“Kamu penganut ilmu hitam bukan?”
Kata-kata itu terus terngiang dalam benak Luna. Dia pun masih dalam posisi terkejut. Meskipun sebelumnya dia merasa tidak terima dengan perlakuan Chriestie selama ini, namun dia menolak untuk berdebat. Dia merasa percuma karena dia tahu Chriestie pasti tidak akan mempercayai apapun yang dikatakannya.
“Akan kulaporkan kepada yang lain!” ucapnya. Tidak lama kemudian dia pergi dari tempat tersebut.
Luna tidak mengubis perkataannya. Dia melanjutkan penyelidikannya. Baru kali ini dia melihat ayam hitam yang tercabik dengan darah masih mengucur. Luna menyimpulkan bahwa benda-benda tersebut belum lama diletakan.
Serrrr...
Punggung Luna merinding. Dia merasakan ada sosok yang menatapnya dari jauh. Tidak lama kemudian dia mencium sebuah bau yang tidak asing. Bau bunga yang sangat wangi sekali dicampur dengan pandan. Hawa dingin menusuk ke kulit Luna. Dia diam tidak bergerak.
“Pergi!”
Luna terkejut. Sebuah suara terdengar dari punggungnya. Luna sadar hari sudah menjelang magrib. Mahkluk tersebut akan silih berdatangan satu persatu. Apalagi dengan adanya kemenyan ini, membuat mereka berkumpul.
“Ada manusia!”
‘Kumohon aku harap ada seseorang yang datang!’ batinnya.
Kedatangan mahkluk-mahkluk tersebut membuat membuat Luna penasaran. Pasalnya Luna baru menyadari di samping Rumah Nanny terpampang kebun yang cukup luas. Rumah Nanny terletak di pojok dengan sisi samping yang hanya tertutup pepohonan kecil sebagai pagar pembatasnya.
Luna ingin melangkah. Namun kedua kakinya menolak untuk diajak bekerja sama. ‘Ayolah!’ pintanya kepada badannya sendiri.
Sampai akhirnya Luna merasakan pundak bagian kirinya dipegang oleh sesuatu. Dari ujung matanya Luna bisa melihat kuku-kuku tajam berwarna hitam di sana. Tangan pemilik kuku tersebut juga aneh. Seluruh jari jemarinya keriput menyeramkan.
Luna hanya bisa diam. Dia ingin menyingkirkan tangan buruk rupa tersebut. Namun bagaimana caranya. ‘Kumohon seseorang datang! Siapapun itu!’ batin Luna.
“Hihihihihihihi.”
Suara tertawa melengking terdengar. Membuat badan Luna bergetar hebat. Dia berusaha untuk tetap berdiri kokoh dengan tidak mengindahkannya. Luna yakin jika dia menengok ke belakang maka dia akan berpapasan dengan mahkluk tersebut. Akhirnya dia mencoba untuk menutup mata.
Ketika Luna menutup mata. Bukan kedamaian yang dia dapatkan. Melainkan gambaran jelas mahkluk-mahkluk itu terpampang di pikirannya. Luna melihat nenek bungkuk keriput yang buruk rupa di pikirannya. Pikiran tersebut membuat Luna tidak tenang. Alhasil dia memilih membuka matanya.
Ketika Luna membuka matanya, mahkluk tersebut sudah berada di depan wajah Luna. Wajah seorang nenek-nenek keriput buruk rupa. Sebelah matanya lebih besar dibandingkan dengan yang lain. Wajahnya bungkuk. Dia menyeringai seram kearah Luna.
Huhhh... huhhh.... huh....
Suara nafas Luna terdengar menderu. Dia mencoba mengontrol emosinya. Luna berjuang selama ini untuk mengabaikan mahkluk-mahkluk tersebut. Karena itu salah satu cara agar tidak disadari bahwa dia adalah indigo.
Namun tidak sampai sana kejutannya. Pundak Luna terasa panas. Dia kemudian menengok ke samping. Rupanya lengan tersebut masih terpampang di sana. Akhirnya Luna menelusuri tangan tersebut dengan cara menengok ke belakang. Ternyata Tangan tersebut sangatlah panjang sampai menembus kegelapan kebun.
Badan Luna bergetar hebat. Segala emosi yang sempat dia tahan tercurahkan. Akhirnya Luna pingsan.
***
Luna terbangun di kamarnya. Dia melihat sekeliling, tidak ada orang di sana. Akhirnya dia bangkit, namun dia merasakan pundaknya masih panas. Akhirnya dia berjalan ke cermin kemudian membuka pakaian bagian atasnya yang menyisakan pakaian dalamnya saja.
“HAH!”
Betapa terkejutnya Luna. Tepat di pundak ditemukan jejak telapak tangan yang membekas berwarna merah. Seakan tubuh Luna dengan sengaja dicap. Luna mundur beberapa langkah. Dia tidak percaya dengan apa yang dia lihat. Baru kali ini dia menemui pengalaman yang semenyeramkan ini. Selama ini Luna hanya bisa melihat namun ketika sampai di kota ini Luna menemui lebih banyak pengalaman mistis yang lebih parah dibandingkan dengan sebelumnya.
Tok... tok... tok....
Seseorang mengetuk pintu kamar Luna. “Siapa?” tanya gadis itu.
“Sarah!”
Ada perasaan lega dari Luna ketika Sarah datang. “Masuklah!”
Sarah membuka pintu. Dia kemudian terdiam seperti melihat sesuatu. “Pundakmu?”
Luna mengangguk. “Akan aku ceritakan nanti. Yang jelas akupun baru mengalami pengalaman seperti ini.
Tiba-tiba Danny masuk ke dalam. “Wow!”
Luna terkejut. Dia mundur sambil menutupi tubuh bagian depannya dengan kaus yang dia gunakan tadi. Mukanya mendadak bingung sekaligus tidak nyaman.
Sarah yang melihatnya langsung memukul Danny. Membuat lelaki itu terpekik. “Dasar mesum! Keluar sana!”
Danny melangkah mundur menjauh dari kamar Luna. “Aku cuman mau ngasih tau kita semua dipanggil Nanny.”
Luna mengigit bibir bawahnya. Dia memikirkan Chriestie yang melaporkan hal tidak-tidak tentangnya. Dia juga memikirkan kemungkinan dirinya akan diusir oleh Nanny. Entah mengapa hal ini membuatnya sedih. Pasalnya Luna baru merasa memiliki teman kembali setelah sekian lama.
Setelah memakai baju. Luna dan Sarah berjalan ke bawah. Di ruang tengah semua penghuni kosan sudah menunggu. Chriestie terlihat puas dengan senyum kemenangan tersungging di bibirnya. Membuat nyali Luna sedikit ciut. Galang dan Danny berdiri di sana. Sementara Nanny tetap dengan senyumnya duduk manis di sofa tua empuk miliknya. Hanya Bayu yang tidak terlihat.
“Luna duduklah! Ada sesuatu yang harus aku katakan kepada kalian semua,” ucap Nanny dengan nada yang lembut.
Luna mengangguk. Dia dan Sarah duduk bersebelahan. Dia bisa merasakan suasana ruang tengah sangatlah tegang saat itu. Tidak berapa lama kemudian Nanny membuka suara, “Aku akan membicarakan perihal laporan Chriestie hari ini.”
Glek...Luna menelan ludah. Hal yang dia khawatirkan ternyata terbukti. Chriestie benar-benar mengadu kepada Nanny. Luna sendiri heran, mengapa Chriestie seakan membencinya sangat. Padahal dia tidak pernah mengusiknya sama sekali.“Sebelum itu aku ingin kalian berdua duduk juga.” Perintah Nanny kepada Danny dan Galang.Mereka berdua menurut. Segera mereka mencari posisi yang nyaman untuk duduk. “Silahkan dimulai Nanny,” ucap Galang.“Baiklah,” prolog Nanny. “Chriestie bercerita bahwa dia menemukan hal yang aneh di pinggir rumah.”Semua penghuni kosan Belanda mendengarkan. Chriestie sendiri menyeringai puas. Dia berkali-kali mendongkak ketika melihat Luna. Membuat nyali Luna menciut sedikit.“Yang ditemukan oleh Chriestie adalah sesajen,” lanjut Nanny.Atmosfer semua orang mendadak berubah. Seakan mereka mengetahui apa yang terjadi. Ada raut muka khawatir dari semuanya. Membua
Kediaman Galang.Blam...“Renatta?” Bella, ibunda Galang memanggil putri bungsunya tersebut. Dia mendengar sebuah pintu yang terbanting dari lantai dua. Hening tidak ada satupun suara. “Kamu sudah pulang kan?”Sunyi. Tidak ada suara apapun dari lantai dua. Bella mengangkat alisnya. Mendadak suasana terasa berbeda. “Mama ke atas ya!” ucapnya lagi.Bella berjalan menyusuri tangga kayu. Kayu itu terdengar berdecit ketika diinjak. Menandakan usianya yang sudah tua. Di ujung langkahnya terhenti. Dia merasakan ada sesuatu yang menatapnya dari belakang.Sret...Punduk Bella menegang. Jelas sekali dia merasakan sesuatu lewat di belakangnya. Dengan ragu-ragu dia menengok memutar. Namun tidak ada seorang pun di belakangnya.Glek...Wanita itu menelan ludah. Memang dia merasakan rumahnya aneh sekali akhir-akhir ini. Setiap kali dia sendirian dia merasa seakan diawasi. Namun dia menepis segala pemikiran
“Maukah kamu membantuku menyelidiki boneka tersebut?”Luna terdiam lama mendengar permintaan Galang. Hatinya bingung. Belum lama ini berbagai peristiwa mistis dan kurang menyenangkan mengitarinya. Membuat Luna tidak ingin kembali berurusan dengan hal demikian. Karena masalah di kosan pun belum selesai. Namun dihadapannya adalah orang yang menolongnya. Bagaimana mungkin Luna bisa menolaknya.“Aku-,” Luna tidak meneruskan kata-katanya. Matanya menunjukan kebingungan. “Kenapa aku?”Galang tersenyum mendengarnya. “Karena kamu spesial.”Mendengar kata spesial membuat sedikit debaran di dada Luna. Selama ini orang-orang selalu berkata aneh tentangnya. Baru kali ini ada seseorang yang berkata bahwa dirinya spesial. Namun Luna kembali menunduk. “Sepertinya aku tidak bisa.”“Kenapa?” tanya Galang.“Aku takut Ka,” ucap Luna. “Ada trauma yang tidak bisa digambarka
“Huh!” Luna membuka matanya. Dia langsung bangkit dari posisi tidur. Peluh membasahi seluruh tubuhnya. “Ka Galang!” Air mata Luna menetes di pipi. Dia teringat kepada mimpinya tadi. Gadis itu melirik jam dinding. Masih jam tiga pagi, hatinya serasa tidak tenang. Akhirnya dia memutuskan untuk berjalan ke lantai satu. Menenangkan hatinya. Kreeettttt Pintu kamar Luna dibuka. Dia melangkahkan kakinya keluar. Lorong kamar gelap gulita. Semua penghuni kamar masih berada di mimpinya masing-masing. Dia kemudian berjalan menuju lantai satu. Mencoba menenangkan diri dengan menonton tv. Tuk.. tuk.. tukkk... Luna terdiam. Dia merasa ada yang mengikutinya. Hawa dingin mulai menyelimutinya. Namun dia mencoba untuk menepis rasa takutnya. ‘Jadilah berani Luna!’ batinnya. Dengan langkah pelan, dia mencoba maju kembali. Suara itu tetap mengikutinya dari belakang. Haruskah Luna menengok? Atau dia harus tetap maju. Rasa ragu mulai menyelimutinya.
“Kakek?” seru Luna. Kakek Luna, Raden Rangga Wijaya terlihat menampakan dirinya. Luna menghampiri Rangga. Raut muka pria tua itu masih sama bijaknya dengan saat Luna masih kecil. “Aku rindu kakek.” Luna berlari memeluknya. “Bagaimana kabarmu cucuku?” Air mata jatuh ke pipi Luna. Dia tahu ini mimpi, karena sesungguhnya orang yang ada di depannya ini sudah meninggal. “Baik.” “Kamu pasti mengalami banyak hal berat,” ucap Rangga. “Tetaplah kuat na. Aku minta maaf karena harus menurunkan kemampuanku padamu, cucuku.” Luna terdiam. Dia paham maksudnya. Ternyata kemampuan indigo yang dimilikinya adalah pemberian kakeknya. “Aku ingin kemampuan ini pergi. Aku Lelah!” terdengar nada emosi saat Luna mengatakannya. “Aku tahu,” jawab Rangga. “Tapi Tuhan tidak akan menurunkan kemampuan ini kepada sembarang orang.” Gadis itu tidak menjawab apapun. “Hanya orang-orang tertentu yang mendapatkannya,” lanjut Rangga. “Meskipun demikian dia h
Deg... deg... deg... Jantung Luna berpacu dengan kencang. Dengan jelas dia bisa melihat wajah wanita buruk rupa tersebut. Auranya benar-benar gelap dan pekat. Luna tahu bahwa ini adalah daerah kekuasaannya. “Hihihihihihihi.” Luna mendengar suara mahkluk tersebut di kepalanya. Seakan mengajak berkomunikasi dengannya. Dia semakin mendekatkan diri ke arahnya. ‘Aku harus maju!’ batin Luna. Dia kemudian melangkahkan kakinya satu demi satu. Berusaha sekeras tenaga mengabaikan mahkluk yang ada di depannya. “Wangi!” Leher Luna menegang. Dia tahu orang-orang sepertinya konon memiliki bau yang berbeda. Bau khas yang memang mengundang para lelembut datang dan penasaran. Sedikit lagi Luna bisa keluar dari lorong gelap tersebut. Sebetulnya lorong itu tidak panjang. Hanya sekitar dua sampai tiga meter saja. Namun entah mengapa Luna merasa berjalan sangat jauh. Terlihat cahaya mataha
“Kalian berdua hati-hati di jalan ya!” pesan Nanny. “Salam kepada kedua orangtua kalian.” Galang dan Luna mengangguk bersamaan. Mereka akan pulang ke kota Hujan menaiki motor. Luna akan menginap di kediaman Galang satu hari sebelum akhirnya pulang ke rumahnya. Kebetulan mereka berasal dari kota yang sama. “Aku pastikan akan mengantar Luna dengan selamat,” Galang mengucapkan janji dengan tatapan serius. “Sayang ya aku gabisa ikut!” seru Danny. Dia awalnya ingin ikut juga. Terlebih ketika tahu bahwa mereka berdua memiliki misi rahasia untuk melihat boneka Renatta, adik dari Galang. “Ada job sih, kalau ga ada gapapa.” “Sarah mana?” tanya Luna. Sedari tadi sahabatnya tidak menunjukan batang hidungnya sedikitpun. “Sarah meminta ikut awalnya,” ucap Galang. “Namun aku memberitahu bahwa ada kamu jadi dia ga bisa ikut.” Ada sedikit perasaan tidak enak dari Luna. Apakah jangan-jangan Sarah kecewa karena dia tidak bisa ikut. Namun Luna yakin Sara
Ngeeeenggg.... Suara kendaraan mulai terdengar di telinga. Kendaraan mereka secara ajaib berada di pinggir jalan raya. Saat itu sudah petang. Entah berapa jam mereka disesatkan. Galang menengok ke belakang. Mengecek keadaan juniornya tersebut. “Kamu gapapa?” “Gapapa ka!” jawab Luna. Dia masih memeluk pinggang seniornya tersebut. Ketika sadar langsung dilepaskan. Dia menunduk dengan malu-malu. “Aku minta maaf!” “Aku yang minta maaf!” bantahnya. “Aku melihat sesuatu dari kaca spion. Takut kamu kenapa-kenapa aku minta kamu berpegangan.” Wajah Luna terlihat kemerahan. Meskipun demikian jantungnya masih berdetak kencang. Tangannya pun masih sedikit bergetar. “Sepertinya kita terjebak selama beberapa jam.” Galang melihat arlojinya. Ajaib sekali, sudah pukul sembilan malam. Padahal dia merasa hanya berkendara selama setengah jam saja. “Kita benar-benar terlambat!” Kruukkkkk... Luna merasakan perutnya berbunyi. Wajar saja dia b
"Christie!" sambil berteriak, Bayu langsung berlari menuju dua orang mencurigakan tersebut. Tanpa berbasa basi, dia segera mendorong salah satu diantara mereka yang menggenggam pisau.Mencegah Bayu, satu orang lainnya langsung menarik lengan mahasiswa tersebut. Sempat Bayu terhuyung dan kehilangan keseimbangan sebentar hingga akhirnya dia terjatuh. Beruntungnya pisau yang berada di tangan salah satu dari mereka langsung terhempas.Bruk!Salah satu tudung hitam memukul pipi Bayu. Erangan kesakitan keluar dari mulut mahasiswa tersebut. Sementara Chriestie masih tertidur pulas. Entah apa yang menyebabkan gadis itu sama sekali tidak terganggu dengan suara berisik dari sekelilingnya. Seakan-akan Chriestie dibuat mimpi indah yang membuatnya tidak akan pernah bangun."Christie bangun!"Bayu telah berteriak sekuat tenaga. Namun sayangnya semua percuma. Gadis itu tidak bergerak sedikit pun. Mambuat Bayu sempat berfikir jika memang Chriestie jangan-jangan sudah meninggal. Tudung hitam itu kemb
"Firasatku berkata ada yang tidak beres Nanny!" ucap Bayu.Nanny masih berkeliling di dalam bangunan tua. Tidak hanya Bayu sebetulnya, dia pun merasakan hal yang sama. Ada sesuatu yang tidak beres di sini."Bukankah Galang berkata bahwa dia benar-benar melihat Chriestie?" Nanny mencoba untuk mengkonfirmasi kembali."Benar Nanny, dia bilang sendiri kalau Chriestie ke sini. Tapi aku benar-benar tidak melihatnya. Yang membuat aku merasakan ada hal yang tidak beres adalah ini!" Bayu menunjuk atas makam yang basah oleh darah. "Ini benar-benar tidak beres!""Karena itulah nak, aku melarang kalian untuk ke sini!" ungkap Nanny. "Inilah hal yang berbahaya. Makam ini adalah makam incaran sekelompok tertentu. Sebelum belanda datang, ada yang bilang tempat ini adalah tempat sakral untuk upacara tertentu! Setiap tahunnya, akan diadakan tumbal. Kemudian tidak lama kerabatku membeli tanah ini. Dan di sinilah dia pun mengakhiri nyawanya!"Bayu tercegang mendengar perkataan Nanny. Jadi tanah yang dia
"Nanny, apakah nanny masih kuat?"Bayu menggopong badan Nanny yang mulai menggigil. Perempuan itu mulai menunjukan tanda-tanda tidak sehat. Dia sedang benar-benar kedinginan. Kabut di luar sangatlah tebal, selain itu kabutnya juga menusuk kulit. "Tenang saja nak, badanku tetap bugar seperti saat aku masih muda!" Nanny berbicara sambil tersenyum. Sayangnya itu tidak bisa menutupi fakta bahwa perempuan tua itu kedinginan. Bayu berhenti sebentar, kemudian dia membuka jaketnya. Dia menyipirkannya ke punggung Nanny. "Semoga jaket ini bisa membuat Nanny terhindar dari dingin sebentar.""Bukankah kamu juga kedinginan nak?" tanya Nanny. Dia memegang tangan Bayu yang juga sedang kedinginan."Aku masih muda Nanny, aku masih bisa tahan!" ucap Bayu.Mereka berdua kemudian melanjutkan perjalanan. Meski sudah tertutup kabut, bayang-bayang bangunan sudah cukup terlihat."Sebentar lagi sampai nak! Kita harus memutar ke arah belakang. Di sanalah pintu masuk bangunan tersebut!" Nanny menerangkan kepa
"Danny?! Sob?! Where are u ganteng?" Galang berteriak memanggil sahabatnya tersebut. Namun nihil tidak ada suara jawaban."Bayu?! Kamu masih di sini?" Galang kembali berteriak untuk memastikan sahabatnya satu lagi."Ya bung!" jawab Bayu.Nanny yang sedari tadi diam akhirnya mulai bersuara. "Apakah Danny terpisah dari kita nak?""Ya Nanny!" kedua mahasiswa itu menjawab bersamaan.Galang menggigit bibirnya. Dia khawatir dengan sahabatnya. Tapi tidak hanya Danny yang sedang dalam bahaya, keberadaan Chriestie juga belum terlihat. Dia mengambil nafas dalam-dalam. Apa yang harus dia lakukan sekarang?Bayu kemudian menepuk pundak Galang. "Mungkinkah kita harus berpencar?""Tapi-!" Galang terdengar ragu. Bagaimana jika ini terakhir kalinya mereka bertemu. Bagaimana jika sahabatnya hilang selamanya. Lagipula jika mereka berpencar lagi, bukankah kejadian ini akan lebih parah?"Kamu mencari Danny, aku mencari Chriestie!" ucap Bayu. Belum sempat Galang memprotes, Bayu sudah melanjutkan perkataann
Kukk.. kuk... kuk...Suara burung hantu terdengar di telinga. Danny berkali-kali melihat tangannya. Meskipun gelap dia melihat bulu kuduknya berdiri. Dia pun merasa ada yang tidak beres di kebun ini."Karena kabutnya tebal. Jangan saling terpisah ya!" pinta Nanny.Kebun belakang memang tergolong luas. Nanny sempat bercerita kalau pada zaman Belanda, kebun ini adalah area perkebunan karet yang luas. Ada juga beberapa tanaman lain. Orang Belanda yang mendiaminya adalah kepala perkebunan. Karena itu areanya lumayan cukup luas.Galang sendiri melihat ke kanan dan kiri. Di sana tidak hanya manusia yang berjalan. Ada keanehan di sini, terutama karena ini bertepatan dengan bulan purnama. "Aneh sekali bulan purnama bersinar terang tapi kabut muncul tebal sekali.""Memangnya itu aneh bro?" tanya Danny."Entah. Rasanya aneh saja sih!" ungkap Galang.Bayu sedari tadi hanya diam. Dia memikirkan Chriestie. Namun ada hal yang menjanggal. Dia merasa tujuan yang mereka tuju salah."Teman-teman. Aku m
"Kamu yakin?" Wajah Bayu langsung berubah menjadi pucat. Sebagai pacarnya tentu saja keselamatan orang yang dia sayang adalah segalanya. "Apakah kita tidak sepatutnya memeriksa kamar Chriestie terlebih dahulu? Siapa tahu kamu salah lihat Lang!""Tapi dia masuk ke hutan Bay!" ungkap Galang. Sama seperti Bayu wajah Galang pun panik. Tadinya dia berniat untuk menyusul Chriestie sendiri ke kebun. Tapi dia memikirkan Bayu. Sehingga akhirnya mahasiswa itulah yang pertama kali dia kabari.Saat sedang terjadi keributan. Danny keluar dari kamarnya. "Kalian ngapain bro? Jam dua pagi astaga! Tidur woy tidur. Besok ada mata kuliah pak Herman. Galak betul dia. Takut aku!"Bayu dan Galang akhirnya saling tatap. Mereka kemudian berteriak secara bersamaan. "Chriestie berjalan ke kebun sendirian!"Danny langsung membuka mulutnya lebar. Dia langsung berlari. "Kalau gitu tunggu apa lagi kalian! Cepat kejar bodoh!"Mereka bertiga lari dengan tergesa-gesa. Sampai akhirnya mereka sadar pintu terkunci."Duh
"Jangan marah-marah dulu lah bung! Kamu bantu aku untuk membawa dia kembali ke kamarnya. Setelah itu aku akan menceritakan semuanya!" ucap Galang."Kalau gitu biar aku aja yang gendong dia!" pinta Bayu.Galang mengangguk. Dia memperhatikan sahabatnya. Ternyata Bayu yang dia kenal bucin kepada Chriestie. Sebetulnya sih ingin mengejek tapi dia tahan dulu.Satu menit berlalu sampai akhirnya Bayu menengok Galang."Apa?" tanya Galang."Bantu sob, berat ternyata dia!" ucap Bayu."Dibilang juga apa! Makanya gak usah sok menjadi seorang pangeran dong!" Galang tidak bisa menolak untuk mengejek Bayu.Akhirnya mereka berdua membopong Chriestie kembali ke kamarnya. Seolah-olah tidak ada apapun yang terjadi tadi malam."Jadi ceritakan semuanya!" pinta Bayu."Sebaiknya di luar Bay! Jangan sampai dia terbangun!" ucap Galang.Mereka akhirnya menuju kamar Galang. Namun ternyata yang terbangun pada saat itu bukan hanya Bayu dan Galang. Ada satu orang lagi yang berada di sana."Sarah, sebaiknya kamu tid
"Gengs aku merinding ya!" Danny mendekap tubuhnya sendiri. sembari berkata "hiyy" dia pun merasakan kengerian dan hal aneh."Rasanya kaya rumah ini diincar ga sih?" tanya Bayu.Mereka saling berpandangan satu dengan yang lain. Ketiganya merasakan hal yang sama. Seperti nyawa mereka sedang dalam bahaya."Apa kita harus bilang ke Nanny dan yang lain?" Bayu bertanya kembali."Jangan dulu kayanya! Takut mereka khawatir. Kita lihat dulu aja situasinya," ucap Galang."Benar. Apalagi di sini ada cewe sekarang. Kalau mereka khawatir dan panik ga asik!" ucap Danny."Yasudah kita bertiga sepakat ya buat nyembunyiin hal ini, tapi kalau nanti ada sesuatu buat kedepannya. kita langsung susun rencana lagi!" Galang berkata dengan penuh tenaga. Dua sahabatnya yang lain langsung menggangguk. Mereka hanya bisa berharap bahwa kedepannya akan baik-baik saja.***Kriing....Telepon di rumah berbunyi. Nanny yang kala itu berada di ruangan yang sama langsung mengangkatn
"Hah? Megang tangan?!"Dari mereka bertiga justru Danny yang terlihat panik. Padahal sebelumnya dia adalah orang yang seakan paling berani dan tidak percaya dengan hal mistik."Ja-jangan bercanda!?" ucapnya.Dari sela-sela pandangan dibalik kabut. Mata mereka langsung menerawang ke arah lengan Bayu. Benar saja, sebuah tangan panjang dan berkeriput terlihat di sana. Ketiganya langsung bergetar. Sementara Bayu hanya bisa diam dengan muka yang pucat.Tidak lama kemudian seseorang muncul dari balik kabut. Rambutnya putih beruban dengan lengan yang sudah berkeriput. Mereka bertiga terkejut melihatnya."Na-nanny!?" ucap mereka bertiga serempak."Anak-anak nakal! Sudah kubilang tidak usah mencari tahu lebih jauh. Ayo semuanya kalian kembali!" ucap Nanny. Dibandingkan kaget, mereka bertiga malah terlihat bergembira ketika melihat kedatangan Nanny. "Syukurlah itu hanya Nanny!" ucap Galang. "Aku pikir hantu!" sergah Bayu. "Kalian cepat kem