Mentari bersinar dari arah Timur, menjalankan rutinitasnya di pagi hari. Sinarnya menyusup masuk melalui celah-celah jendela pada setiap ruangan, sinar yang membawa kehangatan di setiap paginya.
Namun, keluarga Robertson seakan tidak menyambut pagi hari ini dengan keceriaan serta kehangatan seperti biasanya.
Pagi ini terlihat begitu berbeda dari biasanya, sedari tadi semua orang tidak ada yang ingin berbicara dengan Gio, jangankan berbicara melirik pun mereka tidak sudi.
Pagi yang biasa dihiasi canda, dan tawa pada keluarga Robertson sekarang seakan tenggelam, semua orang terdiam menatap nanar makanan di hadapannya, tertunduk lesu dengan air mata yang membasahi pipi.
Gio tidak mengerti dengan semuanya, apa yang telah terjadi sebenarnya? Sedari tadi dirinya bertanya tidak ada yang ingin menjawab.
Mereka pergi begitu saja meninggalkan sarapan pagi ini, Gio pun ikut beranjak
Ketika aku suka sesuatu di masalalu Bukan berarti aku juga menyukai itu hari ini.Tidak ada yang tahu masa depan atau apa yang akan mereka rasakan. ~Giorgio Edward Robertson~ Waktu menunjukan pukul 07:00 Gio baru saja keluar dari kamarnya, setelah selesai mandi. Dia tidak melihat Darren dengan Daniel di kamar tadi, mungkin mereka bangun lebih awal. Mereka memang satu kamar, di sini tersedia tiga sampai empat ranjang di setiap kamarnya kamar yang cukup luas dengan dua kamar mandi di setiap kamarnya. Pasti harga sewa sangat mahal untungnya mereka dikasih nginap geratis oleh Ayah Revan. Gio menuruni tangga dengan membenarkan tatanan rambutnya saat sampai tangga terakhir ia mencium aroma masakan yang sangat sedap, niatnya untuk keluar dia ur
Orang yang mengaku suka hujan pun akan berteduh, karena pada akhirnya kita tahu yang kita sukai pun dapat menyakiti. - -- "Hati-hati itu lic-" Belum sempat Gio menyelesaikan ucapannya, Salsa jatuh terpeleset dan membuatnya masuk kedalam air. Gio tidak tahu apakah Salsa bisa berenang atau tidak, itu membuatnya panik. "SALSA!!" teriak Gio. Gio mendekat pada titik Salsa terjatuh tadi, tetapi tidak ada tanda-tanda bahwa Salsa berada di bawah sana. Apa mungkin Salsa tenggelam? Pikiran Gio tidak karuan, dia langsung melepas sepatunya serta menyimpan kameranya lalu langsung saja dia menyelam masuk ke dalam air.
Hening, hanya terdengar percikan air yang diperas dari kain putih dan lembut itu, dilipatnya handuk kecil tersebut dengan dua kali lipatan lalu menempelkannya pada jidat seseorang yang sedang berbaring di atas kasurnya dengan mata tertutup. "Belum bangun juga?" Gio memasuki kamar yang ditempati Salsa melihat Salsa yang sedang berbaring di atas kasur dengan wajah yang lumayan pucat, bibir kering serta handuk kecil berwarna putih pada dahinya. Thania yang sedang duduk pada sisi kasur tepatnya di samping Salsa berpindah tempat, agar Gio bisa lebih dekat melihat Salsa. "Dia belum bangun dari tadi," ucap Thania. "Kita bawa ke rumah sakit aja kalo begitu," saran Gio, dia takut jika terjadi sesuatu dengan Salsa. "Nggak perlu, paling dia cuman kecapean aja, udah biasa kayak begini kok," jelas Audrey. Audrey lebih tahu Salsa karena mereka memang sudah bersama sedari kecil semenjak mereka berada di Bandung, bebe
"Siapa di sana?!" Seseorang berseragam Satpam itu memasuki kamar, karena mendengar kerusuhan dari bawah sana, sedangkan pemilik kamar sedang tidak berada di dalam. Seseorang dengan pakaian serba hitam itu langsung bersembunyi kala Pak Satpam mengetuk pintu, jika dia melompat sekarang pasti akan ketahuan jadi lebih baik dia bersembunyi saja, pikirnya. Sepertinya kamar mandi adalah tempat yang pas, langsung saja dia berlari menuju kamar mandi setelahnya ia langsung mengunci pintu. Kriet.... Suara pintu terbuka derap langkah kaki terdengar memasuki ruangan. "Maling di mana dirimu?!" ucap Satpam tadi.Matanya celingak-celinguk ke arah sekitar, dia menemukan ada sebuah guci yang tergeletak pecah di sana sudah jelas memang sedari tadi ada seseorang di sini. Sang satpam terus menelusuri setiap sudut kamar mencari sesuatu yang membuatnya curiga, dari belakang lemari, dibalik sofa,
"Udah! Yang penting mereka nggak ngejar kita lagi," ucap Revan kembali menormalkan kecepatan mobilnya. "Kayaknya perkiraan lo salah Van," ujar Gio, melihat banyaknya lampu kendaraan di depan sana yang sepertinya kumpulan orang-orang tadi, berbaris di tengah jalan menghadang mobil mereka tanpa memberikan celah sedikit pun. Membuat Revan mengerem secara mendadak. Citttt!! _____________________________________ "Anjirr! Siapa lagi nih?" Revan terpaksa menghentikan mobilnya karena beberapa motor sudah menghadang di depan sana. Salah satu dari gerombolan tersebut turun dari motornya, lalu menghampiri mobil mereka. "Keluar kalian semua!!" ucapnya dengan nada tinggi dan memukul kaca mobil dengan kasar. Mereka semua yang berada di dalam mobil panik, suasana dalam mobil mulai rusuh. "Kalian tenang, jangan khawatir, dan jangan takut." Gio menenangkan mereka sambil memikirk
Ditinggalkan atau meninggalkanSejatinya sama-sama beratKetika yang meninggalkan tidak akan pernah kembali, maka yang ditinggalkan hanya bisa terdiam sepi.-Author Malam harinya seseorang berseragam suster memasuki kamar Aleta yang memang tidak ada satu orang pun di sana kecuali Aleta yang sedang beristirahat. Dengan gerak-gerik yang sangat mencurigakan suster tersebut memasuki ruangan dengan mengendap-endap agar tidak ada seorang pun yang tahu, melihat Aleta yang sedang tertidur suster tersebut menyuntikan sesuatu pada infus milik Aleta dengan mata yang tetap mengawasi sekitar, setelah selesai dengan aksinya dia langsung keluar dari ruangan tersebut. Seseorang bersembunyi di balik dinding, menatap pintu ruangan Aleta lalu tersenyum kemenangan melihat Suster tadi telah berhasil menjalankan tugasnya. "Selamat jalan Aleta," ucapnya tersenyum puas. Arkan kem
Jangan menganggap kau hanya sendiri. Melupakan mereka yang peduli denganmu Ingatlah, dibalik cobaan yang Tuhan berikan Tidak akan melewati batas kemampuan umatnya.-Perlahan kesadaran Salsa hilang, Salsa pingsan dengan posisi memeluk gundukan tanah yang basah, ditambah guyuran hujan membuat tanah tersebut menempel pada bajunya.Seseorang datang menghampiri Salsa tanpa membawa payung membuat dirinya ikut basah. Dia menatap Salsa yang sudah tergeletak tak sadarkan diri, lalu dia menggendong Salsa ala bridal style dan membawanya menuju mobil untuk kembali ke rumah sakit._________________________________________"Maafin gue Sal," ucapnya menatap Salsa yang sudah berada dalam gendongannya."Ngapain tuh bocah?" tanya Gio yang ntah pada siapa, karena dirinya hanya sendiri di dalam mobil. Melihat Salsa yang terjatuh pingsan, Gio langsung mencari payung untuk menghampirinya tetap
Rasa itu datang secara tiba-tiba bukan aku yang memintanya, melainkan kau yang membuatku terjerat dalam rasa ini~Giorgio Edward Roberson~ Hari ini Salsa mulai kembali bersekolah seperti hari-hari sebelumnya.Salsa harus bangkit, Salsa tidak bisa terus menerus terpuruk menyendiri dalam keheningan. Pagi ini Gio sudah stay di depan rumah Salsa, duduk bersandar pada kap mobil dengan memainkan ponselnya. Gio sudah berjanji kepada Salsa jika hari ini dia akan menjemputnya. Salsa keluar dari dalam rumahnya lengkap dengan seragam putih abu serta almamater sekolah. Gio sepeechless melihat penampilan Salsa hari ini, ada yang berbeda dari penampilan Salsa kali ini biasanya Salsa akan mengikat rambutnya setiap kali pergi ke sekolah tanpa menggerainya. Tetapi kali ini, Salsa tidak mengikat rambutnya melainkan menggerainya.Yang
Cinta yang sesungguhnya adalah mereka yang tak berkata tapi bertindak. Dan bukan melepaskan, tetapi mengikhlaskan.Disaat mata itu mulai terbuka timbul berbagai macam pertanyaan yang muncul dalam benaknya. Ini di mana, sedang apa aku di sini? Kenapa aku bisa ada di tempat ini? Mengapa kepalaku rasanya sangat berat, dan seluruh tubuh ini seperti remuk tak berbentuk bahkan untuk bergerak saja rasanya sakit. Benak seorang gadis malang yang tak pernah ingin berada dalam situasi seperti sekarang.Ingatannya berputar pada kejadian di hari itu, Salsa memejamkan matanya sesaat. Suara klakson kereta api melebihi kerasnya klakson truk maupun bus, yakni berfrekuensi sebesar 400-700 HzV. Anehnya kenapa saat Salsa akan melintasi perlintasan kereta api tersebut, seakan dia tiba-tiba tuli tak mendengar suara apapun, atau mungkin karena Salsa sedang panik waktu itu mengingat Gio yang berlumur darah
Sahabat.Kita memang dipertemukan oleh pendidikan, tapi seiring berjalannya waktu kebersamaan kita menciptakan sebuah kekeluargaan. Apa itu sahabat? Orang pikir sahabat adalah mereka yang selalu bersama kita disaat suka maupun duka, kenyataannya tidak lah seperti itu. Terkadang yang selalu bersama kita pun mempunyai niat lain bukan untuk menjadi sahabat melainkan memanfaatkan. Perlu diketahui jika sahabat yang sebenarnya adalah mereka yang selalu memberi support system, bukan hanya itu mereka juga teman yang baik paling tidak pendengar yang baik. Dia memperhatikan bagaimana hal sehari-hari yang remeh-temeh mempengaruhi kita. Dia tidak bisa membaca pikiran kita tapi dia tahu kapan kita sedang berbahagia, sedih, bersemangat atau cemas. Seperti persahabatan antara Salsa, Gio, dkk. Bahkan disaat Sals
Sesakit apapun fisiknya, hati akan jauh lebih merasakan sakit ketika separuh jiwanya tengah terluka.Ternyata apa yang Ethan ucapkan tadi pada Revan dan Galih hanya omong kosong belaka, dia bilang akan pulang sebentar untuk bersih-bersih ternyata Ethan malah menuju rumah sakit sebelah yang tidak jauh dari rumah sakit tempat Gio dan Salsa dirawat.Sesampainya di parkiran rumah sakit Ethan memarkirkan mobilnya, dengan cepat lelaki itu keluar dari mobil sampai-sampai dia lupa jika sudah meninggalkan ponselnya di dalam mobil. Kaki panjangnya melangkah dengan cepat menyusuri koridor, melewati beberapa ruangan wajahnya terlihat marah tangannya pun mengepal kuat, ntah siapa yang akan Ethan temui sampai membuatnya bersikap aneh seperti itu.Tepat di depan salah satu ruangan Ethan menghentikan langkahnya, menarik nafas panjang lalu kakinya kembali melangkah untuk memasuki ruangan itu. Di dalam sana terdapat seorang
Bukan dunianya yang kejam, tetapi manusianya yang tidak bisa memanusiakan, manusia.Suasana kali ini cukup panas karena perdebatan dua orang yang terpaut usianya cukup jauh, yang satu masih remaja sedangkan satunya lagi sudah berkepala empat. Aksi cekcok itu terjadi karena keduanya yang saling menyalahkan, tepatnya di hadapan Polisi. Mereka sedang diwawancarai oleh pihak kepolisian atas kejahatan yang telah mereka lakukan, terduga kejahatan tersebut sudah direncanakan sejak lama, dan disusun sedemikian rupa."Saudara Dirga, jadi benar jika anda adalah dalang dibalik kejahatan yang diterima oleh keluarga Pak Agra?" tanya Pak Polisi yang berada di hadapan mereka."Benar pak! Semua ini salah dia!" Rio berseru dengan lantang."Tutup mulut kamu Rio!" bentak Dirga. "Dasar anak tidak tahu terima kasih."Ucapan Rio tadi cukup menyulut emosi Dirga, tetapi
Matanya perlahan terbuka, samar-samar ia seperti menangkap bayangan seseorang yang akhir-akhir ini terus berada dalam pikirannya, seakan tidak percaya Gio berusaha menyadarkan dirinya dengan kembali menutup matanya dan membukanya kembali, berulang kali dia melakukannya sampai pada akhirnya Gio benar-benar sadar jika apa yang dilihatnya bukanlah halusinasi semata. Melihat gadisnya tak sadarkan diri di hadapannya dengan posisi yang sama-sama terikat oleh tali. Gio rasa ia sudah gagal melindungi Salsa, amanah dari Juna belum sepenuhnya Gio laksanakan seharusnya Salsa tidak berada di tempat ini. Gio benar-benar khawatir melihat keadaan Salsa sekarang, ntah bagaimana bisa Salsa sampai sini dalam keadaan pingsan pasti terjadi sesuatu padanya. Gio sekarang sangat merasa bersalah karena tidak bisa melindungi Salsa, sekarang malah Salsa yang kena imbasnya, rasanya air mata ingin tumpah melihat orang-orang sekitarnya satu persatu terluka karenanya
Bugh! Satu pukulan tersebut mampu membuat seseorang tersungkur, beberapa pria berbadan besar dengan seragam yang sama-sama serba hitam itu langsung maju bersiap untuk membalas tetapi, langsung dihentikan oleh Dirga yang mengangkat tangannya sambil berusaha bangun dibantu dengan beberapa anak buahnya, dengan sombongnya dia meludah tepat di hadapan Agra. Agra yang sudah tak lagi dapat menahan amarahnya dia kembali maju dan meraih kerah kemeja Dirga, lagi-lagi beberapa anak buah Dirga maju bersiap menghentikan Agra tetapi Dirga melarangnya dan membiarkan Agra. "Hentikan semua ini!" ucap Agra penuh penekanan. Prok! Prok! Prok!... Dirga tertawa sambil berte
Jangankan orang yang baru kita kenal, Bahkan seseorang yang berkata mencintai kita pun dia bisa pergi karena setelah kamu, Masih ada prioritas yang lebih besar yang dia prioritaskan.Sekarang satu rombongan terpisah menjadi dua, mobil Garaga sudah jalan lebih dulu sedangkan mobil Ethan sempat tertinggal karena harus mengisi bahan bakar, begitu juga dengan Galih yang membawa motor, dia selalu membuntuti mobil Ethan. Galih membawa motor sendiri dengan alasan tidak ingin mabuk karena naik mobil, sebenarnya tidak sampai muntah-muntah hanya saja perutnya selalu tidak enak jika terlalu lama di dalam mobil.Kini mobil Ethan melaju dengan sangat lancar melewati jalanan dengan aspal hitam serta udara yang cukup sejuk karena mereka sudah memasuki kawasan bukit, terlihat dari sekitar yang penuh dengan pepohonan dan udara yang berbeda.Sebenarnya jarak yang mereka tempuh masih sangat jauh, Ethan melihatnya
Manusia selalu gegabah memutuskan suatu keputusan ketika emosi menyelimuti.•-•Betapa jahatnya takdir yang membuat rindu ini bergerumuh tanpa henti, tanpa pengobatan akan kehadirannya walau hanya lewat mimpi. ^-^---"Bokap gue punya villa di puncak, tapi villa itu udah kosong sih bisa jadi Bokap gue suru Rio bawa Gio ke tempat itu 'kan?" ucap Garaga setelah sekian lama dia berpikir sambil menunggu Ethan yang tengah melacak lokasi di mana keberadaan Gio."Bisa jadi, kita harus coba cek ke sana," ucap Darren menanggapi."Tapi, villa itu udah kosong sejak 5 tahun yang lalu apa mungkin?" tanya Garaga terselip sedikit rasa ragu dalam benaknya.
Bahagia itu akan datang tepat pada waktunya, semua orang menunggu waktu di mana kebahagiaan itu akan tiba sampai-sampai mereka melupakan sesuatu jika hal sekecil atom pun mampu membuat orang tersenyum.0_0Salsa diam termengu dalam duduknya. Menunduk lesu, matanya menatap ujung sepatu miliknyanya yang terkena sedikit lumpur, beralih pada tali sepatu yang terikat tidak benar. Sudut bibir Salsa sedikit terangkat dikala mengingat kebersamaanya dengan Gio, biasanya jika Gio melihat tali sepatunya yang terikat tidak benar dia akan marah-marah dan terus berbicara.Lalu Gio akan berakhir mengatakan, 'bisa nggak kalo nggak ceroboh? Kayaknya lo idup cuman buat bikin gue repot ya, ini jangan sampe lepas lagi kalo lepas langsung benerin, nanti kalo gak sengaja keijek talinya lo bakal jatuh gue kan gak mau liat lo luka.' Begitulah Gio