Share

Win Win Solution

Penulis: R. Angela
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Din.. soal itu..."

Dewa tadi jadi meneruskan ucapannya. Tatapan Dinda menelan keberanian yang sejak tadi dia kumpulan. Hampir saja malam ini dia tidak bisa membawa Dinda pulang. Wanita itu beralibi sangat mengantuk hingga meminta izin pada mertuanya untuk tidur di sana saja, tapi buru-buru Dewa menghalangi niat Dinda.

"Kita pulang aja. Kalau Leon mau tidur di sini, gak papa, biar kita aja pulang." Dewa memasang wajah tenang, dengan senyum manipulatif agar ibunya tidak berpikir macam-macam.

"Ya sudah kalau kalian mau pulang. Mama mengerti, pasangan suami istri, apalagi yang baru menikah seperti kalian pasti ingin selalu bersama-sama. Mama senang, karena dengan begitu kalian bisa segera memberikan cucu pada Mama."

Susah payah Dinda menelan salivanya. Dia teringat lagi soal pil anti hamil yang selama ini masih rutin dia minum. Melihat kejadian siang tadi, rasa bersalahnya karena sudah meminum pil itu diam-diam jadi sirna sudah.

Dinda berpikir, kalau dia tidak mengkonsumsi dan berakibat
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Haiqal Azhari
ceritanya ni bagus tapi rasanya lama lagi kalik the end nya....
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • SEKRETARIS PENGHANGAT RANJANG PRESDIR DINGIN    Suami Pencemburu

    "Selamat pagi, Pak," sapa satpam yang membukakan pintu bagi Dewa saat memasuki kantor. Dewa hanya mengangguk dengan raut wajah tegasnya. Pandangan satpam pun tertuju pada Dinda yang berjalan di belakang Dewa. Dia tentu kenal dengan wanita itu. Dan saat Dinda mengangkat wajah, satpam itu tersenyum padanya.Semua orang yang mereka lewati sampai menuju lift, memandang penuh tanya ke arah mereka. Ada sebagian dari mereka yang masih ingat pada Dinda, tapi tak sedikit karyawan baru yang juga penuh rasa dingin tahu soal kehadiran Dinda di tempat itu dan bersama Dewa."Aku gak suka kamu senyum terlalu ramah pada pria lain!" tegur Dewa saat mereka sudah berada di lift dan kebetulan hanya ada mereka.Kening Dinda berkerut. Memangnya tadi dia senyum pada siapa? Seingatnya hanya pada satpam kantor, itupun karena bentuk sikap ramah satpam itu yang lebih dulu senyum padanya."Aku cuma senyum sama satpam demi balas sikap ramahnya.""Termasuk dia!"Dinda ingin membantah, tapi tidak jadi karena pintu

  • SEKRETARIS PENGHANGAT RANJANG PRESDIR DINGIN    Bukan Sekretaris Biasa

    "Ada apa?" tantang Heni dengan nada ketus. Dia menatap Dinda dengan sorot tajam dan sudah jelas ingin membangun permusuhan.Dengan tatapan bosan, Dinda masih berdiri di depan meja Heni. Dia memperhatikan kalau sejak tadi wanita itu hanya berdandan dan ngobrol di telepon. Entah siapa temannya bicara. "Kamu lagi apa?" tanya Dinda menantang. Jelas saja pekerjaannya tidak ada yang benar, dia hanya menghabiskan waktunya dengan hal-hal yang tidak penting."Bukan urusan mu. Kamu mau apa ke sini? Sebenarnya, kamu siapa, sih? Kenapa berkeliaran di ruangan pak Dewa?" Heni menyandarkan punggungnya di sandaran kursi dengan tangan dilipat di dada. Dia juga menantang. Ingin tahu sampai sejauh mana keberanian Dinda.Heni sudah ingat, bahwa Dinda adalah wanita kemarin yang pernah datang mengantarkan makanan. Dia juga tebak, kalau Dinda itu mungkin asisten rumah tangga. Sepengetahuan beberapa karyawan di perusahaan itu, Dewa seorang duda.Jadi, kemungkinan, Dinda diminta datang untuk mengantar makana

  • SEKRETARIS PENGHANGAT RANJANG PRESDIR DINGIN    Wanita Genit Bernama Sintya

    Dewa sampai kehilangan kata-kata. Di hadapannya berdiri empat wanita yang dalam keadaan acak kadut. Dia melihat tajam ke arah mereka satu persatu. Tepat saat melihat pada Dinda, mata Dewa semakin merah menyala. Rambut Dinda sudah acak-acakan, kemejanya juga tak karuan bentuknya, bahkan salah satu kancingnya sudah lepas dari tempatnya."Ada apa ini?" "Sayang, kamu kenapa? Siapa yang berbuat ini padamu?" tanya penuh emosi."Sayang?" desis Lala menoleh pada Heni yang sama terkejutnya. Kali ini mereka baru menyadari kalau ucapan Dinda tadi benar adanya. Tubuhnya bergetar, kala sadar habislah dia kali ini."Mereka mengeroyokku!" ucap Dinda berusaha menahan air matanya. Dia tidak ingin terlihat cengeng di depan Dewa meski sebenarnya pertahanannya sudah kandas."Apa? Berani sekali kalian mengeroyok istri saya!" geram Dewa menyentuh kulit di bagian lehernya, terlihat bekas cakaran."Sakit?" tanya Dewa lembut. Tak akan diampuni siapapun yang menyakiti istrinya."Istri? Kembali Heni menatap p

  • SEKRETARIS PENGHANGAT RANJANG PRESDIR DINGIN    Kesalahan di Masa Lalu

    Sedikitpun Dewa tidak pernah melepaskan Dinda dari pengamatannya. Meski orang melihat kalau Dewa tampak serius mendengarkan persentase dan hikmat mengikut rapat itu, tapi hanya dia yang tahu kalau pikirannya sudah tersita pada Dinda.Kalau bukan tatapan Dinda yang mengirimkan sinyal padanya untuk diam dan tidak membantah perintah Sintya terhadapnya, pasti Dewa sudah menghardik partner bisnisnya itu. Diam-diam Dewa mengirim pesan pada Dinda."Apa kamu baik-baik saja? Kenapa kamu mau diperintah oleh Sintya dan mau membuatkan minumannya?""Fokuslah pada rapat ini, Pak."Kalau menuruti kata hatinya, Dinda tentu ingin sekali melihat Dewa memarahi Sintya dan pasti sangat membanggakan bagi Dinda dibela oleh suaminya di depan wanita yang jelas-jelas ingin merebut simpati suaminya.Namun, Dinda lebih rasional. Saat menata meja rapat dan meletakkan file yang akan mereka bahas tentang input dan output dari kerja sama ini, jelas Dinda tahu kalau projek ini besar dan sangat penting bagi Dewa.Seba

  • SEKRETARIS PENGHANGAT RANJANG PRESDIR DINGIN    Sakit Tak Berdarah

    Satu tamparan keras bagi Dinda mendengar pernyataan Dewa. Dia melongo, kehilangan kata-kata dengan bola mata membulat.Dia tidak salah dengar, kan? Dosa sebesar itu bisa disembunyikan Dewa selama ini darinya? Jika dulu Dinda bersedia jadi penghangat ranjangnya, semua itu semata-mata demi kesembuhan Leon. Meski apapun alasannya, menjual diri pada suami orang adalah salah.Lantas Dewa? Apa alasannya berzinah? Getaran halus yang sejak tadi sudah dirasakan Dinda karena menebak-nebak ada kisah apa di antara Dewa dan Sintya kini berubah, detak jantungnya lebih cepat memompa darah dengan kecepatan tinggi hingga hampir meledak."Apa yang kamu bicarakan, Mas?" Tidak ada nada emosi dalam suaranya. Dinda terlalu syok untuk melontarkan amarahnya."A-aku... aku hancur saat kamu memutuskan pergi dariku. Putus asa membuatku menghabiskan waktu di bar. Suatu hari, aku bertemu Sintya yang baru pulang dari negeri di bar itu. Kami ngobrol. Mungkin karena terlalu mabuk, aku gak sadarkan diri. Paginya, ak

  • SEKRETARIS PENGHANGAT RANJANG PRESDIR DINGIN    Aku Menyerah!

    "Apa maumu? Dengar Sintya, kalau sampai sekarang aku masih diam mentolerir semua tingkahmu, itu karena aku masih menghargai persahabatan ayah kita, dan juga kerja sama ini. Tapi dengan tindakan menjinakkan darimu seperti ini, rasanya lebih baik aku batalkan saja kerja sama kita!""Dewa! Kamu apa-apaan, sih? Apa yang salah?" Sintya mengambil posisi ternyaman di sofa putih di ruang tamunya. Wanita itu tampak mempersiapkan penampilannya dalam mengambil kedatangan Dewa karena begitu yakin kalau pria itu akan muncul setelah pesan dan gambar yang dia kirim.Sintya merasa ada yang janggal dengan sikap Dewa terhadap Dinda. Tidak seperti bos dan karyawan pada umumnya. Sintya tebak, kalau Dinda salah satu saingannya dalam merebut perhatian Dewa. Dia ingat bagaimana panik Dewa saat Dinda memergoki mereka tempo hari di ruang kerja pria itu. Bertemu di ruang meeting dan diperkenalkan sebagai sekretaris, membuat Sintya semakin yakin kalau Dinda bukan gadis biasa.Selama di perjalanan dia gelisah. S

  • SEKRETARIS PENGHANGAT RANJANG PRESDIR DINGIN    Berpisah Sejenak

    Semilir angin sore menyapu wajah Dewa. Dari balkon ruangannya dia melihat Dinda berjalan menuju halte kecil yang tak jauh dari kantor. Biasanya para karyawan atau yang beberapa orang yang bekerja di sekitar menunggu bus atau jemputan.Hingga tubuh Dinda menghilang dari pandangannya, barulah Dewa menghela napas panjang. Jam kerja sudah usai, hampir semu karyawan juga sudah pulang, tapi Dewa enggan untuk keluar dari ruangannya.Dia harus menerima situasi ini dengan berlapang dada. Dia bersalah, oleh karena itu sudah sepatutnya jika dia menerima permintaan Dinda yang ingin menjaga jarak darinya. Memberikan waktu seperti yang wanita itu inginkan.Sakit, tidak rela, tapi Dewa sadar bahwa dia tidak sedang berada pada posisi bisa memaksa. Dalam kesendiriannya, kembali pertengkaran mereka menggema di telinga Dewa."Menyerah?" Wajah Dewa memucat. Ketakutan di wajahnya seakan membuat semesta jadi gulita. "Aku perlu waktu. Aku ingin sendiri memikirkan semua ini.""Dengan pergi dariku? Bukankah

  • SEKRETARIS PENGHANGAT RANJANG PRESDIR DINGIN    Mari Bicara!

    Dinda tak kuasa menyimpan pelik di hatinya. Meski tidak ingin membuat sang mertua risau, tapi desakan Reni ditambah dengan tatapan penuh khawatir, membuat Dinda akhirnya terbuka."Kamu yang sabar ya, Din. Mama tahu gimana perasaan kamu, tapi Mama mohon jangan mengambil keputusan di saat amarah sedang menguasai diri." Reni mengambil tangan Dinda dan menggenggamnya. Terlihat jelas keinginan hati Reni mengharapkan mereka tidak berpisah."Aku juga gak tahu, Ma. Aku juga bingung harus apa." Dinda menunduk mencoba menyembunyikan cairan yang mulai menggenangi netranya.Lama mereka berbincang, terputus kala Dito dengan kursi rodanya turun bersama Leon. Beruntung di rumah itu ada akses lift hingga memudahkan Dito naik turun.Keempatnya makan malam bersama. Dinda harap cemas kalau Dewa datang. Tidak akan mudah membuat sikap biasa di depan mertuanya yang sakit. Dinda masih sangat menghormati dan peduli pada kesehatan Dito, jangan sampai karena persoalan mereka kesehatan Dito yang saat ini sedang

Bab terbaru

  • SEKRETARIS PENGHANGAT RANJANG PRESDIR DINGIN    Sambut Kebahagiaan

    Dewa hampir saja melompat, tapi yang bisa dilakukan hanya mengusap wajahnya. Dia menatap Dinda yang masih berbaring atas ranjang."Sayang, kita akan punya anak lagi?" Mata Dewa bahkan hampir berkaca-kaca. Masih seperti mimpi.Dinda tidak kalau terharunya dengan Dewa. dia bahkan memeluk suaminya dengan sangat erat membiarkan kemeja Dewa bahasa oleh air matanya.Baik dokter dan juga perawat yang ada di ruangan itu ikut tersenyum bisa merasakan kebahagiaan mereka.Setelah pulang dari rumah sakit, Dia memutuskan untuk tidak pergi ke kantor hari itu. Dia ingin menjaga cinta menghabiskan waktu bersama istrinya."Kamu ke kantor aja. Masa iya, jadi gak kerja," ucap Dinda yang masih geli melihat sikap overprotektif suaminya."Besok. kerjaan gampang ada John yang mengurusnya." Dinda tak lagi berani mendebat, mengikuti apa yang dikatakan Dewa.Sesampainya di rumah, Dewa tidak ingin segera memberikan kabar itu kepada Reni. Jangan karena histeria dan rasa gembira mereka membuat Dinda kelelahan. C

  • SEKRETARIS PENGHANGAT RANJANG PRESDIR DINGIN    Cemburu Salah Alamat

    Laura masih merasakan debar jantungnya yang berdegup semakin cepat. Tubuhnya masih bersandar di balik pintu kamarnya.Setelah mendengar perbincangan para asisten rumah tangga itu, dia merasa tidak kuat untuk berdiri lebih lama di sana. Laura memutuskan untuk meninggalkan pintu dapur berjalan menuju kamarnya."Jadi, Mas Naka dan Mbak Dinda dulu pernah bertunangan dan Mas Naka sangat mencintainya?" batin Laura menghapus air matanya yang mulai deras menetes di pipi. Tubuhnya perlahan merosot dan terduduk di pintu.Laura begitu minder jadinya. Dibandingkan Dinda, dia hanya bocah yang sedang dimabuk cinta. Tidak punya pengalaman, dan terlihat seperti gadis kampung yang tidak bisa berdandan. Naka pasti malu jika membawanya nanti ke pertemuan."Oh, Tuhan. Apa yang harus aku lakukan? Kenapa begitu sakit mengetahui kenyataan ini?" cicitnya menunduk dan meletakkan kepala di dengkulnya yang dilipat menyatu ke dada.Sampai Naka pulang, Laura hanya diam. Naka sudah bertanya, ada apa, tapi Laura ha

  • SEKRETARIS PENGHANGAT RANJANG PRESDIR DINGIN    Minta Maaf

    Dinda mengabaikan keberadaan Dewa yang menunggunya keluar dari kamar mandi. Tidak hanya pengantin baru, semua keluarga ikut menginap di hotel tempat Naka dan Laura beristirahat sekaligus malam pertama."Sayang," panggil Dewa lembut. Dinda melirik, di tangan suaminya sudah ada sisir dan juga hair dryer. Dia menebak Dinda pasti keramas, jadi demi mendapatkan perhatian wanita itu, Dewa segera mengambil alat-alat itu."Apa?""Sini aku keringkan rambutmu," ucapnya sembari mengangkat kedua tangan. Dinda mendekat ke arah Dewa tapi bukan untuk menerima tawaran pria itu, melainkan mengambil alat itu dan mengerjakannya sendiri.Tidak akan mudah untuk mendapatkan maaf dari Dinda, terlebih Dewa sudah sengaja mendiamkan masalah itu hingga pesta selesai. Kalau memang tidak ada apa-apa antara dirinya dan Helen kenapa tidak langsung dijelaskan saja pada saat itu.Dia tentu tahu bahwa diamnya Dinda adalah karena kesal dengan sikap Dewa yang merangkul Helen."Sayang, udah, dong. Jangan diamin aku terus

  • SEKRETARIS PENGHANGAT RANJANG PRESDIR DINGIN    Husband and Wife

    Syukurlah, acara pernikahan Laura dan Naka berjalan dengan lancar. Baik acara akad ataupun saat ini resepsi berjalan.Semakin banyak para tamu undangan yang menghadiri pernikahan keduanya, hingga Dewa memasang pengamanan berlapis. Dia tidak mau ambil resiko ada penyusup yang mengacak-acak pesta adiknya.Jhon sudah memberi kabar kalau Rey tidak tertangkap, berhasil kabur dari kejaran polisi lagi meski keadaan fisiknya sudah parah."Kamu cantik sekali," bisik Naka di telinga Laura. Keduanya duduk di pelaminan, jadi raja dan ratu sehari."Kamu juga tampan, Mas" jawab Laura malu-malu. Membuat Naka jadi gemas."Hari ini kita sudah jadi satu. Husband and wife selamanya," bisik Naka membawa tangan Laura ke bibirnya, mencium penuh cinta."Kenapa masih cemberut, sih? Sayang banget wajah cantiknya. Udah dari subuh dandan, masak manyun, sih?" rayu Dewa kesekian kali.Dinda masih diam, masih marah. Kalau bukan karena Reni memaksa Dinda untuk berdansa dengan Dewa, saat ini pasti wanita itu memilih

  • SEKRETARIS PENGHANGAT RANJANG PRESDIR DINGIN    Hai, Mantan!

    "Kamu cantik sekali," ucap Dinda ikut menatap wajah Laura di cermin. Perias pengantin sudah selesai merias Laura hingga gadis cantik itu semakin tambah cantik.Hari ini adalah hari besar bagi Laura dan Naka. Mereka akan menikah. Setelah melewatkan beberapa Minggu masa pemulihan Naka, kini pria itu siap mempersunting wanita idamannya."Terima kasih, Kak," jawab Laura menggenggam tangan Dinda yang bertengger di atas pundaknya. Beruntung bisa memiliki ipar seperti Dinda, yang baik hatinya serta selalu bisa menjadi tempatnya bertanya.Laura masih belum percaya, seakan mimpi kalau pada akhirnya dia jadi menikah dengan pria yang dulu tanpa sengaja dia kenal karena bersembunyi di kamarnya.Takdir memang tidak ada yang tahu, dan dia bersyukur dengan takdir yang dilalui sekarang ini.Belum waktunya Laura keluar, jadi Dinda menemani di dalam kamar Naka yang nantinya akan menjadi kamar mereka berdua. Sementara Reni dan Dewa menyambut para tamu yang sudah mulai berdatangan.Acara digelar di rumah

  • SEKRETARIS PENGHANGAT RANJANG PRESDIR DINGIN    Mandi Lagi

    "Papa pulang," teriak Leon berlari kecil menyongsong langkah Dewa masuk ke dalam rumah. Dari balkon kamarnya dia mendengar suara mobil Dewa memasuki halaman rumah.Dari tadi Leon menunggu kedatangan Dewa, ayahnya berjanji untuk menemaninya bermain game online yang sedang viral karena besok Leon tidak sekolah karena murid kelas enam ujian, maka anak-anak kelas satu hingga kelas lima diliburkan selama tiga hari.Harusnya Dewa memang sudah sampai di rumah tiga jam lalu, tapi karena menjalankan misinya memberi pelajaran pada Rey, pria itu jadi terlambat sampai di rumah.Kabar terakhir dari Jhon, mereka sudah melemparkan Rey tidak jauh dari kantor polisi. Bisa dipastikan pihak berwajib akan dengan mudah menemukannya.Kaki sebelah kanan Rey sudah dipatahkan oleh Dewa. Lengkingan kesakitan keluar dari mulut Rey. Beruntung, lokasi penyekapan itu jauh dari pemukiman warga.Tangan kanan Rey juga dibuat cacat dengan mematahkan dua tulang jari Rey. Sebenarnya, Dewa ingin menyayat perut Rey guna m

  • SEKRETARIS PENGHANGAT RANJANG PRESDIR DINGIN    Rey Tertangkap

    "Kenapa jadi cemberut? Katanya tadi rindu." Naka menggoyangkan tangan Laura yang sejak pintu ditutup Dinda hanya diam.Padahal hanya ada mereka berdua, tapi gadis itu masih menjaga lidah."Hey, Cantik, kok, aku dicuekin?" Naka masih mencoba membujuk Laura dengan menggoyang tangannya, terus menerus sampai gadis itu pun mau buka suara."Aku gak suka kamu dirawat gadis itu," ucap Laura buka suara. Tapi sedetik kemudian, dia menyesali perkataannya. Kata-kata itu hanya ada dalam benaknya tadi tanpa berniat mengatakan segera langsung. Tapi tanpa sadar justru kata-kata itu terucap begitu saja."Siapa? Mira? Dia 'kan memang pelayan di sini, dan ditugaskan Mama untuk membantu ku," jawab Naka dengan kening berkerut, bingung kenapa Laura mempermasalahkan pelayan di rumahnya."Tapi kenapa firasat ku bilang dia suka sama kamu."Naka lantas tersenyum. Dia paham, ternyata Laura cemburu pada Mira. Naka padahal bersikap biasa saja pada pelayannya itu, tapi dia tidak mungkin mengatakan hal itu pada Lau

  • SEKRETARIS PENGHANGAT RANJANG PRESDIR DINGIN    Pelayan Baru

    "Bagaimana, apa kau sudah menemukan bedebah itu?" Dewa menyingkirkan berkas dari pandangannya kala Jhon masuk menghadap. Sampai ke lobang semut pun Dewa harus menemukan Rey."Belum, Bos. Tampaknya Nona Sisil menyembunyikan Rey. Kami sempat mengikutinya ke sebuah kontrakan dan sangat yakin kalau Rey ada di sana, tapi begitu tiba, Rey sudah pergi, bahkan tidak memberitahukan pada Sisil. Terlihat wanita itu juga menanyakan pada tetangga sekitar," terang Jhon menyiapkan mentalnya untuk kena semprot Dewa. Sangat mengenal baik karakter pria itu.Dewa mengepal tinjunya, menahan amarah hingga gigi gemeretak. Dia tidak bisa berdiam diri saja, sementara pria yang sudah menyakiti istrinya masih berkeliaran di luar sana."Bagaimana dengan istrinya?""Nihil, Bos. Istrinya juga membencinya, jadi tidak mungkin bersembunyi di sana.""Lantas, apa rencanamu?""Kami masih terus mengikuti Sisil. Saya yakin, cepat atau lambat Rey akan menghubungi Sisil sebagai penyuplai dana."Dewa tidak berkata apapun la

  • SEKRETARIS PENGHANGAT RANJANG PRESDIR DINGIN    Harus menikah Denganku

    "Gimana keadaan kamu?" Laura sedikit malu-malu bertanya. Sejak tadi dia hanya duduk di sofa, mendengar pembicaraan Naka, Dewa dan Hansa. Sesekali dia melirik ke arah Naka. Hatinya harap-harap cemas dengan keadaan pria itu.Setelah mendapat kabar dari Dewa, Laura dan Hansa memutuskan untuk melihat Naka di rumah sakit. Gelisah dalam hati Laura bisa dibaca oleh sang ayah hingga memutuskan mengajak putrinya ikut bersamanya.Bukan mudah, di tengah mereka akan keluar rumah, keduanya berpapasan dengan Sisil yang entah baru pulang dari mana. Ini Sabtu, tidak ada agenda ke kantor."Kalian mau kemana?" Tatapan menyelidik dilayangkan pada Laura, lalu berpindah pada Hansa. Dalam hati bertanya cemas, apa mereka berniat ke kantor polisi. Sisil belum bisa menyimpulkan apakah Hansa sudah tahu sepak terjangnya, atau belum. Beberapa hari terakhir ini, mereka jarang bertemu. Setelah jatuh sakit waktu itu, Hansa memang tidur di kamar yang berbeda dengan Sisil. Meninggalkan wanita itu di kamar pribadi me

DMCA.com Protection Status