Beranda / Romansa / SCANDAL / BAB 24 - dua garis merah

Share

BAB 24 - dua garis merah

Penulis: Sally Diandra
last update Terakhir Diperbarui: 2021-07-07 18:33:21
“Richard, c’mon! Kamu tahu ‘kan di Jerman itu hanya ada enam hari dalam seminggu! Hari Minggu itu hari libur! Jadi ngapain kamu nyuruh aku pulang malam ini, hanya untuk ngurus kerjaan di hari Minggu? Apa nggak ada hari lain?” Suara Moreno terdengar kesal, ketika Richard menelponnya, setibanya di apartemen, sementara Tsabitha langsung ngeloyor ke lantai atas untuk membersihkan wajahnya dari riasan.

“Tapi, Ren, ini perintah Ayahmu. Ayahmu yang minta. Beliau tahu kalau kamu itu sudah pulang dari Jakarta sejak Jumat kemarin, tapi sampai hari ini kenapa belum sampai di Berlin?”

“Kamu sudah tahu ‘kan apa jawabannya? Harus berapa kali sih, aku bilang? Masa kayak gitu harus diajarin terus! Kamu tinggal bilang aja ke Ayahku, kalau pesawatnya delay di Abu Dhabi! Jadi aku itu nggak mungkin bisa ketemu sama klien hari Minggu besok! Aku masih jet lag, Brad!”

“Iyaa, iyaa! Nanti aku bilang ke Ayahmu gitu,” sahut Richard galau, nada suaranya terdengar gelisah.

“Eeeh, Brad! Jangan sedih dong! Sema
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • SCANDAL   BAB 25 - curiga

    “Bith, thanks ya! Your husband emang perfect husband and suami siaga!” puji Havika tulus, setelah mereka berdua menempati apartemen baru yang disewa oleh Moreno. Sebuah apartemen besar dengan tiga kamar, area ruang tamu, ruang makan dan dapur juga tampak besar dan luas, membuat Tsabitha bisa lebih leluasa bergerak ke sana kemari. “Kamu ini ada-ada aja! Tapi dibilang suami siaga, boleh juga. Suamiku itu, cuma nggak pengin aku kecapekan selama hamil, makanya dia nyari apartemen yang besar seperti ini, sekaligus dia juga nyariin temen buatku, biar aku nggak kesepian!” “Plus pembantu bule yang namanya mirip ama artis Indonesia, siapa namanya, Bith? Syahrini?” “Shahnoza! Kok jadi Syahrini, sih?” “Yaa abis namanya pake Shah gitu, ‘kan mirip ama Syahrini! Emang dia orang mana sih? Namanya kok unik gitu?” tanya Havika penasaran. “Dia dari Usbekiztan! Tapi dia belum bisa bahasa Indonesia, dia bisanya bahasa Perancis, nggak masalah, ‘kan?” “No problem, honey! Selama kita bisa berkomunikas

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-08
  • SCANDAL   BAB 26 - meninggalkanmu

    “Tsabitha! Moreno!”Kedua pasangan yang sedang berbahagia ini segera menghentikan tawa mereka dan menoleh ke arah sumber suara yang memanggil nama mereka dengan jelas. Di depan mereka telah berdiri Tante Rossa bersama dua laki-laki yang berpakaian hitam, yang mungkin bisa disebut sebagai bodyguard atau pengawal.“Tante Rossa? Kok, Tante ….”“Bisa kita ngobrol sekarang? Tante ingin ngobrol sama kamu, Bith. Sama kamu juga Reno!” sela Tante Rossa sambil memperhatikan mereka berdua secara bergantian.Moreno dan Tsabitha saling menatap satu sama lain, laki-laki itu lalu mengangguk sambil menarik napas. “Baiklah, mari, Tante. Kita ngobrol di apartemen kami,” sahut Moreno sambil berdiri, diikuti oleh Tsabitha pun hanya bisa menurut dan ikut berdiri lalu mengikuti langkah suaminya.“Tante Rossa pasti udah curiga, sepertinya dia menyimpan sesuatu,” batin Tsabitha cemas sambil

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-08
  • SCANDAL   BAB 27 - skandal

    Sepanjang perjalanan menuju ke rumah Tante Rossa, Tsabitha hanya bisa terdiam, membisu sambil menahan tangis di dalam dada. Dadanya terasa sakit, begitu pula perutnya yang tiba-tiba sering mengencang dengan sendiri. Dia berharap si kecil yang berada dalam kandungannya baik-baik saja, mungkin cuma karena kelelahan, sehingga perutnya mengencang, harapnya cemas. Sepanjang perjalanan itu pula, Shanty dan Rossa silih berganti memberikan nasehat yang tiada henti ke Tsabitha, berkali-kali Shanty mengingatkan putrinya itu akan janji yang dibuatnya dulu yang tidak akan berhubungan lagi dengan Moreno dan membiarkan sang kakak merajut tali pernikahan dengan mantan pacarnya itu. “Bitha, berikan ponsel kamu ke Tante Rossa! Mulai hari ini kamu pakai ponsel yang baru dan nomer yang baru!” ujar Shanty dengan nada ketus sambil menyodorkan sebuah kotak handphone keluaran merk terbaru, ketika mereka baru saja tiba di rumah Tante Rossa. Tsabitha kaget dan tercengang. “Tapi, Bu. Semua nomer ponsel teman-

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-08
  • SCANDAL   BAB 28 - premature

    Di rumah sakit … “Mbak, menurut dokter yang menangani Tsabitha, dia harus segera dioperasi caesar, karena selain air ketubannya yang sudah pecah duluan, bayi yang ada di dalam rahimnya posisinya sungsang, terjerat tali plasentanya sendiri. Kalau nggak segera diambil, dikhawatirkan nyawa keduanya tidak selamat. Apalagi cairan ketubannya sudah hampir habis,” ujar Rossa cemas, setelah mendapatkan informasi dari team dokter yang menangani Tsabitha. “Kalau memang itu yang terbaik, lakukan saja, Ros! Aku setuju! Yang penting mereka selamat!” sahut Shanty pasrah. “Oh iya, Ros. Sama satu lagi, tolong beritahu pihak rumah sakit agar merahasiakan identitas Bitha, aku nggak mau kalau tiba-tiba Reno datang ke rumah sakit ini lalu membawa kabur anak dan cucuku!” “Iya, Mbak! Akan aku lakukan!” “Yaa sudah sana, aku mau nelpon suamiku dulu!” Rossa mengangguk mantap dan bergegas berlalu dari sana meninggalkan kakak sepupunya. Tak lama kemudian, setelah mendapatkan persetujuan dan tanda tangan dar

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-08
  • SCANDAL   BAB 29 - ancaman

    Tengah malam … Moreno baru terbangun ketika jam dinding yang ada di ruang tamu berdentang dua kali, “Oooh, shit! Sudah jam dua pagi rupanya, kenapa aku bisa ketiduran, sih? Seharusnya dari tadi aku mulai mencari informasi tentang Bitha! Bodohnya aku ini!” rutuknya dalam hati sambil turun dari ranjang dan bergegas mengecek ponsel. “Tapi lapar juga perutku ini, si Sharini bikin masakan apa, ya?” batinnya sambil berjalan ke luar kamar dan membawa ponsel.“Haii, sudah bangun? Sepertinya kamu capek banget, ya hari ini?” tanya Havika yang saat itu masih terjaga dengan sketsa desain-desain model baju buatannya yang berserakan di meja makan.“Kenapa nggak bangunin dari tadi sih, Vik?” sahut Moreno sambil melangkahkan kakinya ke dapur lalu mengecek isi lemari pendingin.“Sorry, aku tadi sebenarnya mau bangunin kamu, tapi sepertinya kamu capek banget, jadi aku biarin aja kamu t

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-09
  • SCANDAL   BAB 30 - pertemuan kedua

    Tiga hari kemudian … “Kak, kenapa kita ke pemakaman sih?” tanya Evan bingung. Saat itu, Evan memang sengaja datang ke Paris untuk menemani sang kakak menemui Tsabitha. “Aku juga nggak tahu, Van! Informasi yang aku dapat dari Tante Rossa kemarin, dia bilang kalau aku bisa menemui Bitha di pemakaman ini,” sahut Moreno sambil menyapu tatapannya ke seluruh area pemakaman. Di sana terhampar padang rumput yang luas dan datar dengan ribuan batu nisan yang tertancap dan berbaris rapi. Sementara mereka berdua berdiri di tepi jalan yang merupakan jalan pemisah antara area pemakaman yang satu dengan yang lainnya. Jalan itu sendiri berupa jalan beraspal yang halus, yang membentang di tengah-tengah area pemakaman, yang menghubungkan antara gerbang utama depan dan belakang. “Kak! Sepertinya itu mereka datang!” ujar Evan lantang sambil menunjuk ke sebuah mobil besar hitam yang berjalan ke arah mereka lalu berhenti di tepi jalan, di sebrang jalan, agak di belakang mobil yang di parkir Moreno tadi

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-09
  • SCANDAL   BAB 31 - dendam masa lalu

    “Mas Reno, ada sesuatu yang harus aku bilang ke kamu,” ujar Tsabitha dengan kedua bola matanya yang berkabut. “Kamu mau bilang apa, Sayang? Aaah, aku tahu … kamu pasti mau bilang ‘kan di mana anak kita. Iya, ‘kan?” sela Moreno dengan senyumnya yang mengembang, hingga menunjukkan barisan giginya yang rapi dan putih. Laki-laki itu terlihat sangat bersemangat, karena sebentar lagi dia merasa akan segera bertemu dengan putranya. “Mas Reno, dengarkan dulu! Jangan sela perkataanku ….” Tsabitha mulai merajuk. “Oooh, oke, oke. Baiklah, aku akan diam dan menjadi pendengar yang baik, kamu mau bilang apa? Hmm …?” tanyanya sambil menatap kedua bola mata perempuan itu yang bulat, lekat. Tsabitha jadi salah tingkah dan cemas, Dia takut kabar buruk yang akan disampaikannya ini akan membuat Moreno murka, karena laki-laki ini sangat menginginkan anak mereka. “Begini ….” Tsabitha menarik napas dalam dan mengembuskan perlahan, dikuatkan hatinya untuk mengatakan berita bohong ini ke sang suami. Dia t

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-09
  • SCANDAL   BAB 32 - sebuah rencana

    Di Paris … Sejak hari itu Tsabitha hanya fokus memikirkan kesehatan bayi kecilnya. Dari hari ke hari dia selalu memantau perkembangan Fabian yang dirawat dalam sebuah tabung incubator. Jari-jari mungilnya selalu menggenggam jari telunjuk sang ibu erat, saat Tsabitha memberikan ASI melalui pipet plastic yang diteteskan perlahan-lahan ke mulutnya, seolah-olah dia tahu kalau ibunya lah yang menyuapinya. Perempuan itu hanya bisa menangis haru setiap kali merawat bayi mungil itu, tubuhnya yang begitu kecil dan lemah dengan kabel-kabel yang menempel di sana sini, membuatnya selalu bertekad agar selalu kuat, kuat untuk putranya, agar si anak juga kuat dan bisa melampui semua rintangan ini. *** Sementara itu di Jakarta … Moreno lebih suka menyibukkan diri di kantor, pulang selalu larut malam. Sikapnya pun banyak berubah, tidak ceria atau jahil seperti dulu, laki-laki itu lebih banyak merenung dan tidak banyak bicara. Perubahan sikapnya ini mulai dirasakan oleh Mabella, apalagi sang suami

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-10

Bab terbaru

  • SCANDAL   BAB 70 - pabrik anak

    Dua bulan kemudian … “Kamu ini kenapa sih, Bith? Dari tadi aku perhatikan, sepertinya kamu nggak begitu suka sama makanan itu?” tanya Moreno heran sambil memperhatikan perempuan itu yang mengorek-ngorek beef steak kesukaannya. “Iya, Mama ini! Biasanya lahap kalau makan beef steak! Masa kalah sama Bian! Bian aja makannya lahap, iya ‘kan, Pa?” Moreno mengangguk sambil menunjukkan ibu jarinya di depan putra tunggalnya ini. Malam ini, mereka bertiga sedang menikmati makan malam bersama di sebuah restaurant mewah, setelah selama 40 hari mereka berkabung atas kematian Mabella yang tidak bisa melewati masa kritisnya. Baru kali ini ayah, ibu dan anak ini keluar rumah untuk menghibur diri dan refreshing. Tsabitha pun tersenyum sambil mengusap-usap kepala putranya seraya berkata, “Iyaa, Sayang. Mama sendiri nggak tahu kenapa? Rasanya kok perut Mama penuh, yaa. Jadi rasanya malas untuk makan lagi,” sahutnya sambil meringis kecil. “Memangnya sebelum ke sini, kamu sudah makan?” sela Moreno her

  • SCANDAL   BAB 69 - kritis

    Semua orang tampak tegang dan serius saat melihat dan mendengar percakapan yang terekam di video yang direkam oleh Angga. Dewi semakin tidak nyaman dan berusaha mencari alasan yang tepat yang bisa menyangkal bukti dari Angga. Hingga akhirnya video itu pun berakhir, semua orang terlihat merasa lega setelah melihat video tersebut. “Bagaimana, Wie? Apa kamu mengakui bukti ini?” tanya Moreno sambil menoleh ke Dewi yang masih terlihat cemas dan bingung. Perempuan itu menghela napas dalam seraya berkata, “Baik, aku akui pagi itu aku memang datang ke apartemen Angga dan memergoki dia sama Vanka, seperti yang ada di video itu. Tapi kejadian itu bukan kejadian luka lebam yang aku derita kemarin, Pak!” Dewi berusaha mengelak, “kamu itu nggak usah mengada-ngada, ya, Ngga! Kejadian yang kamu rekam di ponselmu itu bukan kejadian luka lebam di pipiku ini!” Angga dan Vanka terbengong sejenak dan menatap ke Dewi dengan ekspresi tidak percaya. “Bagaimana mungkin, ini bukan ke

  • SCANDAL   BAB 68 - canggung

    Lagi-lagi harus menunggu, satu hal yang sangat menjemukan bagi Dewi saat harus menanti Moreno di rumah, karena sampai tujuh malam, laki-laki itu belum tampak juga, baik di rumah Mabella maupun di rumah Tsabitha. Sementara Tsabitha sudah terlihat di rumah, menemani Fabian mengerjakan PR dari sekolah. Dewi tampak berjalan mondar-mandir di kamar dengan perasaan cemas sambil sesekali melirik ke ponsel. Ada keinginan untuk menelpon Moreno dan menanyakan keberadaannya, tapi hati kecilnya melarang dan memintanya untuk sabar menunggu. Diliriknya ke tempat tidur, Farah—putrinya sudah tertidur lelap, wajahnya begitu polos dan menggemaskan. “Sabar, sabar, Dewi. Pikirkan anakmu. Jangan terburu-buru. Mungkin Pak Reno ada keperluan, hingga harus pulang malam,” batinnya menenangkan dirinya sendiri. Perempuan itu menghela napas dalam dan menghempaskan pantatnya di tepi ranjang, tepat pada saat itu terdengar suara pintu kamarnya diketuk dari luar. “Bu Dewi, Bu. Bu Dewi.” Sua

  • SCANDAL   BAB 67 - suara itu

    “Pagi, Tika! Pak Reno ada?” tanya Dewi yang tiba-tiba muncul di depan meja Kartika. Perempuan itu kaget saat melihat Dewi. Wajahnya seketika itu juga pucat pasi, seperti baru saja melihat hantu, tubuhnya pun terpaku, kaku dan tidak bisa bergerak. Apalagi saat perempuan itu mendelik ke arahnya. “Eh, Bu Dewi. Selamat pagi, Bu! Bu Dewi sudah masuk kerja, ya? Kemarin, waktu cuti, jalan-jalan kemana saja selama ini, Bu? Oleh-olehnya mana?” “Udah nggak usah basa-basi, Tika! Mana Pak Reno?” ujar Dewi tegas dengan nada tidak suka saat sekretaris Moreno ini mulai bicara tidak penting dan berusaha mengulur-ulur waktu. “Maaf, Bu. Saat ini Pak Reno nggak ada di tempat. Pak Reno lagi keluar, tadi katanya ada kepentingan. Ada pesan?” “Pagi-pagi begini? Ini baru jam 10 pagi!” sela Dewi tidak percaya sambil menengok ke kanan dan ke kiri, “nggak biasanya Pak Reno keluar kantor jam segini? Kamu bohong, ‘kan?” lanjutnya sambil menjulurkan jari telunjuknya ke depa

  • SCANDAL   BAB 66 - aktifitas pagi

    “Jadi begini, Pak. Saya tahu kalau saat ini Dewi ada di rumah Pak Reno. Farah juga ada di sana, karena Dewi yang bilang ke saya.” Sebelah alis Moreno kembali naik ke atas, laki-laki itu tampak heran karena berkali-kali Dewi menangis meminta perlindungan padanya karena ditelpon oleh sang mantan suami yang mengancam akan mengambil putrinya. Moreno jadi kembali bertanya-tanya, setelah mendengar semua cerita dari Angga—mantan suami Dewi. Apalagi setelah laki-laki itu memberikan bukti video tersebut. “Asal Anda tahu, Dewi bilang ke saya kalau Anda yang menelpon dan mengancamnya akan mengambil Farah,” sela Moreno heran. “Itu nggak mungkin, Pak. Putusan hakim sudah jelas kalau hak asuh Farah ada pada Dewi dan lagi saat ini saya sudah merasa cukup bisa ketemu putri saya seminggu sekali, karena saat ini saya sedang merencanakan pernikahan saya yang kedua sama pacar saya itu. Jadi saya nggak mungkin mau ngambil Farah dari Dewi. Malah Dewi marah-marah kalau anaknya nggak dikasi

  • SCANDAL   BAB 65 - kebenaran yang lain

    Menikmati sarapan pagi bersama seluruh anggota keluarga, sudah lama tidak dirasakan oleh Dewi setelah brcerai dari sang suami, tapi kali ini setelah tinggal di rumah pimpinannya selama kurang lebih satu minggu dan menikmati sarapan pagi bersama di meja makan. Membuat perempuan itu bisa merasakan lagi kehangatan sebuah sarapan pagi yang menyenangkan. Dewi membayangkan, bagaimana sekiranya kalau dia menjadi istri ke tiga Moreno, pasti seru. Apalagi saat ini Mabella masih terkapar sakit di rumah sakit, rasanya tidak masalah untuk laki-laki itu menambah satu istri lagi, batinnya sambil tersenyum senang.“Kamu kenapa, Wie? Kok senyum-senyum terus, apa ada yang lucu?” tanya Tsabitha heran sambil menyuapkan nasi goreng ikan asin buatan Mbok Nah ke mulut.Dewi jadi canggung dan malu sendiri saat tertangkap basah sedang senyum-senyum sendiri. “Eeeh, anu, Bu. Saya tadi keinget sama kenangan masa lalu.”“Masa lalu sama mantan sua

  • SCANDAL   BAB 64 - berjanjilah padaku

    Jam enam pagi, saat sinar matahari masih terasa hangat di kulit dan burung-burung pun berkicau riang menyambut pagi, laki-laki itu masih bertahan di sana dengan baju casualnya—celana jeans dan kaos oblong dengan warna senada, biru. Sambil duduk di tepi ranjang, diperhatikannya wajah polos itu yang masih terlelap dalam tidur panjangnya.“Papa? Papa ada di sini?” tanya Fabian sambil menggeliat kecil dan menarik ke dua tangannya ke atas. Moreno hanya tersenyum sambil membelai rambut coklat putranya. Ya, dia memang putra kandungnya, laki-laki itu tidak ragu lagi, warna rambut mereka sama, bahkan kalau diperhatikan wajahnya memang mirip dengan bocah cilik ini.“Papa ngapain ada di sini?” tanya Fabian polos sambil membuka selimut yang menutupi tubuhnya lalu terduduk di atas tempat tidur. Moreno bergegas mengulurkan tangannya dan memeluk tubuh mungil itu erat. Laki-laki itu tidak pernah mengira kalau anak kandungnya ternyata bersamanya selama ini

  • SCANDAL   BAB 63 - sang buah hati

    “Wie, aku mau ke atas dulu. Thanks untuk kopi dan roti isinya, mumpung masih gelap, kamu bisa kembali tidur. Udah dulu ya.” Dewi hanya mengangguk saat Moreno berlalu meninggalkannya dan bergegas naik ke lantai atas.Laki-laki itu teringat kalau Tsabitha sedang tidur di kamar Fabian. Moreno segera beralih ke kamar putra angkatnya itu, dibukanya perlahan pintu kamar itu dan dilihatnya mereka masih tertidur lelap. Bergegas dihampirinya ibu dan anak yang sedang tertidur nyenyak. Laki-laki itu lalu duduk di tepi ranjang sambil membelai rambut Fabian. Bocah cilik itu menggeliat kecil, Moreno jadi teringat ucapan Dokter Burhan yang mengatakan kalau Fabian ini mirip sama dirinya.“Apa iya, Bian memang mirip sama aku? Apa aku perlu melakukan test DNA, untuk memastikan kalau dia adalah anakku dan Bitha?” batinnya penasaran sambil terus membelai rambut cokelat bocah itu, Fabian kembali menggeliat kecil, membuat Tsabitha terbangun dan hendak menena

  • SCANDAL   BAB 62 - kepo berat

    “Anak itu adalah anak kalian berdua! Hahaha … iyaa anak kalian berdua yang telah mati! Mati! Hahaha … kamu kira anak kamu mati ‘kan, Reno? Padahal anak kamu masih hidup! Masih hidup! Hahaha …!” Moreno bingung dan tidak tahu dimana dirinya berada, semuanya serba gelap, hitam pekat dan hanya suara perempuan itu saja yang bergema di telinganya yang menyebutkan tentang anaknya yang telah mati. Dia berusaha mencari-cari darimana suara itu berasal? “Anakku! Anakku! Di mana anakku? Katakan di mana anakku? Katakan!” Moreno tampak begitu gelisah dalam tidurnya, berkali-kali dia menanyakan keberadaan anaknya. Rupanya pengakuan Bu Shanty tentang buah hatinya masuk ke dalam alam bawah sadar laki-laki itu, hingga mengganggu tidurnya. Moreno pun akhirnya terbangun dengan napas yang memburu dan terengah-engah, peluh tampak membasahi wajahnya. “Mimpi apa aku tadi?” ujar Moreno sambil mengusap wajahnya dan berusaha mengingat-ingat mimpi itu. “Say--…” Suaranya terhenti saat menoleh ke samping, tern

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status