Pak Dani yang tampak panik mendengar hal itu dari Bu Cucu, langsung berlari meninggalkan istrinya sendirian di luar rumah. Dia meninggalkan tubuhnya yang sedang dirasuki oleh leluhurnya, bersamaan dengan Ibunya Jeje yang mungkin saja sengaja di lelapkan tidurnya agar tidak mengganggu atas apa yang terjadi sekarang di Desa Muara Ujung ini.Tubuhnya yang sudah tidak muda lagi, membuat Pak Dani tampak kesusahan untuk melangkah, apalagi dia lupa tidak membawa peralatan penerangan tambahan seperti senter dan obor untuk menerangi jalanan yang masih berupa tanah yang berlumpur itu.Sesekali, Pak Dani berhenti. Rasa khawatir akan istrinya yang dia tinggalkan disana sendirian membuat dirinya menoleh ke arah rumah, dan melihat istrinya berdiri dengan tangannya yang terus bergerak.Hal ini sangat mirip dengan dirinya saat datang ke pabrik yang Pak Dani pimpin ketika di kota, ketika tubuhnya secara tidak sengaja diambil alih oleh leluhurnya dan menarik semua makhluk yang ada di pabrik itu untuk d
Hidup di tempat yang asing, hidup di tempat yang baru, juga hidup di tempat yang seharusnya adalah hutan belantara.Sudah sangat wajar apabila para manusia bisa bertemu dengan kejadian-kejadian aneh di dalamnya, kejadian yang dimana ada sangkut pautnya dengan para makhluk penunggu yang sudah lama tinggal disana, melebihi para manusia itu yang datang dan mengambil alih semuanya.Namun, bagaimana apabila ada sesosok makhluk asing yang ikut mengambil alih mereka semua, sosok yang mempengaruhi Satria sehingga kematiannya tidak tenang. Apakah makhluk itu jelmaan lain dari Satria, ataukah dia melakukan suatu ritual tertentu sehingga makhluk itu hinggap di dalam keluarganya sehingga ketika dia mati maka anaknya harus ikut mati pula.Teror yang awalnya muncul terhadapku kini meluas, bahkan sudah ada beberapa korban yang berjatuhan selain Ayu yang kini sering menjadi perwujudan makhluk itu untuk menampakan diri.Ada apa sebenarnya dengan Satria dan Ayu, kenapa dia secara sembunyi-sembunyi meny
Malam yang sangat panjang, tampaknya akan berakhir sebentar lagi. Hawa dingin yang menusuk terasa semakin dingin, disertai dengan embun-embun yang kini muncul dari dedaunan yang menandakan bahwa pagi akan muncul.Bintang-bintang yang bersinar dengan bulan yang sedikit redup, tampaknya masih berusaha ada di atas sana, sinarnya masih belum tergantikan oleh suatu cahaya baru yang muncul dari timur, cahaya yang menjadi sumber kehidupan bagi para manusia yang ada di bawahnya, juga bagi para tanaman dan pepohonan yang hidup berdampingan bersamanya.Kokokokoooook, Kokokokoooook,Terdengar beberapa kali, kokok ayam yang berkokok dengan kencang dari beberapa rumah. Rumah-rumah yang sengaja membawa hewan ternaknya dari kampung untuk di urus di desa ini.KokokokoooookSuara kokok ayam itu menggema ke seluruh desa, menandakan bahwa sebentar lagi matahari akan terbit dan menghapus malam yang panjang itu dengan sinarnya yang terang.Suara-suara ayam yang menjadi sebuah alarm alami di Desa Muara Uju
“Ayuuuuu!”Aku yang melihat Ayu seperti sedang tersiksa di atas tempat tidur, langsung mendekatinya dan mencoba menggoyang-goyangkan tubuhnya agar terbangun.Wajahnya tampak masih terpejam, dia seperti sedang mengigau dengan tangan dan kakinya yang menempel erat seperti terikat oleh sesuatu, wajahnya terlihat sedang meringis kesakitan di tengah tidurnya di pagi itu.Aku yang melihat tangan dan kakinya yang dirapatkan langsung mencoba membukanya dengan kedua tanganku, mencoba agar tubuhnya terasa bebas dan setidaknya membantu agar dia merasakan bahwa dia sama sekali tidak terikat dan itu hanyalah mimpi.Aku dengan cepat memegang kedua tangan Ayu dengan kedua tanganku, dan sekuat tenaga aku mendorongnya agar kedua tangannya yang menempel bisa terpisah.Namun,Argggghhhhhhh!Aku berusaha sekuat tenaga untuk melepaskannya, beberapa kali aku mencoba hingga urat-urat yang ada di tanganku terlihat dengan jelas. Tapi tangannya tidak bergerak sama sekali, malah tangannya semakin menempel denga
Matahari yang muncul secara perlahan di ufuk timur, kini sudah mulai sempurna, cahayanya yang menghangatkan badan sangat terasa oleh seluruh warga desa yang sedang beraktifitas di pagi itu.Kabut tipis yang menjadi pembatas antara hawa dingin dan hangat secara perlahan terlihat dan menghilang ke atas langit yang terang, embun-embun yang dingin di daun-daun pun terlihat menyegarkan ketika tersinari oleh matahari di pagi itu.Seperti tidak ada yang terjadi, matahari memberi kehidupan baru sehingga melupakan kejadian yang menimpa Supri, Adi dan Tono yang entah mengapa, tubuhnya tiba-tiba berpindah ke dekat pemakaman umum yang ada di dekat hutan. Bersamaan dengan Pak Dani yang juga berada di sana setelah dia tidak sadarkan diri ketika melewati rumahku pada saat itu.“Coba bangunkan lagi mereka berdua, aku yakin mereka sudah bangun, namun mereka masih belum mengetahui bahwa tubuh mereka tidur di tempat ini,” kata Pak Dani yang duduk di atas sebuah batu kecil dengan wajahnya yang tampak kuc
Waktu pemakaman Jeje tampaknya sudah tiba, Ucok yang dari tadi subuh menjaga mayat Jeje sendirian kini didatangi oleh para warga yang datang satu persatu ke rumah Jeje untuk membantunya. Mereka yang sudah tahu bahwa hari ini adalah pemakaman dari salah satu warga desanya, datang dengan segala peralatan yang mereka bawa, bahkan kayu yang menjadi tandu sementara untuk membawa mayat dari rumah hingga ke pemakaman mereka sudah siapkan.“Bang, Pak Dani mana kok tidak ada? Seharusnya kan dia yang mimpin proses pemakaman ini,” kata salah satu warga desa yang datang.Ucok yang ada disana, hanya menggelengkan kepala, dia hanya berkata untuk menunggu saja karena mungkin Pak Dani sedang mencari orang-orang yang akan menggali makam di pagi ini.“Tenang saja, Pak Dani bentar lagi datang, aku disuruh nunggu dulu disini, pasti nanti dia datang bersama Bu Maesaroh yang sekarang menginap di rumahnya,” kata Bang Ucok sambil sedikit tersenyum.Warga yang bertanya pun sepertinya mengerti, dia hanya menga
“Eh?”“Kakek-kakek siapa? Pak Dani?” kataku yang sedikit bingung atas apa yang diucapkan Ayu pada saat itu.Ayu dengan polosnya hanya menggelengkan kepala, seperti ada perasaan yang sedikit takut yang muncul dari mimik mukanya ketika aku lihat di pagi itu.Aku yang sudah berada diluar rumah tiba-tiba berbalik dan jongkok agar aku bisa berbicara kepadanya dengan lebih dekat.Aku angkat kedua tanganku dan aku pegang pundaknya yang mungil itu, sambil tersenyum, aku berbicara kepadanya dengan nada yang lembut, mencoba mencari jalan keluar agar dia tidak ketakutan lagi.“Yasudah, kalau misalkan Ayu tidak mau ikut, apakah Ayu berani sendirian di rumah?” kataku.Dengan polosnya dia mengangguk, bahkan dia sempat melepaskan tanganku dan berlari ke dalam kamar, membawa boneka besarnya dan membawanya ke hadapanku pada saat itu.“Aku berani Bunda, kan ini sudah siang, jadi tidak ada lagi hantu Ayah yang datang mengambilku.”“Aku dirumah aja Bun, bareng si Bani,” katanya sambil mengangkat boneka b
Proses pemakaman yang dilaksanakan di hari ini tampaknya tidak membutuhkan waktu yang lama, para warga yang tinggal di Desa Muara Ujung datang dan mengantarkan Jeje ke tempat peristirahatan yang terakhir, yaitu tanah lapang di dekat hutan yang menjadi pemakaman umum bagi warga Desa Muara Ujung.Isak tangis pun terdengar dari beberapa warga yang mengantarkan Jeje di hari itu, sang ibu yang kini harus tinggal sendirian di desa ini dan berjuang sendirian untuk hidup di tengah-tengah keterbatasan di desa ini.Para warga lain yang merasakan hal yang sama langsung mencoba memeluk Bu Maesaroh dan mencoba memberi semangat kepadanya sambil melihat Jeje diturunkan secara perlahan-lahan ke liang lahat.Adi dan Tono tampaknya ikut membantu menurunkan mayat Jeje ke tempat peristirahatan terakhirnya, dibantu Patrio dan Ucok yang memimpin proses pemakaman itu atas perintah Pak Dani yang kini sedang berada di dalam rumahnya bersama Ki Sakti.Sedangkan Supri, dia hanya duduk di sebuah pohon dan memand
Suasana Bandung pada sore itu sangatlah ramai. Maklum, liburan panjang membuat banyak orang terutama dari ibukota mengunjungi Bandung untuk sekedar ke restoran atau ke tempat-tempat wisata yang bisa membuat pikiran mereka kembali fresh setelah penat oleh pekerjaan mereka di setiap harinya. Aku, yang menjadi penulis dari cerita ini, kini mempunyai hobby baru, selain menuangkan tulisanku di dalam karyaku, aku juga kini menjadi seorang podcaster amatir dengan gimmick sebagai duo demit yang seringkali mengomentari manusia dalam podcastku. Cerita horor yang aku tulis dalam keadaan serius, membuatku harus mencari kesibukan lain sehingga aku bisa melepas tawa meskipun obrolannya masih sama tentang tahayul, mitos, juga para mahluk yang ada di sekitar kita. Matahari sore itu tampaknya sedikit mendung, tepat ketika aku keluar studio. Aku hari ini berencana untuk bertemu seseorang yang ingin bercerita di tempat kerjanya yang sekarang. Sebuah cerita yang mungkin saja bisa aku angkat menjadi cer
Sebuah desa yang menjadi mitos dalam keluarga dirinya, yang katanya desa itu ditinggalkan oleh ayahnya sendiri karena suatu hal yang tidak dia ketahui kini berada tepat beberapa meter di depan matanya.Pepohonan yang lebat serta ilalang yang menutupi hingga melebihi tubuhnya membuat desa ini sangat susah untuk diketahui. Bahkan warga di Desa Muara Damar yang kini menjadi sebuah kecamatan besar pun tidak mengetahui bahwa ada desa di tengah hutan seperti ini.Bahkan mereka pun terlihat enggan untuk berjalan selama enam jam lebih hanya untuk ke tempat ini, karena mereka takut hewan buas yang mungkin akan menerkam mereka di tengah hutan. Mereka pun sebenarnya tidak mengetahui bahwa ada sebuah desa terlupakan di tengah hutan yang tinggalkan oleh penghuninya yang salah satunya ayahnya sendiri.Ayahnya masih ingat bagaimana dia tiba-tiba terbangun seperti mimpi, dan terbangun di pagi hari di dekat rawa-rawa seberang Desa Muara Damar bersama dengan para warga yang lain. Namun semuanya tidak i
Aku masih ingat Bu Cucu berkata ‘TAHAAAAAN!’ dengan keras di dekatku, aku benar-benar tidak kuat ketika tuselak itu masuk ke dalam tubuhku, rasa sakit disertai rasa dingin benar-benar aku rasakan di dalam tubuhku, seperti ada ratusan jarum yang menusuk-nusukku dari dalam.Sungguh cara yang gila yang aku lakukan, namun sudah tidak ada cara lain lagi karena hal itu harus aku lakukan.Butuh waktu lima belas menit hingga tuselak itu seluruhnya masuk ke dalam tubuh, tubuhku yang merasakan sesuatu yang asing langsung melakukan penolakan dan ingin memuntahkannya, namun Bu Cucu berkata bahwa aku harus bisa menahannya hingga tuselak itu bersemayam di dalam tubuhku dengan segel dari Bu Cucu agar tidak bisa memberontak dari dalam sana.Hingga akhirnya.Aku melihat Ayu yang awalnya berdiri dengan tegap tiba-tiba jatuh seketika dengan luka darah yang mengucur dari punggungnya, jantungnya mendadak berhenti tepat ketika tuselak itu masuk ke dalam tubuhku.Aku sempat berteriak dan ingin menangkap tub
Srak, srak, srak, Tanah yang berwarna coklat tua disertai dengan banyak sekali akar-akar pohon yang berada di dalam tanah kini secara perlahan aku pindahkan kembali setelah aku gali selama beberapa jam ini. Sinar matahari yang terik sangatlah terasa dengan bau keringat yang menyengat karena dari semalam aku tidak sempat membersihkan diri atas apa yang terjadi. Aku mengangkat tanganku, menutupi wajahku yang penuh keringat, melihat langit yang kini biru dengan sedikit awan di atas sana. Apa yang terjadi semalam kini kembali berubah menjadi normal kembali ketika matahari tiba. Namun bedanya, kini semuanya telah usai. Desa Muara Ujung yang awalnya ramai, penuh dengan canda tawa, penuh dengan rasa semangat dari orang-orang yang hidupnya kembali ke titik nol di tempat ini, kini harus terusir oleh apa yang keluargaku lakukan. Haaaaaahhh Aku menghela nafas panjang, tepat ketika aku menyelesaikan pekerjaanku sekarang, aku menurunkan cangkul yang aku bawa di tanah, dan memandang sebuah pek
Kedua tanganku benar-benar berkeringat, aku menahan Ayu agar tidak bisa bergerak dengan cara apapun, parang yang aku tancapkan masih terlihat menembus punggungnya.Aku sengaja menusuknya ke arah dada, agar parang itu tidak tertahan oleh tulang rusuk yang bisa menyulitkanku ketika aku menahan Ayu.Aku benar-benar menjadi pembunuh sekarang, pembunuh dari anak tiriku sendiri, meskipun tubuhnya kini di selimuti oleh sesuatu kekuatan yang gelap yang membuatnya bisa bergerak meskipun seharusnya tubuhnya telah mati akibat luka yang dia terima.Namun tetap saja, aku adalah bagian dari pembunuhan itu, pembunuhan terhadap anak kecil tidak berdosa yang didalamnya terdapat suatu makhluk yang mengerikan.Aku yakin, Ayu sekarang sudah tiada, dia hanyalah sebuah tubuh kosong yang diambil Alih oleh tuselak.Sehingga, ketika Bu Cucu mengambil tuselak itu dengan kedua tangannya, maka tubuhnya akan seketika berhenti bergerak.“TAHANN MINAH, SEDIKIT LAGI!” kata Bu Cucu yang dengan sigap menarik bayangan
‘Aku harus bertanggung jawab.’‘Aku harus mengakhiri semua ini.’‘Ini tidak boleh dibiarkan begitu saja, karena kalau Bu Cucu meregang nyawa, maka para warga desa tidak bisa lagi melarikan diri dan mereka bisa menjadi korban.’Suara-suara itu berkecamuk dalam diriku, ditengah-tengah suasana genting yang bisa saja mengakibatkan nyawaku melayang.Aku melihat ke sekeliling ketika sebuah angin yang sangat besar menghempaskan semua yang ada di sekitarku sehingga banyak dari mereka yang terpental ke segala arah.Banyak anak kecil yang terlepas dari pangkuan ibunya, banyak juga para orang tua yang terjatuh dan terguling di semak-semak. Semuanya benar-benar kacau.Apalagi, Bu Cucu sudah tampak kelelahan dengan luka yang dia terima pada saat itu.Tanganku tiba-tiba bergetar hebat, parang yang masih aku pegang dengan erat aku lihat dengan seksama.Keberanian dan ketakutan tercampur aduk saling beradu satu sama lain di dalam diriku pada saat itu.Apakah yang akan aku lakukan sekarang, apakah aku
Situasinya benar-benar kacau, sebagian warga terlihat masih khawatir meskipun sudah melewati Ayu dan berdiam diri di pohon yang ditunjuk oleh Ucok pada saat itu, sedangkan sebagian lagi masih dilanda ketakutan karena situasinya sangat genting dan bisa menyebabkan nyawa mereka melayang seketika.Tangisan anak-anak yang mereka bawa terdengar menggema disana, belum lagi jeritan-jeritan dari para wanita yang melihat Ayu bergerak dan melayangkan bayangan hitam itu ke arah mereka yang tidak bisa menghindar di saat-saat seperti itu.Apalagi, mereka lebih ketakutan ketika tepat beberapa meter di dekat mereka, mereka melihat sesosok orang yang sudah meninggal kembali muncul, mereka masih mengingat dengan jelas bagaimana pemakaman itu berlangsung, dan bagaimana tubuhnya yang busuk dengan tumbuhan-tumbuhan rawa yang menjerat tubuhnya sewaktu mereka menemukannya dalam keadaan yang tidak bernyawa.Beberapa yang kaget akan hal itu bahkan terjatuh ke tanah dengan tubuhnya yang bergetar hebat. Rumor
Semua warga Desa Muara Ujung yang ingin melarikan diri disana begitu tercengang ketika mereka semua melihat Bu Cucu yang berusaha menghentikanku pada saat itu, tubuhnya basah bercampur darah dan luka yang terlihat cukup parah dari apa yang mereka lihat.Suara Bu Cucu yang berada di depan, di antara aku, dan Ucok serta Ayu yang berada tak jauh dariku pada saat itu tampaknya tidak terdengar oleh sebagian warga.Namun, Ucok yang tahu atas apa yang diperintahkan oleh Bu Cucu langsung berbalik, dengan sedikit berteriak dia langsung memerintahkan semua warga untuk berlari agar bisa melewati Ayu yang kini kondisinya sudah sangat parah karena dikendalikan oleh tuselak yang ada di dalam tubuhnya.“SEMUANYA, DENGARKAN ABA-ABA DARIKU, APABILA BU CUCU SUDAH BISA MENAHAN MAKHLUK ITU, KALIAN LANGSUNG BERLARI KE ARAH POHON YANG ADA DI UJUNG SANA, KARENA MAKHLUK ITU TIDAK AKAN BISA MENGEJAR KALIAN APABILA KALIAN SUDAH SAMPAI DISANA!”Ucok dengan cepat berbalik kepada Ali, Tono, Supri dan Adi.“Kal
Suara-suara cemoohan, keraguan, makian bahkan sumpah serapah terlontar dari mulut mereka yang ada di sekitarku. Juga dari sebuah tanda tanya atas apa yang aku lakukan ini tidak aku dengarkan. Para warga yang berada di sana langsung berkata tentangku, tentang Ayu dan tentang Satria.Sebuah kemarahan yang tidak bisa mereka lampiaskan dengan sebuah tindakan, sehingga mereka hanya bisa melampiaskan hal itu hanya dengan sebuah kata-kata yang itu pun keluar secara perlahan dengan orang terdekat di antara mereka.Rasa takut yang menyelimuti karena di depan mereka ada sesosok Ayu yang menjadi sebuah iblis yang bisa merenggut nyawa mereka semua membuat mereka tidak bisa berbuat apa-apa.Kemarahan mereka sengaja ditahan karena mereka takut Ayu akan menyerang mereka dan berakhir dengan kematian yang mengerikan seperti Pak Dani dan Ki Sakti yang sekilas mereka lihat ketika mereka berjalan keluar desa.Aku berusaha mengeluarkan keberanianku, Ayu dengan lehernya yang patah dan tersenyum sinis kepad