Share

BAB 124

Penulis: irma_nur_kumala
last update Terakhir Diperbarui: 2023-04-22 13:33:58

6 bulan kemudian,

Sejak statusnya berubah menjadi satu-satunya nyonya rumah, pintu bangunan salah satu mansion terkunci dengan rantai besi. Meskipun dibiarkan kosong tanpa penghuni, namun keberadaanya akan tetap diingat oleh siapapun yang ada di mansion.

Lucca melarangnya untuk mendekati tempat itu apapun alasannya, namun Abigail selalu ingin pergi kesana. Sekedar ingin melihat juga memahami, kenapa wanita itu memilih menyerah akan cintanya dan pergi begitu saja. Abigail belum bisa melupakan perihal Rosetta meski sudah berlalu begitu saja.

Abigail memasuki satu-satunya kamar dalam bangunan itu yang dulu pernah dia datangi. Keadaanya masih tetap sama meski nampak berdebu. Rosetta meninggalkan barang-barangnya begitu juga lukisan Lucca. Entah apa yang dibawanya saat kabur dan tidak pernah terdengar kabarnya lagi hingga detik ini. Tidak tahu apakah dia masih hidup atau tidak. Lucca belum bisa menemukannya.

Saat ingin memeriksa beberapa laci di dekat tempat tidur, tiba-tiba tubuhnya t
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 125

    Sejak setengah jam yang lalu, Lucca nampak resah setelah anak buahnya melaporkan sesuatu padanya. Abigail yang sedang menikmati pastanya di salah satu restoran di Napoli jadi bertanya-tanya, kenapa Lucca nampak tidak tenang seperti itu. Saat ini memang sedang diadakan festival tahunan Naples hingga keadaan di luar begitu ramai. "Hei.” Abigail mengenggem jemari suaminya. "Apa terjadi sesuatu?" "Tidak. Habiskan saja makananmu." "Tapi ekspresimu begitu gusar." Lucca menghabiskan wine-nya, "Hanya kedatangan tamu tidak diundang." "Tamu?" Abigail menelengkan kepalanya. "Tamu penting?" "Tidak!" Lucca berdiri dari duduknya dan mengecup pipinya membuatnya bingung. "Kau tunggulah di sini sebentar. Aku akan membereskannya." Tamu yang sangat penting. Abigail tahu itu dari ekspresi Lucca dan sikapnya yang turun tangan sendiri. Abigail menatap punggung suaminya melalui dinding kaca yang perlahan menjauh dan menghilang di balik bayang-bayang bangunan. Menunggu selama beberapa saat hingga dia

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-22
  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 126

    "Mereka sudah pergi." Lucca bergeming di sampingnya, sama-sama memandangi lautan di kejauhan. Membiarkan saja tangannya yang satu digenggam erat oleh suaminya yang nampak gusar akan sesuatu. "Aku harap mereka tidak pernah kembali lagi kemari." "Aldrick sahabatmu, right?" "Dulu." Pasti ada sesuatu yang terjadi diantara keduanya hingga Lucca terlihat marah jika membicarakannya. "Itu dulu." Lucca berbalik menghadapnya dengan tatapan menyelidik. "Apa yang kau bicarakan dengan Zafier?" "Tentang Mama dan adikku. Mereka baik-baik saja." Abigail menatap jauh ke arah cakrawala. "Memberiku sedikit rasa tenang karena mengetahui kepastian kabar mereka." "Aku ikut senang." "Tidak bisakah kau membiarkan aku pergi sebentar menemui mereka?" "Apa kau akan kembali jika aku mengizinkan?" Mereka saling menatap dalam diam. Tatapan Lucca mengunci manik matanya dan memenuhinya dengan anggapan bahwa sekalipun ke ujung dunia dia menghilang, lelaki itu akan mencarinya sampai ketemu. "Jika aku memang

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-22
  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 127

    "Mereka mencarimu ke seluruh kota." Abigail memalingkan wajah dari para pejalan kaki di luar dan membiarkan tirai jendelanya tertutup lalu menghampiri seorang wanita yang duduk di kursi meja makan. "Cepat atau lambat, mereka pasti akan segera menemukanmu." Pelafalan bahasa inggrisnya yang baku dengan logat Italianya yang kental, menjadi penghubung komunikasi mereka berdua sejak pelariannya seminggu yang lalu."Aku tahu." Abigail tersenyum. "Aku harus secepatnya pergi dari sini.""Tanpa surat-surat?" Nada suaranya terdengar khawatir. "Itu akan sulit."Siapa yang sangka, dia sedikit beruntung dalam pelariannya saat ini. Setelah keluar dari mobil box yang berhenti di belakang salah satu restoran untuk menurunkan bahan makanan, Abigail berkelana sendirian mencari penginapan. Akan lebih baik baginya untuk diam di dalam ruangan tertutup sembari memikirkan rencana selanjutnya dari pada berkeliaran di jalan yang beresiko ditemukan anak buah Lucca. Namun, tidak ada satupun tempat penginapan ya

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-23
  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 128

    Perasaan tidak mengenakan itu menelusup di ujung tekadnya saat dia hampir berhasil untuk menjauh dari Napoli. Tidak! Dia jelas tidak perlu merasa menyesal ataupun goyah karena memang inilah yang seharusnya dia lakukan sejak dulu. Meski rasanya, air matanya akan menetes tanpa henti saat dia diam memikirkan suaminya. Hampir dua minggu berlalu sejak terakhir kali melihat Lucca, Abigail mencoba meyakinkan dirinya sendiri kalau laki-laki itu pasti akan baik-baik saja. Seharusnya memang seperti itu karena dia Lucca Alonzo. "Abigail.” Panggilan lembut itu menyentaknya, menatap balik Sofia yang tersenyum. Berdiri berhadapan di area sepi keberangkatan kereta api. Entah bagaimana caranya, Sofia berhasil mendapatkan satu tiket untuknya pergi ke Roma berkat bantuan kenalannya yang bekerja di dalam kereta. Sofia menjamin kalau dia akan sampai ke Roma dengan aman dan harus langsung mengurus surat-suratnya sementara di kedutaan. Sofia bahkan membekalinya dengan sejumlah uang tunai. Abigail benar

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-23
  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 129

    "Tangkapan bagus untuk penutup." "Tentu saja. Dia pasti berharga mahal," sahut wanita itu yang ikut tersenyum penuh kemenangan dan mendapatkan kecupan bibir dari lelaki bertopi itu. "Siapa kalian?!" Desis Abigail. "Dimana Sofia?!" "Sofia? Temanmu itu." Wanita itu menggidikan bahu. "Mana aku tahu!" Sial! Abigail baru menyadari kebodohannya hingga bisa terjebak. "Brengsek!!!" Abigail memberontak. "Bajingan!!" Plak!! "Lebih baik kau diam!!!" Desis wanita itu setelah menamparnya dengan keras. Abigail diam, nencoba menahan sengatan sakit juga air matanya. "Cepat pergi. Kita sudah melengkapi buruan kita." "Oke baby." Laki-laki yang memegang setir mobil terseyum lebar dan mulai menyalakan mobil. "Tidak! Lepaskan aku!" Abigail kembali memberontak tapi sia-sia saja karena tenaganya tidak sebanding dengan dua lelaki di kanan kirinya. Saat tanpa sengaja melihat ke depan, matanya terbelalak melihat seseorang yang amat sangat dia kenal keluar dari mobil. "LUCCA!!!" Teriak Abigail. "LU

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-23
  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 130

    Abigail sama sekali tidak pernah membayangkan jika dia sendirilah yang akhirnya berada dalam situasi seperti saat ini. Diculik para pelaku perdagangan manusia untuk diperjualbelikan seperti barang dagangan. Bisa dipastikan kalau dia akan dijual ke rumah-rumah prostitusi untuk melakukan pekerjaan kotor sebagai budak seks. Pemikiran itu seketika membuat seluruh tubuhnya membeku, bergidik ngeri dan buru-buru mengenyahkan bayangan menakutkan yang sempat terlintas dalam kepalanya.Lepas dari suami posesif malah berakhir di tempat yang terburuk. Bukan kebebasan yang di dapat melainkan bencana. Entah idiot atau bodoh, julukan yang pantas untuknya saat ini.Yang terpenting sekarang, dia harus tenang dan berfikir logis mengambil setiap kesempatan yang ada untuk melarikan diri. Meringkuk di belakang bersama para wanita yang lain dengan ekspresi yang hampir serupa; ketakutan dengan tatapan dibalut kecemasan akan nasib mereka ke depannya."Kau terluka?" Abigail memperhatikan wajah lebam wanita c

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-23
  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 131

    Abigail menghela napas panjang, duduk tanpa daya seraya memandangi wanita-wanita yang lain sampai beberapa orang termasuk sepasang kekasih yang membawanya kesini muncul dari satu-satunya pintu yang ada. Berjalan di belakang seorang lelaki berkelas dengan wajahnya yang tampan meski terkesan menyeramkan. Tatapannya yang dingin memindai ke arah kerumunan para wanita dalam sel yang seketika dihinggapi rasa takut. Auranya benar-benar mengintimidasi. Lelaki itu berhenti tidak jauh dari pintu sel. Para penjaga yang membawa senjata menyebar dan berjaga dengan kewaspadaan. Abigail tanpa sadar menggigit bibirnya lalu buru-buru memalingkan wajah menghindari tatapan lelaki itu yang sesaat tadi memandanginya. "Hanya segini?" Tanyanya. Abigail kembali memberanikan diri menatap ke depan. "Kami tidak mau ambil resiko ketahuan The Black Rose karena mengganggu wilayahnya." Lelaki yang menculiknya menjawab. "Tapi aku jamin kualitasnya tidak perlu diragukan lagi." "Kau yakin?" Alis matanya yang lebat

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-24
  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 132

    Tanpa sadar Abi berdiri, tidak mempedulikan tatapan Rhea. Bertanya-tanya, Siapa wanita itu sampai tahu namanya. Seingatnya, mereka sama sekali belum pernah bertemu. "Aku satu-satunya istri Lucca Alonzo. Dia bahkan melenyapkan semua pelacur-pelacurnya demi aku dan kami menikah di katedral mansionnya." Laki-laki itu menelengkan kepalanya, nampak menilai. Telapak tangannya yang lain mengelus pelan sisi wajah wanita itu. "Kau harus melepaskanku dan mengembalikanku padanya!" Laki-laki itu tertawa sarkas, "Kenapa aku harus melakukan itu?" "Karena Lucca akan datang dan membunuhmu!!" Tidak ada jawaban dari laki-laki itu namun wanita itu nampak kesakitan saat dagunya dicengkram lebih erat lalu dihempaskan begitu saja bersamaan dengan lelaki itu yang bergerak mundur. "Kurung dia. Jangan ada yang menyentuhnya dan awasi dia dengan baik," perintahnya pada anak buahnya yang langsung menurut. "HEI, BAJINGAN!!" Teriaknya dengan kesal saat dibawa pergi. "LEPASKAN AKU!!!" Abigail tidak bisa meng

    Terakhir Diperbarui : 2023-04-24

Bab terbaru

  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 190

    Perlahan matanya terbuka, retinanya mencoba menyesuaikan dengan sekitar hingga perlahan semua panca indranya mulai berfungsi kembali. Dadanya terasa panas dan di perutnya terasa sakit. Lucca mengerjapkan mata dan menyadari jika dia sedang berada di sebuah ruangan. "Thanks God." Bisikan lembut itu membelai indra pendengarnya. Suara seseorang yang akan dia respon dan dengar di manapun dia berada. Nada suaranya terdengar sarat dengan kekhawatiran dan juga kelegaan. Sentuhan tangannya membuat Lucca perlahan mencari keberadaan istrinya yang berada tepat di sampingnya. Menatap dengan lembut meski nampak merah akibat dari menangis. "Kau membuatku hampir jantungan," ocehnya, mengelus permukaan telapak tangannya dengan tangannya sendiri. "Aku sampai tidak bisa melakukan apapun dengan benar." Lucca tersenyum, untuk satu-satunya wanita yang bisa melihat senyumannya di dunia ini. "Aku berhasil membunuhnya." Kenyataan bahwa dia sendiri yang sudah membunuh Ravel membuat Lucca sangat puas. Lela

  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 189

    Entah kenapa, Lucca tidak terlalu suka mendengar kata-kata itu meskipun benar kalau Serafine hanya pengawalnya. Tapi dia lebih dari itu. Bagi Lucca sendiri, dia sudah seperti sosok teman yang sudah lama sekali menemaninya melakukan banyak kejahatan. Kesetiaan wanita itu padanya membuat Lucca kagum. Meskipun tidak pernah mengatakannya ataupun memikirkannya, keberadaan wanita itu begitu berarti. Bukan dalam arti berarti seperti Abigail yang dia cintai tapi perasaan lain yang sulit sekali dia jelaskan. Tapi dia tidak akan memberikan orang kepercayaanya itu untuk Mike yang pastinya akan menjualnya nanti dengan harga tinggi. "Dia sudah tidak bersamaku. Jadi, kalau kau tidak menginginkan hal yang lain dan tetap bersikeras seperti ini. Aku akan pakai cara kasar untuk membuka mulutmu itu!!" Lucca menghunuskan tatapan membunuhnya membuat Mike nampak terlihat waspada. "Kalau begitu lupakan tentang Ravel Brigton." Tidak ada rasa takut sedikitpun dalam suara Mike yang wajahnya nampak serius. "

  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 188

    Washington DC, New YorkMike Lawson bukanlah orang yang bisa ditemui dengan mudah. Memiliki beberapa club yang tersebar di negara bagian Amerika dan memiliki jaringan prostitusi skala besar untuk kalangan elit. Mike Lawson jelas tidak akan mudah diintimidasi tapi bukan Lucca Alonzo namanya jika dia tidak bisa mendapatkan informasi yang dibutuhkannya."Wah, ini pertama kalinya kita bertemu." Mike yang duduk di sofa mewah di dalam ruangan di salah satu club malamnya tertawa ketika melihatnya masuk, tanpa undangan tentunya. Seseorang berkulit hitam yang sukses membesarkan namanya di Amerika karena kemampuan bisnisnya. "Aku jadi penasaran, apa yang diinginkan seorang Lucca Alonzo dariku." Tatapannya tidak memperlihatkan jika dia takut. "Seorang wanita perawan seksi yang bisa diperlakukan sesuka hati?"Lucca berhenti beberapa meter darinya, memberi jarak dan berdiri dengan santai tapi waspada."Hanya satu hal, aku ingin tahu di mana bajingan Ravel Brigton bersembunyi saat ini.""Ravel--" M

  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 187

    "Kau mau main-main dengan Lucca Alonzo,hmm?""Ti-dak-- Erggh."Lelaki yang berada di bawah kakinya mengerang tertahan saat Lucca semakin menekan kepalanya ke lantai. Duduk di kursi dalam ruang tertutup yang gelap, hanya di sinari cahaya matahari yang menembus melalui satu-satunya ventilasi udara yang ada di sana. Mengelus permukaan pistol di tangannya, tidak peduli lelaki di bawah kakinya sudah tergeletak tidak berdaya."To-long--" ucapnya terbata. "Le-pas-kan a-ku."Lucca mengalihkan tatapan ke bawah, tersenyum miring penuh nafsu membunuh."Melepasmu?" Lucca tertawa sarkas. "Kau pikir bisa lolos setelah memata-matai keluargaku. Kau jangan bermimpi!!""A-ku ti-dak--"BUKK!"Uhuukk..Uhuuukk..."Satu hantaman kaki Lucca di punggungnya membuat lelaki itu langsung batuk darah. Lucca berdiri, mendorong tubuh di lantai itu agar terlentang menghadapnya. Satu matanya sudah buta tertembus timah panas, lengan tangannya bengkok dan darah keluar dari sela hidung dan bibirnya. Dihunuskannya mata p

  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 186

    "Baguslah kalau kau suka. Lucia juga sepertinya senang sekali."Abigail mengangguk, mengelus pipi bayi perempuannya yang tertawa melihatnya."Tapi kenapa tiba-tiba kita kemari? Aku tidak ingat kau pernah bilang akan membawaku ke sini."Lucca tersenyum miring, begitu mencurigakan. "Nanti kau juga akan tahu."Abigail menyimpitkan mata, "Kau menyembunyikan sesuatu ya?"Lucca tersenyum, "Tentu saja tidak."Abigail mendesah, kembali memalingkan wajah ke depan menikmati leindahan yang terhampar di depannya. Yacht membawa mereka berkeliling kota dari sungai dan Abigail sudah tidak sabar untuk menjelajah di sekitar kota dengan berjalan kaki. Kota impian yang seperti negeri dongeng. Membuat siapapun betah berada di sini meski Swiss mendapat predikat kota yang mahal."Aku membawamu ke sini sesuai permintaanmu," ujar Lucca membuat Abigail langusng menoleh dengan wajah bingung."Aku?""Ya." Lucca mencium pipi Lucia. "Aku hanya mengabulkannya saja seperti jin dalam dongeng."Abigail tertawa, "Oh,

  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 185

    Air laut membasahi baju renangnya, pelukannya semakin menguat, tatapannya lurus ke depan dan rasa kebebasan itu semakin menguat. Untuk sedetik saja dia ingin melupakan hal-hal yang mengganggu pikirannya. Saat ini hanya ada mereka berdua, hanya dua manusia biasa yang memimpikan kebebasan yang sama. Just Abigail dan Lucca. Tanpa nama Alonzo di belakangnya. "Berteriaklah Abi!" Teriak Lucca, melakukan beberapa kali manuver ke sana kemari. Abigail perlahan melebarkan senyumannya, mulai menikmati sampai akhirnya berteriak kencang dan suaranya diterbangkan angin laut. Hingga mereka berteriak dan tertawa bersama. Beginikah rasanya kebebasan itu? Mesin perlahan memelan, riak air yang terciprat tidak sekencang sebelumnya, hingga jetski bergerak pelan mengikuti arus di lautan. Mereka berada jauh dari bibir pantai tapi bisa melihat sosok kecil di kejauhan. "Kau senang?" Lucca memegang lengannya dengan satu tangannya. Abi menyandarkan dagunya di bahu Lucca."Rasanya menyenangkan." "Lucia ya

  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 184

    "Abi, kau siap?"Abigail menyambut uluran tangan Lucca yang menunggu di dermaga di mana ada jetski yang akan mereka gunakan berada."Hmm, entahlah." Abigail melihat ke arah lautan luas yang terbentang di depannya. "Rasanya sudah lama sekali aku tidak pernah melakukan ini."Lucca menatapnya dalam, penuh arti. Menarik tubuh mereka merapat dan mengelus pipinya."Aku selalu membuatmu kesulitan ya hingga kau sepertinya lupa bagaimana caranya bahagia seperti orang-orang lainnya."Perkataan Lucca tidak salah. Berurusan dengannya membuat hidup Abigail tidak lagi mudah seperti dulu."Sebelum bertemu denganmu, aku tidak perlu mewaspadai apapun yang ada disekitarku," ucapnya jujur. "Melewati banyak kejadian mengerikan yang mempertaruhkan nyawa membuatku tidak lagi bisa menikmati hal-hal yang dulu membuatku bahagia.""Kau seharusnya membenciku karena membuat hidupmu seperti itu," lirih Lucca, tatapan bersalahnya membuat Abigail tidak bisa memalingkan wajah. Memandangi mata hijaunya, menatap bayan

  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 183

    Abigail tertawa dan Lucca bahagia melihat senyuman itu. Sesuatu yang menjadi motivasinya, penyemangatnya juga alasan eksistensinya di dunia ini. Sama seperti dia yang tidak bisa membayangkan Serafine sehidup semati dengan seseorang, wanita itu pasti juga tidak membayangkan jika dia akan berada di titik ini.Lucca menarik Abigail ke depan tubuhnya, memeluknya dari belakang dan menatap kejauhan. Mereka masih berada di Paris dan besok sore akan pulang dan berlayar menggunakan kapal pesiar ke Spanyol."Apa yang akan kau lakukan jika bertemu kembali dengan adik tirimu?"Pertanyaan Abigail menyentaknya sesaat. Sesuatu yang tidak pernah terpikirkan olehnya sebelum ini karena dia memang tidak peduli pada wanita itu. Hanya Aldrick satu-satunya yang mungkin akan mencari wanita itu hingga keujung dunia karena lelaki itu menyukai adik tirinya yang dia bela bahkan dengan tubuhnya sendiri yang tidak peduli sekalipun Lucca melubangi jantungnya dengan senjata api. Bukan alibi untuk tidak saling menya

  • SANG PENAKLUK MAFIA   BAB 182

    Dua bulan kemudian, "Bukankah semua baik-baik saja sekarang?" Lucca yang sedang bermain dengan Lucia diatas tempat tidur mereka di dalam kapal pesiar mewah yang sedang melaju di tengah Samudra menuju ke Spanyol mengalihkan tatapannya ke Abigail. "Tidak. Selama Ravel masih bersembunyi, dia masih menjadi ancaman." Abigail terdiam sesaat, "Aku takut dengan hal yang dia rencanakan di belakang kita selama membiarkan kita bahagia saat ini." "Aku akan menangkapnya. Tenang saja, sayang." Lucca menepuk-nepuk pelan paha Lucua. "Kau tidak perlu mengkhawatirkan apapun." Abigail diam, tersenyum saat Lucca mengelus pipinya lembut. Perasaan takut itu tidak hilang karena Ravel yang menjadi sumber masalah belum berhasil tertangkap. Lucca beberapa kali hampir berhasil menangkapnya namun selalu gagal karena kelicikan lelaki itu. Abigail tidak akan pernah tenang meski beberapa bulan ini, tidak ada hal mengerikan yang terjadi. "Aku rindu Shine," desah Abigail. "Kau bisa menemuinya nanti. Aku janj

DMCA.com Protection Status