MANTAN   BAB 24

    "Bu, sepertinya Hanin mau cari kerja supaya ada kegiatan setiap hari. Bair waktunya lebih bermanfaat daripada di rumah terus nggak ada kerjaan kan?" ,Aku mengawali obrolan saat membantu ibu meracik bumbu untuk memasak tumis kangkung. Ibu menghentikan aktivitasnya sejenak saat mencuci sayuran di wastafel lalu menoleh ke arahku."Kamu kan sudah ngajar les, Nin. Mau cari kerja apalagi memangnya?" Wanita lebih dari setengah abad itu tersenyum saat bersitatap denganku. Wajah teduhnya membuatku merasa lebih tenang dan nyaman saat bersamanya. "Les cuma sore, Bu. Mau cari kerja yang dari pagi sampai sore saja, biar ada kegiatan dan nggak bosen di rumah. Sekarang kan sudah nggak repot nyiapin sarapan atau bekal di pagi hari dan nunggu suami pulang kerja." Ibu kembali menoleh lalu tersenyum tipis. "Maafkan ibu ya, Nin." Ibu menghela napas panjang lalu kembali mencuci sayuran. "Nggak ada yang salah dari ibu, jadi nggak ada yang perlu dimaafkan juga." Aku membalas senyum tipisnya. "Anak ibu

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-18
  • SELAMAT TINGGAL, MANTAN   BAB 25

    Pagi ini suasana di rumah ibu cukup berbeda. Namun, aku berusaha untuk terlihat baik-baik saja meski dalam hati tak nyaman. Kedatangan Mas Eris dan Fika membuat ruangan terasa sedikit memanas, apalagi kutahu pere.puan itu memang sengaja membuat suasana semakin panas. Selain itu, Mas Eris dan Mas Eros juga masih saling sikut. Keduanya nyaris tak pernah akur saat bertemu. Meski kembar, sikap kedua laki-laki itu seolah bertolak belakang. Yang satu lebih senang begini, yang satu lebih suka begitu. Mereka kembar, tapi tak sama di banyak hal. Mas Eris sering kali mengusik hidup saudara kembarnya karena dia masih tak terima jika Mas Eros jauh lebih sukses dibandingkan dirinya. Beragam cara dia lakukan untuk menjatuhkan saudaranya. Kedengkian laki-laki itu begitu ketara, membuatku terus beristighfar karena tak menyangka jika Mas Eris setakbahagia itu melihat saudaranya lebih baik darinya. "Bukannya kamu buka angkringan juga, Ros?" tanya Mas Eris setelah sarapan pagi ini usai. "Nggak, Ris.

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-18
  • SELAMAT TINGGAL, MANTAN   BAB 26

    Seminggu pasca perceraianku dengan Mas Eris, Mas Dani dan keluarga kecilnya datang dari Semarang. Istrinya, Mbak Desy dan anak semata wayang mereka Nora menyalami ibu dan bapak lalu memelukku erat. Sebagai sesama ipar, Mbak Desy memang terang-terangan lebih membelaku dibandingkan Fika. Berbeda dengan adik iparku, Ayu. Dia terlihat jelas lebih menyukai Fika dibandingkan aku, sekalipun dulu perempuan itu sudah mengkhianati kakak kandungnya sendiri. Ayu memang berbeda. Dari ketiga iparku, hanya dia saja yang tak menyukaiku entah apa alasannya. Mas Dani dan Mas Eros lebih terbuka padaku, tapi Ayu ipar Perempuanku satu-satunya justru begitu tertutup dan terlihat menjauh tiap kali aku berusaha mendekatinya. Ibu sempat bilang jika dulu Fika sering memanjakan Ayu dengan barang-barang branded. Mungkin karena itu pula akhirnya mereka dekat dan Ayu selalu termakan ucapan manis Fika sampai detik ini. Aku baru sadar jika Ayu tak pernah mau mengakrabkan diri denganku. Mungkin salah satunya karen

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-19
  • SELAMAT TINGGAL, MANTAN   BAB 27

    "Coba bilang sekali lagi?!" Fika bersedekap sembari menatap tajam Mbak Desy yang masih bergeming di tempat duduknya. "Yakin mau dengar lagi?!" tanya perempuan itu santai, tanpa menoleh. Belum sempat menjawab, Mbak Desy beranjak dari kursi lalu menatap balik Fika yang semakin tersulut emosi. "Dengar baik-baik, Nyonya Fika yang konon perempuan cantik dan smart. Menurutku, perempuan cantik, sukses dan smart itu bukan perebut laki orang, tapi dia yang bisa menjaga harga dirinya sendiri. Jangan pernah bangga disebut smart karena kamu nggak pantas mendapatkan gelar itu. Statusmu sebagai pelakor tak akan pernah lenyap sampai kamu tutup usia. Paham?!" Mbak Desy mendorong pelan bahu Fika dengan telunjuknya, sementara tangan kirinya menyangga siku. Beberapa tamu yang sudah datang kembali berbisik. Mereka menatapku dan Fika bergantian. Sepertinya mulai paham jika Mas Eris adalah mantan suamiku yang kini kembali bersama Fika. "Keterlaluan kamu, Des!" sentak perempuan itu nyaris menampar pipi

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-20
  • SELAMAT TINGGAL, MANTAN   BAB 28

    "Tania?" Mas Eros memanggil nama perempuan itu. Perempuan bernama Tania itupun menoleh lalu tersenyum tipis menatap Mas Eros. Tanpa basa basi dan tanpa malu langsung cipika-cipiki dengan lelaki di sampingku itu di depan banyak orang. Mungkin hal itu sudah lumrah dilakukannya, tapi bagiku tidak. Mereka bukan mahram dan itu jelas dilarang dalam agama. Aku hanya menghela napas panjang tanpa bisa berbuat apapun karena bukan ranahku. "Tan." Mas Eros berusaha mendorong tubuh perempuan itu saat aku mengalihkan pandangan. Mungkin Mas Eros sadar jika aku tak suka dengan cara salam seperti itu. Mas Eros sedikit canggung saat menatapku, tapi aku pura-pura tak melihat dan lebih memilih untuk membalas pertanyaan Mbak Desy di sampingku. Mantan kakak iparku itu tahu apa yang kurasakan, makanya gegas mengambil tindakan. Dia menarikku kembali ke kursi lalu mengajakku foto bersama seolah tak terjadi apa-apa. "Kamu mantan kekasih Eros? Sejak kapan, kok Eros nggak pernah cerita sama ibu." Aku tak me

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-20
  • SELAMAT TINGGAL, MANTAN   BAB 29A

    "Kamu nggak apa-apa, Nin?" Mas Eros mengajakku duduk di taman yang tak jauh dari tempat resepsi pernikahan Feni. Ada bangku panjang di sana. Sepertinya menjadi tempat nongkrong anak-anak muda. "Nggak kok, Mas. Sejak dulu, aku terbiasa dihina seperti itu. Rasanya sudah kebal. Sebenarnya aku cuma nggak suka jadi pusat perhatian orang banyak saja. Malu." Aku mencoba tersenyum meski dalam hati rasa sakit itu tetap ada, apalagi yang menghinaku justru mantan suamiku sendiri. "Yakin?" tanya Mas Eros dengan tatapan tajamnya. Aku kembali mengangguk. "Tunggu di sini sebentar ya?" "Mau kemana, Mas?" Aku ikut beranjak dari bangku saat Mas Eros melangkah tergesa ke seberang jalan."Tunggu di situ saja. Nggak akan lama," ujarnya sembari melambaikan tangannya ke arahku. Tak ingin membantah, aku pun mengiyakan saja. Kembali duduk di bangku sembari memeriksa handphone. Ada banyak pesan terkirim ke WhatsApp. Salah satunya dari perempuan yang sudah merebut suamiku itu. Aku tak membacanya, entah ump

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-21
  • SELAMAT TINGGAL, MANTAN   BAB 29B

    "Eh, kalian pergi kemana tadi?" Fika bertanya entah pada siapa. Aku sengaja cuek dan pura-pura tak mendengar pertanyaannya. "Kamu nggak tuli kan, Nin?" Pertanyaan Fika kali ini membuatku menoleh. Lagi-lagi dia perempuan itu tersenyum sinis ke arahku. "Oh, kamu tanya sama aku? Kupikir lagi ngobrol sama angin. Soalnya aku nggak merasa ditanya. Namaku Hanin, bukan Eh." Fika tersenyum sinis sembari memutar bola mata. Malas. Ibu dan bapak yang sudah duduk di jok belakang mobil Mas Eros pun membuka kaca jendela lalu melambaikan tangannya ke arahku. "Hanin, ayo pulang. Jangan bikin keributan lagi. Biar saja mereka kalau mau berdebat, kamu nggak usah ikutan." Ibu memintaku segera masuk mobil dan tak perlu meladeni mereka bertiga. Aku pun mengangguk saja lalu melangkah perlahan meninggalkan mereka. "Mobil baru, Ros?" Tania meneliti mobil milik Mas Eros sembari menurunkan kaca matanya. "Mas, kamu juga mau beliin mobil baru kan?" Mas Eris sedikit tersedak mendengar permintaan istrinya. Tib

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-21
  • SELAMAT TINGGAL, MANTAN   BAB 30

    [Nggak tahu malu. Sudah cerai sama anaknya kok masih tinggal di rumah mantan mertuanya. Katanya perempuan alim dan tahu agama, masa begitu saja nggak paham. Serumah sama ipar saja nggak boleh, ini mantan ipar malah tinggal satu atap. Sengaja ya, supaya mantan ipar tertarik?] Status WhatsApp Fika jelas tertuju padaku. Aku tak membalas, hanya membacanya sekilas. Daripada nambah pikiran, aku blokir saja nomornya. Kalau nanti dia kirim pesan dengan nomor baru lagi, aku pun akan memblokirnya lagi. Sudah dibilang aku di sini sampai masa iddah selesai, setelah itu akan balik ke rumah ibu. Dia tetap saja dengki. Mungkin nggak rela jika Mas Eros terang-terangan mendekatiku atau bisa jadi Fika iri karena lelaki yang mendekatiku jauh lebih baik dibandingkan suaminya itu. Iseng saja kubuat status di WhatsApp meski perempuan itu tak bisa membaca statusku karena sudah kublokir. Barang kali dibaca Mas Eris, biar dia sadar kalau sikapnya selama ini pada Mas Eros terlalu berlebihan dan tak dibenark

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-22

Bab terbaru

  • SELAMAT TINGGAL, MANTAN   BAB 68 [TAMAT]

    "Mas, boleh minta sesuatu?" tanya Hanin setelah terdiam beberapa saat. Eros begitu setia dan bersabar menunggu Hanin bicara. "Minta apapun boleh, Sayang. Apaa yang nggak buat kamu. Asalkan tak menyalahi aturanNya, InsyaAllah aku berusaha mewujudkan." Eros membingkai wajah istrinya lalu tersenyum tipis."Kita kembali ke makam Tania sebentar saja, boleh? Mumpung masih di sini," tanya Hanin dengan mengedipkan mata seolah memohon agar permintaannya dikabulkan. "Boleh." Eros membalas singkat dengan seulas senyum di kedua sudut bibirnya. "Makasih, Mas." Eros mengangguk lagi. Setelahnya membuka sabuk pengaman Hanin dan mengajaknya turun dari mobil. Sepasang suami istri itu kembali ke tempat semula. Mereka berdiri di depan sebuah makam yang telah berwarna-warni dengan taburan bunga. Hanin dan Eros jongkok di depan makam itu seperti yang dilakukannya beberapa menit lalu. Bulir-bulir bening menetes di kedua pipinya saat mengusap nisan putih itu. Tania Putri Salsabila binti Danang Saputro.

  • SELAMAT TINGGAL, MANTAN   BAB 67

    "Hanin, Eros, kalian di sini?" tanya Delima saat melihat Hanin dan Eros di depan makam Tania. Hanin yang masih memejamkan mata sembari merapalkan doa pun mendongak. Dia menatap Delima yang sudah berdiri di sampingnya."Tante Delima ...." Hanin beranjak dari tempatnya berjongkok lalu menyalami Delima, sementara Eros sedikit membungkuk sebagai pengganti jabat tangan. Eros belajar banyak dari Hanin yang tak mau bersentuhan dengan non mahram. "Maafkan saya yang baru datang ke pemakaman Tania, Tante," lirih Hanin setelah kedua perempuan itu mengurai pelukan. Delima mengusap lengan Hanin pelan lalu menggelengkan kepala. "Nggak apa-apa, Nin. Tante tahu kamu baru saja melahirkan. Pamali kalau datang ke pemakaman sebelum masa nifas usai. Hanin mengangguk sembari tersenyum tipis menatap Delima yang berkaca. "Om Danang nggak ikut, Tante?" tanya Hanin setelah menyadari jika Delima datang sendirian ke pemakaman ini. "Papanya Tania ke kantor, ada pekerjaan yang harus diselesaikan. Kebetulan T

  • SELAMAT TINGGAL, MANTAN   BAB 66

    [Assalamualaikum, Bu. Gimana keadaan Tania sekarang?]Sudah tiga kali Hanin mengirimkan pesan yang sama pada ibunya, tapi sampai saat ini belum ada balasan apapun. Eros juga sudah menelepon Eris, tapi tak diangkat bahkan pesannya pun belum dibaca. Hanin dan Eros tak tenang. Mereka curiga ada sesuatu yang tak diinginkan terjadi pada Tania, tapi tak mungkin pergi sekarang karena Arkana baru saja aqiqah dan masih ada beberapa tamu di rumah. "Gimana, Mas?" tanya Hanin pada Eros yang baru masuk ke kamar mereka. Eros menggeleng pelan lalu mengusap lengan istrinya. "Nggak apa-apa, Sayang. Mungkin ibu sama Eris masih menjaga orang tua Tania. Jadi, mereka nggak sempat membuka handphone. Nanti kalau sudah longgar pasti menghubungi kita," ucap Eros dengan senyum tipisnya. Dia berusaha menenangkan Hanin yang terus gelisah. "Eros benar, Nin. Kamu tenang saja. Nanti ibu juga telepon," ucap Desy, kakak iparnya yang masuk kamar sembari menggendong Arkana. Desy tersenyum lalu menidurkan Arkan di

  • SELAMAT TINGGAL, MANTAN   BAB 65

    "Tania? Mana Tania, Del?" tanya Yuningsih mengikuti pandangan Delima ke area jalan raya. "Itu, Mbak. Dia tersenyum menatapku," balas Delima lagi. Salah satu jemarinya kembali menunjuk ke arah jalan. "Nggak ada, Del. Tania sudah pergi. Dia kembali ke pangkuanNya, Del. Ikhlaskan kepergiannya ya, supaya dia juga bisa tenang di sana." Yuningsih mengusap lengan Delima lalu kembali memeluknya. "Tania masih ada, Mbak. Dia bilang akan mengajakku dan Mas Danang jalan-jalan ke taman kota. Dia pasti sudah menunggu di rumah kan?" lirih Delima lagi. Air matanya masih bercucuran. Delima benar-benar belum bisa menerima kenyataan jika Tania telah tiada. Delima merasa jika anak angkatnya itu masih ada bersamanya bahkan kini menunggunya di rumah. Berulang kali Yuningsih menjelaskan, berulang kali pula Delima bersikukuh dengan ucapannya. "Tante, Tania sudah pergi. Om dan papa masih mengurus jenazahnya. Nanti kita makamkan bersama ya? Tak apa jika sekarang Tante belum bisa menerima ini semua, tapi k

  • SELAMAT TINGGAL, MANTAN   BAB 64

    Dokter Erwin keluar dari UGD. Dia mencari keluarga pasien yang ditanganinya saat ini. Danang dan Delima yang berada tak jauh dari ruangan itu pun saling tatap lalu buru-buru beranjak dari kursi. Mereka melangkah tergesa menghampiri sang dokter. Keduanya tak sabar ingin mendengar penjelasan dokter tentang keadaan Tania saat ini. "Keluarga pasien Tania?" tanya Dokter Erwin saat Danang dan Delima sampai di dekatnya. Sepasang suami istri itu mengangguk bersamaan. "Benar dokter. Kami orang tua Tania. Bagaimana keadaan anak kami, Dok?" tanya Delima sedikit terbata. Dokter Erwin menghela napas panjang lalu menatap Danang dan Delima dengan sorot mata berbeda. Ada mendung di kedua matanya. "Kami sudah berusaha semaksimal mungkin, Pak, Bu, tapi Allah berkehendak lain," ucap dokter lirih, tapi cukup jelas terdengar. Delima shock. Dia tak sanggup mendengarkan ucapan dokter selanjutnya. Wanita itu menangis histeris. Tubuhnya lemas dan luruh di lantai begitu saja. Danang yang berada di samping

  • SELAMAT TINGGAL, MANTAN   BAB 63B

    "Ya Allah Tania kenapa, Tante? Padahal tadi tampak bersemangat dan ceria. Kenapa mendadak seperti ini?" Hanin kembali gugup dan terkejut melihat perubahan drastis perempuan di sampingnya. Tania benar-benar tampak lemas dan tak berdaya. "Tania memang begitu, Nin. Dia selalu berusaha kuat dan baik-baik saja makanya selama ini Tante dan Om juga nggak tahu kalau sakitnya sudah separah ini. Dia pintar menyembunyikan semuanya dan tak ingin melihat orang lain kerepotan." Delima mengoles minyak angin di kening Tania, tapi tak ada efek apapun karena Tania tetap terdiam."Maafkan kami, Nin. Kami harus bawa Tania ke rumah sakit," ujar Danang kemudian.Hanin mengiyakan dan mendoakan yang terbaik untuk Tania. Eros dan Eris pun ikut membantu Danang membawa Tania ke mobilnya. Ahmad, Yuningsih dan Eris ikut mengantar Tania ke rumah sakit. Sementara Rukmini dan Eros tetap di rumah menemani Hanin. Bahkan Hana pun ingin menginap di rumah sahabatnya itu."Semoga Tania baik-baik saja," lirih Hanin saat m

  • SELAMAT TINGGAL, MANTAN   BAB 63A

    Hari ini acara syukuran kelahiran Arkana Bima Atharrazka, anak pertama Hanin dan Eros. Bayi mungil itu tampan dan lucu. Dia begitu menggemaskan, membuat kedua orang tuanya semakin bahagia. Saat ini, dua keluarga berkumpul di rumah Eros, termasuk keluarga kakaknya Dani dari Semarang dan adiknya perempuannya, Ayu. Sejak pernikahan Eros dan Hanin, apalagi setelah Fika masuk penjara, Ayu tak kembali ikut campur masalah Hanin. Mungkin dia malu atau tak enak hati jika terus menghina kakak iparnya itu, apalagi setelah dia tahu jika ternyata kedua kakak kembarnya mencintai orang yang sama. Mereka sama-sama menyukai Hanin, perempuan yang selama ini dibenci dan selalu dihinanya. Bukan tanpa alasan Ayu selalu menyudutkan Hanin di setiap waktu dan kesempatan. Dia selalu berpikir jika Hanin tak pantas menjadi bagian dari keluarganya. "Selamat ya, Nin. Semoga jagoan kecil ini bisa menjadi anak yang shaleh dan sukses dunia akhirat. Mbak mendoakan yang terbaik buat kalian." Desy, istri Dani yang k

  • SELAMAT TINGGAL, MANTAN   BAB 62B

    Waktu terus bergulir dan kini hari perkiraan lahir tinggal menghitung hari. Hanin mulai kewalahan dengan perutnya yang membesar dan cukup susah untuk digerakkan. Dia sering begadang tiap malam karena susah tidur. Entah mengapa mata susah diajak kompromi. Rasanya nggak nyaman. Miring susah, terlentang nggak enak dan nggak mungkin tengkurap juga kan?Sudah tiga hari belakangan Eros tak memeriksa cafe maupun bisnis ekspedisinya. Dia ingin fokus mengurus dan menemani Hanin jika melahirkan sewaktu-waktu. Eros tak ingin kehilangan momen penting dalam hidupnya. Dia benar-benar berharap bisa menemani dan memberi dukungan pada Hanin saat persalinan nanti. "Istrimu lama sekali di kamar mandi, Ros. Cek sana. Ibu takut dia kepleset atau kenapa-kenapa. Perutnya sudah segede itu soalnya." Rukmini baru saja memerintah. Tak selang lama, suara Hanin dari kamar mandi membuat menantu dan mertua itu shock seketika. "Hanin!" teriak keduanya bersamaan lalu buru-buru lari ke kamar mandi. Benar kata Rukmi

  • SELAMAT TINGGAL, MANTAN   BAB 62A

    "Hamil?" Hanin menggumam. "Mungkinkah aku hamil? Secepat itu?" lirihnya lagi seolah tak percaya jika dia bisa hamil secepat itu. Rasanya seperti tak mungkin, tapi jika iya, tentu dia sangat mensyukurinya. Hanin buru-buru mencuci muka lalu membuka pintu kamar mandi. Eros sudah menunggu di sana dengan ekspresi cemas. "Kamu nggak kenapa-kenapa kan, Sayang?" ucapnya sembari membingkai wajah Hanin dengan kedua telapak tangan. Hanin tersenyum tipis lalu menggeleng pelan. "Nggak apa-apa, Mas. Kamu tenang saja ya? Mungkin karena kebanyakan minum air putih saja tadi makanya mual begini." Lagi-lagi Hanin mengusap punggung tangan Eros yang masih menempel di pipinya. "Syukurlah kalau begitu. Kita ke dokter saja ya? Bisa jadi mual-mualmu ini bukan mual sembarangan." "Maksudnya?" Hanin mengernyit. "Iya, mual karena hamil. Coba kamu ingat-ingat, telat nggak datang bulannya?" Eros merangkul sang istri lalu mengajaknya duduk di sofa ruang tengah. Hanin pun berusaha mengingat tanggal haid bulan

DMCA.com Protection Status