"Lo tuli ya? Kita lagi ngobrol sama lo, punya mulut kan?" Jelas salah seorang gadis yang terus-terusan menatap sinis ke arah Jelo namun sama sekali tidak digubris olehnya.
Jelo, panggilan untuk gadis bernama Jenifer Olivia Mahendra, umur 17 tahun, seorang siswi kelas XII IA 2 yang bersekolah di SMA Rajawali Jakarta Pusat, yang kehidupannya tidak akan pernah tenang, karena selalu saja dikelilingi orang-orang yang tidak menyukainya dan beranggapan rendah tentang dirinya.
Hari ini lagi-lagi, Eka and the geng yang beranggotakan fitra, Isa dan Anastasia, berlaku tak senonoh dengan Jelo yang kala itu sedang duduk dipojokan kelas membaca buku favorite keluaran edisi terbaru miliknya. Mereka datang mendekat ke arah Jelo dan menuangkan isi tempat sampah ke atas kepalanya.
Masih tidak ada respon dari gadis itu, dia hanya diam terpaku tanpa perlawanan apapun. Seperti biasanya, dia akan beranjak dari tempat duduknya dan mulai memperhatikan mereka satu persatu, bukan dengan tatapan menantang melainkan tatapan intimidasi darinya.
"Kalau sampah ya mainannya sampah" Ucap Jelo dingin, seraya meninggalkan Eka dan teman-temannya yang terpaku memperhatikan punggung jelo, berlalu menjauh.
"Uh, gila! Lo lihat kan tatapan intimidasinya? bulu kuduk gw sampai merinding, njir" Jelas fitra sembari mengusap kedua lengannya. Eka hanya diam terpanah menyaksikan apa yang dilakukan Jelo kepada ketiga sahabatnya.
Sejujurnya Eka bukanlah anak yang suka membully atau bahkan mengganggu siswa/siswi di sekitarnya. Hanya saja, entah mengapa ketiga sahabatnya suka mencari kesenangan melalui rasa takut dari orang-orang yang mereka ganggu. Namun hal itu tidak berlaku bagi Jelo alias Jenifer.
"Sudahlah, kalian ngapain sih masih cari gara-gara sama dia? Udah gw bilangin juga, dia itu beda sama anak-anak lainnya" Omel eka, memperingatkan kepada sahabat-sahabatnya untuk tidak lagi berurusan dengan Jelo.
"Abis penasaran aja sama sikap gadis ansos itu, gw penasaran apa kelemahan dia. Gw kepengen liat ekspresi ketakutan dari dia sekali saja" Ucap Anastasia yang tersenyum getir, memikirkan cara apa lagi untuk membuat gadis ansos bertekuk lutut, takut dihadapannya.
Jelo yang sedari tadi sangat amat merasa terusik dengan kehadiran dan perlakuan Eka Cs, memutuskan untuk menghabiskan waktu istirahatnya di balkon sekolah, sembari melanjutkan membaca buku favoritenya.
Jelo dikenal dikelasnya sebagai gadis Ansos berlidah tajam bahkan satu sekolah pun mengetahui akan hal itu. Tidak luput dari penampilannya yang amburadul dan seperti tidak terurus. Walaupun sebenarnya dibalik gaya acak-acakan, ada wajah yang begitu menawan yang bisa menjadi daya tarik yang kuat bagi kaum Adam, jika saja ia lebih mengurus diri.
Prestasi Jelo disekolah juga tidak kalah hebatnya. Ia meraih dua tahun berturut-turut juara 2 umum sejurusan IA dan rangking 1 dikelasnya, namum ia tidak pernah ingin mengikuti lomba-lomba apapun mewakili SMA Rajawali. Jika diceritakan lebih detail mengenai rupa & prestasi yang di diperolehnya, tentu saja akan membuat semua yang mendengar menjadi terkagum-kagum bahkan bisa tertarik pada deskripsi pertama, tapi beda hal ketika sudah bertemu.
Gadis Anti Sosial, tidak pernah senyum dan pelit bicara, rambut acak-acakan, semua penampilannya berantakan seperti tidak terurus sama sekali. Tapi memang benar bahwasannya Jelo tidak ada yang mengurus dan juga, dia, hidup sendirian di apartemen sederhana miliknya berlokasi dekat dengan SMA Rajawali.
Jika ditanya apakah dia hidup sebatang kara? Jelasnya tidak. Dia masih memiliki orang tua lengkap. Bahkan Ayahnya bernama Arya Mahendra adalah salah satu konglomerat terkaya di Indonesia dan tentunya sangat dihormati. Ibunya bernama Paula verhone adalah seorang model papan atas yang memiliki agensi model yang berdiri di korea selatan dan juga sedang merambat karir di bidang desainer dan butik. Beliau memiliki begitu banyak cabang butik yang terkenal sampai ke manca negara dan juga menjadi langganan artis-artis terkenal. Sebut saja Suzy Bae, menjadi salah satu dari sekian banyak artis yang direkrut untuk menjadi brand ambassador merk ternama dari ibu Jenifer.
Ia juga memiliki seorang kakak laki-laki yang bernama Yefta Ryza Mahendra, yang sampai saat ini menjadi satu-satunya orang yang bisa terhubung dengan Jelo. Kakaknya bekerja sebagai Direktur Utama di perusahan Induk milik Ayahnya dan juga merangkup sebagai model laki-laki papan atas Indonesia mengikuti jejak sang Ibu. Jika saja Jelo masih bersama kedua orang tuanya, mungkin saja dia bisa mengikuti jejak mereka.
Dan yang terakhir dari riwayat keluarganya, ia memiliki seorang adik perempuan bernama Deliyana
Verhone Mahendra yang meninggal 2 tahun yang lalu, akibat kelalaian dirinya dan kakaknya dan juga sikap pilih kasih dari kedua orang tua, yang berujung kematian sang adik.Jenifer yang terpuruk dengan sikap ayahnya dan juga rasa bersalah yang terus menghantui tentang kematian Ana, akhirnya memilih untuk pergi jauh dari rumah dan keluarganya. Ia memutus kontak dengan kedua orang tua dan bahkan orang-orang terdekatnya, bahkan hanya bertahan dengan membawa sisa tabungan yang ia miliki.
Untung saja Jelo adalah anak yang pintar membaca situasi dan peluang. Sebelum menghambur-hamburkan uangnya untuk keperluan hidup, ia lebih memilih menyisihkan sebagian sebagai modal investasi yang tentu saja dengan bantuan sang kakak, investasinya berputar terus dan membuat dia mampu memenuhi semua kebutuhan hidup dan juga sekolahnya.
Singkatnya Jelo adalah putri konglomerat yang lari dari rumah dan bertahan hidup seadanya dengan uang yang dihasilkan sendiri.
🔔Bell tanda istirahat selesai berbunyi. Jelo memutuskan untuk kembali ke kelas melewati satu pintu yang menuju tangga. Baru saja ingin beranjak keluar, badannya terhimpit di pintu, bersamaan dengan anak laki-laki bernama Angga Dimas Purnomo, yang kebetulan sekelas dengannya.
Jelo saat ini benar-benar merasa jengkel dengan situasi yang di alami.Yang benar saja, belum urusannya bersama Eka cs, yang tadi benar-benar mengganggunya, sekarang ia harus berhubungan lagi dengan anak laki-laki bernama Dimas ini.
"Minggir gak!" Ucap Jelo kesal dan menatap sinis ke arah Dimas.
Dimas yang mendengar ucapan mengusir dari Jelo hanya bisa memutarkan bola matanya dengan sedikit berdecak kesal.
"Lo buta atau apa? Lo gak liat gw terhimpit disini" Tegasnya.
Dimas yang merasa kesal, mencoba mencari cara bagaimana agar ia bisa lolos dari himpitan yang menjengkelkan ini.
"Lo bergerak ke belakang, gw ke depan. Sama-sama biar bisa keluar" Ucap Jelo dengan santai dan terlihat mulai meredam amarahnya.
Dimas hanya mengangguk meng-iyakan. Namun, baru saja ingin melakukan aba-aba yang dikatan Jelo, matanya mengarah dan menatap lekat ke wajah gadis itu dan baru menyadari, bahwa anak perempuan di sebelahnya, begitu cantik ketika dilihat dari dekat.
"Cantik" Ucapnya terpanah, membuat Jelo kembali menatap dengan sinis.
"Mau mesum lo, ya?" Pungkas Jelo lagi dengan ekspresi menantang.
"Gila lo! Gak lah, tapi boleh juga, asalkan itu lo" Timpal Dimas terkekeh menatap ekspresi sangar dari Jelo.
Ia yang mendengar ucapan Dimas kali ini benar-benar dibuat marah. Merasa dilecehkan, Jelo dengan sekuat tenaga menarik diri dari keterhimpitan mereka berdua dan bergegas berlari menuruni tangga dan kembali ke kelas.
Dimas hanya terdiam menatap punggu Jelo yang beranjak menjauh. Ada perasaan yang menggelitik dihatinya, sambil tangan kanannya memegangi dada, mengeluarkan detakan aneh, ia merasakan irama Jantungnya sedang tidak stabil dan membuat Dimas tersenyum getir.
"Ini baru permulaan Jenifer Olivia Mahendra" Pungkasnya pelan.
"Ini baru permulaan, Jenifer Olivia Mahendra" Pungkasnya.***Hari ini Jelo terlihat uring-uringan, berkat kabar dari sang kakak yang dipanggilnya dengan sebutan koko, mengatakan bahwa teman kecilnya SuhoHwang, akan pindah ke Indonesia untuk sementara waktu dan akan mendaftar sebagai siswa transfer di sekolahnya.Kabar itu sukses membuat Jelo berkeringat dingin. Pasalnya, selama ini persembunyian yang sudah ditutupnya rapat-rapat akan terbuka seiring berjalannya waktu dengan kedatangan Suho. Dia hanya bisa berdoa semoga saja Suho sudah tidak begitu mengenalinya atau identitas sebagai anak pengusaha Konglomerat dan Model Top di Indonesia akan terbongkar. Tentu saja Ayah dan Ibunya akan menjemput ia dengan paksa, jika mereka tahu dimana Jelo tinggal dan bersekolah.Sebenarnya mudah saja bagi Ayahnya untuk menemukan Jelo, jika saja kokonya tidak mengeluarkan uang lebih bany
Masih dengan Novel dan headset yang terpasang di telinga. Tidak ada yang tahu, jika Jelo memasang headset ditelinganya tanpa setelan musik. Headset merupakan satu-satunya senjata ampuh dan menjadi tameng untuk sifat anti sosialnya."Psstt.. ppsstt...!" Terdengar suara dari arah kiri Jelo.Mendengar kode suara tersebut tetap tidak membuat Jelo berkutik dan lantas ingin menoleh serta bersikap ramah."Pssst... Ppsst..." Sekali lagi suara itu terdengar, namun tidak juga menggoyahkan sisi ansos dari Jelo. Ia sangat tidak ingin terlibat dengan banyak orang. Ia meyakini, jika melibatkan diri dengan orang lain hanya akan membawa masalah baru dalam hidupnya begitu juga dengan masalah perasaan.Masih saja pada posisi yang sama, tidak ada yang berubah dari Jelo. Dimas yang sedari tadi memberi kode terlihat gemas dengan sikap acuh yang diberikan Jelo, sampai akhirnya ia memutuskan untuk mendatangi meja dimana Jelo d
Hari ini, tepatnya weekend, bukanlah hari yang penting untuk seorang Jelo. Weekend selalu dihabiskannya hanya seharian di apartemen, tanpa melakukan apapun.Lagu Boyband Korea dengan judul I'M OKAY menjadi lagu favorite yang menemaninya hari ini.Jelo termasuk K-popers garis keras untuk para artis naungan YG entertainment. Sejujurnya dan sebenarnya, dia menjalin pertemanan dengan beberapa artis YG. Yang tidak dapat disebutkan namanya, namun untuk saat ini yang paling dekat dengan Jelo adalah Kim Jennie dan beberapa lagi diantaranya. Jaman dulu ketika sahabat-sahabatnya perform di Indonesia atau negara manapun yang bisa di jangkau Jelo, dia akan menjadi orang pertama yang mendapatkan Tiket VVIP.Hidup Jelo sangatlah terjamin dan tentunya membuat orang lain menjadi iri jika mengetahui seberapa kayanya dia. Namun kurang lebih dua tahun ini, dia menjalani hidup serba biasa. Menghilang secara tiba-tiba, memutuska
"Jeni.." Panggil suho dengan antusiasnya saat melihat Jelo tengah berjalan melintasi halaman sekolah menuju kelas.Sambil berlarian kecil, ia menghampiri Jelo yang tersenyum ke arahnya. Sorot mata tajam dari fans suho menancap hebat, siap mengintimidasi Jelo yang berani bertegur sapa dengan Suho di depan banyak orang. Namun, tentu saja hal itu tidak berpengaruh baginya. Tatapan intimidasi dari Jelo selalu yang paling unggul.Pernah sekali saat pertama ia mendaftar menjadi murid transfer di SMA Rajawali, ia bertemu dengan salah seorang kakak tingkat yang ingin menguji kekuatan mentalnya. Ia dipermalukan di depan banyak murid, tapi yang luar biasa darinya, Jelo sama sekali tidak menunjukan wajah kesal ataupun hard feeling. Dia hanya diam dan menatap tajam ke arah senior yang terus saja berkata kasar padanya. Mengeluarkan aura mengintimidasi dengan ucapan "just a fool whocaresabout the
"Good Morning" Sapa dimas yang sudah sekitaran lima belas menit menunggu Jelo keluar dari apartemennya. Jelo yang sedikit terkejut berusaha mengontrol ekspresi dan hanya menengok sesaat lalu berjalan melewati dimas begitu saja.Dimas tidak menyerah, pantang baginya untuk mundur sebelum Jelo merespon sapaannya. Kali ini ia bertekad untuk ke sekolah berbarengan dengan Jelo. Mereka berjalan bersama namun sedikit berjarak, dimas tepat berjalan dibelakang Jelo dengan jarak beberapa meter, menuju halte Bus.Dengan semangat ia memperhatikan apa saja yang dilakukan Jelo sebelum ke sekolah. Dari yang ia lihat, pertama-tama Jelo singgah di toko roti depan apartemen untuk membeli sebungkus roti cokelat dan juga susu rasa banana untuk menjadi teman pengganjal perut pagi ini. Ia kemudian memakan makanannya sampai habis, sembari berjalan memasang headset ditelinganya dan terlihat seakan menikmati alunan musik yang ia dengar.Se
"Hyung! Sadarlah, kita tidak punya banyak waktu, kita harus temukan dia sekarang" Jelas suho membuat Yefta kembali sadar, tangannya kini mulai mengepal keras dan rahangnya mulai mengerat."Fu*k!!! Berani-beraninya mereka membuat hal yang tidak baik pada adikku, jika terjadi apa-apa dengan Jeni, aku tidak akan segan-segan menutup semua akses donatur untuk sekolah ini, lihat saja!" kecam Yefta, tak tanggung-tanggung.***Hari itu terasa menjadi pukulan berat bagi Yefta. Suho agak berdegik ngeri mendengar nada ancaman pria yang lebih tua beberapa tahun darinya. Ia sedikit banyak tahu bagaimana kejamnya Yefta terhadap orang-orang yang berani menyentuh keluarganya, termasuk adik kesayangnya. Sudah cukup kematian Ana membawa dampak yang tidak baik bagi Yefta, kali ini, ia tidak mau sesuatu terjadi pada Jelo, adik satu-satunya yang tersisa dan yang paling ia sayangi.Setelah itu mereka memutuskan berpencar
Aku baik-baik saja walaupun ini bukan keadaan terbaikku, aku tidak perlu berada di tempatku untuk merasa baik-baik saja. Aku tidak peduli tentang diriku, aku tetap baik-baik saja. Walaupun tidak terbiasa aku baik-baik saja. I'm Okey🎼Sedikitnya, kurang lebih terjemahan dari lagu Boy Band K-Pop IKON - I'M OK yang menjadi kesukaan Jelo, terputar dalam daftar favorite music di ponsel miliknya, menemani ia menghabiskan waktunya berbaring di kamar rumah sakit dengan tangan yang terpasang infus.Sudah hampir tiga hari lebih Jelo berbaring di kamar rumah sakit tersebut. Ia menunggu jadwal untuk dirinya pulang dan menikmati kesendirian di apartemen kecil miliknya. Walaupun kecil, apartemen itu adalah tempat ternyaman bagi Jelo.Tokk...tokk..tokk..Suara pintu kamar Jelo diketuk dari luar."Masuk" Ucapnya, dengan sedikit nada teriakan dari jarak ranjang rumah sakit yang ia tem
Beberapa hari terlewati, Jelo mulai terbiasa untuk berboncengan motor dengan dimas. Setiap pagi dimas menunggu Jelo tepat di depanLiftdan siang harinya ia menunggu di depan kelas untuk bersama-sama berbarengan ke parkiran. Hanya ketika dalam perjalan dimas akan berbicara sedikit dengan Jelo. Dan perlahan membangun komunikasi dengannya."Lo sibuk gak?" Tanya dimas memecah keheningan di antara mereka berdua."Hm,Why?" Timpal jelo cuek."Temenin gw belanja mingguan di minimarket depan apart ya, gak ada penolakan" Tegas dimas.Jelo sedikitnya merasa enggan untuk menemani dimas, namun ia tidak bisa berkata apa-apa, dia hanya bisa menggerutu dalam hati, dimas terlalu melewati batas hari ini, pikirnya."Turun gih.." Ucapnya membuat Jelo hanya bisa menurut dengan apa yang dikatakan dimas.Jika di pikir-pikir, baru kali ini Jelo semen
Bandar Udara Internasional Halifax, Canada. 🍁 5 Tahun Kemudian... "📞I'm ready to go back." ucap Jelo mengakhiri telponnya. Setelah lima tahun ia meninggalkan Indonesia dan menetap di kanada sembari menyembuhkan diri dan membantu ayahnya mengurus cabang perusahaan keluarga, kini ia memutuskan untuk kembali dan sampai detik ini hanya Yefta yang mengetahui kepulangannya. Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta, Jakarta. - Pukul 08.30 AM Setelah mengecek barang-barang yang dibawahnya, Jelo memutuskan untuk sarapan, mengisi perut pagi ini dikarenakan perjalanan yang panjang dan cukup lama banyak menguras tenaganya. Nada dering ponsel Jelo terus berbunyi, sembari ia menikmati sarapan dan secangkir Coffe yang ters
"sudah dapat info tentang dia?" ucap Dimas."Belum, sulit untuk melacak secara terang-terangan dimana gadis itu berada. Terlebih keluarganya menutup segala akses yang ada."Dimas menghembuskan nafas dengan kasar sembari nenggepalkan tangannya, terlihat raut wajah kekecewaan seketika menyelimuti pria tersebut. Setelah sekian lama ia mencoba untuk mencari tahu keberadaan gadis pujaannya, namun belum juga menemui titik terang.Segala cara sudah Dimas lakukan, dimulai dengan meminta bantuan Artha untuk menanyakan secara langsung keberadaan Jelo pada Yefta, hingga membayar mahal seseorang untuk menyelidiki kemana gadis itu pergi. Tetapi sampai detik ini, semuanya nihil, segala hal yang berhubungan dengan gadis itu tidak dapat disentuhnya sama sekali, bak lenyap dan menghilang dari permukaan bumi.Meski demikian, Dimas meyakini jika suatu saat, ia akan bertemu kembali dengan Jelo bagaimanapun caranya. Ia merasa jika akses untuk bertemu dengan sang gadis,
Hari senin, genap seminggu untuk menandai masa cuti Jelo yang telah berakhir, ia bersiap untuk kembali bersekolah dan kembali menggandrungi status sebagai siswi SMA. Namun kali ini, bukan hanya untuk sekedar menunaikan tugasnya sebagai murid, tetapi juga mengenai perihal yang harus segera ia selesaikan.Mobil Tesla putih berhenti tepat di halaman SMA Rajawali, membuat semua mata memperhatikan siapa yang hendak keluar dari mobil tersebut. Artha sudah sangat excited menunggu sahabatnya, yang kabarnya hari ini akan kembali bersekolah."Jeni..." Artha berlari dengan langkah kecil ke arah mobil mewah yang terparkir di halaman sekolah mereka. Seseorang dengan segera turun dan membukakan pintu mobil untuk sang pemilik. Semua mata memandangnya kagum. Namun, tidak bisa dipungkiri beberapa dari mereka juga memandang dengan rasa iri sekaligus terkesima dengan fakta yang mereka terima mengenai Jelo. Gadis ansos yang berubah menjadi prince
"If i love you was a promise, would you break it if you're honest? - Artha."***Artha duduk disamping Jelo dengan disuguhi pemandangan yang menarik hati. Namun tetap saja pikirannya sedikit tidak tenang mengingat Yefta belum saja muncul dalam jarak lingkar pandangannya.Jelo jelas menangkap gelagat aneh dari sahabatnya, "Tha..." panggil Jelo lembut sambil menyentuh ujung gelasnya."Hm?" sahut Artha menoleh mengumpulkan fokusnya agar tetap terlihat tenang di hadapn Jelo. Belum sempat Jelo mengeluarkan ucapannya. Yefta sudah terlihat dari kejauhan berjalan menghampiri mereka.Seketika wajah Artha memerah, ia tertunduk malu dengan sikap saltingnya yang membuat Jelo tertawa kecil, menertawakan kekonyolan sahabatnya."Maaf, ya, telat." ucap Yefta sembari melempar senyum ke arah Artha dan juga Jelo. Tak lupa juga ia memberikan seikat bunga mawar untuk Artha sebagai permintaan m
Siang ini Jelo begitu menikmati makan siang yang baru kali ini terasa sangat menyenangkan selama dua tahun yang ia lalui. Ayah dan ibu Jelo banyak mempertanyakan apa yang selama ini ia lakukan, bagaimana kesehariannya dan juga rencananya ke depan. Ia masih merasakan suasana hangat keluarganya seperti dulu, hanya saja kali ini tetap terasa kurang tanpa kehadiran adiknya. "Ana.." ucap Jelo dalam hati, menyebut nama adiknya. Dimomen seperti inilah dia akan sangat merindukan Ana. Setelah acara makan siang berakhir, Jelo & Yefta izin pamit pada kedua orang tua mereka untuk kembali ke kantor dan menyelesaikan beberapa urusan yang harus mereka kerjakan. Jelo berjanji akan sering-sering mengunjungi orang tuanya, dan juga setelah semua permasalahan ini kelar ia berjanji pada dirinya sendiri akan kembali dan memulai segala sesuatunya dari awal. "Mommy - daddy, Jeni pamit, ya. Besok Jeni ke sini lagi. Sekali
📞Koko Ry.. "Jeni sudah selesai, ayo makan siang." ucap Jelo saat dalam perjalanan ke gedung MH'Group bersama dengan Leo. "Sebentar lagi Jeni tiba, sampai ketemu. Bye." tuturnya lagi sembari tersenyum menanggapi perkataan kokonya ditelepon. Leo hanya memperhatikan gadis itu sekilas dibalik kaca spion. Ada sedikit perasaan lega ketika melihat Jelo tersenyum setelah berbicara dengan Yefta. Gadis itu merasa canggung saat tahu, sedari tadi dirinya diperhatikan. Ia mencoba mengaligkan pandangan Leo dengan tingkahnya, "ehem.. lihat kedepan, Leo, nanti kita kecelakaan gimana?! Aku bahkan belum makan siang dan kecelakaan bisa saja menyita waktu makan siangku." ucapnya datar namun terdengar lucu di telinga Leo. "Haha, maaf! Aku hanya memastikan saja, kau terlihat sangat hebat hari ini. Pasti menguras banyak tenaga untuk melakukan hal hebat hari ini." timpal pria itu memecah rasa canggung yang ada. Jelo ha
"koko! Wait, wait. Jangan bilang gedung apartemen ini milik..." Jelo seketika terdiam, ucapannya terpotong dengan nalarnya yang menolak untuk percaya.Yefta menarik nafas panjang, menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak terasa gatal, "kamu baru sadar, ha?" balasnya sembari tersenyum. Sejenak mereka terdiam, kemudian Yefta mulai terkekeh memikirkan tingkah bodoh adiknya.***Keesokan hari, Jelo terbangun dengan segar, merilekskan badannya dan perlahan menikmati pantulan cahaya matahari yang merambat disela-sela jendela kamarnya. Dini hari menunjukan pul 06.15 AM, gadis itu bangkit dari tempat tidur miliknya menuju kamar mandi sembari berusaha mengumpulkan nyawa.Matanya menatap kaca lebar yang menampilkan jelas pantulan dirinya. "Jenifer Mahendra. Ah, hari pertama kembalinya Jenifer. Apa yang harus gw lakuin Jen?" ucap Jelo membatin. Semalam suntuk ia memikirkan keputusannya. Terlalu cepat jika ia mundur
"Koko.." panggil Jelo dengan gelagat manja."Ada maunya pasti nih, Ada apa?" ucap Yefta sembari berjalan mendekat kearah Jelo duduk. Ia bersender tepat disamping meja kerjanya."Besok koko ngapain?" tanya Jelo penasaran.***"Besok?" sanggah Yefta seraya sejenak berpikir."Ada meeting dan beberapa pertemuan penting diluar kantor, why?" balasnya.Jelo terdiam, seketika ia mengurungkan niat setelah mendengar jadwal padat kokonya. Sejujurnya ia ingin mengajak Yefta untuk menemaninya berkunjung ke makam Ana dan juga dinner bersama Artha."Oh, nope! Lupain aja." timpalnya sambil tersenyum ke arah Yefta yang terus saja menatap adiknya dengan pandangan menyelidik."Besok koko lowong sebelum jam makan siang dan pulang lebih cepat dari biasanya. Kamu mau ajak koko kemana?" tutur Yefta sembari membalikkan badan dan berjalan pelan menuju tem
Jelo menerima pesan Whatsapp dari Artha bertuliskan dua lelaki yang merindu disertai dengan foto editan suho yang disandingkan dengan dimas secara bersamaan.Saat menatap foto tersebut, terlihat tarikan senyum disudut bibir gadis itu, namun buyar ketika Yefta datang dan dengan tingkah konyolnya berusaha untuk mengagetkan Jelo."Cie, ehem!" sapanya membuat Jelo dengan segera berpaling dan mematikan layar ponsel pintarnya serta kembali memfokuskan pandangannya pada layar laptop yang berada tepat hadapannya."Don't pretend, i've seen the photo's before." tutur Yefta dengan raut wajah mengejek yang segera ditangkis oleh Jelo namun berhasil membuatnya salah tingkah."So tell me, who's your choice? Hm?" Jelo sedikit tersentak dengan pertanyaan yang diajukan Yefta. Jantungnya terasa abnormal dengan degupan yang berb