“Jauhi aku sialan!”
Umpatan itu terdengar lantang di telinga Luna. Dia hanya bisa menunduk dengan sedih. “Maaf.”
“Hah? Kamu kan yang sudah mencelakai Farel?” hardik Indah. “Dasar kamu temennya setan!”
Brug....
Indah mendorong Luna dengan keras. Teman-temannya yang lain hanya melihat sambil tertawa cekikikan. “Jangan pernah dekati aku lagi! Dasar orang aneh! Gara-gara kamu bilang ada sosok hitam yang menempel di Ari kemarin, kini dia mengalami kecelakaan!”
Luna memegang lututnya yang berdarah. Dorongan Indah cukup membuatnya terluka secara fisik. Namun dia hanya bisa diam, jika melawan mereka semua akan semakin menjadi. Dia melihat sekeliling. Semua orang menatapnya dengan tatapan jijik.
“Orang aneh!”
“Dia gila!”
“Kamu tahu ga dia suka bicara sendiri di kelas!”
“Caper!”
“Pembawa sial!”
“Pergi sana kamu ke neraka!”
Tangan Luna langsung menutupi telinganya. Dia tidak tahan mendengar semua cacian tersebut. Kakinya dilangkahkan paksa menjauh dari sana. Menuju toilet siswa perempuan tempat dia menangis seperti biasa.
Hiks... hiks...
“Bukan aku yang menginginkan kemampuan bodoh ini!” tangisnya. “Aku benci diriku sendiri!”
Bugghh...
Pintu terlempar dengan keras. Terdengar beberapa langkah kaki mendekat.
“Dia di sini kan?” tanya sebuah suara gadis SMA.
“Yap, aku yakin dia di sini.” Jawab temannya. “Kebiasaan dia kalau nangis pasti ke toilet tempat temen-temen setannya kumpul!”
“Hahahaha!”
Mereka terus-terusan tertawa dengan keras. Luna hanya bisa menutup mulutnya. Berharap mereka tidak menyadari kehadirannya.
Tok-tok-tok
Satu persatu pintu kamar mandi diketuk gadis-gadis tersebut. Mereka mencari Luna. Hingga sampailah mereka ke pintu tempat Luna menangis, kemudian mendadak suasana menjadi sunyi.
Byurrr....
Baju Luna basah. Air jatuh dari atas pintunya. Gadis-gadis tersebut rupanya menyiram air ke toilet tempat Luna bersembunyi.
“Hahahahaha.” Mereka semua kompak tertawa.
Setelah puas membully Luna, mereka akhirnya melangkah pergi.
***
Luna menghapus air matanya. Entah sudah berapa lama dia menangis, meluapkan semua yang menimpanya hari ini. Bukan salah Luna dia memiliki mata yang spesial. Semua ini terjadi akibat ulang tahunnya ke tujuh belas tahun. Sejak itu dia bisa melihat sesuatu yang tidak terlihat bagi orang lain.
“Aku benci diriku sendiri,” gerutunya.
Dia mengangkat lengannya. Arloji pemberian almarhum kakeknya menunjukan pukul lima sore. Ternyata sudah sekian lama dia berdiam di kamar mandi. Dia tidak peduli jika memang harus membolos pelajaran sampai akhir. Dia tidak ingin bertemu dengan teman-temannya.
Dia bangkit dari toilet duduk. Dibukanya kabin kamar kecil tempatnya bersembunyi. Saat akan melangkah keluar dari toilet wanita Luna terdiam. Dia merasakan firasat buruk di sana. Benar saja kamar mandi ini terkunci dari luar. Rupanya gadis-gadis itu masih melanjutkan aksinya.
“Brengsek!” umpatnya.
Krekkk... krekkk.... kreekkkk...
Luna berusaha sekuat tenaga untuk menarik pintu toilet wanita. Nihil pintu itu terkunci dari luar. Dengan tenaga yang tersisa dia berteriak, “TOLONG!”
Nihil tidak ada jawaban. Tidak menyerah sampai di sana, Luna menggedor pintu berharap ada seseorang yang lewat menolongnya. Namun semua terlihat seperti percuma.
“Hihihihihi.”
Deg...
Jantung Luna berdetak kencang. Dia mendengar sesuatu yang paling ditakutinya. Ditariknya nafas dalam-dalam. Kemudian dia mencoba untuk mendengar suara tadi, berharap apa yang dipikirkannya salah.
“Hihihihihi.”
Benar saja, suara itu terdengar tepat dibelakang Luna. Dia merasakan bulu kuduknya berdiri. Jelas sekali sebuah sosok berdiri tepat di belakangnya.
“Lihat? Jangan? Lihat? Jangan?” Dia bergelut dengan dirinya sendiri.
Rasa penasaran Luna lebih besar dibandingkan dengan khawatirnya. Sedikit demi sedikit dia mencoba untuk menengokan lehernya. Nihil tidak ada apapun di sana. Ada perasaan lega, namun sedikit aneh. Benarkah tidak ada apapun di sana?
Insting bertahannya muncul. Dia mundur merapat ke tembok. Dia tahu bahwa ada yang tidak beres. Karena menurut mitos yang ada sesuatu yang tidak nampak belum tentu tidak ada sama sekali.
Dukkk... dukkkk... dukkkk...
“Ahhhhh!” teriak Luna.
Dari dalam kabin kamar mandi tempatnya menangis tadi terdengar ketukan yang keras. Seakan seseorang mencoba mendorong pintu dengan kekuatan yang dahsyat. Namun Luna tidak bodoh, dia baru keluar dari sana. Tidak ada seorangpun yang masuk.
“To-, tolong,” lirihnya.
Mata Luna melotot. Jelas sekali dia melihat sebuah cairan berwarna merah terang keluar dari bawah pintu kabin tersebut. Cairan tersebut berwarna merah kehitaman. “Darah.”
Bulu kuduk Luna berdiri. Dia lupa bahwa tidak boleh seseorang berlama-lama di kamar mandi, atau nanti akan ada sesuatu yang menemaninya. Lagipula hari sudah menuju ke arah petang. Waktu yang pas bagi para mahkluk liar tak kasat mata itu untuk menampakan jati dirinya.
Tidak sampai di sana teror yang menimpanya. Dari bawah pintu keluar sebuah tangan yang panjang. Tangan tersebut sangatlah buruk. Kotor serta kurus kering. Seperti lengan nenek-nenek yang tidak makan beberapa hari.
“Aku mohon jangan ganggu aku!” pintanya.
Tentu saja semua itu sia-sia. Semua mahkluk tak kasat mata akan memakan ketakutanmu. Semakin kamu ketakutan semakin mereka akan menjadi kuat. Kaki Luna mendadak kaku. Dia pasrah dengan keadaannya saat ini. Dia mulai menyalahkan dirinya lagi yang bisa melihat mahkluk tersebut.
“Andai saja aku seperti orang normal lainnya,” batinnya.
Akhirnya dia mencoba untuk menutup matanya. Mahkluk apapun yang keluar dari sana dia sudah pasrah. Dia tahu tidak akan ada seseorang yang menolongnya. Karena semua yang ada di sekolah membencinya. Semua teman-temannya menjauhinya karena dia adalah seorang indigo.
Mendekati Luna perlahan. Mahkluk itu mulai merangkak pelan-pelan. Badannya yang kurus kering dan gepeng, bergerak mendekat.
Settt.... settt... settt....
Mahkluk gepeng itu hampir sampai di depan Luna. Tangannya perlahan mencoba menggapai manusia di depannya.
Brakkkkk....
Suara pintu ditendang dari luar. Luna melihat ke samping. seorang lelaki masuk dari pintu tersebut. Rambutnya cepak. Garis matanya tegas. Dia mengenakan almamater yang tidak biasa.
"Kamu gapapa?" tanyanya.
Luna kemudian melihat lagi ke arah hantu gepeng. Sudah hilang. Dia menarik nafas lega. Sayangnya badannya langsung oleng. Tanpa basa basi dia langsung menjatuhkan bobot badannya. kakinya gemetaran.
Lelaki itu langsung memapah Luna. Dengan suara lembut dia berkata, "yuk, Kita keluar dari sini."
“Terimakasih,” ucap Luna dengan nada lelah.Lelaki itu mengangguk. Dia mengenakan almamater suatu kampus yang tampak asing bagi Luna. Kemudian almamaternya dibuka. Dia menutup tubuh Luna yang basah kuyup, “pakailah!”Luna hanya diam menunduk. “Maaf merepotkan. Aku akan mencuci hingga bersih dan nampak baru.”“Namaku Galang,” ucapnya. “Tanpa sengaja aku mendengar suara seseorang meminta tolong.”“Sekali lagi terimakasih.” Luna menunduk malu.“Ah..., itu teman-temanku!” Tunjuk Galang. “Aku harus kembali.”“Tunggu!” Luna menarik kaus Galang. “Jaster almamaternya.”Galang menggeleng. “Pakailah dulu! Kembalikan saat kamu masuk ke kampusku saja ya!” kemudian Galang berlari menyusul teman-temannya. Menyisakan Luna sendiri di sana.Dia melihat logo jas almamaternya. Luna berjanji akan masuk ke kampus terse
“Ahhhhhh....!”Semua orang melihat Luna. Wajah Rhea dan Dimas tampak bingung sekaligus malu. “Kamu apa-apaan sih na!”Melihat semua orang memperhatikannya, Luna teringat dengan kejadian saat SMA. Kejadian di mana dia menjadi bahan rundungan dan olok-olok karena kemampuannya. Mendadak mukanya pucat. Badannya bergetar. Semua memori menyedihkan itu terlintas di kepalanya.Hug...Nanny memeluk Luna, “Tidak apa-apa sayang. Tadi kamu melihat kecoa ya?”Pelukan Luna terasa hangat dan lembut. Baru kali ini Luna merasakan kasih sayang yang hangat dari orang asing. “Aku minta maaf sudah membuat semuanya kaget.”“Luna?” Rhea mendekat ke putrinya. Dilihat baik-baik wajah putrinya tersebut. “Kamu kenapa na?”Lidah Luna kelu. Selama ini dia tidak pernah memberitahu orangtuanya perihal kemampuannya. Dia tidak ingin kedua orangtuanya menganggapnya gila. “Seperti kata Nanny
“Umm, aku-.” Luna terlihat memutar bola matanya. Mencoba mencari alasan agar Galang tidak curiga. Dia tahu hari pertamanya tidak boleh gagal. Dia tidak boleh mengalami hal serupa dengan saat di SMA. “Aku sedang latihan untuk pentas ospek nanti.”Galang mengangkat alis matanya. “Begitu? Ah baiklah. Maaf jika aku mengganggu latihanmu.” Kemudian dia pergi berlalu.“Hufh!” Luna menghembuskan nafas panjang. Dia naik ke atas ranjang untuk mendinginkan suasana. Gadis itu sudah tidak ada untuk saat ini. Namun Luna tahu bahwa dia ada di sini. Bersembunyi.Luna kemudian melihat ke arah pintu. Sepintas dia melihat seseorang berbaju biru lewat. ‘penghuni kosan lain?’ pikirnya. Tanpa basa basi dia segera menuju keluar. Ibunya berpesan dia harus menjalin komunikasi yang baik dengan teman-temannya yang lain.“Halo!” sapa Luna.Pria berbaju biru tersebut langsung terdiam. Kemudian dia menoleh
“Apaan sih!” Danny mengomel. “Gausah nga-.”Danny berhenti berbicara saat melihat wajah Sarah yang pucat. Sorot matanya menggambarkan ketakutan. Tangan sarah bergetar. Danny langsung mengelus kepala Sarah mencoba menenangkannya.Galang menunduk sambil memungut hanphonenya. “Sarah kenapa?” kemudian duduk di sebelah Sarah.Sarah langsung memegang tangan Galang. Lelaki itu bisa merasakan tangan yang dingin membeku. Cengkraman Sarah sangat kuat, Galang saja merasakan kesakitan hanya karena dipegang oleh Sarah.“Huaaahhhhhhhhhhhh....!”Semua penghuni kosan terkejut. Sarah tiba-tiba saja menangis kencang. Tangan kanannya memegang Galang sementara tangan kirinya mencengkram kaos Danny. Danny beberapa kali berusaha melepaskan cengkraman Sarah.Sreeettttt....“Anjir..., kaos kesayangan aku sobek lah ditarik Sarah!” keluh Danny.Mata Luna melotot ngeri. Pasalnya dia melihat baya
“Nei!”Sebuah suara terdengar di kepala Luna. Gadis tersebut membuka matanya. Tinggal satu sentimeter lagi mata pisau menyentuh kulitnya. Luna melangkah mundur dilemparkan gagang cutter tersebut. Dia langsung duduk bersimpuh. “Apa yang aku pikirkan!”Setelah cukup tenang, Luna menengok ke arah samping kanannya. Hantu gadis kecil itu sudah berdiri di sana, dia memandang Luna dengan tatapan datar. Kemudian jari jemarinya menyentuh pipi Luna. Sebuah sentuhan dingin bagai es terasa di kulitnya. “Nei!” sekali lagi gadis itu mengatakan hal serupa.“Kamu tidak ingin aku mengakhiri hidup?” tanya Luna.Gadis itu tetap diam. Namun Luna bisa mengerti bahwa dia tak ingin Luna menyakiti dirinya sendiri. Sosok menyeramkan gadis itu perlahan menghilang. Mungkinkah hantu tidak semua jahat? Begitulah yang dipikirkan oleh Luna.Luna menatap dalam-dalam gadis di depannya. ‘Bagaimana bisa seorang
“Pergi sana dasar dukun!”Secarik kertas tersebut berhasil membuat mental Luna jatuh. Sejak kemarin dia sudah mencoba mempersiapkan diri jika ada orang yang tidak menyukainya. Namun ternyata tidak semudah itu.Luna teringat akan peristiwa di sekolahnya dahulu. Ketika itu Luna memasuki kelas di pagi hari. Tetapi atmosfir teman-teman sekelas serasa berbeda. Luna bisa merasakan beberapa siswa mencibir dan membicarakannya. Namun dia terus menerus menguatkan hatinya. Hingga ketika...“Pergi kau anak setan!”“Pembawa sial!”“Mati saja kau sana!”“Segeralah mati!”Mata Luna terbuka lebar. Tepat di atas mejanya berbagai macam vandalisme berisi kutukan dan hinaan terpampang di sana. Luna langsung menengok ke kanan dan kirinya. Dia memperhatikan sekeliling. Saat itulah Luna melihat sesuatu yan
“Chriestie!” teriak Nanny. Akhirnya Nanny berbicara. Wajahnya tetap tenang namun auranya terlihat menyeramkan. “Mari kita berbicara!” Gadis berkacamata itu hanya bisa menghembuskan nafas lelah. Jelas sekali dia tidak terima diperlakukan seperti itu. Namun caranya menatap Nanny menunjukan bentuk penghormatannya. Luna melihat hal tersebut dengan jelas. Batinnya pun berkata bukan Chriestie yang melakukannya, namun dari semua perkataan yang dilontarkannya kemarin tentu saja membuat dia menjadi tersangka utama. Setelah Nanny pergi membawa Chriestie, Galang mendekatinya. “Kenapa kamu ga bilang kamu dapet surat kaya gini?” Luna menunduk takut. “Aku tidak ingin kalian bertengkar seperti tadi.” “Justru kamu harus ngomong!” ucap Galang. “Kenapa?” tanya Luna. “Karena aku sudah berjanji akan menjagamu!” Galang berkata dengan tegas. Deg.... Jantung Luna berdebar kencang. Namun ini bukanlah perasaan takut, melainkan rasa senang. Perk
“Kamu penganut ilmu hitam bukan?”Kata-kata itu terus terngiang dalam benak Luna. Dia pun masih dalam posisi terkejut. Meskipun sebelumnya dia merasa tidak terima dengan perlakuan Chriestie selama ini, namun dia menolak untuk berdebat. Dia merasa percuma karena dia tahu Chriestie pasti tidak akan mempercayai apapun yang dikatakannya.“Akan kulaporkan kepada yang lain!” ucapnya. Tidak lama kemudian dia pergi dari tempat tersebut.Luna tidak mengubis perkataannya. Dia melanjutkan penyelidikannya. Baru kali ini dia melihat ayam hitam yang tercabik dengan darah masih mengucur. Luna menyimpulkan bahwa benda-benda tersebut belum lama diletakan.Serrrr...Punggung Luna merinding. Dia merasakan ada sosok yang menatapnya dari jauh. Tidak lama kemudian dia mencium sebuah bau yang tidak asing. Bau bunga yang sangat wangi sekali dicampur dengan pandan. Hawa dingin menusuk ke kulit Luna. Dia diam tidak bergerak.“
"Christie!" sambil berteriak, Bayu langsung berlari menuju dua orang mencurigakan tersebut. Tanpa berbasa basi, dia segera mendorong salah satu diantara mereka yang menggenggam pisau.Mencegah Bayu, satu orang lainnya langsung menarik lengan mahasiswa tersebut. Sempat Bayu terhuyung dan kehilangan keseimbangan sebentar hingga akhirnya dia terjatuh. Beruntungnya pisau yang berada di tangan salah satu dari mereka langsung terhempas.Bruk!Salah satu tudung hitam memukul pipi Bayu. Erangan kesakitan keluar dari mulut mahasiswa tersebut. Sementara Chriestie masih tertidur pulas. Entah apa yang menyebabkan gadis itu sama sekali tidak terganggu dengan suara berisik dari sekelilingnya. Seakan-akan Chriestie dibuat mimpi indah yang membuatnya tidak akan pernah bangun."Christie bangun!"Bayu telah berteriak sekuat tenaga. Namun sayangnya semua percuma. Gadis itu tidak bergerak sedikit pun. Mambuat Bayu sempat berfikir jika memang Chriestie jangan-jangan sudah meninggal. Tudung hitam itu kemb
"Firasatku berkata ada yang tidak beres Nanny!" ucap Bayu.Nanny masih berkeliling di dalam bangunan tua. Tidak hanya Bayu sebetulnya, dia pun merasakan hal yang sama. Ada sesuatu yang tidak beres di sini."Bukankah Galang berkata bahwa dia benar-benar melihat Chriestie?" Nanny mencoba untuk mengkonfirmasi kembali."Benar Nanny, dia bilang sendiri kalau Chriestie ke sini. Tapi aku benar-benar tidak melihatnya. Yang membuat aku merasakan ada hal yang tidak beres adalah ini!" Bayu menunjuk atas makam yang basah oleh darah. "Ini benar-benar tidak beres!""Karena itulah nak, aku melarang kalian untuk ke sini!" ungkap Nanny. "Inilah hal yang berbahaya. Makam ini adalah makam incaran sekelompok tertentu. Sebelum belanda datang, ada yang bilang tempat ini adalah tempat sakral untuk upacara tertentu! Setiap tahunnya, akan diadakan tumbal. Kemudian tidak lama kerabatku membeli tanah ini. Dan di sinilah dia pun mengakhiri nyawanya!"Bayu tercegang mendengar perkataan Nanny. Jadi tanah yang dia
"Nanny, apakah nanny masih kuat?"Bayu menggopong badan Nanny yang mulai menggigil. Perempuan itu mulai menunjukan tanda-tanda tidak sehat. Dia sedang benar-benar kedinginan. Kabut di luar sangatlah tebal, selain itu kabutnya juga menusuk kulit. "Tenang saja nak, badanku tetap bugar seperti saat aku masih muda!" Nanny berbicara sambil tersenyum. Sayangnya itu tidak bisa menutupi fakta bahwa perempuan tua itu kedinginan. Bayu berhenti sebentar, kemudian dia membuka jaketnya. Dia menyipirkannya ke punggung Nanny. "Semoga jaket ini bisa membuat Nanny terhindar dari dingin sebentar.""Bukankah kamu juga kedinginan nak?" tanya Nanny. Dia memegang tangan Bayu yang juga sedang kedinginan."Aku masih muda Nanny, aku masih bisa tahan!" ucap Bayu.Mereka berdua kemudian melanjutkan perjalanan. Meski sudah tertutup kabut, bayang-bayang bangunan sudah cukup terlihat."Sebentar lagi sampai nak! Kita harus memutar ke arah belakang. Di sanalah pintu masuk bangunan tersebut!" Nanny menerangkan kepa
"Danny?! Sob?! Where are u ganteng?" Galang berteriak memanggil sahabatnya tersebut. Namun nihil tidak ada suara jawaban."Bayu?! Kamu masih di sini?" Galang kembali berteriak untuk memastikan sahabatnya satu lagi."Ya bung!" jawab Bayu.Nanny yang sedari tadi diam akhirnya mulai bersuara. "Apakah Danny terpisah dari kita nak?""Ya Nanny!" kedua mahasiswa itu menjawab bersamaan.Galang menggigit bibirnya. Dia khawatir dengan sahabatnya. Tapi tidak hanya Danny yang sedang dalam bahaya, keberadaan Chriestie juga belum terlihat. Dia mengambil nafas dalam-dalam. Apa yang harus dia lakukan sekarang?Bayu kemudian menepuk pundak Galang. "Mungkinkah kita harus berpencar?""Tapi-!" Galang terdengar ragu. Bagaimana jika ini terakhir kalinya mereka bertemu. Bagaimana jika sahabatnya hilang selamanya. Lagipula jika mereka berpencar lagi, bukankah kejadian ini akan lebih parah?"Kamu mencari Danny, aku mencari Chriestie!" ucap Bayu. Belum sempat Galang memprotes, Bayu sudah melanjutkan perkataann
Kukk.. kuk... kuk...Suara burung hantu terdengar di telinga. Danny berkali-kali melihat tangannya. Meskipun gelap dia melihat bulu kuduknya berdiri. Dia pun merasa ada yang tidak beres di kebun ini."Karena kabutnya tebal. Jangan saling terpisah ya!" pinta Nanny.Kebun belakang memang tergolong luas. Nanny sempat bercerita kalau pada zaman Belanda, kebun ini adalah area perkebunan karet yang luas. Ada juga beberapa tanaman lain. Orang Belanda yang mendiaminya adalah kepala perkebunan. Karena itu areanya lumayan cukup luas.Galang sendiri melihat ke kanan dan kiri. Di sana tidak hanya manusia yang berjalan. Ada keanehan di sini, terutama karena ini bertepatan dengan bulan purnama. "Aneh sekali bulan purnama bersinar terang tapi kabut muncul tebal sekali.""Memangnya itu aneh bro?" tanya Danny."Entah. Rasanya aneh saja sih!" ungkap Galang.Bayu sedari tadi hanya diam. Dia memikirkan Chriestie. Namun ada hal yang menjanggal. Dia merasa tujuan yang mereka tuju salah."Teman-teman. Aku m
"Kamu yakin?" Wajah Bayu langsung berubah menjadi pucat. Sebagai pacarnya tentu saja keselamatan orang yang dia sayang adalah segalanya. "Apakah kita tidak sepatutnya memeriksa kamar Chriestie terlebih dahulu? Siapa tahu kamu salah lihat Lang!""Tapi dia masuk ke hutan Bay!" ungkap Galang. Sama seperti Bayu wajah Galang pun panik. Tadinya dia berniat untuk menyusul Chriestie sendiri ke kebun. Tapi dia memikirkan Bayu. Sehingga akhirnya mahasiswa itulah yang pertama kali dia kabari.Saat sedang terjadi keributan. Danny keluar dari kamarnya. "Kalian ngapain bro? Jam dua pagi astaga! Tidur woy tidur. Besok ada mata kuliah pak Herman. Galak betul dia. Takut aku!"Bayu dan Galang akhirnya saling tatap. Mereka kemudian berteriak secara bersamaan. "Chriestie berjalan ke kebun sendirian!"Danny langsung membuka mulutnya lebar. Dia langsung berlari. "Kalau gitu tunggu apa lagi kalian! Cepat kejar bodoh!"Mereka bertiga lari dengan tergesa-gesa. Sampai akhirnya mereka sadar pintu terkunci."Duh
"Jangan marah-marah dulu lah bung! Kamu bantu aku untuk membawa dia kembali ke kamarnya. Setelah itu aku akan menceritakan semuanya!" ucap Galang."Kalau gitu biar aku aja yang gendong dia!" pinta Bayu.Galang mengangguk. Dia memperhatikan sahabatnya. Ternyata Bayu yang dia kenal bucin kepada Chriestie. Sebetulnya sih ingin mengejek tapi dia tahan dulu.Satu menit berlalu sampai akhirnya Bayu menengok Galang."Apa?" tanya Galang."Bantu sob, berat ternyata dia!" ucap Bayu."Dibilang juga apa! Makanya gak usah sok menjadi seorang pangeran dong!" Galang tidak bisa menolak untuk mengejek Bayu.Akhirnya mereka berdua membopong Chriestie kembali ke kamarnya. Seolah-olah tidak ada apapun yang terjadi tadi malam."Jadi ceritakan semuanya!" pinta Bayu."Sebaiknya di luar Bay! Jangan sampai dia terbangun!" ucap Galang.Mereka akhirnya menuju kamar Galang. Namun ternyata yang terbangun pada saat itu bukan hanya Bayu dan Galang. Ada satu orang lagi yang berada di sana."Sarah, sebaiknya kamu tid
"Gengs aku merinding ya!" Danny mendekap tubuhnya sendiri. sembari berkata "hiyy" dia pun merasakan kengerian dan hal aneh."Rasanya kaya rumah ini diincar ga sih?" tanya Bayu.Mereka saling berpandangan satu dengan yang lain. Ketiganya merasakan hal yang sama. Seperti nyawa mereka sedang dalam bahaya."Apa kita harus bilang ke Nanny dan yang lain?" Bayu bertanya kembali."Jangan dulu kayanya! Takut mereka khawatir. Kita lihat dulu aja situasinya," ucap Galang."Benar. Apalagi di sini ada cewe sekarang. Kalau mereka khawatir dan panik ga asik!" ucap Danny."Yasudah kita bertiga sepakat ya buat nyembunyiin hal ini, tapi kalau nanti ada sesuatu buat kedepannya. kita langsung susun rencana lagi!" Galang berkata dengan penuh tenaga. Dua sahabatnya yang lain langsung menggangguk. Mereka hanya bisa berharap bahwa kedepannya akan baik-baik saja.***Kriing....Telepon di rumah berbunyi. Nanny yang kala itu berada di ruangan yang sama langsung mengangkatn
"Hah? Megang tangan?!"Dari mereka bertiga justru Danny yang terlihat panik. Padahal sebelumnya dia adalah orang yang seakan paling berani dan tidak percaya dengan hal mistik."Ja-jangan bercanda!?" ucapnya.Dari sela-sela pandangan dibalik kabut. Mata mereka langsung menerawang ke arah lengan Bayu. Benar saja, sebuah tangan panjang dan berkeriput terlihat di sana. Ketiganya langsung bergetar. Sementara Bayu hanya bisa diam dengan muka yang pucat.Tidak lama kemudian seseorang muncul dari balik kabut. Rambutnya putih beruban dengan lengan yang sudah berkeriput. Mereka bertiga terkejut melihatnya."Na-nanny!?" ucap mereka bertiga serempak."Anak-anak nakal! Sudah kubilang tidak usah mencari tahu lebih jauh. Ayo semuanya kalian kembali!" ucap Nanny. Dibandingkan kaget, mereka bertiga malah terlihat bergembira ketika melihat kedatangan Nanny. "Syukurlah itu hanya Nanny!" ucap Galang. "Aku pikir hantu!" sergah Bayu. "Kalian cepat kem