Share

53-MAYAT

Penulis: pujangga manik
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-30 11:25:13
Di sebuah dinding rumah yang berwarna putih dan kusam dengan lampu lima watt yang menyinarinya dengan cahayanya redup, terlihat Tono sedang bersembunyi dan mencoba lari dari sesuatu.

Nafasnya terengah-engah, dia menyandarkan tubuhnya ke arah dinding yang ada di dekatnya, wajahnya terlihat penuh akan ketidakpercayaan akan sesuatu, sesuatu yang dia lihat di dalam rumah Supri yang gelap itu.

“Kenapa?”

“Kenapa ada dia?”

“Dia kan seharusnya sudah mati.”

Tono yang sedang mencoba untuk menyembunyikan dirinya di salah satu rumah yang ada disana, beberapa kali menengok ke arah rumah Supri yang letaknya agak jauh dari tempatnya berdiri sekarang.

Dia benar-benar tidak menyangka, Desa Muara Ujung yang seharusnya ada orang didalamnya kini mendadak sepi, seperti tidak ada kehidupan sama sekali di dalamnya. Rumah-rumah yang berjejer pada malam itu tampak tidak berpenghuni, karena beberapa kali dia mengetuk-ngetuk pintu rumah ketika dia berlari namun tidak ada jawaban sama sekali dari orang-oran
pujangga manik

mohon maaf, kemarin ada sebuah kabar duka di keluarga saya sehingga saya harus langsung pulang dan lupa mengupload bab 53 ini sehingga hari ini saya upload 2 bab sekaligus terima kasih

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Titih
innalilahi..turut berduka ya... gpp thor ttep semangat lnjutin ceritanya ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • SEHARUSNYA KAU IKUT MATI   54-BAJU HITAM

    Duaggg, duagggg, bragggggSebuah jendela kecil yang tertutup rapat secara tiba-tiba pada saat itu tiba-tiba terbuka dengan sendirinya. Bersamaan dengan sebuah telapak kaki yang terlihat untuk mendobrak jendela kecil itu dari dalam rumah.“Maafin gue Ibunya Jeje, udah bikin rusak jendela Ibu” katanya sambil memaksakan tubuhnya keluar dari rumah itu dengan tergesa-gesa.Adi yang awalnya berada di dalam rumah Jeje yang tertutup dengan keadaan yang gelap gulita dari dalam sana, tiba-tiba melarikan diri dengan mendobrak jendela kamar hingga dirinya bisa keluar dari dalam rumah.Setelah tahu bahwa jendela yang hanya ditutup oleh papan-papan kayu sudah terbuka dengan lebar, dia langsung memegang pinggiran jendela itu dengan kedua tangannya, memaksa tubuhnya agar bisa keluar dengan sangat cepat.Apalagi, ketika kedua tangan dan kepalanya sudah terlihat keluar jendela. Wajahnya kembali panik karena dari dalam rumah tiba-tiba ada sebuah suara yang kembali memanggilnya untuk masuk kembali ke dal

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-30
  • SEHARUSNYA KAU IKUT MATI   55-TONG AIR

    “A, A, A, Ayuuuuuuu?”“Ke, ke kenapa menyerupai Ayu?”Adi benar-benar tidak percaya, sesosok gadis kecil yang seharusnya tertidur pulas pada malam ini kini muncul di hadapannya dari balik bayangan hitam yang mengunci dirinya di dalam rumah Jeje beberapa saat yang lalu.Dia menggelengkan kepalanya beberapa kali, kedua tangannya diangkat ke atas dan di gosokan ke arah matanya seakan-akan tidak percaya atas apa yang dia lihat.“Gak, gak mungkin!”“Kenapa harus Ayu?”“Tidak, tidak, ini adalah makhluk yang lain, yang sedang menyerupai Ayu pada malam ini.”“Ayu adalah anak yang baik, dia sudah menjadi anak yatim karena Satria meninggal.”“Atau mungkin…..”HihihihihiHihihihihiHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHAAyu yang berdiri dengan rambutnya yang terurai panjang, tiba-tiba tertawa dengan sangat keras. Sebuah suara tertawa yang perlahan-lahan berubah, dari yang awalnya sebuah tertawa dari anak kecil yang menakutkan, kini menjadi sebuah suara tertawa dengan nada yang berat, seperti suara dari s

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-31
  • SEHARUSNYA KAU IKUT MATI   56-TUBUH

    “Gob*og!”“Bikin kaget aja, ngapain lo di sana?”Supri yang sedang ketakutan kini cemberut karena yang dia lihat ada di dalam tong ternyata Tono, dia duduk dengan kakinya yang di dekatkan ke tubuhnya, dengan wajah yang benar-benar pucat menatap Supri dengan tatapan yang pasrah karena nasib dirinya ternyata sama seperti Supri dan Adi yang diteror sepanjang malam ini.“Lah lo ngapain di atas sana?” kata Tono yang bertanya balik ke Supri yang melihatnya dari luar.Supri yang masih ketakutan tidak menjawab pertanyaan Tono, dia hanya menengok ke arah kiri dan kanan. Lalu tak lama, dia mengangkat salah satu kakinya dan memasukkannya ke dalam tong tersebut.“Eh, eh, eh, ngapain lo masuk, gak muat ini tong, hey! Duh ni kaki mana berlumpur lagi ampe netes ke kepala.”“Hey, hey, nyari tempat sembunyi lain sono, lo gak tahu gue lagi bersembunyi dari para dedemit itu,” kata Tono yang berusaha menahan kaki Supri yang ingin masuk ke dalam sana dengan terpaksa.“Biarin gue masuk juga Ton, gue bener-

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-01
  • SEHARUSNYA KAU IKUT MATI   57-TERSUNGKUR

    Pak Dani yang tampak panik mendengar hal itu dari Bu Cucu, langsung berlari meninggalkan istrinya sendirian di luar rumah. Dia meninggalkan tubuhnya yang sedang dirasuki oleh leluhurnya, bersamaan dengan Ibunya Jeje yang mungkin saja sengaja di lelapkan tidurnya agar tidak mengganggu atas apa yang terjadi sekarang di Desa Muara Ujung ini.Tubuhnya yang sudah tidak muda lagi, membuat Pak Dani tampak kesusahan untuk melangkah, apalagi dia lupa tidak membawa peralatan penerangan tambahan seperti senter dan obor untuk menerangi jalanan yang masih berupa tanah yang berlumpur itu.Sesekali, Pak Dani berhenti. Rasa khawatir akan istrinya yang dia tinggalkan disana sendirian membuat dirinya menoleh ke arah rumah, dan melihat istrinya berdiri dengan tangannya yang terus bergerak.Hal ini sangat mirip dengan dirinya saat datang ke pabrik yang Pak Dani pimpin ketika di kota, ketika tubuhnya secara tidak sengaja diambil alih oleh leluhurnya dan menarik semua makhluk yang ada di pabrik itu untuk d

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-02
  • SEHARUSNYA KAU IKUT MATI   58-JIWA

    Hidup di tempat yang asing, hidup di tempat yang baru, juga hidup di tempat yang seharusnya adalah hutan belantara.Sudah sangat wajar apabila para manusia bisa bertemu dengan kejadian-kejadian aneh di dalamnya, kejadian yang dimana ada sangkut pautnya dengan para makhluk penunggu yang sudah lama tinggal disana, melebihi para manusia itu yang datang dan mengambil alih semuanya.Namun, bagaimana apabila ada sesosok makhluk asing yang ikut mengambil alih mereka semua, sosok yang mempengaruhi Satria sehingga kematiannya tidak tenang. Apakah makhluk itu jelmaan lain dari Satria, ataukah dia melakukan suatu ritual tertentu sehingga makhluk itu hinggap di dalam keluarganya sehingga ketika dia mati maka anaknya harus ikut mati pula.Teror yang awalnya muncul terhadapku kini meluas, bahkan sudah ada beberapa korban yang berjatuhan selain Ayu yang kini sering menjadi perwujudan makhluk itu untuk menampakan diri.Ada apa sebenarnya dengan Satria dan Ayu, kenapa dia secara sembunyi-sembunyi meny

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-03
  • SEHARUSNYA KAU IKUT MATI   59-MENJELANG PAGI

    Malam yang sangat panjang, tampaknya akan berakhir sebentar lagi. Hawa dingin yang menusuk terasa semakin dingin, disertai dengan embun-embun yang kini muncul dari dedaunan yang menandakan bahwa pagi akan muncul.Bintang-bintang yang bersinar dengan bulan yang sedikit redup, tampaknya masih berusaha ada di atas sana, sinarnya masih belum tergantikan oleh suatu cahaya baru yang muncul dari timur, cahaya yang menjadi sumber kehidupan bagi para manusia yang ada di bawahnya, juga bagi para tanaman dan pepohonan yang hidup berdampingan bersamanya.Kokokokoooook, Kokokokoooook,Terdengar beberapa kali, kokok ayam yang berkokok dengan kencang dari beberapa rumah. Rumah-rumah yang sengaja membawa hewan ternaknya dari kampung untuk di urus di desa ini.KokokokoooookSuara kokok ayam itu menggema ke seluruh desa, menandakan bahwa sebentar lagi matahari akan terbit dan menghapus malam yang panjang itu dengan sinarnya yang terang.Suara-suara ayam yang menjadi sebuah alarm alami di Desa Muara Uju

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-04
  • SEHARUSNYA KAU IKUT MATI   60-TERBANGUN

    “Ayuuuuu!”Aku yang melihat Ayu seperti sedang tersiksa di atas tempat tidur, langsung mendekatinya dan mencoba menggoyang-goyangkan tubuhnya agar terbangun.Wajahnya tampak masih terpejam, dia seperti sedang mengigau dengan tangan dan kakinya yang menempel erat seperti terikat oleh sesuatu, wajahnya terlihat sedang meringis kesakitan di tengah tidurnya di pagi itu.Aku yang melihat tangan dan kakinya yang dirapatkan langsung mencoba membukanya dengan kedua tanganku, mencoba agar tubuhnya terasa bebas dan setidaknya membantu agar dia merasakan bahwa dia sama sekali tidak terikat dan itu hanyalah mimpi.Aku dengan cepat memegang kedua tangan Ayu dengan kedua tanganku, dan sekuat tenaga aku mendorongnya agar kedua tangannya yang menempel bisa terpisah.Namun,Argggghhhhhhh!Aku berusaha sekuat tenaga untuk melepaskannya, beberapa kali aku mencoba hingga urat-urat yang ada di tanganku terlihat dengan jelas. Tapi tangannya tidak bergerak sama sekali, malah tangannya semakin menempel denga

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-05
  • SEHARUSNYA KAU IKUT MATI   61-BUKU KECIL

    Matahari yang muncul secara perlahan di ufuk timur, kini sudah mulai sempurna, cahayanya yang menghangatkan badan sangat terasa oleh seluruh warga desa yang sedang beraktifitas di pagi itu.Kabut tipis yang menjadi pembatas antara hawa dingin dan hangat secara perlahan terlihat dan menghilang ke atas langit yang terang, embun-embun yang dingin di daun-daun pun terlihat menyegarkan ketika tersinari oleh matahari di pagi itu.Seperti tidak ada yang terjadi, matahari memberi kehidupan baru sehingga melupakan kejadian yang menimpa Supri, Adi dan Tono yang entah mengapa, tubuhnya tiba-tiba berpindah ke dekat pemakaman umum yang ada di dekat hutan. Bersamaan dengan Pak Dani yang juga berada di sana setelah dia tidak sadarkan diri ketika melewati rumahku pada saat itu.“Coba bangunkan lagi mereka berdua, aku yakin mereka sudah bangun, namun mereka masih belum mengetahui bahwa tubuh mereka tidur di tempat ini,” kata Pak Dani yang duduk di atas sebuah batu kecil dengan wajahnya yang tampak kuc

    Terakhir Diperbarui : 2023-01-06

Bab terbaru

  • SEHARUSNYA KAU IKUT MATI   EXTRA BAB-AKU (PENULIS)

    Suasana Bandung pada sore itu sangatlah ramai. Maklum, liburan panjang membuat banyak orang terutama dari ibukota mengunjungi Bandung untuk sekedar ke restoran atau ke tempat-tempat wisata yang bisa membuat pikiran mereka kembali fresh setelah penat oleh pekerjaan mereka di setiap harinya. Aku, yang menjadi penulis dari cerita ini, kini mempunyai hobby baru, selain menuangkan tulisanku di dalam karyaku, aku juga kini menjadi seorang podcaster amatir dengan gimmick sebagai duo demit yang seringkali mengomentari manusia dalam podcastku. Cerita horor yang aku tulis dalam keadaan serius, membuatku harus mencari kesibukan lain sehingga aku bisa melepas tawa meskipun obrolannya masih sama tentang tahayul, mitos, juga para mahluk yang ada di sekitar kita. Matahari sore itu tampaknya sedikit mendung, tepat ketika aku keluar studio. Aku hari ini berencana untuk bertemu seseorang yang ingin bercerita di tempat kerjanya yang sekarang. Sebuah cerita yang mungkin saja bisa aku angkat menjadi cer

  • SEHARUSNYA KAU IKUT MATI   110-WANITA TUA

    Sebuah desa yang menjadi mitos dalam keluarga dirinya, yang katanya desa itu ditinggalkan oleh ayahnya sendiri karena suatu hal yang tidak dia ketahui kini berada tepat beberapa meter di depan matanya.Pepohonan yang lebat serta ilalang yang menutupi hingga melebihi tubuhnya membuat desa ini sangat susah untuk diketahui. Bahkan warga di Desa Muara Damar yang kini menjadi sebuah kecamatan besar pun tidak mengetahui bahwa ada desa di tengah hutan seperti ini.Bahkan mereka pun terlihat enggan untuk berjalan selama enam jam lebih hanya untuk ke tempat ini, karena mereka takut hewan buas yang mungkin akan menerkam mereka di tengah hutan. Mereka pun sebenarnya tidak mengetahui bahwa ada sebuah desa terlupakan di tengah hutan yang tinggalkan oleh penghuninya yang salah satunya ayahnya sendiri.Ayahnya masih ingat bagaimana dia tiba-tiba terbangun seperti mimpi, dan terbangun di pagi hari di dekat rawa-rawa seberang Desa Muara Damar bersama dengan para warga yang lain. Namun semuanya tidak i

  • SEHARUSNYA KAU IKUT MATI   109-PENJELASAN

    Aku masih ingat Bu Cucu berkata ‘TAHAAAAAN!’ dengan keras di dekatku, aku benar-benar tidak kuat ketika tuselak itu masuk ke dalam tubuhku, rasa sakit disertai rasa dingin benar-benar aku rasakan di dalam tubuhku, seperti ada ratusan jarum yang menusuk-nusukku dari dalam.Sungguh cara yang gila yang aku lakukan, namun sudah tidak ada cara lain lagi karena hal itu harus aku lakukan.Butuh waktu lima belas menit hingga tuselak itu seluruhnya masuk ke dalam tubuh, tubuhku yang merasakan sesuatu yang asing langsung melakukan penolakan dan ingin memuntahkannya, namun Bu Cucu berkata bahwa aku harus bisa menahannya hingga tuselak itu bersemayam di dalam tubuhku dengan segel dari Bu Cucu agar tidak bisa memberontak dari dalam sana.Hingga akhirnya.Aku melihat Ayu yang awalnya berdiri dengan tegap tiba-tiba jatuh seketika dengan luka darah yang mengucur dari punggungnya, jantungnya mendadak berhenti tepat ketika tuselak itu masuk ke dalam tubuhku.Aku sempat berteriak dan ingin menangkap tub

  • SEHARUSNYA KAU IKUT MATI   108-PAGI TIBA

    Srak, srak, srak, Tanah yang berwarna coklat tua disertai dengan banyak sekali akar-akar pohon yang berada di dalam tanah kini secara perlahan aku pindahkan kembali setelah aku gali selama beberapa jam ini. Sinar matahari yang terik sangatlah terasa dengan bau keringat yang menyengat karena dari semalam aku tidak sempat membersihkan diri atas apa yang terjadi. Aku mengangkat tanganku, menutupi wajahku yang penuh keringat, melihat langit yang kini biru dengan sedikit awan di atas sana. Apa yang terjadi semalam kini kembali berubah menjadi normal kembali ketika matahari tiba. Namun bedanya, kini semuanya telah usai. Desa Muara Ujung yang awalnya ramai, penuh dengan canda tawa, penuh dengan rasa semangat dari orang-orang yang hidupnya kembali ke titik nol di tempat ini, kini harus terusir oleh apa yang keluargaku lakukan. Haaaaaahhh Aku menghela nafas panjang, tepat ketika aku menyelesaikan pekerjaanku sekarang, aku menurunkan cangkul yang aku bawa di tanah, dan memandang sebuah pek

  • SEHARUSNYA KAU IKUT MATI   107-USAHA TERAKHIR

    Kedua tanganku benar-benar berkeringat, aku menahan Ayu agar tidak bisa bergerak dengan cara apapun, parang yang aku tancapkan masih terlihat menembus punggungnya.Aku sengaja menusuknya ke arah dada, agar parang itu tidak tertahan oleh tulang rusuk yang bisa menyulitkanku ketika aku menahan Ayu.Aku benar-benar menjadi pembunuh sekarang, pembunuh dari anak tiriku sendiri, meskipun tubuhnya kini di selimuti oleh sesuatu kekuatan yang gelap yang membuatnya bisa bergerak meskipun seharusnya tubuhnya telah mati akibat luka yang dia terima.Namun tetap saja, aku adalah bagian dari pembunuhan itu, pembunuhan terhadap anak kecil tidak berdosa yang didalamnya terdapat suatu makhluk yang mengerikan.Aku yakin, Ayu sekarang sudah tiada, dia hanyalah sebuah tubuh kosong yang diambil Alih oleh tuselak.Sehingga, ketika Bu Cucu mengambil tuselak itu dengan kedua tangannya, maka tubuhnya akan seketika berhenti bergerak.“TAHANN MINAH, SEDIKIT LAGI!” kata Bu Cucu yang dengan sigap menarik bayangan

  • SEHARUSNYA KAU IKUT MATI   106-TENAGA YANG TERSISA

    ‘Aku harus bertanggung jawab.’‘Aku harus mengakhiri semua ini.’‘Ini tidak boleh dibiarkan begitu saja, karena kalau Bu Cucu meregang nyawa, maka para warga desa tidak bisa lagi melarikan diri dan mereka bisa menjadi korban.’Suara-suara itu berkecamuk dalam diriku, ditengah-tengah suasana genting yang bisa saja mengakibatkan nyawaku melayang.Aku melihat ke sekeliling ketika sebuah angin yang sangat besar menghempaskan semua yang ada di sekitarku sehingga banyak dari mereka yang terpental ke segala arah.Banyak anak kecil yang terlepas dari pangkuan ibunya, banyak juga para orang tua yang terjatuh dan terguling di semak-semak. Semuanya benar-benar kacau.Apalagi, Bu Cucu sudah tampak kelelahan dengan luka yang dia terima pada saat itu.Tanganku tiba-tiba bergetar hebat, parang yang masih aku pegang dengan erat aku lihat dengan seksama.Keberanian dan ketakutan tercampur aduk saling beradu satu sama lain di dalam diriku pada saat itu.Apakah yang akan aku lakukan sekarang, apakah aku

  • SEHARUSNYA KAU IKUT MATI   105-PERLAWANAN

    Situasinya benar-benar kacau, sebagian warga terlihat masih khawatir meskipun sudah melewati Ayu dan berdiam diri di pohon yang ditunjuk oleh Ucok pada saat itu, sedangkan sebagian lagi masih dilanda ketakutan karena situasinya sangat genting dan bisa menyebabkan nyawa mereka melayang seketika.Tangisan anak-anak yang mereka bawa terdengar menggema disana, belum lagi jeritan-jeritan dari para wanita yang melihat Ayu bergerak dan melayangkan bayangan hitam itu ke arah mereka yang tidak bisa menghindar di saat-saat seperti itu.Apalagi, mereka lebih ketakutan ketika tepat beberapa meter di dekat mereka, mereka melihat sesosok orang yang sudah meninggal kembali muncul, mereka masih mengingat dengan jelas bagaimana pemakaman itu berlangsung, dan bagaimana tubuhnya yang busuk dengan tumbuhan-tumbuhan rawa yang menjerat tubuhnya sewaktu mereka menemukannya dalam keadaan yang tidak bernyawa.Beberapa yang kaget akan hal itu bahkan terjatuh ke tanah dengan tubuhnya yang bergetar hebat. Rumor

  • SEHARUSNYA KAU IKUT MATI   104-MUNCUL

    Semua warga Desa Muara Ujung yang ingin melarikan diri disana begitu tercengang ketika mereka semua melihat Bu Cucu yang berusaha menghentikanku pada saat itu, tubuhnya basah bercampur darah dan luka yang terlihat cukup parah dari apa yang mereka lihat.Suara Bu Cucu yang berada di depan, di antara aku, dan Ucok serta Ayu yang berada tak jauh dariku pada saat itu tampaknya tidak terdengar oleh sebagian warga.Namun, Ucok yang tahu atas apa yang diperintahkan oleh Bu Cucu langsung berbalik, dengan sedikit berteriak dia langsung memerintahkan semua warga untuk berlari agar bisa melewati Ayu yang kini kondisinya sudah sangat parah karena dikendalikan oleh tuselak yang ada di dalam tubuhnya.“SEMUANYA, DENGARKAN ABA-ABA DARIKU, APABILA BU CUCU SUDAH BISA MENAHAN MAKHLUK ITU, KALIAN LANGSUNG BERLARI KE ARAH POHON YANG ADA DI UJUNG SANA, KARENA MAKHLUK ITU TIDAK AKAN BISA MENGEJAR KALIAN APABILA KALIAN SUDAH SAMPAI DISANA!”Ucok dengan cepat berbalik kepada Ali, Tono, Supri dan Adi.“Kal

  • SEHARUSNYA KAU IKUT MATI   103-KEMBALI

    Suara-suara cemoohan, keraguan, makian bahkan sumpah serapah terlontar dari mulut mereka yang ada di sekitarku. Juga dari sebuah tanda tanya atas apa yang aku lakukan ini tidak aku dengarkan. Para warga yang berada di sana langsung berkata tentangku, tentang Ayu dan tentang Satria.Sebuah kemarahan yang tidak bisa mereka lampiaskan dengan sebuah tindakan, sehingga mereka hanya bisa melampiaskan hal itu hanya dengan sebuah kata-kata yang itu pun keluar secara perlahan dengan orang terdekat di antara mereka.Rasa takut yang menyelimuti karena di depan mereka ada sesosok Ayu yang menjadi sebuah iblis yang bisa merenggut nyawa mereka semua membuat mereka tidak bisa berbuat apa-apa.Kemarahan mereka sengaja ditahan karena mereka takut Ayu akan menyerang mereka dan berakhir dengan kematian yang mengerikan seperti Pak Dani dan Ki Sakti yang sekilas mereka lihat ketika mereka berjalan keluar desa.Aku berusaha mengeluarkan keberanianku, Ayu dengan lehernya yang patah dan tersenyum sinis kepad

DMCA.com Protection Status