Jangan menganggap kau hanya sendiri. Melupakan mereka yang peduli denganmu Ingatlah, dibalik cobaan yang Tuhan berikan Tidak akan melewati batas kemampuan umatnya.
-
Perlahan kesadaran Salsa hilang, Salsa pingsan dengan posisi memeluk gundukan tanah yang basah, ditambah guyuran hujan membuat tanah tersebut menempel pada bajunya.
Seseorang datang menghampiri Salsa tanpa membawa payung membuat dirinya ikut basah. Dia menatap Salsa yang sudah tergeletak tak sadarkan diri, lalu dia menggendong Salsa ala bridal style dan membawanya menuju mobil untuk kembali ke rumah sakit.
_________________________________________
"Maafin gue Sal," ucapnya menatap Salsa yang sudah berada dalam gendongannya.
"Ngapain tuh bocah?" tanya Gio yang ntah pada siapa, karena dirinya hanya sendiri di dalam mobil. Melihat Salsa yang terjatuh pingsan, Gio langsung mencari payung untuk menghampirinya tetap
Rasa itu datang secara tiba-tiba bukan aku yang memintanya, melainkan kau yang membuatku terjerat dalam rasa ini~Giorgio Edward Roberson~ Hari ini Salsa mulai kembali bersekolah seperti hari-hari sebelumnya.Salsa harus bangkit, Salsa tidak bisa terus menerus terpuruk menyendiri dalam keheningan. Pagi ini Gio sudah stay di depan rumah Salsa, duduk bersandar pada kap mobil dengan memainkan ponselnya. Gio sudah berjanji kepada Salsa jika hari ini dia akan menjemputnya. Salsa keluar dari dalam rumahnya lengkap dengan seragam putih abu serta almamater sekolah. Gio sepeechless melihat penampilan Salsa hari ini, ada yang berbeda dari penampilan Salsa kali ini biasanya Salsa akan mengikat rambutnya setiap kali pergi ke sekolah tanpa menggerainya. Tetapi kali ini, Salsa tidak mengikat rambutnya melainkan menggerainya.Yang
Bel pulang sudah berbunyi sekitar 15 menit yang lalu, Gio masih berada di parkiran menunggu Salsa yang tak kunjung datang, Audrey berkata Salsa sedang mengembalikan buku yang dia pinjam dari perpustakaan sekolah, Salsa juga meminta tolong kepada Audrey agar membawakan tasnya dan menunggunya di parkiran. Ada rasa yang sedikit ganjal dalam diri Gio, dia merasa dirinya begitu gelisah, hatinya tidak tenang, rasa aneh ini muncul disaat seseorang berada dalam situasi yang sangat mengkhawatirkan sesuatu. Gio merasa khawatir akan sesuatu yang dia sendiri tidak mengetahui apa yang membuatnya khawatir. "Salsa mana sih? Kok lama banget!" Audrey ingin cepat-cepat pulang karena dirinya sudah lelah mengingat pelajaran tadi yang lumayan menguras otak, rasanya Audrey perlu marathon semalaman menonton Drakor agar otaknya kembali fresh. "Sabar sedikit lah Drey," ucap Thania, yang sedari tadi melihat Audrey tida
Sepulangnya dari sekolah Salsa menuju rumah sakit tempat beberapa minggu yang lalu mamahnya dirawat.Pihak kepolisian sudah menyelidiki mengenai kasus meninggalnya Aleta, karena saat kejadian beberapa bukti mengarah ke pembunuhan atau memang sengaja dibunuh dengan menyuntikan sebuah racun pada pasien. Salah satu dokter mengetahui kejadian tersebut saat dia menemukan bekas suntik serta wadah obat yang cukup membahayakan bagi manusia, karena penasaran alhasil dia mengecek ulang dan dokter tersebut berpikir jika salah satu orang telah menyuntikan cairan berbahaya ini pada pasiennya. Salsa menyusuri koridor rumah sakit dengan terburu-buru sambil terus mengecek ponselnya itu membuat Salsa tidak dapat melihat jika ada seorang anak kecil yang sedang berlari berlawanan arah dengannya dan terjadilah Salsa dengan tidak sengaja menabraknya membuat anak kecil itu terjatuh. "Aduh! Maaf ya, Kakak nggak sengaja," ujar Salsa m
Matahari bersinar menyapa pagi.Tak ada pagi yang indah tapa sambutan darinya, sang surya mulai naik menandakan pagi yang akan usai berganti dengan siang, kehangatannya mampu menembus jaket kulit yang Gio kenakan. Kehangatan pagi hari yang membuat suasana hati menjadi hangat, tetapi suasana hangat itu seketika berubah menjadi panas dikala perdebatan di suatu ruangan yang sangat hebat membuat emosi mereka saling beradu, untungnya Gio berada di ruangan yang berAC. Gio baru saja sampai di sekolah, dia sedikit terlambat karena harus mengantarkan kedua adiknya Alkana dan Alkuna untuk berangkat sekolah dan kembali lagi untuk menjemput Angga dan Anggi, Gio merasa seperti supir hari ini itu karena mobil yang biasa Angga bawa sedang berada di bengkel begitu pula dengan motor Gio. Di sini sekarang Gio berada, Ruang Kepala Sekolah. Tadi Darren menelponya karena harus menyelesaikan permasalahan kemaren, Gio menyetujuinya dan dia langsung menuju R
Jika cemburu itu wajarMaaf, mulai hari ini aku akan selalu merasa cemburu kepada siapa pun yang berada di sekitarmu.~Giorgio Edward Robertson~ "Ren!" Seseorang memanggil Darren yang berada di sampingnya. "Hmm?" sahut Darren, dengan mata yang tak lepas dari layar pipih yang kini menampilkan game favoritnya. Jam terakhir untuk hari ini kosong, guru tidak masuk karena sedang mengadakan rapat untuk ujian kelas X11. Semua murid kelas IPA 1 bersorak gembira karena mereka terselamatkan dari ujian harian Pak Bambang, jamkos adalah salah satu surga dunia bagi para murid. "Kenapa tuh, bocah?" tanyanya, menunjuk Gio yang sedang duduk melamun pada kursi pojok bagian belakang, dengan earphon yang menutupi kedua telinganya serta mata yang terpejam. "Mana gue tempe!" jawab Darren tanpa melihat objek yang Andrian tunjuk, Andrian adalah
Ditinggal tanpa alasan atau menunggu tanpa kepastian nyatanya sama-sama menjengkelkan, tapi kau malah melakukan keduanya dalam waktu yang bersamaan. ~Salsabila Aurelia Dierja~ Gio membeli dua jus untuk dirinya dan juga Salsa, disaat akan kembali menghampiri Salsa Gio mendapat telpon dari Diva. Gio tersenyum menatap layar ponsel dengan nama Diva yang tertera di sana, sudah lama Gio tidak mendapatkan kabar dari Diva itu membuat Gio sedikit kehilangan harinya yang biasa dia habiskan bersama para sahabatnya termasuk Ethan dan juga Diva, tanpa mereka persahabatan pun kurang utuh. "Halo?" "Halo Gi, kamu bisa jemput aku nggak? Di bandara sekarang?" "Lo mau balik?" tanya Gio antusias. "Iya nih, baru aja sampe." "Ethan mana?" "Ethan nggak bisa nganterin aku pulang, dia ada urusan ka
Cinta melihat melalui teleskop, sedangkan cemburu, melihat melalui mikroskop. ~Josh Billings~ Waktu menunjukan pukul tujuh malam, sedari tadi Thania sudah membangunkan Salsa dengan berbagai macam cara yang pada akhirnya Thania harus mengorbankan kasurnya yang kini sudah basah terkena air yang tadi dia gunakan untuk menyiram Salsa agar cepat bangun.Tidak masalah bagi Thania untuk malam ini, dia akan tidur di kamar tamu. "Buruan pulang lo!" Thania kesal karena Salsa tak kunjung pulang, bukan berniat mengusir tetapi sedari tadi Arkan menelponya meminta agar Salsa cepat pulang karena Arkan bilang dia lapar belum makan sedari siang, dasar anak manja padahal dia bisa membeli makanan sendiri. Salsa pulang diantar Pak Dayat, supir yang bekerja di rumah Thania. Thania lah yang menyuruhnya karena sudah malam dan tidak baik bagi per
Sepulangnya dari kantor polisi Salsa dan Arkan langsung kembali ke rumah karena hari sudah larut. Kini Salsa berada di rooftop rumahnya, terdiam meratapi nasibnya, duduk berlawanan arah dengan Arkan yang membelakanginya, saling menyender satu sama lain. Salsa menelungkupkan kepalanya pada kaki yang ia lipat, terdiam dan berpikir mengapa hidupnya begitu buruk? Salsa rasa dunia seakan tidak menerima hadirnya, apa boleh Salsa berkata jika tuhan sangat tidak adil kepadanya? Itu sangat buruk. Jika Doraemon itu nyata, Salsa sangat ingin bertemu dengannya untuk meminjam mesin waktu yang akan membawanya ke masa lalu, Salsa sangat merindukan masa-masa di mana dirinya tidak merasakan kesedihan, masa-masa yang indah bersama keluarga yang lengkap dan bahagia.
Cinta yang sesungguhnya adalah mereka yang tak berkata tapi bertindak. Dan bukan melepaskan, tetapi mengikhlaskan.Disaat mata itu mulai terbuka timbul berbagai macam pertanyaan yang muncul dalam benaknya. Ini di mana, sedang apa aku di sini? Kenapa aku bisa ada di tempat ini? Mengapa kepalaku rasanya sangat berat, dan seluruh tubuh ini seperti remuk tak berbentuk bahkan untuk bergerak saja rasanya sakit. Benak seorang gadis malang yang tak pernah ingin berada dalam situasi seperti sekarang.Ingatannya berputar pada kejadian di hari itu, Salsa memejamkan matanya sesaat. Suara klakson kereta api melebihi kerasnya klakson truk maupun bus, yakni berfrekuensi sebesar 400-700 HzV. Anehnya kenapa saat Salsa akan melintasi perlintasan kereta api tersebut, seakan dia tiba-tiba tuli tak mendengar suara apapun, atau mungkin karena Salsa sedang panik waktu itu mengingat Gio yang berlumur darah
Sahabat.Kita memang dipertemukan oleh pendidikan, tapi seiring berjalannya waktu kebersamaan kita menciptakan sebuah kekeluargaan. Apa itu sahabat? Orang pikir sahabat adalah mereka yang selalu bersama kita disaat suka maupun duka, kenyataannya tidak lah seperti itu. Terkadang yang selalu bersama kita pun mempunyai niat lain bukan untuk menjadi sahabat melainkan memanfaatkan. Perlu diketahui jika sahabat yang sebenarnya adalah mereka yang selalu memberi support system, bukan hanya itu mereka juga teman yang baik paling tidak pendengar yang baik. Dia memperhatikan bagaimana hal sehari-hari yang remeh-temeh mempengaruhi kita. Dia tidak bisa membaca pikiran kita tapi dia tahu kapan kita sedang berbahagia, sedih, bersemangat atau cemas. Seperti persahabatan antara Salsa, Gio, dkk. Bahkan disaat Sals
Sesakit apapun fisiknya, hati akan jauh lebih merasakan sakit ketika separuh jiwanya tengah terluka.Ternyata apa yang Ethan ucapkan tadi pada Revan dan Galih hanya omong kosong belaka, dia bilang akan pulang sebentar untuk bersih-bersih ternyata Ethan malah menuju rumah sakit sebelah yang tidak jauh dari rumah sakit tempat Gio dan Salsa dirawat.Sesampainya di parkiran rumah sakit Ethan memarkirkan mobilnya, dengan cepat lelaki itu keluar dari mobil sampai-sampai dia lupa jika sudah meninggalkan ponselnya di dalam mobil. Kaki panjangnya melangkah dengan cepat menyusuri koridor, melewati beberapa ruangan wajahnya terlihat marah tangannya pun mengepal kuat, ntah siapa yang akan Ethan temui sampai membuatnya bersikap aneh seperti itu.Tepat di depan salah satu ruangan Ethan menghentikan langkahnya, menarik nafas panjang lalu kakinya kembali melangkah untuk memasuki ruangan itu. Di dalam sana terdapat seorang
Bukan dunianya yang kejam, tetapi manusianya yang tidak bisa memanusiakan, manusia.Suasana kali ini cukup panas karena perdebatan dua orang yang terpaut usianya cukup jauh, yang satu masih remaja sedangkan satunya lagi sudah berkepala empat. Aksi cekcok itu terjadi karena keduanya yang saling menyalahkan, tepatnya di hadapan Polisi. Mereka sedang diwawancarai oleh pihak kepolisian atas kejahatan yang telah mereka lakukan, terduga kejahatan tersebut sudah direncanakan sejak lama, dan disusun sedemikian rupa."Saudara Dirga, jadi benar jika anda adalah dalang dibalik kejahatan yang diterima oleh keluarga Pak Agra?" tanya Pak Polisi yang berada di hadapan mereka."Benar pak! Semua ini salah dia!" Rio berseru dengan lantang."Tutup mulut kamu Rio!" bentak Dirga. "Dasar anak tidak tahu terima kasih."Ucapan Rio tadi cukup menyulut emosi Dirga, tetapi
Matanya perlahan terbuka, samar-samar ia seperti menangkap bayangan seseorang yang akhir-akhir ini terus berada dalam pikirannya, seakan tidak percaya Gio berusaha menyadarkan dirinya dengan kembali menutup matanya dan membukanya kembali, berulang kali dia melakukannya sampai pada akhirnya Gio benar-benar sadar jika apa yang dilihatnya bukanlah halusinasi semata. Melihat gadisnya tak sadarkan diri di hadapannya dengan posisi yang sama-sama terikat oleh tali. Gio rasa ia sudah gagal melindungi Salsa, amanah dari Juna belum sepenuhnya Gio laksanakan seharusnya Salsa tidak berada di tempat ini. Gio benar-benar khawatir melihat keadaan Salsa sekarang, ntah bagaimana bisa Salsa sampai sini dalam keadaan pingsan pasti terjadi sesuatu padanya. Gio sekarang sangat merasa bersalah karena tidak bisa melindungi Salsa, sekarang malah Salsa yang kena imbasnya, rasanya air mata ingin tumpah melihat orang-orang sekitarnya satu persatu terluka karenanya
Bugh! Satu pukulan tersebut mampu membuat seseorang tersungkur, beberapa pria berbadan besar dengan seragam yang sama-sama serba hitam itu langsung maju bersiap untuk membalas tetapi, langsung dihentikan oleh Dirga yang mengangkat tangannya sambil berusaha bangun dibantu dengan beberapa anak buahnya, dengan sombongnya dia meludah tepat di hadapan Agra. Agra yang sudah tak lagi dapat menahan amarahnya dia kembali maju dan meraih kerah kemeja Dirga, lagi-lagi beberapa anak buah Dirga maju bersiap menghentikan Agra tetapi Dirga melarangnya dan membiarkan Agra. "Hentikan semua ini!" ucap Agra penuh penekanan. Prok! Prok! Prok!... Dirga tertawa sambil berte
Jangankan orang yang baru kita kenal, Bahkan seseorang yang berkata mencintai kita pun dia bisa pergi karena setelah kamu, Masih ada prioritas yang lebih besar yang dia prioritaskan.Sekarang satu rombongan terpisah menjadi dua, mobil Garaga sudah jalan lebih dulu sedangkan mobil Ethan sempat tertinggal karena harus mengisi bahan bakar, begitu juga dengan Galih yang membawa motor, dia selalu membuntuti mobil Ethan. Galih membawa motor sendiri dengan alasan tidak ingin mabuk karena naik mobil, sebenarnya tidak sampai muntah-muntah hanya saja perutnya selalu tidak enak jika terlalu lama di dalam mobil.Kini mobil Ethan melaju dengan sangat lancar melewati jalanan dengan aspal hitam serta udara yang cukup sejuk karena mereka sudah memasuki kawasan bukit, terlihat dari sekitar yang penuh dengan pepohonan dan udara yang berbeda.Sebenarnya jarak yang mereka tempuh masih sangat jauh, Ethan melihatnya
Manusia selalu gegabah memutuskan suatu keputusan ketika emosi menyelimuti.•-•Betapa jahatnya takdir yang membuat rindu ini bergerumuh tanpa henti, tanpa pengobatan akan kehadirannya walau hanya lewat mimpi. ^-^---"Bokap gue punya villa di puncak, tapi villa itu udah kosong sih bisa jadi Bokap gue suru Rio bawa Gio ke tempat itu 'kan?" ucap Garaga setelah sekian lama dia berpikir sambil menunggu Ethan yang tengah melacak lokasi di mana keberadaan Gio."Bisa jadi, kita harus coba cek ke sana," ucap Darren menanggapi."Tapi, villa itu udah kosong sejak 5 tahun yang lalu apa mungkin?" tanya Garaga terselip sedikit rasa ragu dalam benaknya.
Bahagia itu akan datang tepat pada waktunya, semua orang menunggu waktu di mana kebahagiaan itu akan tiba sampai-sampai mereka melupakan sesuatu jika hal sekecil atom pun mampu membuat orang tersenyum.0_0Salsa diam termengu dalam duduknya. Menunduk lesu, matanya menatap ujung sepatu miliknyanya yang terkena sedikit lumpur, beralih pada tali sepatu yang terikat tidak benar. Sudut bibir Salsa sedikit terangkat dikala mengingat kebersamaanya dengan Gio, biasanya jika Gio melihat tali sepatunya yang terikat tidak benar dia akan marah-marah dan terus berbicara.Lalu Gio akan berakhir mengatakan, 'bisa nggak kalo nggak ceroboh? Kayaknya lo idup cuman buat bikin gue repot ya, ini jangan sampe lepas lagi kalo lepas langsung benerin, nanti kalo gak sengaja keijek talinya lo bakal jatuh gue kan gak mau liat lo luka.' Begitulah Gio