" Kamu saudara yang paling dekat dengan Nisa. Apa kamu juga tidak tau Lel?" tanya Kang Sabar mendelik tajam.Leli terlihat salah tingkah. Entah apa yang diperbuat atau disembunyikan selama ini." Memangnya aku ini asisten pribadinya kang ?" jawab Leli ketus.Kang Sabar hanya geleng geleng kepala." Entah kapan engkau berubah Lel," Semua hanya diam. Kalut dalam pikiranya masing masing. " Toni bawa Nisa kemari." perintah Kang Sabar.Toni mendorong pelan kursi roda Nisa mendekat pada Kang Sabar. Dan Nisa masih diam mematung. Kang Sabar meraih tangan Nisa menciumi nya bertubi tubi dengan penuh linangan air mata." Ma afkan akang Nis. Akang keliru menikahkanmu dengan orang yang salah,"Aku menenangkan Kang Sabar. Tangisanya membuat tubuhnya berguncang hebat. Hatiku ikut tersayat melihat pemandangan yang memilukan ini. Berilah kesembuhan untuk Nisa, Tuhan. Agar Kang Sabar tidak terus merasa bersalah." Ton, antarkan aku pulang," ucap Leli tiba tiba." Sebentar lah mbak. Apa mbak tidak rin
" Mbak dia jahat," ucap Nisa lirih tapi aku mampu mendengarnya." Siapa Nis ?"tanyaku kaget sekaligus senang, Nisa mau berbicara.Tetapi Nisa tetap diam dan mengarahkan kepalanya ke pintu. Seolah olah memberi isyarat.Maksutnya siapa yang jahat ? Apa mereka yang keluar tadi ?" Siapa Nis ? Katakan saja," Tetapi Nisa tetap diam. Dan kembali mengisysratksn dengan mengarahkan kepala ke pintu." Toni ?"Dia menggeleng." Leli ?"Dia kembali diam. Tanpa merespon. Aku beradu pandang dengan Kang Sabar penuh tanda tanya. Apa yang sebenarnya terjadi ? Bertanya pada Leli pun juga percuma, dia pasti menolak untuk menjawab dengan segala kalimat ketusnya." Nisa bisakah kamu ceritakan yang sebenarnya terjadi ?"Dan lagi lagi Nisa hanya diam. Mungkin memang belum waktunya dia bercerita. Atau Nisa memang belum sanggup." Jahat,"Nisa kembali bergumam seperti itu." Siapa yang jahat ? Toni ?"Dia kembali menggeleng." Leli ?"Dan dia mengangguk.Oh Tuhan apalagi yang diperbuat Leli. Aku dan Kang Sab
Aku terdiam. Masih kaget tak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Nisa. Aku memang bukan pihak yang telah di duakan. Tetapi hatiku ikut sakit mendenganya. Apa lagi Nisa ada dipihak yang merasakan." Itulah lelaki mbak. Yang kita anggap baik, tidak sepenuhnya baik. Dulu yang aku anggap malaikat ternyata tak lebih dari setan yang tak mampu menjaga syahwat," Degg. Kalimat itu seperti menancap dalam sanubariku. Aku teringat Bsng Usman. Semoga dia tetap setia apapun itu jalanya." Pernikahan dengan cinta pun pasti akan gagal mbak kalau tidak ada komitmen di dalamnya," kata Nisa lagi dengan linangan air mata.Aku mengelus pundaknya menenangkan." Sudah Nis. Kadang kadang ujian datang bukan untuk melemahkan. Tetapi kadang ia datang justru untuk menguatkan."Nisa tersenyum. Lalu memeluk ku." Kuatkan aku ya mbak," ucapnya lirih.Aku mengangguk.Besok kita beri kejutan Toni dan Kang Sabar kalau kamu sudah sembuh ya,"***Hari semakin malam. Tetapi suamiku dan ibu mertua tampak belum pulang.
Aku menghela nafas panjang. Semoga tidak terjadi apa apa di dalam. Raut wajah Nisa juga langsung berubah pucat pasi. Bismillah kami buka pintu.Dan ternyata benar dugaanku, ada Tatang di dalam. Reflek Nisa langsung bersembunyi di balik punggungku.Kang Sabar dan Toni pasti terkejut melihat Nisa mampu berjalan dan sadar seperti biasa. Tetapi bukanya memberi kejutan seperti yang kami rencanakan, yang ada kami malah terkejut dengan kehadiran Tatang.Tatang langsung menghampiri Nisa dengan sorot mata yang tajam. Tapi sayang kedua tanganya langsung ditahan oleh Toni." Mau kemana kamu ? Hah ?" kata Toni." Nisa, kenapa kamu ikut mereka tanpa seizinku ? Ayo kita pulang." ucapnya geram." Pulang kemana ? Ke rumah yang bagaikan penjara penyiksaan itu ?" kata Nisa dengan berani berteriak lantang." Tutup mulutmu Nisa. Bukankah kamu mrmbenci mereka ? Kenapa sekarang kamu bagaikan budaknya ?"" Apakah tidak keliru ? Jika aku hidup bersamamu, aku serasa menjadi budakmu. Yang harus diam melihat p
Rasa rasanya masalah tidak ada berhentinya menerpa. Satu susah selesai, satu lagi datang mengguncang. Dulu Narti yang lemah, yang selalu dihina saudara sekandung. Kenapa sekarang menjadi dominan ? Ahh aku sama sekali tidak berharap seperti itu. Aku hanya menolong saudaraku yang tertimpa musibah. Tidak ada maksud menonjolkan diri atau apapun sejenisnya.***Dan ini hari keduaku tanpa ditemani suamiku. Pun tanpa aku tahu kabar dan keberadaanya. Apakah dia sudah makan ? Apakah dia masih menjaga lima waktunya ? Aku sama sekali tidak tau. Semoga dimana pun Bang Usman berada, dia selalu mengingatku dan juga kedua buah hatinya.Saat aku keluar kamar, tak sengaja aku bertemu ibu mertua dan Tante Mira mungkin selepas bekerja." Bu, Bang Usman kok nomor handphone nya tidak bisa dihubungi ?" tanyaku." Lebay banget sih kamu Narti. Itulah resiko menjadi istri seorang bisnis man. Untung untungan lho kamu berjodoh dengan Fandi. Pewaris tunggal kerajaan bisnis Arifandi Group," kata Tante Mira denga
" Aku yang menyuruhnya menggoda Tatang," ucap Sobri yang tiba toba datang.Leli melipat tanganya di dada. Tersenyum sinis merasa menang. Kami yang ada disitu semakin merasa kebingungan." Atas dasar alasan apa kamu melakukan perbuatan keji itu ? Apa kamu tidak berfikir ada Nisa dibaliknya ?" tanya Kang Sabar mendelik tajam.Ku lihat Nisa mulai berlinang air mata. Rumah tangga yang dibangun dihancurkan secara sengaja bahkan oleh keluarga kakak kandungnya." Aku tidak mau Tatang diangkat menjadi sekretaris desa mengganti Pak Wardoyo yang sudah pensiun. Enak saja. Aku yang lebih dahulu menjadi perangkat desa,"Kang Sabar menelungkupkan wajahnya ke tembok. Mungkin beliau sama terkejutnya seperti aku. Benar benar muak dengan jalan pikiran keluarga Leli. Hanya harta dan tahta yang ada di benaknya." Hanya karena harta dan tahta, lantas engkau tega mengorbankan Nisa ?" tanyaku penuh amarah." Peduli apa aku. Saudara tetap sudara. Tetapi yang namanya kehidupan tetap dijalani masing masing,"
" Memangnya abang darimana ?"Bukan malah menjawab, air mata Bang Usman malah mengalir semakin deras. Baru kali ini ku lihat Bang Usman menangis sehisteris ini selama lebih dari sepuluh tahun menemaninya hidup bersama." Abang merasa bersalah sekali sama kamu, Neng,"Aku semakin bingung dengan ucapan suamiku sendiri. Aku bertanya, jawabanya tidak langsung ke topik masalah. Tetapi malah berputar." Sudah bang. Eneng sudah mema afkan. Lagipula abang juga sudah kembali kan. Wajar kok ibu menyuruh abang untuk belajar bisnis. Kan nantinya, abang yang akan meneruskan usaha ibu," ucapku seraya beranjak dari ranjang, mengambilkan baju suamiku agar ia mandi terlebih dahulu." Mandi dulu bang, baru istirahat,"Bang Usman mengangguk lesu. Mungkin ia sedang lelah. Maklum ini pengalaman pertamanya harus meninggalkan rumah tiga hari lamanya.Saat Bang Usman masuk ke kamar mandi, aku bongkar kopernya untuk mengeluarkan baju baju kotor. Saat ku buka kopernya bau melati menyeruak dari dalam. Bau yang
Mama ?Apa aku tidak salah dengar ?" Wah mama tidak ada. Tapi duduk sebentar bolehlah," kata Tante Mira dengan hangat.Oh mungkin ia menanyakan keberadaan mamanya disini. Tapi sayangnya tidak ada." Bi, buat minum buat Tina ya ? Sini biar saya yang ngantar," tawarku" Tapi nya. Ini tugas saya," jawab Bi Nah sungkan." Sudah tidak apa apa bi. Saya cuma membantu,"Jujur, aku masih penasaran dengan panggilan itu. Apa yang mereka bicarakan setelah ini. Keduanya terlihat lebih sumringah dari biasanya." Pulangnya nanti saja ya Mir. Sekalian menunggu," kata Tante Mira mengerlingkan mata." Iya deh tante,". Tina tersipu malu" Permisi. Mbak Tina, silahkan diminum dulu," ucapku mempersilahkan." Hai Mbak Narti. Apa kabar?" tanya Tina. Tumben sekali ia bersikap baik kepadaku." Alhamdulillah kabar baik mbak,"" Jangan pakai mbak. Tina saja,"Aku tersenyum mengangguk lalu melangkah pergi. Tak ada angin tak ada hujan, sikapnya berubah 360 derajat. Aku harus berfikir aneh atau tetap berfikir wa
Lima belas tahun kemudian..." Fandi, perkenalkan ini Fania. Anak dari rekan bisnis, ibu," kata ibu seraya memperkenalkan seorang wanita cantik, berkulit putih, tinggi semampai.Fandi hanya membalas uluran tanganya. Disertai senyum yang sedikit dipaksakan.Sudah puluhan kali mungkin, ibu mengenalkan Fandi pada wanita yang bisa di bilang cantik untuk ukuranya, tetapi sama sekali tidak ada satupun yang bisa mengetuk pintu hatinya." Ibu, sudah jangan terus menerus membawa wanita di hadapanku. Umurku juga sudah semakin tua. Aku muak," keluh Fandi pada ibunya." Ibu hanya ingin anak ibu punya pendamping itu saja. Ibu ingin ada yang menemani masa tua mu. Tidak seperti ibu yang kesepian." Ada Yumna bu. Dia kelak yang menemani ku,"Bu Maya menghembuskan nafas dengan kasar. Membuang pandangan ke luar jendela. Sedikitpun ia tidak dapat menyelami pikiran putranya itu." Kamu sadar kan Fandi. Yumna diasuh oleh Narti. Jadi kemungkinan besar ia juga akan dekat dengan ibunya. Untuk merebut hak asu
POV USMAN ARI FANDIAku tak menyangka bahwa langkahku berbakti pada surga ku benar benar menggores hati separuh jiwaku. Bukan segera mengharap kepergian Tina. Tetapi ku kira setelah kepergian Tina, semua akan berjalan kembali normal. Namun nyatanya Narti memiliki hati yang kokoh. Pernah suatu waktu dia berkata bahwa dia bukanya tidak menuruti suami. Tetapi dia lebih takut bahwa suaminya tak mampu berbuat adil.Ya aku harus akui. Karena dialah cinta sejatiku. Bahkan kebersamaan dengan Tina yang kata oramg memiliki kecantikan bak bidadari pun namun nyatanya cinta ini tetap tidak mau berbagi." Aku telah berhijrah. Aku telah berubah. Tidakah sedikit saja engkau mengatakan sayang padaku, bang ?" tanya Tina suatu malam." Kalau kamu berhijrah demi manusia, itu salah Tin,"" Permata indah memang tidak dilihat dari harta dan kecantikan raga. Tetapi dari keikhlasan dan ketulusan seorang wanita. Dan itu bagimu hanya ada pada Mbak Narti,"" Ma afkan aku Tin. Tapi memang itulah kenyataanya. Seki
" Aku sama sekali tidak tahu, neng. Jangan menuduh sembarangan tanpa bukti. Nanti bisa jadi fitnah." kata Bang Usman." Aku telusuri riwayat siapa saja yang mengunjungi Yuli. Ada nama Tante Mira. Apa salah jika saya bertanya ?"Bang Usman menyuruh asisten rumah tangga untuk memanggilkan Tante Mira. Dan selalu dengan wajah yang angkuh ia melangkah. Tatapan sinis tak pernah lepas dari pandanganya saat menatapku." Mau apa lagi kamu kesini ?" tanyanya ketus." Saya kesini bertanya secara baik baik. Apa Bu Mira mendoktrin Yuli agar membenci saya ?"" Bisa dijaga mulut kamu itu ? Jangan asal tuduh," " Saya bertanya bukan menuduh,". Aku berusaha menenangkan diri agar tidak larut dalam emosi." Sama saja,"" Ma af Bu Mira. Saya telusuri riwayat siapa saja yang mengunjungi Yuli. Terakhir tertera nama anda. Maka dari itu saya bertanya. Letak salahnya dimana ?"Bu Mira melengos menatap arah lain. Aku yakin ada yang tidak beres dengan nya. Dari bahasa tubuhnya. Dari mimik wajahnya." Kenapa Bu
" Ma afkan aku, Nis,". Leli langsung menjatuhkan diri di hadapan Nisa.Nisa diam mematung. Dia melirik ke arahku seolah penuh tanda tanya. Aku hanya mengangguk." Siapa ?" tanya Nisa seraya mengangkat Leli dari kaki nya. Dengan malu sekaligus takut, Leli memberanikan diri mendongakan wajahnya. Ku lihat wajah Nisa memerah tanganya mengepak. Aku pegang tangan itu. Aku takut Nisa berbuat nekat. " Kenapa setelah semuanya hancur baru berujar ma af ?" " Aku bertaubat Nis. Ma afkan aku,"" Andai ma af mbak berguna,"jawab Nisa singkat. Seraya meninggalkan Leli yang masih diam mematung di tempatnya.Aku terhenyak dengan perkataan Nisa. Sakit itu terlalu dalam." Nis, coba kamu fikirkan. Leli sudah menuai karmanya. Tolong ma afkan dia Nis. Kasihan dia,"" Mbak, mau dia menuai karma,mau dia mati pun tidak bisa menggantikan apa yang sudah hilang kan,"" Nis,mbak tau. Mbak juga belum pernah berada di posisimu. Tetapi kita sama nis.Sama sama pernah di khianati dalam ikatan suci pernikahan. Tetapi
" Leli," panggilku. Tidak salah dia Leli. Aku mengenalinya walaupun dengan penampilan yang berbanding terbalik dengan yang terakhir aku temui tempo hari.Wanita yang ku panggil hanya melengos masuk kedalam lagi dengan menelangkupkan tangan ke wajah. Seolah enggan menemui ku. Karena rasa penasaran yang tinggi, ku kejar dia. Kalau memang dia bukan Leli, kenapa harus lari.Ku buka tirai tanpa pintu itu dengan hati hati. Kepala ku menyembul kedalam. Wanita itu menangis di ujung ranjang yang reyot. Bahunya terguncang. Aku duduk di sampingnya. Ku pegang pelan ujung tanganya." Benar. Ini Leli adik mbak ?" tanya ku sehalus mungkin.Dia histeris. Berdiri dengan berlinangan air mata." Mau apa mbak kesini ? Mau menghinaku sekaligus mengusirku ? Hancurkan aku sekalian mbak," ucapnya pilu.Ku genggam tanganya. Ku dudukan lagi dia di sisiku. Tanganya masih bergetar. Tangisnya belum reda." Lel, mau seperti apapun aku ini adalah kakakmu. Setiap orang pasti punya salah dan masa lalu,"Serta merta L
" Sombong kamu Narti. Berapa sih uang mu dari hasil kerjamu menjadi babu di negara orang ? Paling tidak sampai setahun juga sudah habis," hina Tante Mira." Itu urusan saya Tante. Mau berapapun, setelah ini saya akan rebut hak asuh anak anak dari kalian,"" Apa bisa kamu menghidupi anak mu dengan layak hah ?" Seorang anak tidak perlu orang tua yang kaya. Tapi orang tua yang bahagia. Permisi,"Aku berpamit ke kamar Yuli. Putri ku tergolek lemah di ranjang. Badan kurusnya semakin membuat hatiku menjadi miris. Kupegang tanganya. Ku ciumi berulang ulang. Tak henti hentinya aku meminta ma af karena telah meninggalkanya.Mata itu terbuka perlahan." Bu, Yuli tidak tahan. Tolong belikan Yuli bu," ucapnya memelas. Tetapi air mataku semakin tumpah ruah. Permintaan yang tidak mungkin akan aku turuti." Yuli lawan ya nak. Itu haram. Yuli harus bisa," " Hanya dengan itu Yuli tenang bu. Tolong," kata Yuli bergetar.Ya Tuhan apa yang selama ini dialami Yuli. Hingga dia mengharapkan ketenangan. A
"Stop. Yuli tidak akan ikut siapa siapa,". Yuli akhirnya membuka suara setelah orang tuanya terlibat debat tak berujung. Tetapi jawabanya membuat hatiku mendesir. Apakah dia benci kepada ke egoisan orang tua nya ini. " Yuli punya istana sendiri," lanjutnya. Aku menyipitkan mata. Menautkan alis. Bertemu tatap dengan Nisa. Nisa mengisyaratkan terjadi sesuatu yang tidak beres dengan Yuli. Yuli melangkah pergi meninggalkan kami. Dengan refleks aku mengejar nya. Tetapi naas tangan Tante Mira berhasil menahanku." Mau kemana kamu ? Ini bukan rumah kamu. Tolong bersikap sopan."Ku hempaskan tangan Tante Mira yang mencengkram erat tanganku. Ini adalah reflek seorang ibu yang merasa bahwa putri kandungnya bermasalah. " Kang, tidakah kamu merasa aneh dengan Yuli ?"" Tidak ada yang aneh. Justru Yuli menikmati kehidupan ini,"Aku hanya menggeleng kepala dengan pemikiranya saat ini. Apa dia hanya disibukan dengan pekerjaan tanpa memperhatikan anaknya." Ma af ya semunaya. Ini cuma pendapat s
Yuli mana Nis ?"" Emm ma afkan saya mbak," Nisa menunduk. Raut mukanya berubah menjadi gelisah. " Yuli kenapa Nis ?"" Yuli dibawa Kang Usman mbak. Aku sudah mempertahankanya. Tapi mereka mengancam menjebloskan ke penjara tentang penculikan. Bagaimanapun bapak mereka masih ada mbak. Ma afkan aku mbak. Aku gagal menjaga mereka,". Nisa bersujud di kaki ku.Aku menangis. Bukan untuk menyalahkan Nisa. Tapi aku muak dengan perlakuan keluarga Kang Usman. Padahal dulu jelas jelas Yuli yang bersikeras ikut denganku. Dan Tante Mira mengatakan bahwa anak anak ku tidak ada disitu. Bahkan mengataiku tak becus menjaga anak anak. Betapa munafiknya mereka." Bangunlsh, Nis. Kamu tidak bersalah,"" Tapi aku gagal menjaga amanat dari Mbak Narti,"" Setiap kesulitan pasti ada ada jalan keluar yang menyertai Nis. Nanti kita bicarakan ya," kataku mengajaknya untuk masuk.Rumah Nisa tergolong mewah. Furniture nya menambah asri dan cantiknya rumah ini. Ruman dengan gaya eropa pasti membuat bangga pemilik
" Mbak boleh pinjam uang mu Nis ? Mbak ingin mengadu nasib di luar negeri. Mbak janji akan menggantinya,"Sebenarnya aku malu sekaligus takut dikira mengincar hasil penjualan rumah Nisa. Juga aku bingung bagaimana bicaranya untuk menitipkan anak anak ku pada Nisa.Nisa terdiam. Aku benar benar takut ia tersinggung. Lalu sejurus kemudian ia justru tersenyum." Tidak usah pinjam mbak. Ini adalah hak mba Narti. Dulu kami menjual rumah emak tanpa memberi hak yang seharusnya mbak Narti peroleh. Ini uang mbak Narti yang pernah Nisa pakai,"Air mataku luruh seketika. Keadaan yang mengguncang jiwa raga serta psikis Nisa nyatanya benar benar membuatnya berubah haluan. Membuatnya benar benar berubah ke arah yang lebih baik." Terimakasih banyak ya Nisa," ucapku terharu." Kenapa harus pergi keluar negeri mbak ? Apa tidak ada jalan keluar yang lain ? Kasian anak anak mbak. Apalagi Yumna masih kecil,"" Kalau aku terus terusan disini, entah kapan bisa membuat bahagia mereka. Aku tidak mau kehidup