Tin! Tin! Tin!
Sebuah motor menghampiri Salsa, membuat Salsa terlonjak kaget dan langsung saja Salsa mengambil kembali air mineral yang tadi sempat terjatuh.
"Woy! Buruan!" ucap Arkan tak santai, sudah Salsa duga itu pasti Arkan.
"Berisik lo!" ucap Salsa sambil membuka air mineralnya lalu meminumnya.
"Lo sih, gue cariin juga taunya ada di sini."
"Gue tadi liat Papah," ucap Salsa menatap jalanan melihat mobil berwarna hitam itu yang kini sudah melaju perlahan hilang dari pandangannya.
"Papah?" beo Arkan, menepikan motornya agar tidak berada di tengah-tengah lalu menurunkan standarnya.
"Iyadah, emang Papah masih hidup ya kak?" celetuk Arkan bertanya.
"Lo kalo ngomong jangan ngada-ngada lo," ucap Salsa, biarpun Papahnya itu telah menelantarkan mereka tetapi rasa benci itu masih terhalang oleh rasa sayang yang begitu besar.
Bruk! "Aduh ...," ringis Salsa, kakinya tersandung. Bukan tersandung lebih tepatnya tali sepatu yang tidak terikat dengan benar, terinjak oleh kakinya sendiri. Namun, bukan kakinya yang sakit malah jidatnya yang menabrak sesuatu di sana, untungnya Salsa tidak terhuyung ke depan karena seseorang di hadapannya menahan tubuhnya. Salsa sedikit mendongak karena tingginya yang tak sejajar dengan orang tersebut. Menatap mata hitam, bening, dan sipit itu, turun ke arah hidung mancungnya yang membuat Salsa insecure, turun lagi ke arah bibir, bibirnya tersulam merah. Menandakan bahwa dia bukanlah prokok aktif maupun pasif. Pria itu mendekatkan wajahnya pada Salsa, membuat Salsa was-was. Ingin melepaskan diri namun waktu seperti berhenti didetik itu juga, Salsa menutup matanya rapat-rapat lalu,"Huft ...." Salsa mengerjapkan mata lucu, karena tiupan pada wajahnya membuat dia sadar dan langsung menjauh dari seo
Hari ini adalah hari terakhir UAS. Kelas 11 IPA 1Begitu tenang mengerjakan soal-soal yang terdapat pada kertas di hadapannya. Belum sampai setengah jam mengerjakan Darren sudah lebih dulu selesai, pelajaran Matematika adalah hal kecil untuknya karena dia sangat pandai dalam pelajaran tersebut, pelajaran yang paling dibenci oleh kebanyakan orang tetapi bagi Darren Matematika adalah teori hidup yang memiliki banyak cara penyelesaian. Saat ingin menuju meja guru untuk mengumpulkan lembar kerjanya seseorang mencekal lengan Darren, membuat Darren berbalik untuk melihat ke arah belakang. "Ren Lo udah selesai?" tanya Ethan tak percaya. "Udah," jawab Darren singkat. Saat ingin kembali untuk melangkah, lagi-lagi Ethan menahannya. "Nomor tiga esay dong?" rayu Ethan dengan pupy eyes-nya serta tangannya yang masih setia menggenggam tangan Darre
Duduk bersandar di atas kasur sambil membaca buku ditemani beberapa camilan di sampingnya. Salsa, malam ini lebih memilih mengurung diri di kamar menyelesaikan membaca buku yang beberapa hari lalu dia beli bersama Thania. Buku bergenre Fiksi Remaja itu seakan tidak lepas dari pandangannya, sedari tadi Salsa dibuatnya baper sampai-sampai membuatnya hampir menggigit bantal miliknya.Novel recommend dari Thania memang tidak bisa diragukan, karena Thania pecinta Novel apa lagi yang bergenre Fiksi Remaja. Thania memintanya untuk membeli buku ini karena Thania sudah membaca di aplikasi yang ada di ponselnya 'WATTPAD' itulah yang Thania katakan, jadilah Thania akan meminjamnya saja nanti pada Salsa. Katanya biar irit, yang ada malah medit.Tok! Tok! Tok!"Kak! Ikut nggak yuk?!" Teriakan serta gedoran pintu itu membuat Salsa terganggu, dan beranjak dari kasurnya.
Jangan buat dia suka sama loJika lo sendiri belum yakin dengan Perasaan lo sendiri. "Thanks," ucap Salsa dengan senyum manisnya, setelah turun dari motor Gio. Kini mereka sudah sampai di depan rumah Salsa. "Tunggu," cegah Salsa saat Gio ingin melajukan motornya. Gio mengangkat sebelah alisnya bertanya, Salsa melepas jaket Gio yang berada pada pinggangnya lalu mengembalikannya pada Gio. Setelahnya Gio langsung melajukan motor menuju rumahnya. Tak butuh waktu satu menit Gio pun sampai di halaman rumahnya, Gio langsung memarkirkan motornya dan dengan tidak sengaja Gio melihat Ayahnya di taman yang berada di samping rumahnya sedang menelpon seseorang dengan wajah yang begitu serius sambil marah-marah karena terlihat dari raut waja
Salsa mulai mengajari anak-anak tersebut dengan telaten dibantu oleh Gio, Melihat mereka yang terlantar di jalanan tidak mendapatkan pendidikan yang layak membuat Salsa berinisiatif untuk membantu mereka dengan mengajari mereka secara perlahan, membagi ilmu pengetahuannya kepada mereka biar pun mereka tidak sekolah setidaknya mereka sudah bisa membaca, menulis, dan menghitung. Mereka tidak memiliki waktu untuk belajar, waktunya terkuras habis untuk mulung lalu menjualnya agar mendapatkan uang untuk mereka bisa makan. Sunggguh miris hidup mereka. Dua jam berlalu acara belajar mengajar pun selesai, mereka juga sudah kembali ke tempat masing-masing. Biasanya Salsa datang ke tempat ini disaat dia tidak sedang sibuk. Tapi, seminggu sekali salsa pastikan akan datang untuk mereka. Salsa duduk di sebuah kursi yang terdapat di taman tersebut,
Pembagian Raport pun selesai, para wali murid keluar dari kelas dengan membawa Raport di tangannya. Berbagai ekspresi ditunjukan siswa maupun siswi di sana, ntah itu khawatir akan nilai yang didapatkan hasilnya tidak sesuai ekspetasi atau bahagia karena yakin dia akan mendapatkan nilai tertinggi. "Mah, gimana nilai Galih?" tanya Galih pada Mamahnya. Mamahnya itu hanya menggelengkan kepala, matanya menatap nyalang Galih membuat Galih was-was. "Parah-parah," ujar Mamahnya. "Jangan sampe deh, nilai gue di bawah KKM," ucap Galih menangkupkan kedua tangan berdo'a. "Udah!" ucap Mamah Galih, dengan Raport yang mendarat pada kepala Galih. &nbs
Mencintai seseorangYang tidak mencintai kita, dan sekeras Apapun kita berusaha dia tidak akanMelihatnya sama sekali Terlihat sebuah rumah yang cukup besar, halaman yang luas dihiasi dengan tanaman serta bunga-bunga yang begitu cantik.Desain rumah mewah dua lantai ini mengusung gaya mediterania yaitu konsep rumah modern nan elegan tapi klasik. "Assalamu'alaikum!" Ting tong! "SEBENTARR!!!" sahut seseorang dari dalam rumah tersebut dengan suara yang begitu memekakan telinga, membuat siapa pun yang mendengarnya akan menutup kedua telinganya rapat-rapat.
Mentari bersinar dari arah Timur, menjalankan rutinitasnya di pagi hari. Sinarnya menyusup masuk melalui celah-celah jendela pada setiap ruangan, sinar yang membawa kehangatan di setiap paginya. Namun, keluarga Robertson seakan tidak menyambut pagi hari ini dengan keceriaan serta kehangatan seperti biasanya. Pagi ini terlihat begitu berbeda dari biasanya, sedari tadi semua orang tidak ada yang ingin berbicara dengan Gio, jangankan berbicara melirik pun mereka tidak sudi. Pagi yang biasa dihiasi canda, dan tawa pada keluarga Robertson sekarang seakan tenggelam, semua orang terdiam menatap nanar makanan di hadapannya, tertunduk lesu dengan air mata yang membasahi pipi. Gio tidak mengerti dengan semuanya, apa yang telah terjadi sebenarnya? Sedari tadi dirinya bertanya tidak ada yang ingin menjawab. Mereka pergi begitu saja meninggalkan sarapan pagi ini, Gio pun ikut beranjak
Cinta yang sesungguhnya adalah mereka yang tak berkata tapi bertindak. Dan bukan melepaskan, tetapi mengikhlaskan.Disaat mata itu mulai terbuka timbul berbagai macam pertanyaan yang muncul dalam benaknya. Ini di mana, sedang apa aku di sini? Kenapa aku bisa ada di tempat ini? Mengapa kepalaku rasanya sangat berat, dan seluruh tubuh ini seperti remuk tak berbentuk bahkan untuk bergerak saja rasanya sakit. Benak seorang gadis malang yang tak pernah ingin berada dalam situasi seperti sekarang.Ingatannya berputar pada kejadian di hari itu, Salsa memejamkan matanya sesaat. Suara klakson kereta api melebihi kerasnya klakson truk maupun bus, yakni berfrekuensi sebesar 400-700 HzV. Anehnya kenapa saat Salsa akan melintasi perlintasan kereta api tersebut, seakan dia tiba-tiba tuli tak mendengar suara apapun, atau mungkin karena Salsa sedang panik waktu itu mengingat Gio yang berlumur darah
Sahabat.Kita memang dipertemukan oleh pendidikan, tapi seiring berjalannya waktu kebersamaan kita menciptakan sebuah kekeluargaan. Apa itu sahabat? Orang pikir sahabat adalah mereka yang selalu bersama kita disaat suka maupun duka, kenyataannya tidak lah seperti itu. Terkadang yang selalu bersama kita pun mempunyai niat lain bukan untuk menjadi sahabat melainkan memanfaatkan. Perlu diketahui jika sahabat yang sebenarnya adalah mereka yang selalu memberi support system, bukan hanya itu mereka juga teman yang baik paling tidak pendengar yang baik. Dia memperhatikan bagaimana hal sehari-hari yang remeh-temeh mempengaruhi kita. Dia tidak bisa membaca pikiran kita tapi dia tahu kapan kita sedang berbahagia, sedih, bersemangat atau cemas. Seperti persahabatan antara Salsa, Gio, dkk. Bahkan disaat Sals
Sesakit apapun fisiknya, hati akan jauh lebih merasakan sakit ketika separuh jiwanya tengah terluka.Ternyata apa yang Ethan ucapkan tadi pada Revan dan Galih hanya omong kosong belaka, dia bilang akan pulang sebentar untuk bersih-bersih ternyata Ethan malah menuju rumah sakit sebelah yang tidak jauh dari rumah sakit tempat Gio dan Salsa dirawat.Sesampainya di parkiran rumah sakit Ethan memarkirkan mobilnya, dengan cepat lelaki itu keluar dari mobil sampai-sampai dia lupa jika sudah meninggalkan ponselnya di dalam mobil. Kaki panjangnya melangkah dengan cepat menyusuri koridor, melewati beberapa ruangan wajahnya terlihat marah tangannya pun mengepal kuat, ntah siapa yang akan Ethan temui sampai membuatnya bersikap aneh seperti itu.Tepat di depan salah satu ruangan Ethan menghentikan langkahnya, menarik nafas panjang lalu kakinya kembali melangkah untuk memasuki ruangan itu. Di dalam sana terdapat seorang
Bukan dunianya yang kejam, tetapi manusianya yang tidak bisa memanusiakan, manusia.Suasana kali ini cukup panas karena perdebatan dua orang yang terpaut usianya cukup jauh, yang satu masih remaja sedangkan satunya lagi sudah berkepala empat. Aksi cekcok itu terjadi karena keduanya yang saling menyalahkan, tepatnya di hadapan Polisi. Mereka sedang diwawancarai oleh pihak kepolisian atas kejahatan yang telah mereka lakukan, terduga kejahatan tersebut sudah direncanakan sejak lama, dan disusun sedemikian rupa."Saudara Dirga, jadi benar jika anda adalah dalang dibalik kejahatan yang diterima oleh keluarga Pak Agra?" tanya Pak Polisi yang berada di hadapan mereka."Benar pak! Semua ini salah dia!" Rio berseru dengan lantang."Tutup mulut kamu Rio!" bentak Dirga. "Dasar anak tidak tahu terima kasih."Ucapan Rio tadi cukup menyulut emosi Dirga, tetapi
Matanya perlahan terbuka, samar-samar ia seperti menangkap bayangan seseorang yang akhir-akhir ini terus berada dalam pikirannya, seakan tidak percaya Gio berusaha menyadarkan dirinya dengan kembali menutup matanya dan membukanya kembali, berulang kali dia melakukannya sampai pada akhirnya Gio benar-benar sadar jika apa yang dilihatnya bukanlah halusinasi semata. Melihat gadisnya tak sadarkan diri di hadapannya dengan posisi yang sama-sama terikat oleh tali. Gio rasa ia sudah gagal melindungi Salsa, amanah dari Juna belum sepenuhnya Gio laksanakan seharusnya Salsa tidak berada di tempat ini. Gio benar-benar khawatir melihat keadaan Salsa sekarang, ntah bagaimana bisa Salsa sampai sini dalam keadaan pingsan pasti terjadi sesuatu padanya. Gio sekarang sangat merasa bersalah karena tidak bisa melindungi Salsa, sekarang malah Salsa yang kena imbasnya, rasanya air mata ingin tumpah melihat orang-orang sekitarnya satu persatu terluka karenanya
Bugh! Satu pukulan tersebut mampu membuat seseorang tersungkur, beberapa pria berbadan besar dengan seragam yang sama-sama serba hitam itu langsung maju bersiap untuk membalas tetapi, langsung dihentikan oleh Dirga yang mengangkat tangannya sambil berusaha bangun dibantu dengan beberapa anak buahnya, dengan sombongnya dia meludah tepat di hadapan Agra. Agra yang sudah tak lagi dapat menahan amarahnya dia kembali maju dan meraih kerah kemeja Dirga, lagi-lagi beberapa anak buah Dirga maju bersiap menghentikan Agra tetapi Dirga melarangnya dan membiarkan Agra. "Hentikan semua ini!" ucap Agra penuh penekanan. Prok! Prok! Prok!... Dirga tertawa sambil berte
Jangankan orang yang baru kita kenal, Bahkan seseorang yang berkata mencintai kita pun dia bisa pergi karena setelah kamu, Masih ada prioritas yang lebih besar yang dia prioritaskan.Sekarang satu rombongan terpisah menjadi dua, mobil Garaga sudah jalan lebih dulu sedangkan mobil Ethan sempat tertinggal karena harus mengisi bahan bakar, begitu juga dengan Galih yang membawa motor, dia selalu membuntuti mobil Ethan. Galih membawa motor sendiri dengan alasan tidak ingin mabuk karena naik mobil, sebenarnya tidak sampai muntah-muntah hanya saja perutnya selalu tidak enak jika terlalu lama di dalam mobil.Kini mobil Ethan melaju dengan sangat lancar melewati jalanan dengan aspal hitam serta udara yang cukup sejuk karena mereka sudah memasuki kawasan bukit, terlihat dari sekitar yang penuh dengan pepohonan dan udara yang berbeda.Sebenarnya jarak yang mereka tempuh masih sangat jauh, Ethan melihatnya
Manusia selalu gegabah memutuskan suatu keputusan ketika emosi menyelimuti.•-•Betapa jahatnya takdir yang membuat rindu ini bergerumuh tanpa henti, tanpa pengobatan akan kehadirannya walau hanya lewat mimpi. ^-^---"Bokap gue punya villa di puncak, tapi villa itu udah kosong sih bisa jadi Bokap gue suru Rio bawa Gio ke tempat itu 'kan?" ucap Garaga setelah sekian lama dia berpikir sambil menunggu Ethan yang tengah melacak lokasi di mana keberadaan Gio."Bisa jadi, kita harus coba cek ke sana," ucap Darren menanggapi."Tapi, villa itu udah kosong sejak 5 tahun yang lalu apa mungkin?" tanya Garaga terselip sedikit rasa ragu dalam benaknya.
Bahagia itu akan datang tepat pada waktunya, semua orang menunggu waktu di mana kebahagiaan itu akan tiba sampai-sampai mereka melupakan sesuatu jika hal sekecil atom pun mampu membuat orang tersenyum.0_0Salsa diam termengu dalam duduknya. Menunduk lesu, matanya menatap ujung sepatu miliknyanya yang terkena sedikit lumpur, beralih pada tali sepatu yang terikat tidak benar. Sudut bibir Salsa sedikit terangkat dikala mengingat kebersamaanya dengan Gio, biasanya jika Gio melihat tali sepatunya yang terikat tidak benar dia akan marah-marah dan terus berbicara.Lalu Gio akan berakhir mengatakan, 'bisa nggak kalo nggak ceroboh? Kayaknya lo idup cuman buat bikin gue repot ya, ini jangan sampe lepas lagi kalo lepas langsung benerin, nanti kalo gak sengaja keijek talinya lo bakal jatuh gue kan gak mau liat lo luka.' Begitulah Gio