Beberapa tahun yang lalu, dimana negara ini masih bergejolak bagi orang-orang yang menentang mereka.Banyak sekali orang-orang yang memaksa harus meninggalkan tempat yang menjadi tempat kelahiran mereka untuk menyelamatkan diri.Orang-orang yang selama ini memberikan kritik terhadap aturan-aturan yang mereka berikan, membuat sebuah gerakan bawah tanah yang membahayakan negara sehingga harus di buru dalam senyap, tanpa diketahui oleh yang lain.Mereka yang awalnya berkumpul kini berpencar satu-persatu, mereka meninggalkan identitas mereka, meninggalkan keluarga mereka, bahkan meninggalkan orang tua mereka hanya untuk bersembunyi di suatu tempat yang bisa menyelamatkan mereka.Mereka berdalih bahwa mereka bekerja diluar pulau kepada keluarga mereka, kerabat mereka, bahkan kepada istri dan anak mereka, tanpa pernah memberitahu kapan mereka pulang.Negara ini luas, mereka berpencar ke segala arah. Mereka menetap di hutan-hutan, di gunung-gunung, di pelosok-pelosok desa yang tidak bisa dij
“Hahaha, tidaklah Albert, aku hanya menyembunyikan diriku saja untuk beberapa waktu.”“Kamu sendiri sudah tahu atas masalah yang aku hadapi selama ini kan?” kata Satria yang berkata kepada Albert sambil menyeruput kopi yang disediakan oleh pemilik kios itu.“Tapi…”“Apa benar mau kesana? Tempat itu sudah jadi reruntuhan, sudah menjadi puing-puing.”“Sudah tidak ada kehidupan lagi disana, disana hanya ada tumbuhan juga rumah-rumah yang hancur.”“Kami-kami ini tahu tragedi itu, tragedi atas perburuan mereka, kami tahu dari cerita mama-mama kami yang ikut dalam hal itu.”“Mereka semua habis Satria, habis!”“Bahkan kini banyak orang yang takut ke tempat itu karena dia takut menjadi salah satu dari mereka.”“Dan orang yang datang ke tempat itu dicurigai bahwa dia adalah bagian dari mereka.”“Jadi, janganlah!”“Nanti bisa mati disana.”Entah apa yang Albert bicarakan, namun tampaknya itu adalah sesuatu yang mengerikan, raut wajahnya tampak ketakutan, dia beberapa kali merinding tentang hal
Cahaya senter tipis terlihat di kegelapan malam, cahayanya yang sedikit redup masuk ke sela-sela pepohonan yang lebat dan rimbun disana. Cahaya itu bergerak secara perlahan, menemani Satria yang berjalan tanpa ada rasa takut di dalam hutan.Kegelapan di tengah-tengah hutan seperti ini tidak membuat nyalinya ciut, dia terus saja berjalan melangkahkan kakinya sambil melihat ke kiri dan ke kanan.Pikiran sempat melayang-layang mencoba mengingat kejadian beberapa tahun yang lalu, dimana dia dan tim nya datang untuk meliput tempat ini namun hasilnya nihil. Mereka tidak menemukan apa yang mereka cari meskipun mereka berkeliling hutan ini beberapa kali.“Bentar…”“Seharusnya ada jalan masuk disini.”Satria berhenti di antara dua batu yang menjulang tinggi dengan akar-akar pohon yang menjuntai dari atas, juga di tengah-tengahnya sudah dipenuhi dengan ilalang-ilalang yang menutupi jalanan setapak kecil dibawahnya.Batu itu sangatlah besar, namun terbelah menjadi dua bagian, seperti ada yang me
Ada sebuah cerita yang berada di timur sana, cerita tentang sebuah desa yang dihuni oleh manusia di tengah hutan. Desa yang terpencil dengan akses yang sangat sulit dilalui. Desa itu mempunyai sebuah keunikan sendiri. Bahkan ketika tempat itu masih di jajah oleh penjajah dari luar untuk mencari rempah-rempah disana, banyak dari mereka meneliti orang-orang yang tinggal di desa itu. Bahkan, beberapa dari mereka sempat bekerja bersama mereka, karena mereka mempunyai kemampuan khusus yang tidak dimiliki oleh orang lain, kemampuan yang bisa dimanfaatkan oleh para penjajah pada saat itu. Mereka yang tinggal disana, selalu menerima banyak orang dengan tangan terbuka, termasuk para penjajah itu sehingga bisa mereka manfaatkan. Meskipun, mereka tidak tahu. Ada sesuatu yang menyeramkan yang mengintai mereka, sesuatu yang membuat sebuah tragedi besar sehingga desa itu terhapus dengan sendirinya, dan kini hanya menyisakan puing-puing disana hanya dalam beberapa malam saja. Hal itu bermula ket
Dia datang sendirian, tanpa ada ketua adat yang sudah mereka temui sebelumnya. Dia berkata kepada para peneliti itu dengan bahasa lokal untuk datang dan menjemput anak tersebut yang sudah di sembuhkan oleh sang ketua adat.Namun, dia memberitahu bahwa hanya ada satu orang yang boleh menjemputnya, dan dia juga berkata bahwa apapun yang dia lihat di dalam sana dia tidak boleh kaget ketika dia masuk dan mengambil anak tersebut dari tempat yang berada di ujung desa.Dia mengatakan bahwa Ketua Desa sudah melakukan apapun yang dirinya bisa untuk menyelamatkan anak itu, bahkan mungkin dirinya sudah menutup takdir kematian dari anak tersebut sehingga bisa melanjutkan hidupnya seperti biasa.Para peneliti yang mengerti akan bahasa yang dibicarakan saling bertatapan satu sama lain. Di satu sisi mereka senang bahwa mereka bisa menyembuhkan anak itu dalam waktu yang singkat.Namun, di satu sisi mereka heran dengan persyaratan yang diminta oleh ibu itu. Apalagi, ada beberapa hal yang tidak mereka
Rumah besar tempat tinggal anak tersebut, kini bermandikan darah. Bersamaan dengan terbunuhnya semua anggota keluarga yang ada di dalam sana.Cipratan-cipratan darah dari cakaran hewan buas serta gigitan gigi yang menyayat daging terlihat dengan jelas, sinar bulan purnama yang menembus dari jendela besar membuat bayangan-bayangan itu terlihat menakutkan.Ayah dan ibunya, serta pembantu-pembantunya tidak bisa melarikan diri disana. Mereka terbunuh dengan darah dimana-mana, mereka seperti sebuah santapan dari anaknya yang berubah menakutkan.Sebuah aura hitam tiba-tiba muncul dan menutupi seluruh rumah, kepribadian dirinya berubah menjadi menyeramkan, menjadi sesuatu yang tidak disangka-sangka. Dan diluar sana, banyak pasang mata merah melihat dari kejauhan, mereka seperti menikmati apa yang dilakukan oleh anak itu di dalam rumah.Mereka mengamati, memandangi, dan mencari tahu dengan senyuman-senyuman yang sumringah.Hati mereka yang awalnya sedih kini berubah menjadi sebuah rasa senang
‘Hihihihi.’‘Satriaaaaaa, kamu tidak akan bisa melenyapkan anak ini Satriaaaa!’‘Anak ini sudah bersamaku sangat lama, bahkan aku ingin membuat tempat ini seperti tempat tinggalku terdahulu.’‘Aku ingin membuat mereka menjadi tuselak seperti diriku.’‘Namun,’‘Rupanya itu tidak bisa terjadi, karena aku berada di tempat yang jauh.’‘Sehingga, aku akan menjadikan tempat ini menjadi tempat kematian dimana jiwa-jiwanya akan hidup bersamaku.’‘Dan aku akan menjadi pemimpin di tempat ini.’‘Tempat ini adalah tempat yang cocok, tempat yang jauh dari keramaian.’‘Jadi,’‘Jiwa mu adalah yang pertama yang akan aku tarik.’‘Karena kamu harus tahu, bahwa tuselak yang sangat kuat mengharuskan mereka untuk menarik jiwa-jiwa manusia.’‘Menebar teror, membuat manusia tunduk.’‘Bukan bersembunyi di dalam hutan dalam waktu yang lama.’‘Yang berakhir dengan pembantaian, hingga mereka harus bersembunyi di tengah-tengah manusia.’‘Jadi Satria, sekarang waktunya untukmu untuk mati.’‘Dan bergabung dalam du
[Semuanya semakin suram, kematian yang mendadak kini muncul satu persatu di tempat ini.Sebuah tempat harapan yang seharusnya menjadi sebuah tempat baru untuk memperbaiki hidup, kini berubah menjadi sebuah teror yang mengerikan di setiap malamnya.Pak Ridwan, Jeje, Iyo yang kini aku sendiri tidak tahu kabarnya seperti apa, juga Bu Cucu yang aku tahu masih terbaring dan belum sadarkan diri.Serta Adi, Tono dan Supri yang mendadak pendiam layaknya Ali yang kini lebih sering menyembunyikan dirinya di dalam rumah.Membuat suasana desa mendadak semakin berubah, tawa dan canda antar setiap tetangga ketika sedang bekerja seharian kini tidak terlihat kembali.Yang ada hanyalah sebuah pembicaraan yang mengarah kepadamu Satria. Bahkan kini bukan hanya dirimu saja yang dicurigai, karena omong kosong itu kini mengarah pada anakmu, Ayu.Beberapa kali wujud Ayu yang menyeramkan itu muncul di depan mereka, bahkan Bu Cucu pun berkata bahwa Ayu diliputi oleh kegelapan.Aku rasa itu tidaklah mungkin. B