Share

41-ORANG LAIN

Penulis: pujangga manik
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-17 14:11:01

Perjalanan menyusuri hutan yang tidak ada habisnya ternyata sangat melelahkan bagiku, aku yang tidak terbiasa berjalan kaki dengan jarak yang begitu jauh, seringkali meminta kepada Bu Cucu, Pak Dani dan Ucok untuk beristirahat sejenak.

Wajahku kini tidak karuan, keringat karena medan di hutan ketika berjalan menyusuri jalanan yang masih berupa tanah merah dan berlumpur di tengah hutan membuatku benar-benar kecapean pada saat itu.

Sudah hampir empat jam aku berjalan mengikuti Bu Cucu yang berada di paling depan, selama itu pula lah aku sudah beristirahat sebanyak lima kali berturut-turut, aku benar-benar sudah tidak sanggup lagi dengan berjalan kaki yang menguras tenaga ini.

Rasa Lelah dan letih yang aku rasakan seperti ketika aku pertama kali menggarap lahan di kebun yang pemerintah berikan di hari pertama, kebun yang masih berupa semak-semak liar sebanyak dua hektar yang harus kita bersihkan berdua, dibantu dengan Ayu dengan keadaan terpaksa sehingga banyak mengeluh di sepanjang hari
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • SEHARUSNYA KAU IKUT MATI   42-MENCARI TAHU

    Suasana malam yang tertutup oleh kabut tebal yang menutupi pandangan para manusia yang berdiri disana terlihat dengan jelas.Suara-suara hewan malam yang saling bersahutan membuat siapapun yang berdiri di sana akan merasakan suatu ketakutan yang mendalam, suatu perasaan akan apa yang terjadi di depan matanya yang mungkin saja bisa mengakibatkan suatu tragedi yang tidak bisa terlupakan oleh dirinya sendiri.Bu Cucu, terlihat hanya berdiri di antara kabut tebal yang menutupi tubuhnya juga lingkungan yang ada di sekitarnya.Dia yang tahu bahwa ini bukanlah sebuah kenyataan, namun adalah gambaran dari suatu peristiwa yang nantinya mungkin bisa dijadikan suatu petunjuk, membuatnya dirinya hanya bisa terdiam. Melihat ke sekeliling dengan tatapannya yang tajam dan menakutkan.Dia tidak tahu apa yang akan terjadi disana. Namun dia kini melihat, sebuah gambaran dari Desa Muara Ujung yang sangat berbeda dari pandangannya.Rumah-rumah yang berjejer di sana seperti kosong dan tidak berpenghuni, b

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-18
  • SEHARUSNYA KAU IKUT MATI   43-MASUK HUTAN

    Ki Sakti dan Bu Cucu, adalah dua orang yang mempunyai kemampuan yang lebih, kemampuan yang tidak dimiliki oleh manusia pada umumnya, yaitu kemampuan untuk merasakan, melihat bahkan untuk mengontrol makhluk yang ada di sekitar mereka.Mereka memiliki keilmuan itu bukan tanpa sebab, Bu Cucu mendapatkan kemampuan itu dari lahir, keturunan dari leluhurnya yang belajar tentang keilmuan tersebut, tidak ada yang tahu pasti, keilmuan apa yang Bu Cucu pelajari, namun hal itu bisa membantu manusia apabila mereka diganggu atau di teror oleh para makhluk yang ada di sekitar mereka.Berbeda dengan Ki Sakti, yang hampir setengah hidupnya diam di hutan yang luas ini, tubuhnya yang dipaksa untuk bertahan hidup di tengah hutan hujan yang lebat membuat dirinya belajar secara perlahan dari alam, melihat sisi yang berbeda tentang sesuatu yang hidup di alam sepanjang hidupnya.Bahkan, dia pun belajar hal-hal seperti ini dari makhluk yang tinggal di hutan, yang mempelajarinya keilmuan yang bisa dia gunakan

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-19
  • SEHARUSNYA KAU IKUT MATI   44-SURAT YANG BASAH

    Srak, srak, srak,Semak-semak belukar dari sebuah hutan hujan yang lebat membuatku kesulitan untuk bergerak, suara-suara dari dedaunan yang aku singkirkan, juga suara dari daun-daun kering yang aku injak di tanah membuat sebuah suara yang menggema di tengah-tengah hutan.Aku tidak tahu kenapa tubuhku bergerak seperti ini, bergerak mengikuti Satria dan Pak Ridwan yang mungkin saja itu hanya halusinasi semata karena rasa lelah dan pikiran yang menumpuk akibat kejadian-kejadian yang menimpaku pada saat ini.Namun, pikiranku seakan-akan ingin segera mengikuti mereka berdua yang berjalan terus menembus semak-semak hutan dan pepohonan yang menutupi hutan itu dengan lebatnya.“Minahhhhh, Minaaahhhh, pergi kemana kamu?”Terdengar sayup-sayup dari arah belakang, suara teriakan dari Pak Dani dan Ucok yang mencoba mengejarku yang berjalan masuk ke dalam hutan secara tiba-tiba.Mereka seperti sedang berusaha mengejarku dengan sekuat tenaga, menyingkirkan semak-semak belukar yang menghalangi jalan

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-20
  • SEHARUSNYA KAU IKUT MATI   45-EVAKUASI

    Bu Cucu yang aku temui di dalam hutan tiba-tiba berubah, sama seperti Ayu yang pada waktu itu dirasuki oleh Satria dan membawanya keluar rumah. Matanya menyorot tajam ke arahku dengan rambutnya yang kini terurai secara perlahan dan menutupi setengah dari wajahnya. Tangannya terkepal dengan jelas, bahkan surat yang dia pegang di salah satu tangannya terlihat robek karena saking kuatnya dia mengepalkan tangannya. Ada sebuah aura yang berbeda ketika Bu Cucu yang tiba-tiba berdiri dan berkata bahwa aku harus menyerahkan Ayu kepadanya pada saat ini, Ayu yang dia katakan adalah awal mula dari kejadian-kejadian ini membuatku merasa takut. Dia memang bukanlah anak kandungku, dia hanyalah anak dari suamiku Satria yang meninggal di Desa Muara Ujung beberapa hari yang lalu. Namun, setelah melihat kejadian itu, aku benar-benar tidak tega lagi melihat Ayu kesakitan, menangis dengan rintihan yang sangat menyayat hati, bahkan ketika aku berdiskusi dengan Pak Ridwan, dengan Pak Dani dan Ucok tentan

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-21
  • SEHARUSNYA KAU IKUT MATI   46-TIGA ORANG

    “Bunda!”“Kenapa di ujung sana banyak orang yang berkumpul?”Ayu dengan mata polosnya bertanya kepadaku di depan rumah, dia berdiri bersamaku, melihat para warga yang berlarian ke depan desa untuk menjemput seseorang yang diantarkan oleh Pak Dani dan Bu Cucu bersama dengan para warga lainnya yang menjemputnya setelah aku pulang bersama Ucok di siang itu.“Kak Jeje sakit, jadi harus dibawa pulang oleh warga nak,” kataku sambil tersenyum ramah kepada Ayu pada saat itu.Aku bingung harus menjelaskan seperti apa kepada Ayu tentang Jeje yang kehilangan nyawanya dengan kondisi tubuh yang mengenaskan, aku benar-benar tidak tega mendengar lagi kata mayat, atau kata pembunuhan yang semuanya saling berkaitan dengan Satria.“Owh, kirain kak Jeje sudah meninggal Bunda, ternyata masih hidup ya,” kata Ayu sambil tersenyum kecil kepadaku.“Haaaahhh?”Aku tiba-tiba kaget, mendengar hal itu dari mulut Ayu yang polos itu, tatapannya seperti tidak mempunyai beban apapun ketika mengatakan itu kepadaku.‘

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-22
  • SEHARUSNYA KAU IKUT MATI   47-SUJUD

    [ 13 May 1996Satria, apa yang sebenarnya terjadi padamu?Apa yang sudah kamu lakukan semasa kamu hidup?Aku merindukanmu Satria, merindukan dirimu semasa hidup, bukan dirimu yang sekarang, yang meneror anakmu, bahkan meneror warga desa yang tidak tahu apa-apa tentang apa yang terjadi pada dirimu.Kamu yang sudah membantuku menemukan kegirangan di dalam hidupku, dan kemudian kamu harus menanggung semua kenyamanan yang aku inginkan.Kamu menemaniku untuk tumbuh lebih ceria dengan semua yang aku lakukan di dalam hidupku pada saat itu.Kamu juga telah membiarkan aku mencintai dirinya, anakmu Ayu. Yang kini sudah aku anggap sebagai anakku sendiri, anak yang harus aku jaga di tempat yang asing ini.Bahkan, Ayu yang ingin kamu ambil atas sesuatu yang aku sendiri pun tidak tahu, aku harus menjaganya agar hal itu terjadi.Meskipun, kini ada dua orang yang sudah menjadi korban atas apa yang sudah kamu lakukan, yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan masa lalumu.Sekarang, ketika kamu hil

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-23
  • SEHARUSNYA KAU IKUT MATI   48-BERDIRI

    Brrrrrr!“Dingin banget sih malam ini!”Supri yang menjauh dari rumah Jeje dan Bu Maesaroh kini berjalan di semak-semak, pemandangan yang gelap sejauh mata memandang terlihat oleh kedua matanya pada saat itu.Hanya lampu-lampu lima watt yang menyala redup di depan rumah-rumah yang berjejer, tidak serta merta membuat lingkungan di sekitarnya terang benderang, cahaya lampu yang tidak begitu terang hanya bisa membuat terang sebagian kecil saja di sekitar rumah-rumah mereka.Supri sengaja membuang air kecil di semak-semak dekat kebun Bu Maesaroh yang kini dipenuhi oleh tanaman palawija. Meskipun di dalam rumahnya terdapat kamar mandi, tapi dia seakan-akan takut apabila harus melewati mayat Jeje yang terbujur kaku di dalam rumah pada malam itu.Dari kejauhan, Supri beberapa kali menoleh ke arah Tono dan Adi, yang dengan santainya merokok dan makan cemilan yang sudah disiapkan oleh Pak Dani di depan rumah sambil mengobrol banyak hal disana.Namun, karena semak-semak yang dia tuju adalah sem

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-24
  • SEHARUSNYA KAU IKUT MATI   49-HILANG

    Sorot lampu lima watt yang memperlihatkan dengan jelas salah satu tangan Supri yang berlumuran darah kental dengan bau busuk yang menyengat, membuat dirinya merasa ketakutan.Kondisi yang gelap gulita ketika dia membuang air kecil di semak-semak membuatnya tidak menyadari bahwa rasa basah dari dedaunan yang dia anggap air adalah darah yang kini menempel di tangan, wajah bahkan celananya.Supri benar-benar panik, tubuhnya sempat terhenti sesaat ketika Tono dan Adi berteriak dengan kencang ke arahnya pada saat itu.Apalagi,Posisi dia berdiri saat ini, hanyalah beberapa meter dari pintu rumah Jeje yang terbuka dengan sangat jelas. Sehingga, semua teriakan dari Tono dan Adi tak dia hiraukan sesaat.Karena, tepat di salah satu sudut matanya, dia melihat dengan jelas sesuatu yang berdiri dan menatapnya dengan tatapan yang sangat menakutkan.Sosok yang dibalut dengan kain kafan, dengan wajahnya yang pucat dengan leher yang sedikit menekuk ke arah kiri akibat benturan keras dari atas pohon p

    Terakhir Diperbarui : 2022-12-25

Bab terbaru

  • SEHARUSNYA KAU IKUT MATI   EXTRA BAB-AKU (PENULIS)

    Suasana Bandung pada sore itu sangatlah ramai. Maklum, liburan panjang membuat banyak orang terutama dari ibukota mengunjungi Bandung untuk sekedar ke restoran atau ke tempat-tempat wisata yang bisa membuat pikiran mereka kembali fresh setelah penat oleh pekerjaan mereka di setiap harinya. Aku, yang menjadi penulis dari cerita ini, kini mempunyai hobby baru, selain menuangkan tulisanku di dalam karyaku, aku juga kini menjadi seorang podcaster amatir dengan gimmick sebagai duo demit yang seringkali mengomentari manusia dalam podcastku. Cerita horor yang aku tulis dalam keadaan serius, membuatku harus mencari kesibukan lain sehingga aku bisa melepas tawa meskipun obrolannya masih sama tentang tahayul, mitos, juga para mahluk yang ada di sekitar kita. Matahari sore itu tampaknya sedikit mendung, tepat ketika aku keluar studio. Aku hari ini berencana untuk bertemu seseorang yang ingin bercerita di tempat kerjanya yang sekarang. Sebuah cerita yang mungkin saja bisa aku angkat menjadi cer

  • SEHARUSNYA KAU IKUT MATI   110-WANITA TUA

    Sebuah desa yang menjadi mitos dalam keluarga dirinya, yang katanya desa itu ditinggalkan oleh ayahnya sendiri karena suatu hal yang tidak dia ketahui kini berada tepat beberapa meter di depan matanya.Pepohonan yang lebat serta ilalang yang menutupi hingga melebihi tubuhnya membuat desa ini sangat susah untuk diketahui. Bahkan warga di Desa Muara Damar yang kini menjadi sebuah kecamatan besar pun tidak mengetahui bahwa ada desa di tengah hutan seperti ini.Bahkan mereka pun terlihat enggan untuk berjalan selama enam jam lebih hanya untuk ke tempat ini, karena mereka takut hewan buas yang mungkin akan menerkam mereka di tengah hutan. Mereka pun sebenarnya tidak mengetahui bahwa ada sebuah desa terlupakan di tengah hutan yang tinggalkan oleh penghuninya yang salah satunya ayahnya sendiri.Ayahnya masih ingat bagaimana dia tiba-tiba terbangun seperti mimpi, dan terbangun di pagi hari di dekat rawa-rawa seberang Desa Muara Damar bersama dengan para warga yang lain. Namun semuanya tidak i

  • SEHARUSNYA KAU IKUT MATI   109-PENJELASAN

    Aku masih ingat Bu Cucu berkata ‘TAHAAAAAN!’ dengan keras di dekatku, aku benar-benar tidak kuat ketika tuselak itu masuk ke dalam tubuhku, rasa sakit disertai rasa dingin benar-benar aku rasakan di dalam tubuhku, seperti ada ratusan jarum yang menusuk-nusukku dari dalam.Sungguh cara yang gila yang aku lakukan, namun sudah tidak ada cara lain lagi karena hal itu harus aku lakukan.Butuh waktu lima belas menit hingga tuselak itu seluruhnya masuk ke dalam tubuh, tubuhku yang merasakan sesuatu yang asing langsung melakukan penolakan dan ingin memuntahkannya, namun Bu Cucu berkata bahwa aku harus bisa menahannya hingga tuselak itu bersemayam di dalam tubuhku dengan segel dari Bu Cucu agar tidak bisa memberontak dari dalam sana.Hingga akhirnya.Aku melihat Ayu yang awalnya berdiri dengan tegap tiba-tiba jatuh seketika dengan luka darah yang mengucur dari punggungnya, jantungnya mendadak berhenti tepat ketika tuselak itu masuk ke dalam tubuhku.Aku sempat berteriak dan ingin menangkap tub

  • SEHARUSNYA KAU IKUT MATI   108-PAGI TIBA

    Srak, srak, srak, Tanah yang berwarna coklat tua disertai dengan banyak sekali akar-akar pohon yang berada di dalam tanah kini secara perlahan aku pindahkan kembali setelah aku gali selama beberapa jam ini. Sinar matahari yang terik sangatlah terasa dengan bau keringat yang menyengat karena dari semalam aku tidak sempat membersihkan diri atas apa yang terjadi. Aku mengangkat tanganku, menutupi wajahku yang penuh keringat, melihat langit yang kini biru dengan sedikit awan di atas sana. Apa yang terjadi semalam kini kembali berubah menjadi normal kembali ketika matahari tiba. Namun bedanya, kini semuanya telah usai. Desa Muara Ujung yang awalnya ramai, penuh dengan canda tawa, penuh dengan rasa semangat dari orang-orang yang hidupnya kembali ke titik nol di tempat ini, kini harus terusir oleh apa yang keluargaku lakukan. Haaaaaahhh Aku menghela nafas panjang, tepat ketika aku menyelesaikan pekerjaanku sekarang, aku menurunkan cangkul yang aku bawa di tanah, dan memandang sebuah pek

  • SEHARUSNYA KAU IKUT MATI   107-USAHA TERAKHIR

    Kedua tanganku benar-benar berkeringat, aku menahan Ayu agar tidak bisa bergerak dengan cara apapun, parang yang aku tancapkan masih terlihat menembus punggungnya.Aku sengaja menusuknya ke arah dada, agar parang itu tidak tertahan oleh tulang rusuk yang bisa menyulitkanku ketika aku menahan Ayu.Aku benar-benar menjadi pembunuh sekarang, pembunuh dari anak tiriku sendiri, meskipun tubuhnya kini di selimuti oleh sesuatu kekuatan yang gelap yang membuatnya bisa bergerak meskipun seharusnya tubuhnya telah mati akibat luka yang dia terima.Namun tetap saja, aku adalah bagian dari pembunuhan itu, pembunuhan terhadap anak kecil tidak berdosa yang didalamnya terdapat suatu makhluk yang mengerikan.Aku yakin, Ayu sekarang sudah tiada, dia hanyalah sebuah tubuh kosong yang diambil Alih oleh tuselak.Sehingga, ketika Bu Cucu mengambil tuselak itu dengan kedua tangannya, maka tubuhnya akan seketika berhenti bergerak.“TAHANN MINAH, SEDIKIT LAGI!” kata Bu Cucu yang dengan sigap menarik bayangan

  • SEHARUSNYA KAU IKUT MATI   106-TENAGA YANG TERSISA

    ‘Aku harus bertanggung jawab.’‘Aku harus mengakhiri semua ini.’‘Ini tidak boleh dibiarkan begitu saja, karena kalau Bu Cucu meregang nyawa, maka para warga desa tidak bisa lagi melarikan diri dan mereka bisa menjadi korban.’Suara-suara itu berkecamuk dalam diriku, ditengah-tengah suasana genting yang bisa saja mengakibatkan nyawaku melayang.Aku melihat ke sekeliling ketika sebuah angin yang sangat besar menghempaskan semua yang ada di sekitarku sehingga banyak dari mereka yang terpental ke segala arah.Banyak anak kecil yang terlepas dari pangkuan ibunya, banyak juga para orang tua yang terjatuh dan terguling di semak-semak. Semuanya benar-benar kacau.Apalagi, Bu Cucu sudah tampak kelelahan dengan luka yang dia terima pada saat itu.Tanganku tiba-tiba bergetar hebat, parang yang masih aku pegang dengan erat aku lihat dengan seksama.Keberanian dan ketakutan tercampur aduk saling beradu satu sama lain di dalam diriku pada saat itu.Apakah yang akan aku lakukan sekarang, apakah aku

  • SEHARUSNYA KAU IKUT MATI   105-PERLAWANAN

    Situasinya benar-benar kacau, sebagian warga terlihat masih khawatir meskipun sudah melewati Ayu dan berdiam diri di pohon yang ditunjuk oleh Ucok pada saat itu, sedangkan sebagian lagi masih dilanda ketakutan karena situasinya sangat genting dan bisa menyebabkan nyawa mereka melayang seketika.Tangisan anak-anak yang mereka bawa terdengar menggema disana, belum lagi jeritan-jeritan dari para wanita yang melihat Ayu bergerak dan melayangkan bayangan hitam itu ke arah mereka yang tidak bisa menghindar di saat-saat seperti itu.Apalagi, mereka lebih ketakutan ketika tepat beberapa meter di dekat mereka, mereka melihat sesosok orang yang sudah meninggal kembali muncul, mereka masih mengingat dengan jelas bagaimana pemakaman itu berlangsung, dan bagaimana tubuhnya yang busuk dengan tumbuhan-tumbuhan rawa yang menjerat tubuhnya sewaktu mereka menemukannya dalam keadaan yang tidak bernyawa.Beberapa yang kaget akan hal itu bahkan terjatuh ke tanah dengan tubuhnya yang bergetar hebat. Rumor

  • SEHARUSNYA KAU IKUT MATI   104-MUNCUL

    Semua warga Desa Muara Ujung yang ingin melarikan diri disana begitu tercengang ketika mereka semua melihat Bu Cucu yang berusaha menghentikanku pada saat itu, tubuhnya basah bercampur darah dan luka yang terlihat cukup parah dari apa yang mereka lihat.Suara Bu Cucu yang berada di depan, di antara aku, dan Ucok serta Ayu yang berada tak jauh dariku pada saat itu tampaknya tidak terdengar oleh sebagian warga.Namun, Ucok yang tahu atas apa yang diperintahkan oleh Bu Cucu langsung berbalik, dengan sedikit berteriak dia langsung memerintahkan semua warga untuk berlari agar bisa melewati Ayu yang kini kondisinya sudah sangat parah karena dikendalikan oleh tuselak yang ada di dalam tubuhnya.“SEMUANYA, DENGARKAN ABA-ABA DARIKU, APABILA BU CUCU SUDAH BISA MENAHAN MAKHLUK ITU, KALIAN LANGSUNG BERLARI KE ARAH POHON YANG ADA DI UJUNG SANA, KARENA MAKHLUK ITU TIDAK AKAN BISA MENGEJAR KALIAN APABILA KALIAN SUDAH SAMPAI DISANA!”Ucok dengan cepat berbalik kepada Ali, Tono, Supri dan Adi.“Kal

  • SEHARUSNYA KAU IKUT MATI   103-KEMBALI

    Suara-suara cemoohan, keraguan, makian bahkan sumpah serapah terlontar dari mulut mereka yang ada di sekitarku. Juga dari sebuah tanda tanya atas apa yang aku lakukan ini tidak aku dengarkan. Para warga yang berada di sana langsung berkata tentangku, tentang Ayu dan tentang Satria.Sebuah kemarahan yang tidak bisa mereka lampiaskan dengan sebuah tindakan, sehingga mereka hanya bisa melampiaskan hal itu hanya dengan sebuah kata-kata yang itu pun keluar secara perlahan dengan orang terdekat di antara mereka.Rasa takut yang menyelimuti karena di depan mereka ada sesosok Ayu yang menjadi sebuah iblis yang bisa merenggut nyawa mereka semua membuat mereka tidak bisa berbuat apa-apa.Kemarahan mereka sengaja ditahan karena mereka takut Ayu akan menyerang mereka dan berakhir dengan kematian yang mengerikan seperti Pak Dani dan Ki Sakti yang sekilas mereka lihat ketika mereka berjalan keluar desa.Aku berusaha mengeluarkan keberanianku, Ayu dengan lehernya yang patah dan tersenyum sinis kepad

DMCA.com Protection Status