Apa yang terjadi antara Ki Sakti dan Ayu, rupanya membuat para warga Muara Ujung bisa tidur dengan tenang.Apalagi, Ali yang pada waktu itu tahu bahwa apa yang terjadi di desa ini bisa membuatnya terbunuh seperti temannya Iyo yang masih tidak tahu ada dimana, membuat dirinya hanya bisa berdiam diri di kamarnya dengan selimut yang menutupi tubuhnya.Tubuhnya bergetar dengan sangat hebat, keringat dingin muncul terus-menerus karena dia takut suara-suara gaduh yang ada di luar rumah merupakan suara-suara yang bisa membunuh dirinya.Dia benar-benar ketakutan, dia tidak mau keluar rumah dalam beberapa hari ini karena dia tidak ingin menceritakan apapun termasuk dengan keluarganya sendiri, karena dia takut nasib mereka akan sama seperti Iyo dan Jeje yang mungkin diberitahu oleh Iyo pada saat itu.Begitu pula dengan Adi, Supri dan Tono. yang kini hanya berdiam diri di ruang tengah di rumah mereka. Memastikan semua pintu rumah dan jendela tertutup rapat dan terkunci.Juga, mereka memastikan t
Sebuah tangan tiba-tiba muncul secara perlahan, bersama dengan sebuah wajah yang bertaring dan menyeramkan.Sorot matanya yang tajam terlihat dengan jelas oleh kedua mata Ayu pada saat itu, sorot mata berwarna merah dengan gigi taringnya yang siap memangsa siapa saja yang ada di depannya pada malam itu.Sedangkan salah satu tangannya yang masih berada di dalam tanah pun muncul, dia berusaha mengangkat tubuhnya sehingga secara perlahan tubuh besarnya yang berwarna hijau muncul dari dalam tanah.Sebuah makhluk besar berwarna hijau tua tanpa sehelai benang muncul di hadapan Ayu, makhluk yang menjadi penghuni di hutan ini sebelum desa-desa transmigrasi ada.Makhluk yang seringkali ditemukan di dalam hutan yang gelap dan rimbun meskipun matahari menyinari hutan tersebut dengan sinarnya yang sangat terik.Makhluk yang benar-benar mengerikan, tubuh hijaunya bisa menyelinap dan berbaur dengan pepohonan di dalam hutan, dia yang sering muncul dan mengawasi para manusia yang masuk ke dalam wilay
Apa yang terjadi di luar sana, tampaknya tidak terlalu berpengaruh dengan apa yang terjadi di dalam kamar Pak Dani pada saat itu.Dirinya yang duduk bersama dengan Satria, juga beberapa korban dari Ayu seperti Pak Ridwan, Jeje dan Iyo pada saat itu. Masih terlihat berdiskusi tentang apa yang akan dilakukan oleh warga desa agar terornya berakhir.“Tidak mungkin aku harus ke pulau itu Satria, pulau itu jauh, meskipun kamu bilang mereka yang kebal oleh peluru, kebal oleh benda tajam, bahkan ketika parang menembus kulit mereka dan tidak merasakan sakit sama sekali, hanya ada satu cara untuk menghilangkan tuselak dalam tubuh dirinya, yang pasti ketika tuselak itu mati, orang tersebut akan mati juga.”“Aku juga sudah mendengar apa yang kamu katakan, tulisan-tulisanmu yang kamu sembunyikan hingga hari ini, itu adalah sebuah mantra, mantra pengekang tuselak yang bisa membuat tuselak itu tidak bisa keluar dari zona yang sudah kita tetapkan.”“Mantra yang mengikat anak Belanda itu sehingga diri
“Dimana ini?”Aku tiba-tiba terbangun di suatu ruangan yang gelap, sebuah ruangan yang berdebu dan penuh akan tumbuhan yang merambat karena terasa oleh tubuh dan tanganku ketika aku bangun.Aku bangun secara perlahan-lahan dan melihat ke sekelilingku, semuanya terasa aneh dan janggal. Aku tidak tahu ada dimana aku berada sekarang.Aku berusaha mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi, aku bangun dan berdiri di dalam ruangan tersebut.Terlihat, ada sebuah tirai yang lusuh dibelakangku ketika aku menoleh, tirai berwarna putih yang kini sudah kusam bahkan sepertinya sebagian tirai itu sudah dimakan usia sehingga sudah tidak utuh lagi.Namun, di balik tirai itu tampak ada sesuatu yang terang, seperti cahaya sinar bulan purnama yang menyinari tempat tersebut dibalik tirai.Aku pun penasaran akan hal itu, dan tak menunggu lama, aku langsung menghampirinya dan menyibak tirai yang sudah lusuh tersebut.Namun,“Ke, ke, kenapa ini?”“Apa yang terjadi di tempat ini?”Aku mendadak berhenti, salah
“Minah, minaaahhh!”dug, dug, dug,Pak Dani dan Ucok dengan terburu-buru menggedor rumahku. Namun, tidak ada jawaban sama sekali dalam rumah.Aku yang tertidur sama sekali tidak mendengar suara mereka semua, aku terbuai oleh apa yang Ayu lakukan kepadaku, sehingga kesadaranku kini entah berada di mana dan tidak bisa mendengar apapun yang terjadi di luar sana.“Pak, Sepertinya ada sesuatu dengan Minah, Pak.”“Apa kita harus dobrak saja pintu ini?” kata Ucok sambil menancapkan parangnya ke tanah yang berada tepat di belakang pintu tersebut.Pak Dani yang terburu-buru dengan wajahnya yang sedikit pucat langsung mengiyakan apa yang dikatakan oleh Ucok pada malam itu.Dengan sigap, Ucok mengangkat salah satu kakinya, lalu dia menendang pintu yang terkunci dari dalam itu agar bisa terbuka dan mereka bisa masuk ke dalam rumah.Duag,duag,Kaki Ucok yang terkenal keras, langsung menendang pintu itu dengan sekeras-kerasnya.Sedangkan Pak Dani, terlihat berjalan ke arah pinggir rumah, mencari ja
Ali yang selama ini mengurung diri di kamarnya akhirnya keluar, setelah mendengar desas- desus yang sebenarnya terjadi di Desa Muara Ujung. Jujur, dia juga takut akan hal tersebut, karena dia yang merupakan teman Iyo di desa tersebut kemungkinan akan bernasib sama meskipun dirinya hanya berdiam diri di kamar. Apalagi. Supri, Tono dan Adi yang tahu apa yang terjadi dan pernah terjebak atas apa yang dilakukan oleh Ayu pada saat itu, mendatangi Ali dan menceritakan semua yang dialami oleh mereka bertiga. Salah satu dari mereka yang dengan jelas melihat wujud Ayu yang muncul dan akan membunuh dirinya bercerita panjang lebar, termasuk Bu Cucu yang hingga kini masih belum sadarkan diri dan terbaring tidak berdaya di dalam rumahnya. Atas dasar itulah, mereka berniat untuk mencari tahu apa yang disembunyikan oleh Satria diluaran sana, dimana pada saat itu aku sendiri masih terbuai oleh Ayu yang masih bisa mengelabui ku dan membuatku tertidur pulas tanpa tahu apa yang sebenarnya terjadi d
“Minaaahh!”Ucok serta Pak Dani langsung menghampiriku yang terbangun dari tidurku pada saat itu.Aku yang masih belum sadar bahwa aku sudah berada di tengah-tengah perkebunan warga hanya menunduk seakan-akan tidak percaya atas apa yang aku alami pada saat itu.Tanganku yang kini berlumpur langsung aku dekatkan ke arah muka, aku benar-benar belum bisa mempercayai apa yang Satria katakan pada saat itu.“Tidak, tidak!”“Tidak mungkin itu Ayu, tidak mungkin itu Ayu!”“Kamu jahat Satria, kamu jahat!”“Ayu anak yang polos, cantik dan pintar adalah penyebab dari semua ini?”“Penyebab dari terbunuhnya warga desa dalam beberapa hari ini?”“Aku benar-benar tidak percaya, tidak percaya!”Aku tertunduk, tubuhku yang sebagian basah karena jatuh dari tanah gambut yang berlumpur tidak aku sadari hingga saat ini.Bahkan realita bahwa aku sudah terbangun pun tampaknya masih belum aku percayai sekarang.“Minaah, Minah!”Pak Dani akhirnya mendekatiku, dia memegang salah satu pundakku dan memastikan bah
ArggghhhAku pergi dengan perasaan kesal, meninggalkan mereka berdua dengan emosi yang memuncak.Bagaimana tidak, kenapa semua yang ada di desa ini, termasuk Satria yang aku temui di dalam tidurku semuanya menuduh Ayu yang menjadi penyebab semua ini.“Kenapa?”“Kenapa?”Aku benar-benar tidak habis pikir, memang apabila aku membiarkan Satria datang dan mengajak Ayu mati pada malam itu, mungkin teror ini tidak akan berlanjut seperti ini.Namun, itu bukanlah solusi, bisa saja ada solusi lain tanpa mengorbankan Ayu.Anak kecil yang bukan darah dagingku sendiri, dan secara perlahan-lahan rasa sayangku yang perlahan muncul ketika aku menikah dengan Satria, tak mungkin melakukan itu semua.Arghh!Aku merenyit kesakitan, tanah basah dan berlumpur di sertai dengan akar-akar dari lahan gambut yang mencuat ke tanah membuatku kesakitan ketika melangkahkan kakiku di perkebunan ini.Aku berjalan tanpa alas kaki, dengan kondisi yang gelap, serta hanya lampu lima watt saja yang menyala di kejauhan ya
Suasana Bandung pada sore itu sangatlah ramai. Maklum, liburan panjang membuat banyak orang terutama dari ibukota mengunjungi Bandung untuk sekedar ke restoran atau ke tempat-tempat wisata yang bisa membuat pikiran mereka kembali fresh setelah penat oleh pekerjaan mereka di setiap harinya. Aku, yang menjadi penulis dari cerita ini, kini mempunyai hobby baru, selain menuangkan tulisanku di dalam karyaku, aku juga kini menjadi seorang podcaster amatir dengan gimmick sebagai duo demit yang seringkali mengomentari manusia dalam podcastku. Cerita horor yang aku tulis dalam keadaan serius, membuatku harus mencari kesibukan lain sehingga aku bisa melepas tawa meskipun obrolannya masih sama tentang tahayul, mitos, juga para mahluk yang ada di sekitar kita. Matahari sore itu tampaknya sedikit mendung, tepat ketika aku keluar studio. Aku hari ini berencana untuk bertemu seseorang yang ingin bercerita di tempat kerjanya yang sekarang. Sebuah cerita yang mungkin saja bisa aku angkat menjadi cer
Sebuah desa yang menjadi mitos dalam keluarga dirinya, yang katanya desa itu ditinggalkan oleh ayahnya sendiri karena suatu hal yang tidak dia ketahui kini berada tepat beberapa meter di depan matanya.Pepohonan yang lebat serta ilalang yang menutupi hingga melebihi tubuhnya membuat desa ini sangat susah untuk diketahui. Bahkan warga di Desa Muara Damar yang kini menjadi sebuah kecamatan besar pun tidak mengetahui bahwa ada desa di tengah hutan seperti ini.Bahkan mereka pun terlihat enggan untuk berjalan selama enam jam lebih hanya untuk ke tempat ini, karena mereka takut hewan buas yang mungkin akan menerkam mereka di tengah hutan. Mereka pun sebenarnya tidak mengetahui bahwa ada sebuah desa terlupakan di tengah hutan yang tinggalkan oleh penghuninya yang salah satunya ayahnya sendiri.Ayahnya masih ingat bagaimana dia tiba-tiba terbangun seperti mimpi, dan terbangun di pagi hari di dekat rawa-rawa seberang Desa Muara Damar bersama dengan para warga yang lain. Namun semuanya tidak i
Aku masih ingat Bu Cucu berkata ‘TAHAAAAAN!’ dengan keras di dekatku, aku benar-benar tidak kuat ketika tuselak itu masuk ke dalam tubuhku, rasa sakit disertai rasa dingin benar-benar aku rasakan di dalam tubuhku, seperti ada ratusan jarum yang menusuk-nusukku dari dalam.Sungguh cara yang gila yang aku lakukan, namun sudah tidak ada cara lain lagi karena hal itu harus aku lakukan.Butuh waktu lima belas menit hingga tuselak itu seluruhnya masuk ke dalam tubuh, tubuhku yang merasakan sesuatu yang asing langsung melakukan penolakan dan ingin memuntahkannya, namun Bu Cucu berkata bahwa aku harus bisa menahannya hingga tuselak itu bersemayam di dalam tubuhku dengan segel dari Bu Cucu agar tidak bisa memberontak dari dalam sana.Hingga akhirnya.Aku melihat Ayu yang awalnya berdiri dengan tegap tiba-tiba jatuh seketika dengan luka darah yang mengucur dari punggungnya, jantungnya mendadak berhenti tepat ketika tuselak itu masuk ke dalam tubuhku.Aku sempat berteriak dan ingin menangkap tub
Srak, srak, srak, Tanah yang berwarna coklat tua disertai dengan banyak sekali akar-akar pohon yang berada di dalam tanah kini secara perlahan aku pindahkan kembali setelah aku gali selama beberapa jam ini. Sinar matahari yang terik sangatlah terasa dengan bau keringat yang menyengat karena dari semalam aku tidak sempat membersihkan diri atas apa yang terjadi. Aku mengangkat tanganku, menutupi wajahku yang penuh keringat, melihat langit yang kini biru dengan sedikit awan di atas sana. Apa yang terjadi semalam kini kembali berubah menjadi normal kembali ketika matahari tiba. Namun bedanya, kini semuanya telah usai. Desa Muara Ujung yang awalnya ramai, penuh dengan canda tawa, penuh dengan rasa semangat dari orang-orang yang hidupnya kembali ke titik nol di tempat ini, kini harus terusir oleh apa yang keluargaku lakukan. Haaaaaahhh Aku menghela nafas panjang, tepat ketika aku menyelesaikan pekerjaanku sekarang, aku menurunkan cangkul yang aku bawa di tanah, dan memandang sebuah pek
Kedua tanganku benar-benar berkeringat, aku menahan Ayu agar tidak bisa bergerak dengan cara apapun, parang yang aku tancapkan masih terlihat menembus punggungnya.Aku sengaja menusuknya ke arah dada, agar parang itu tidak tertahan oleh tulang rusuk yang bisa menyulitkanku ketika aku menahan Ayu.Aku benar-benar menjadi pembunuh sekarang, pembunuh dari anak tiriku sendiri, meskipun tubuhnya kini di selimuti oleh sesuatu kekuatan yang gelap yang membuatnya bisa bergerak meskipun seharusnya tubuhnya telah mati akibat luka yang dia terima.Namun tetap saja, aku adalah bagian dari pembunuhan itu, pembunuhan terhadap anak kecil tidak berdosa yang didalamnya terdapat suatu makhluk yang mengerikan.Aku yakin, Ayu sekarang sudah tiada, dia hanyalah sebuah tubuh kosong yang diambil Alih oleh tuselak.Sehingga, ketika Bu Cucu mengambil tuselak itu dengan kedua tangannya, maka tubuhnya akan seketika berhenti bergerak.“TAHANN MINAH, SEDIKIT LAGI!” kata Bu Cucu yang dengan sigap menarik bayangan
‘Aku harus bertanggung jawab.’‘Aku harus mengakhiri semua ini.’‘Ini tidak boleh dibiarkan begitu saja, karena kalau Bu Cucu meregang nyawa, maka para warga desa tidak bisa lagi melarikan diri dan mereka bisa menjadi korban.’Suara-suara itu berkecamuk dalam diriku, ditengah-tengah suasana genting yang bisa saja mengakibatkan nyawaku melayang.Aku melihat ke sekeliling ketika sebuah angin yang sangat besar menghempaskan semua yang ada di sekitarku sehingga banyak dari mereka yang terpental ke segala arah.Banyak anak kecil yang terlepas dari pangkuan ibunya, banyak juga para orang tua yang terjatuh dan terguling di semak-semak. Semuanya benar-benar kacau.Apalagi, Bu Cucu sudah tampak kelelahan dengan luka yang dia terima pada saat itu.Tanganku tiba-tiba bergetar hebat, parang yang masih aku pegang dengan erat aku lihat dengan seksama.Keberanian dan ketakutan tercampur aduk saling beradu satu sama lain di dalam diriku pada saat itu.Apakah yang akan aku lakukan sekarang, apakah aku
Situasinya benar-benar kacau, sebagian warga terlihat masih khawatir meskipun sudah melewati Ayu dan berdiam diri di pohon yang ditunjuk oleh Ucok pada saat itu, sedangkan sebagian lagi masih dilanda ketakutan karena situasinya sangat genting dan bisa menyebabkan nyawa mereka melayang seketika.Tangisan anak-anak yang mereka bawa terdengar menggema disana, belum lagi jeritan-jeritan dari para wanita yang melihat Ayu bergerak dan melayangkan bayangan hitam itu ke arah mereka yang tidak bisa menghindar di saat-saat seperti itu.Apalagi, mereka lebih ketakutan ketika tepat beberapa meter di dekat mereka, mereka melihat sesosok orang yang sudah meninggal kembali muncul, mereka masih mengingat dengan jelas bagaimana pemakaman itu berlangsung, dan bagaimana tubuhnya yang busuk dengan tumbuhan-tumbuhan rawa yang menjerat tubuhnya sewaktu mereka menemukannya dalam keadaan yang tidak bernyawa.Beberapa yang kaget akan hal itu bahkan terjatuh ke tanah dengan tubuhnya yang bergetar hebat. Rumor
Semua warga Desa Muara Ujung yang ingin melarikan diri disana begitu tercengang ketika mereka semua melihat Bu Cucu yang berusaha menghentikanku pada saat itu, tubuhnya basah bercampur darah dan luka yang terlihat cukup parah dari apa yang mereka lihat.Suara Bu Cucu yang berada di depan, di antara aku, dan Ucok serta Ayu yang berada tak jauh dariku pada saat itu tampaknya tidak terdengar oleh sebagian warga.Namun, Ucok yang tahu atas apa yang diperintahkan oleh Bu Cucu langsung berbalik, dengan sedikit berteriak dia langsung memerintahkan semua warga untuk berlari agar bisa melewati Ayu yang kini kondisinya sudah sangat parah karena dikendalikan oleh tuselak yang ada di dalam tubuhnya.“SEMUANYA, DENGARKAN ABA-ABA DARIKU, APABILA BU CUCU SUDAH BISA MENAHAN MAKHLUK ITU, KALIAN LANGSUNG BERLARI KE ARAH POHON YANG ADA DI UJUNG SANA, KARENA MAKHLUK ITU TIDAK AKAN BISA MENGEJAR KALIAN APABILA KALIAN SUDAH SAMPAI DISANA!”Ucok dengan cepat berbalik kepada Ali, Tono, Supri dan Adi.“Kal
Suara-suara cemoohan, keraguan, makian bahkan sumpah serapah terlontar dari mulut mereka yang ada di sekitarku. Juga dari sebuah tanda tanya atas apa yang aku lakukan ini tidak aku dengarkan. Para warga yang berada di sana langsung berkata tentangku, tentang Ayu dan tentang Satria.Sebuah kemarahan yang tidak bisa mereka lampiaskan dengan sebuah tindakan, sehingga mereka hanya bisa melampiaskan hal itu hanya dengan sebuah kata-kata yang itu pun keluar secara perlahan dengan orang terdekat di antara mereka.Rasa takut yang menyelimuti karena di depan mereka ada sesosok Ayu yang menjadi sebuah iblis yang bisa merenggut nyawa mereka semua membuat mereka tidak bisa berbuat apa-apa.Kemarahan mereka sengaja ditahan karena mereka takut Ayu akan menyerang mereka dan berakhir dengan kematian yang mengerikan seperti Pak Dani dan Ki Sakti yang sekilas mereka lihat ketika mereka berjalan keluar desa.Aku berusaha mengeluarkan keberanianku, Ayu dengan lehernya yang patah dan tersenyum sinis kepad