Share

61-BUKU KECIL

last update Last Updated: 2023-01-06 11:57:48

Matahari yang muncul secara perlahan di ufuk timur, kini sudah mulai sempurna, cahayanya yang menghangatkan badan sangat terasa oleh seluruh warga desa yang sedang beraktifitas di pagi itu.

Kabut tipis yang menjadi pembatas antara hawa dingin dan hangat secara perlahan terlihat dan menghilang ke atas langit yang terang, embun-embun yang dingin di daun-daun pun terlihat menyegarkan ketika tersinari oleh matahari di pagi itu.

Seperti tidak ada yang terjadi, matahari memberi kehidupan baru sehingga melupakan kejadian yang menimpa Supri, Adi dan Tono yang entah mengapa, tubuhnya tiba-tiba berpindah ke dekat pemakaman umum yang ada di dekat hutan. Bersamaan dengan Pak Dani yang juga berada di sana setelah dia tidak sadarkan diri ketika melewati rumahku pada saat itu.

“Coba bangunkan lagi mereka berdua, aku yakin mereka sudah bangun, namun mereka masih belum mengetahui bahwa tubuh mereka tidur di tempat ini,” kata Pak Dani yang duduk di atas sebuah batu kecil dengan wajahnya yang tampak kuc
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • SEHARUSNYA KAU IKUT MATI   62-KAKEK

    Waktu pemakaman Jeje tampaknya sudah tiba, Ucok yang dari tadi subuh menjaga mayat Jeje sendirian kini didatangi oleh para warga yang datang satu persatu ke rumah Jeje untuk membantunya. Mereka yang sudah tahu bahwa hari ini adalah pemakaman dari salah satu warga desanya, datang dengan segala peralatan yang mereka bawa, bahkan kayu yang menjadi tandu sementara untuk membawa mayat dari rumah hingga ke pemakaman mereka sudah siapkan.“Bang, Pak Dani mana kok tidak ada? Seharusnya kan dia yang mimpin proses pemakaman ini,” kata salah satu warga desa yang datang.Ucok yang ada disana, hanya menggelengkan kepala, dia hanya berkata untuk menunggu saja karena mungkin Pak Dani sedang mencari orang-orang yang akan menggali makam di pagi ini.“Tenang saja, Pak Dani bentar lagi datang, aku disuruh nunggu dulu disini, pasti nanti dia datang bersama Bu Maesaroh yang sekarang menginap di rumahnya,” kata Bang Ucok sambil sedikit tersenyum.Warga yang bertanya pun sepertinya mengerti, dia hanya menga

    Last Updated : 2023-01-07
  • SEHARUSNYA KAU IKUT MATI   63-MAKAM KE TIGA

    “Eh?”“Kakek-kakek siapa? Pak Dani?” kataku yang sedikit bingung atas apa yang diucapkan Ayu pada saat itu.Ayu dengan polosnya hanya menggelengkan kepala, seperti ada perasaan yang sedikit takut yang muncul dari mimik mukanya ketika aku lihat di pagi itu.Aku yang sudah berada diluar rumah tiba-tiba berbalik dan jongkok agar aku bisa berbicara kepadanya dengan lebih dekat.Aku angkat kedua tanganku dan aku pegang pundaknya yang mungil itu, sambil tersenyum, aku berbicara kepadanya dengan nada yang lembut, mencoba mencari jalan keluar agar dia tidak ketakutan lagi.“Yasudah, kalau misalkan Ayu tidak mau ikut, apakah Ayu berani sendirian di rumah?” kataku.Dengan polosnya dia mengangguk, bahkan dia sempat melepaskan tanganku dan berlari ke dalam kamar, membawa boneka besarnya dan membawanya ke hadapanku pada saat itu.“Aku berani Bunda, kan ini sudah siang, jadi tidak ada lagi hantu Ayah yang datang mengambilku.”“Aku dirumah aja Bun, bareng si Bani,” katanya sambil mengangkat boneka b

    Last Updated : 2023-01-08
  • SEHARUSNYA KAU IKUT MATI   64-ORANG TUA IYO

    Proses pemakaman yang dilaksanakan di hari ini tampaknya tidak membutuhkan waktu yang lama, para warga yang tinggal di Desa Muara Ujung datang dan mengantarkan Jeje ke tempat peristirahatan yang terakhir, yaitu tanah lapang di dekat hutan yang menjadi pemakaman umum bagi warga Desa Muara Ujung.Isak tangis pun terdengar dari beberapa warga yang mengantarkan Jeje di hari itu, sang ibu yang kini harus tinggal sendirian di desa ini dan berjuang sendirian untuk hidup di tengah-tengah keterbatasan di desa ini.Para warga lain yang merasakan hal yang sama langsung mencoba memeluk Bu Maesaroh dan mencoba memberi semangat kepadanya sambil melihat Jeje diturunkan secara perlahan-lahan ke liang lahat.Adi dan Tono tampaknya ikut membantu menurunkan mayat Jeje ke tempat peristirahatan terakhirnya, dibantu Patrio dan Ucok yang memimpin proses pemakaman itu atas perintah Pak Dani yang kini sedang berada di dalam rumahnya bersama Ki Sakti.Sedangkan Supri, dia hanya duduk di sebuah pohon dan memand

    Last Updated : 2023-01-09
  • SEHARUSNYA KAU IKUT MATI   65-HADIR

    “Sebenarnya, di desa kita ini ada kejadian apa sih?”“Kenapa sekarang-sekarang jadi banyak korban yang meninggal di desa ini?”“Apakah kita harus pulang lagi ke kampung, dan kembali hidup disana dengan hutang-hutang yang menumpuk dan belum terbayar?”Obrolan demi obrolan dari para warga desa terdengar, terutama tentang kejadian-kejadian yang menimpa Satria, Pak Ridwan, Jeje serta Iyo yang hanya sebagian orang yang tahu bahwa dia sudah tiada dan dimakamkan di Desa Muara Damar.Para warga yang saling bekerja bahu-membahu di kebun-kebun mereka kini penuh tanda tanya, sebenarnya ada apa dengan desa ini.Desa yang aman dan menjadi tempat bagi para warga di kehidupan barunya, desa yang nantinya bisa mereka manfaatkan dari tanah dua hektar yang mereka kelola untuk anak dan cucu mereka kelak. Juga desa yang menjadi tempat baru tanpa memandang latar belakang mereka yang berbeda-beda.Matahari yang meninggi kini terlihat semakin terik, beberapa orang yang langsung bekerja di ladang dan kebun-ke

    Last Updated : 2023-01-10
  • SEHARUSNYA KAU IKUT MATI   66-BERDISKUSI

    KreaakkKreaakkSuara langkah kaki terdengar pelan, rasa penasaran yang dibaluti oleh rasa takut yang tiba-tiba muncul terasa oleh Pak Dani ketika ingin melangkahkan kakinya ke dalam kamar yang menjadi tempat tidurnya selama ini bersama istrinya sendiri.Entah mengapa, ada aura yang kuat yang tidak mengenakan muncul begitu saja dibalik tirai yang menjadi pembatas antara ruangan tengah dan kamar, dan hal itu membuat Pak Dani sempat ragu untuk melangkah sehingga dia sempat berhenti dan menoleh kembali ke arah Ki Sakti yang duduk disana dengan mulutnya yang terus-menerus bergumam.Tidak ada perkataan yang keluar dari Ki Sakti pada saat itu, yang ada hanyalah sebuah tangan yang diangkatnya untuk mempersilahkan Pak Dani masuk dengan anggukan kepalanya yang mengangguk secara perlahan kepadanya pada malam itu.Pak Dani hanya membalas anggukan Ki Sakti, dia menelan ludah sambil melihat tirai tipis itu dan berharap apa yang dia lakukan di dalam tidak akan membuat tubuhnya tidak sadarkan diri s

    Last Updated : 2023-01-11
  • SEHARUSNYA KAU IKUT MATI   67-Albert

    Beberapa tahun yang lalu, dimana negara ini masih bergejolak bagi orang-orang yang menentang mereka.Banyak sekali orang-orang yang memaksa harus meninggalkan tempat yang menjadi tempat kelahiran mereka untuk menyelamatkan diri.Orang-orang yang selama ini memberikan kritik terhadap aturan-aturan yang mereka berikan, membuat sebuah gerakan bawah tanah yang membahayakan negara sehingga harus di buru dalam senyap, tanpa diketahui oleh yang lain.Mereka yang awalnya berkumpul kini berpencar satu-persatu, mereka meninggalkan identitas mereka, meninggalkan keluarga mereka, bahkan meninggalkan orang tua mereka hanya untuk bersembunyi di suatu tempat yang bisa menyelamatkan mereka.Mereka berdalih bahwa mereka bekerja diluar pulau kepada keluarga mereka, kerabat mereka, bahkan kepada istri dan anak mereka, tanpa pernah memberitahu kapan mereka pulang.Negara ini luas, mereka berpencar ke segala arah. Mereka menetap di hutan-hutan, di gunung-gunung, di pelosok-pelosok desa yang tidak bisa dij

    Last Updated : 2023-01-12
  • SEHARUSNYA KAU IKUT MATI   68-TEMPAT

    “Hahaha, tidaklah Albert, aku hanya menyembunyikan diriku saja untuk beberapa waktu.”“Kamu sendiri sudah tahu atas masalah yang aku hadapi selama ini kan?” kata Satria yang berkata kepada Albert sambil menyeruput kopi yang disediakan oleh pemilik kios itu.“Tapi…”“Apa benar mau kesana? Tempat itu sudah jadi reruntuhan, sudah menjadi puing-puing.”“Sudah tidak ada kehidupan lagi disana, disana hanya ada tumbuhan juga rumah-rumah yang hancur.”“Kami-kami ini tahu tragedi itu, tragedi atas perburuan mereka, kami tahu dari cerita mama-mama kami yang ikut dalam hal itu.”“Mereka semua habis Satria, habis!”“Bahkan kini banyak orang yang takut ke tempat itu karena dia takut menjadi salah satu dari mereka.”“Dan orang yang datang ke tempat itu dicurigai bahwa dia adalah bagian dari mereka.”“Jadi, janganlah!”“Nanti bisa mati disana.”Entah apa yang Albert bicarakan, namun tampaknya itu adalah sesuatu yang mengerikan, raut wajahnya tampak ketakutan, dia beberapa kali merinding tentang hal

    Last Updated : 2023-01-13
  • SEHARUSNYA KAU IKUT MATI   69-KAKEK

    Cahaya senter tipis terlihat di kegelapan malam, cahayanya yang sedikit redup masuk ke sela-sela pepohonan yang lebat dan rimbun disana. Cahaya itu bergerak secara perlahan, menemani Satria yang berjalan tanpa ada rasa takut di dalam hutan.Kegelapan di tengah-tengah hutan seperti ini tidak membuat nyalinya ciut, dia terus saja berjalan melangkahkan kakinya sambil melihat ke kiri dan ke kanan.Pikiran sempat melayang-layang mencoba mengingat kejadian beberapa tahun yang lalu, dimana dia dan tim nya datang untuk meliput tempat ini namun hasilnya nihil. Mereka tidak menemukan apa yang mereka cari meskipun mereka berkeliling hutan ini beberapa kali.“Bentar…”“Seharusnya ada jalan masuk disini.”Satria berhenti di antara dua batu yang menjulang tinggi dengan akar-akar pohon yang menjuntai dari atas, juga di tengah-tengahnya sudah dipenuhi dengan ilalang-ilalang yang menutupi jalanan setapak kecil dibawahnya.Batu itu sangatlah besar, namun terbelah menjadi dua bagian, seperti ada yang me

    Last Updated : 2023-01-14

Latest chapter

  • SEHARUSNYA KAU IKUT MATI   EXTRA BAB-AKU (PENULIS)

    Suasana Bandung pada sore itu sangatlah ramai. Maklum, liburan panjang membuat banyak orang terutama dari ibukota mengunjungi Bandung untuk sekedar ke restoran atau ke tempat-tempat wisata yang bisa membuat pikiran mereka kembali fresh setelah penat oleh pekerjaan mereka di setiap harinya. Aku, yang menjadi penulis dari cerita ini, kini mempunyai hobby baru, selain menuangkan tulisanku di dalam karyaku, aku juga kini menjadi seorang podcaster amatir dengan gimmick sebagai duo demit yang seringkali mengomentari manusia dalam podcastku. Cerita horor yang aku tulis dalam keadaan serius, membuatku harus mencari kesibukan lain sehingga aku bisa melepas tawa meskipun obrolannya masih sama tentang tahayul, mitos, juga para mahluk yang ada di sekitar kita. Matahari sore itu tampaknya sedikit mendung, tepat ketika aku keluar studio. Aku hari ini berencana untuk bertemu seseorang yang ingin bercerita di tempat kerjanya yang sekarang. Sebuah cerita yang mungkin saja bisa aku angkat menjadi cer

  • SEHARUSNYA KAU IKUT MATI   110-WANITA TUA

    Sebuah desa yang menjadi mitos dalam keluarga dirinya, yang katanya desa itu ditinggalkan oleh ayahnya sendiri karena suatu hal yang tidak dia ketahui kini berada tepat beberapa meter di depan matanya.Pepohonan yang lebat serta ilalang yang menutupi hingga melebihi tubuhnya membuat desa ini sangat susah untuk diketahui. Bahkan warga di Desa Muara Damar yang kini menjadi sebuah kecamatan besar pun tidak mengetahui bahwa ada desa di tengah hutan seperti ini.Bahkan mereka pun terlihat enggan untuk berjalan selama enam jam lebih hanya untuk ke tempat ini, karena mereka takut hewan buas yang mungkin akan menerkam mereka di tengah hutan. Mereka pun sebenarnya tidak mengetahui bahwa ada sebuah desa terlupakan di tengah hutan yang tinggalkan oleh penghuninya yang salah satunya ayahnya sendiri.Ayahnya masih ingat bagaimana dia tiba-tiba terbangun seperti mimpi, dan terbangun di pagi hari di dekat rawa-rawa seberang Desa Muara Damar bersama dengan para warga yang lain. Namun semuanya tidak i

  • SEHARUSNYA KAU IKUT MATI   109-PENJELASAN

    Aku masih ingat Bu Cucu berkata ‘TAHAAAAAN!’ dengan keras di dekatku, aku benar-benar tidak kuat ketika tuselak itu masuk ke dalam tubuhku, rasa sakit disertai rasa dingin benar-benar aku rasakan di dalam tubuhku, seperti ada ratusan jarum yang menusuk-nusukku dari dalam.Sungguh cara yang gila yang aku lakukan, namun sudah tidak ada cara lain lagi karena hal itu harus aku lakukan.Butuh waktu lima belas menit hingga tuselak itu seluruhnya masuk ke dalam tubuh, tubuhku yang merasakan sesuatu yang asing langsung melakukan penolakan dan ingin memuntahkannya, namun Bu Cucu berkata bahwa aku harus bisa menahannya hingga tuselak itu bersemayam di dalam tubuhku dengan segel dari Bu Cucu agar tidak bisa memberontak dari dalam sana.Hingga akhirnya.Aku melihat Ayu yang awalnya berdiri dengan tegap tiba-tiba jatuh seketika dengan luka darah yang mengucur dari punggungnya, jantungnya mendadak berhenti tepat ketika tuselak itu masuk ke dalam tubuhku.Aku sempat berteriak dan ingin menangkap tub

  • SEHARUSNYA KAU IKUT MATI   108-PAGI TIBA

    Srak, srak, srak, Tanah yang berwarna coklat tua disertai dengan banyak sekali akar-akar pohon yang berada di dalam tanah kini secara perlahan aku pindahkan kembali setelah aku gali selama beberapa jam ini. Sinar matahari yang terik sangatlah terasa dengan bau keringat yang menyengat karena dari semalam aku tidak sempat membersihkan diri atas apa yang terjadi. Aku mengangkat tanganku, menutupi wajahku yang penuh keringat, melihat langit yang kini biru dengan sedikit awan di atas sana. Apa yang terjadi semalam kini kembali berubah menjadi normal kembali ketika matahari tiba. Namun bedanya, kini semuanya telah usai. Desa Muara Ujung yang awalnya ramai, penuh dengan canda tawa, penuh dengan rasa semangat dari orang-orang yang hidupnya kembali ke titik nol di tempat ini, kini harus terusir oleh apa yang keluargaku lakukan. Haaaaaahhh Aku menghela nafas panjang, tepat ketika aku menyelesaikan pekerjaanku sekarang, aku menurunkan cangkul yang aku bawa di tanah, dan memandang sebuah pek

  • SEHARUSNYA KAU IKUT MATI   107-USAHA TERAKHIR

    Kedua tanganku benar-benar berkeringat, aku menahan Ayu agar tidak bisa bergerak dengan cara apapun, parang yang aku tancapkan masih terlihat menembus punggungnya.Aku sengaja menusuknya ke arah dada, agar parang itu tidak tertahan oleh tulang rusuk yang bisa menyulitkanku ketika aku menahan Ayu.Aku benar-benar menjadi pembunuh sekarang, pembunuh dari anak tiriku sendiri, meskipun tubuhnya kini di selimuti oleh sesuatu kekuatan yang gelap yang membuatnya bisa bergerak meskipun seharusnya tubuhnya telah mati akibat luka yang dia terima.Namun tetap saja, aku adalah bagian dari pembunuhan itu, pembunuhan terhadap anak kecil tidak berdosa yang didalamnya terdapat suatu makhluk yang mengerikan.Aku yakin, Ayu sekarang sudah tiada, dia hanyalah sebuah tubuh kosong yang diambil Alih oleh tuselak.Sehingga, ketika Bu Cucu mengambil tuselak itu dengan kedua tangannya, maka tubuhnya akan seketika berhenti bergerak.“TAHANN MINAH, SEDIKIT LAGI!” kata Bu Cucu yang dengan sigap menarik bayangan

  • SEHARUSNYA KAU IKUT MATI   106-TENAGA YANG TERSISA

    ‘Aku harus bertanggung jawab.’‘Aku harus mengakhiri semua ini.’‘Ini tidak boleh dibiarkan begitu saja, karena kalau Bu Cucu meregang nyawa, maka para warga desa tidak bisa lagi melarikan diri dan mereka bisa menjadi korban.’Suara-suara itu berkecamuk dalam diriku, ditengah-tengah suasana genting yang bisa saja mengakibatkan nyawaku melayang.Aku melihat ke sekeliling ketika sebuah angin yang sangat besar menghempaskan semua yang ada di sekitarku sehingga banyak dari mereka yang terpental ke segala arah.Banyak anak kecil yang terlepas dari pangkuan ibunya, banyak juga para orang tua yang terjatuh dan terguling di semak-semak. Semuanya benar-benar kacau.Apalagi, Bu Cucu sudah tampak kelelahan dengan luka yang dia terima pada saat itu.Tanganku tiba-tiba bergetar hebat, parang yang masih aku pegang dengan erat aku lihat dengan seksama.Keberanian dan ketakutan tercampur aduk saling beradu satu sama lain di dalam diriku pada saat itu.Apakah yang akan aku lakukan sekarang, apakah aku

  • SEHARUSNYA KAU IKUT MATI   105-PERLAWANAN

    Situasinya benar-benar kacau, sebagian warga terlihat masih khawatir meskipun sudah melewati Ayu dan berdiam diri di pohon yang ditunjuk oleh Ucok pada saat itu, sedangkan sebagian lagi masih dilanda ketakutan karena situasinya sangat genting dan bisa menyebabkan nyawa mereka melayang seketika.Tangisan anak-anak yang mereka bawa terdengar menggema disana, belum lagi jeritan-jeritan dari para wanita yang melihat Ayu bergerak dan melayangkan bayangan hitam itu ke arah mereka yang tidak bisa menghindar di saat-saat seperti itu.Apalagi, mereka lebih ketakutan ketika tepat beberapa meter di dekat mereka, mereka melihat sesosok orang yang sudah meninggal kembali muncul, mereka masih mengingat dengan jelas bagaimana pemakaman itu berlangsung, dan bagaimana tubuhnya yang busuk dengan tumbuhan-tumbuhan rawa yang menjerat tubuhnya sewaktu mereka menemukannya dalam keadaan yang tidak bernyawa.Beberapa yang kaget akan hal itu bahkan terjatuh ke tanah dengan tubuhnya yang bergetar hebat. Rumor

  • SEHARUSNYA KAU IKUT MATI   104-MUNCUL

    Semua warga Desa Muara Ujung yang ingin melarikan diri disana begitu tercengang ketika mereka semua melihat Bu Cucu yang berusaha menghentikanku pada saat itu, tubuhnya basah bercampur darah dan luka yang terlihat cukup parah dari apa yang mereka lihat.Suara Bu Cucu yang berada di depan, di antara aku, dan Ucok serta Ayu yang berada tak jauh dariku pada saat itu tampaknya tidak terdengar oleh sebagian warga.Namun, Ucok yang tahu atas apa yang diperintahkan oleh Bu Cucu langsung berbalik, dengan sedikit berteriak dia langsung memerintahkan semua warga untuk berlari agar bisa melewati Ayu yang kini kondisinya sudah sangat parah karena dikendalikan oleh tuselak yang ada di dalam tubuhnya.“SEMUANYA, DENGARKAN ABA-ABA DARIKU, APABILA BU CUCU SUDAH BISA MENAHAN MAKHLUK ITU, KALIAN LANGSUNG BERLARI KE ARAH POHON YANG ADA DI UJUNG SANA, KARENA MAKHLUK ITU TIDAK AKAN BISA MENGEJAR KALIAN APABILA KALIAN SUDAH SAMPAI DISANA!”Ucok dengan cepat berbalik kepada Ali, Tono, Supri dan Adi.“Kal

  • SEHARUSNYA KAU IKUT MATI   103-KEMBALI

    Suara-suara cemoohan, keraguan, makian bahkan sumpah serapah terlontar dari mulut mereka yang ada di sekitarku. Juga dari sebuah tanda tanya atas apa yang aku lakukan ini tidak aku dengarkan. Para warga yang berada di sana langsung berkata tentangku, tentang Ayu dan tentang Satria.Sebuah kemarahan yang tidak bisa mereka lampiaskan dengan sebuah tindakan, sehingga mereka hanya bisa melampiaskan hal itu hanya dengan sebuah kata-kata yang itu pun keluar secara perlahan dengan orang terdekat di antara mereka.Rasa takut yang menyelimuti karena di depan mereka ada sesosok Ayu yang menjadi sebuah iblis yang bisa merenggut nyawa mereka semua membuat mereka tidak bisa berbuat apa-apa.Kemarahan mereka sengaja ditahan karena mereka takut Ayu akan menyerang mereka dan berakhir dengan kematian yang mengerikan seperti Pak Dani dan Ki Sakti yang sekilas mereka lihat ketika mereka berjalan keluar desa.Aku berusaha mengeluarkan keberanianku, Ayu dengan lehernya yang patah dan tersenyum sinis kepad

DMCA.com Protection Status