Hendri yang mengamati bosnya dari jauh segera bergerak maju ketika Adrian terhuyung ke depan. "Pak apa anda baik-baik saja.""Lepas! Aku baik-baik saja. Hanya saja gempa bumi yang baru saja terjadi di tempat ini membuatku limbung sedikit. Tapi sekarang aku baik-baik saja."Hendri mengangguk tapi ia tidak bergeser dari tempatnya. Ia takut jika atasannya yang mabuk ini membuat ricuh di klub. Dengan bersandar di konter bar, asisten Adrian diam mengawasi sekitarnya. Sesekali mengamati dan mengawasi bosnya juga."One more bottle! Cepat!" Adrian menyingkirkan botol kosong itu dari hadapannya lalu meminta satu lagi botol yang baru.Dengan sigap bartender segera membuka botol baru untuk tamu VIP nya itu. Hendri yang melihat Adrian terus menegak habis botol keduanya itu segera bergerak mendekat. Dengan memapah tubuh atasannya ia membawa Adrian keluar dari klub itu.Ketika mereka hampir sampai di mobil, Adrian memuntahkan hampir sebagian
Yes Sarah ooohh aaahh ini nikmat." Adrian mendorong pinggulnya dengan keras. Masuk semakin dalam ke celah kewanitaan Sarah. Ia tidak menunggu sampai Sarah siap menerima dirinya. Dan itu membuat Sarah kesakitan. Adrian tidak seperti biasanya, ia memperlakukan Sarah secara kasar. Adrian yang mabuk bermaksud menghukum Sarah, ia akan menunjukkan siapa yang berkuasa di ruangan ini.Tubuh Sarah berguncang setiap kali suaminya mendorong dirinya kuat-kuat ke dalam dirinya.Laki-laki yang sudah dikuasai nafsu dan kemarahan menarik dirinya keluar dari dalam tubuh Sarah. Ia meremas kuat-kuat kedua bokong Sarah. Menamparnya dengan keras, membuat kulit putih itu memerah dan terasa perih di permukaannya. Ia mengulanginya beberapa kali hingga ia mendengar Sarah mengaduh kesakitan.Lalu ketika Sarah menyatakan kesakitannya, dengan tindakan yang berlawanan, Adrian menciumi kulit mulus itu dengan sangat lembut. Membuat keluhan Sarah seketika menjadi desahan kelegaan.
Sarah menangis diam-diam semalaman. Adrian yang tidur terlelap tidak mengetahuinya.Sarah merasa heran mengapa Adrian bilang mencintainya tapi menidurinya dengan sangat kasar. "Apakah cinta Adrian seperti itu? Kasar dan menyakitinya atau itu bukanlah cinta tapi hanya nafsu semata. Apa Adrian hanya menganggap Sarah sebagai obyek untuk pelampiasan saja.Padahal Sarah sudah mulai mencintainya dan ia merasa Adrian juga tulus padanya. Tapi setela kejadian tadi malam, Sarah tidak tahu apa yang sebenarnya Adrian rasakan sekarang.Sarah terbangun dengan selimut yang menutupi tubuhnya. Ia berbalik ke sisi Adrian tidur tapi ia tidak melihat Adrian di sana. "Apa Adrian sudah berangkat kerja? Atau ia masih berada di kamar mandi?" Sarah mencoba mendengar suara air di dalam kamar mandi namun sepertinya Adrian sudah berangkat.Lagi-lagi Sarah merasa aneh, mengapa keesokan harinya Adrian sudah pergi tanpa pamit pada Sarah. Tidak biasanya ia melakukan itu, biasanya den
Mike baru saja tiba di kantor Gilbert. Ia hendak mengambil cek yang dijanjikan Gilbert karena telah berhasil mendapatkan file Adrian. Dengan bersenandung kecil, ia masuk ke dalam ruangan Gilbert."Hai Gilbert, aku datang untuk mengambil cek yang kau janjikan!" Mike tersenyum lebar dan duduk dengan begitu santai di sofa kantor Gilbert.Bukannya disambut dengan ramah, Gilbert malahan memakinya kasar. "Dasar kau bajingan, masih kau berani datang kemari?" Gilbert yang melihat kedatangan Mike langsung saja mendorongnya ke pojok ruangan dan mencekal kerah kemeja Mike."Hey chill ada apa Gil?" kata Mike berusaha menenangkan Gilbert yang hendak menghantam wajahnya."Kau! Apa kau sengaja memberiku file yang salah Mike? Jangan-jangan kau bersekongkol dengan Adrian untuk menjatuhkan perusahaanku?" kata Gilbert menonjok dinding di samping wajah Mike."Me? bersekongkol dengan Adrian? Bajingan itu! Tidak akan, tidak jika dia adalah orang terakhir di dunia ini yang ha
Selesai memarahi Sarah. Mike langsung menghubungi Laura untuk menjalankan aksi balas dendamnya pada Sarah dan Adrian. "Selamat malam nona Laura." sapa Mike dengan ramah pada Laura di telepon."Maaf dengan siapa saya bicara?" bukannya balik menyapa, Laura malahan balik bertanya pada laki-laki penyapanya di seberang sana."Ini aku Mike! Apa kamu ingat kita bertemu di pernikahan Adrian. Aku kakak tiri Adrian, apa kau lupa? Janji kita untuk saling mendukung!""Ah Mike, maaf ternyata aku belum menyimpan nomermu. Sekali lagi maaf ya." kata Laura berpura-pura lupa. Padahal ia malas berhubungan dengan orang semacam Mike, jika saja bukan untuk Adrian tentu ia tidak akan berhubungan dengan Mike."Yeah, well. Aku hanya ingin bertanya apa kau masih berminat dengan adik tiriku yang sombong itu!" tanya Mike tanpa basa basi."Wah tentu saja, bukannya aku sudah bilang jika aku ingin menikahinya." kata Laura juga menjawab tanpa basa basi."Well aku punya cara untukmu agar b
"Permisi." Adrian meninggalkan Laura sendiri untuk pamit ke kamar kecil. Tanpa sepengetahuan Adrian, Laura menaruh pil tidur di red wine Adrian.Sebenarnya rencana Mike hanya sampai makan malam di restoran saja dan memberi foto Laura dan Adrian sedang makan bersama pada Sarah. Namun Laura ingin bertindak lebih jauh. Menurutnya kalau Sarah tidak melihat Adrian tidur dengan wanita lain maka ia tidak akan merasa sakit hati.Adrian yang sudah membuka dua botol wine, minum-minum sampai setengah mabuk karena merasa kecewa dengan Sarah. Ditambah dengan pil tidur Laura maka akan mudah sekali untuk membawa pria itu ke Penthouse-nya. Ia memiliki rencana jahat untuk Adrian di sana."Adrian cukup sudah minum-minumnya, ayo kita ke atas ya.""Ke atas? Untuk apa kita pergi ke atas?" kata Adrian setengah mabuk dan juga setengah mengantuk."Kamu tidak mungkin pulang dalam keadaan mabuk seperti ini kan? Sebaiknya kamu istirahat dulu di kamar Penthouse di atas." kata Laura ber
Adrian pulang dengan tanpa rasa bersalah seperti malam-malam sebelumnya. Adrian melihat Sarah sudah tertidur. Nyatanya Sarah hanya berpura-pura tertidur. Melihat Adrian yang pulang dengan pakaian yang sama membuat rasa marah di dalam dada Sarah semakin menjadi. Sedangkan Laura merasa senang ketika rencananya berhasil. Dia segera menyuruh orang memberi foto-foto itu pada Sarah. Sehingga pada siang hari tadi ia menerima foto-foto Adrian sedang makan malam berdua dengan Laura dari orang yang tidak dikenal.Laura sangat kesal setengah mati jadi ketika Ella menawarkan sebuah peran di film terbaru ia langsung saja menerimanya tanpa tahu dengan siapa lawan mainnya kelak.***"Barra???" kata Ella ketika ia bertemu dengan Barra di ruangan reading script. Pagi itu, Sarah yang ternyata mendapat proyek bermain film bersama Barra. Mantan kekasihnya yang masih mengharapkannya. Bertemu untuk pertama kalinya sejak Sarah menikah dengan Adrian."Long time no see Sarah,
Setelah selesai syuting, Ella membawa Sarah mampir ke sebuah kafe yang dekat dengan lokasi mereka syuting."Apa di sini tempatnya Ella?" kata Sarah memandang ke dalam kafe yang baru saja mereka masuki. Kafe itu bernuansa minimalis lengkap dengan desain interiornya yang bernuansa coklat kayu."Boleh ya kita mampir sebentar Sarah, tadi malam aku sangat kurang tidur jadi boleh kan kita mampir minum kopi sebentar di sini?""Hm... bagaimana kalau kita take away saja Ella?" kata Sarah mencoba memberi saran."Aku takut jika aku menyetir sekarang tanpa minum kopi aku akan tertidur saat menyetir Sar. Lagi pula ini satu-satunya kafe terdekat sebelum kita masuk ke dalam tol." jawab Ella diplomatis."Okey kalau begitu cepat pesan saja Ella, aku akan menunggu di sana." Sarah menunjuk salah satu meja yang berada di sudut ruangan. Tidak lupa Sarah memakai sun glasses-nya takut jika beberapa pengunjung mengenalinya sebagai aktris terkenal.Setelah kopi mereka tiba, Ella pami
Leo meraup tubuh Becca dan membawanya ke kamar mandi. Menurunkannya di bawah shower. Leo menyalakan air di shower itu dengan kecepatan yang pelan. Membuat air menimpa tubuh mereka yang panas."Akuilah Becca kamu masih mencintaiku, kalau tidak bagaimana kamu bisa mengerang begitu keras saat ku setubuhi tadi!""Tidak, aku tidak mencintaimu! Aku membencimu!"Melihat pemandangan tubuh Becca yang basah dan molek dan penolakannya yang munafik membuat hasrat Leo meledak.Dengan bernafsunya, Leo melumat bibir wanita itu, Becca menggigit bibir Leo sehingga pria itu menghukumnya dengan menarik putingnya keras dan saat Becca mengaduh, lidahnya membelit dengan bergairah memberikan kenikmatan luar biasa bagi mereka berdua.Leo mendesak kasar tubuh Becca hingga menempel ke tembok marmer dingin tempat mandi shower itu. Sehingga kedua bokong Becca menempel, menekan marmer yang terasa dingin di kulitnya itu."Aku akan membuktikan kalau kamu masih mencintaiku Becca! Aku akan m
Becca sangat cantik sekali, Leo mengakui itu. Ia seorang laki-laki normal. Apalagi ketika ia melihat puncak payudara Becca yang lebih menonjol dari yang diingat Leo. Mungkin karena ia menyusui putranya sehingga kedua putingnya terlihat lebih menggairahkan.Apalagi bagian intim Becca yang sangat dirindukan Leo untuk dimasukinya, membuat Leo meneguk ludahnya berkali-kali.Kejantanan Leo berdenyut-denyut. Miliknya telah menegang maksimal ketika membayangkan membenamkan dirinya jauh-jauh ke dalam tubuh Becca.Leo meruntuki dirinya sendiri karena merasa terangsang hanya karena melihat tubuh Becca yang telanjang."Please Leo...." desah Becca memohon, entah apa yang ia minta.Erangan pelan keluar dari mulut Becca ketika Leo melumat bibirnya. Lidahnya sangat menuntut Becca untuk membalas ciumannya. Mereka berciuman dengan tergesa membuat nafas Becca tersengal-sengal."I want you to ride me !" Leo mengangkat Rebecca ke atas pangkuannya.
Leo memecah jalanan Ibukota yang ramai dengan mobil sport nya. Informasi terbaru tentang Rebecca membuat ia melupakan sejenak gairahnya yang membludak. Ini teramat penting sehingga Leo menambah kecepatan mobilnya seperti pembalap yang sedang mengikuti lomba."Lacak di mana Rebecca sekarang berada dan tahan sampai saya datang!" Leo memberi perintah melalui pengeras suara teleponnya di mobil oada orang kepercayaannya.Konsentrasinya kembali terpusat pada jalanan di depannya. Ia tidak sabar untuk menemui wanita itu. Hanya dalam lima belas menit ia telah sampai di parkir VIP tempat Rebecca telah ditahan oleh orang kepercayaannya.Leo turun dari mobil dan menghampiri Rebecca yang tampak ketakutan dihadang orang tidak dikenal. Ternyata ia dipancing oleh orang kepercayaan Leo dengan iming-iming informasi terbaru tentang kedua orangtuanya yang masih ia cari sampai sekarang. Ia ditahan di sebuah mobil di parkiran VIP ini sambil menunggu Leo datang menjemputnya."Ikut aku!" Leo menarik tangan
Leo menemani Abigail berbelanja hampir ke seluruh store di mall itu. Mulai berbelanja tas, sepatu, pakaian dan juga aksesoris branded.Selama berbelanja, tubuh Leo bebas untuk digelayuti Abigail untuk bersandar, dipeluk dan digandeng."Okey sekarang barang-barang ini akan diantar langsung ke Penthouse mu Abigail! Karena sudah waktunya makan malam maka sebaiknya kita pergi ke sebuah restoran." usul Leo langsung ditanggapi Abigail dengan anggukan dan gandengan tangannya. Mengajak Leo ke sebuah restoran favorit gadis itu tidak jauh dari sana."Aku akan memanggil driver, jadi kita bisa membuka sebotol Champagne!" Leo memanggil pelayan dan segera menyuruhnya membawa dua gelas dan sebotol Champagne untuk mereka berdua.Abigail menyesap Champagne-nya, lalu Leo mengajaknya bertoast dan meminum Champagne itu sampai habis.Ketika ia lihat Abigail tampak sedikit mabuk, Leo mulai mengajukan pertanyaannya."Abi, apa benar Allen sudah menikah sekarang?" tanya Leo serius pada gadis yang mulai tersen
Selama lima tahun pria itu terus bersembunyi. Ia tidak bisa mempercayai siapapun sekarang. Tidak seperti lima tahun lalu saat ia mempercayai semua orang kepercayaannya dan juga asistennya yang tidak akan pernah mengkhianatinya. Tapi ternyata ia salah. Sampai ia mengetahui kebenarannya dari asisten yang telah menjadi orang terpercayanya sejak dulu.Kalau ia telah menikahkan putrinya pada orang yang hendak membalas dendam pada keluarganya. Pria itu marah dan menyesal setengah mati ketika putri tersayangnya sudah berada di negara belahan dunia yang lain.Pria itu pun sedang membangun kembali perusahaannya. Ia bekerja dengan diam-diam dengan menggunakan identitas lain dibantu oleh orang kepercayaannya.Di dunia bisnis ia dikenal sebagai pebisnis handal. Dalam jangka satu tahun satu perusahaannya berkembang menjadi 10 lalu dua tahun kemudian menjadi 50 perusahaan dan di tahun ke lima ini perusahaannya sudah bisa disejajarkan dengan perusahaan lamanya yang sudah diambil alih menantunya."Ap
"Rebecca, berhenti kamu! Berhenti!" suara Leo terdengar keras memerintah.Tubuh Rebecca gemetar seketika, ia harus memikirkan jalan keluar untuknya secepatnya. Ia tidak ingin bertatapan dengan Leo sekarang ini."Oh Tuhan apa yang harus aku lakukan!" bisik Rebecca berdoa dalam hatinya sementara ia mendengar langkah Leo terus mendekat di belakangnya.Saat ia mengira Leo sudah ada di belakangnya, Rebecca pun berbalik. Ia memasang wajah dingin dan acuh pada Leo di depannya."Oh Tuhan ini benar kamu Rebecca!" suara Leo begitu bergetar seperti seseorang yang sedang menemukan harta karun terbesarnya.Rebecca diam, memperhatikan apa yang akan dilakukan oleh Leo selanjutnya."Kemana saja kamu selama ini! Aku terus mencarimu tanpa henti!" Leo maju satu langkah namun secara refleks Rebecca pun mundur satu langkah. Menjauhi mantan suaminya itu."Maaf tapi aku harus pergi sekarang!" Rebecca menghindari tatapan Leo dan bermaksud seger
Matheo merogoh saku celananya, ia melihat kartu nama yang sempat diberikan Leo padanya."Apa aku boleh meneleponmu di nomer ini?" tanya Matheo pada Leo saat ia memberikan kartu namanya itu di lobi."Of course, kalau aku senggang tentu aku akan mengangkat telepon kamu. Kalau aku sibuk nanti aku akan menelepon kamu balik."Biasanya dia akan merasa terganggu dengan adanya anak-anak yang berisik tapi dia tidak merasa seperti itu pada Matheo."Baiklah kalau begitu aku akan meneleponmu jika kau tidak keberatan dengan itu!" Matheo mengulurkan tangannya mengajak Leo krmbali berjabat tangan menyetujui idenya.Leo tertawa sambil menyambut uluran tangan bocah itu. Entah mengapa dalam hatinya ia merasa sangat senang menghabiskan waktu bersama Matheo.Matheo memandang kembali kartu nama itu dan menaruh kontaknya di ponselnya. Ia lalu memandang Rebecca dengan lembut."Aku akan senang sekali kalau mom bisa berpacaran dengan pria baik i
"Tuan anda sangat tampan, apa anda sudah memiliki kekasih?" Matheo memperhatikan kenalan barunya itu, pria yang sangat tinggi dan tampan. tubuhnya bagus dan kokoh. Belum lagi pria itu sangat baik dan ramah terhadapnya.Leo tertawa anak kecil itu menanyakan apa ia memiliki kekasih, untuk apa ia perlu bertanya padanya."Kenapa? Apa ada seseorang yang ingin kau kenalkan padaku nak?" tanya Leo sambil tersenyum tipis."Tentu ada jika anda berminat berkenalan." jawab Matheo dengan cepat.Matheo memperhatikan jas yang dipakai pria itu dan jam tangannya terlihat sangat mahal dan pas di badan pria itu. Menyebabkan penampilan pria itu sangat sempurna dan tampak mahal.Leo tertawa, ia lalu mengelus rambut anak laki-laki itu."Itu bisa kamu lakukan nanti, mengenalkanku dengan wanita cantik dan baik tapi sekarang lebih baik kita mencari ibumu dulu. Mungkin sekarang dia sudah sangat khawatir kepadamu."Matheo mengangguk lalu berjalan bersama Leo, mencari ibunya di sekitar lobi. Namun ia tidak nelih
"Apakah itu tuan Leonardo Davis?" seorang wanita bergaun hitam berbelahan dada terbuka menatap penuh minat ke arah Leo yang sedang melintas di depannya."Ya betul itu tuan Leo, semakin tampan dan gagah saja setiap harinya. Tapi lihat siapa itu yang berada di sisinya? Pasti nona Abigail Burke!" wanita muda lainnya yang duduk bersama wanita bergaun hitam ikut memandang dan menimpali kata-katanya."Betul itu Abigail, gadis yang selalu berlagak seperti istri tuan Leo. Betapa menyebalkan! Lihat betapa mesranya dia menggandeng tangan tuan Leo. Aku benci tingkahnya yang seperti memiliki tuan Leo sepenuhnya padahal dia bukan siapa-siapa tuan Leo!" wanita ketiga yang duduk bersama itu menatap penuh iri ke arah Abigail.Pembicaraan ketiga wanita di restoran yang didatangi Leo dan Abigail terdengar samar di telinga Abigail dan membuat gadis itu semakin mengencangkan rangkulannya di lengan Leo."Dasar wanita-wanita yang iri! Lihat aku Abigail, satu-satunya wa