Nayla berdecak kesal saat tidak mendapatkan, balasan dari Farhan. Memasukan ponsel-nya ke saku, lalu menoleh ke Sella yang menunggunya.
"Ayoo pergi!" perintah Nayla melangkah masuk ke mobil.
"Nyonya, apa Tuan Farhan sudah mengizinkan?" tanya Sella hati - hati, membuat Nayla menoleh dan menatap tajam dia.
"Gimana mau izinin, orang dari tadi kagak dibalas! cuma di read aja. Mungkin dia lagi sibuk, dia pasti izinin kok kalau ke mall," ucap Nayla kesal, karena Sella menyuruhnya selalu lapor kepada Farhan.
Sella mengangguk ragu, lalu masuk ke mobil untuk mengemudikannya dengan santai.
"Sudah sampai Nyonya," ucap Sella memarkirkan mobil itu lalu keluar membukakan pintu untuk Nayla.
"Jangan ikuti aku, aku mau me time." Larang Nayla menatap Sella yang tengah menimang-nimang.
"Tidak Nyonya, saya dibayar untuk menjaga Nyonya. Jadi saya harus mengikuti Nyonya terus, nanti saya yang bawain
BAB 44INGAT JANINMUSebuah tangan cepat menarik Anisa dalam dekapannya, wanita itu langsung menangis dan lutut terasa lemas jatuh terduduk."Lepaskan akuuuu, aku mau mati aja!" teriak Anisa histeris."Ingat! janin dalam perutmu yang tak bersalah, ikut mati." Seseorang itu berjongkok lalu menarik dagu Anisa agar menatapnya."Gus Atha," ucap Anisa saat melihat wajah pria yang menariknya."Kamu ada masalah? Ayoo aku antar pulang," tawar Atha membantu Anisa agar berdiri."Maaf, telah menyentuhmu," ujar Atha menangkupkan tangannya."Tak apa," sahut Anisa dengan suara pelan."Ayoo aku antar pulang," tawar Atha sekali lagi."Tidak! aku sedang tidak mau pulang," tolak Anisa menggelengkan kepalanya."Ya sudah, jadi kamu mau ke mana? sebentar lagi ada seminar, apa kamu mau ikut?" tanya Atha melihat ke arah lain, tidak baik menatap Anisa lama - lama."Aku ikut Gus Atha, boleh?" tanya Anisa."Boleh, ayoo m
BAB 45SAKIT HATI"Gus Atha," panggil Anisa membuat Atha menoleh, mematikan sambung telepon dan memasukan ke sakunya."Iya, ada apa Neng," sahut Atha mendekat ke Anisa."Aku mau pulang dulu ya, acara juga sudah selesai," pamit Anisa, sambil menangkup tangannya."Aku antar, 'kan aku yang membawamu ke sini," ujar Atha melangkah mendahului Anisa menuju mobil miliknya."Kalau gitu, terimakasih," ucap Anisa lembut melangkah mengikuti Atha yang berjalan pelan."Maaf tidak bisa membantumu, kita bukan muhrim," ucap Atha tak enak, membuat Anisa cepat - cepat menggelengkan kepalanya."Tak apa," sahut Anisa cepat."Ayoo masuk, Neng," seru Atha membukakan pintu belakang.Anisa tersipu malu, lalu masuk ke mobil tak lupa mengucapkan terimakasih. Sedangkan Atha lekas menutupnya, melangkah membuka pintu dan lekas mengemudi."Oh ya, namamu siapa? kita belum sempat berkenalan walau bertemu," ujar Atha memecahkan kehening
BAB 46PERINTAH MUTLAK FARHANMatahari masih malu - malu untuk menampakan dirinya, sedangkan seorang pria telah rapi mengenakan pakaian. Menatap pantulan dirinya di cermin, lalu senyuman mengembang di bibirnya."Tunggu Ayah sayang, Ayah akan membantumu keluar dari rahim wanita pembawa sial itu," ucap Farhan datar lalu menatap Anisa yang terbaring lemas di kasur."Wanita ini malas sekali, jam segini belum bangun!" geram Farhan melangkah ke kamar mandi dan mengambil seember air lalu di siramkan ke wajah Anisa."Banjirrrrr," pekik Anisa spontan lalu memegangi perutnya karena sakit tiba - tiba bangkit."Auuuu, sakit perutku," erang Anisa mengelus perut.Farhan menatap dongkol ke arah istrinya, ia lekas menjambak Anisa agar menatapnya."Bangun malas! cepat mandi, dan siapkan makanan aku lapar," sentak Farhan melepaskan jambakannya lalu melangkah keluar kamar."Cepat bodoh!" teriak Farhan, karena mengetahui Anisa belum tur
BAB 47KELAHIRAN ANAK FARHANAnisa di pasangkan kateter sebelum masuk ke ruang operasi, wanita itu seperti ada raga tanpa jiwa, hanya diam membisu. Bahkan saat dokter melakukan pembiusan setengah badan di kenal spinal anestesi di sela tulang belakang."Nyonya, saya suntik ya. Tolong jangan gerak!" perintah Dokter mulai menyuntikan dan memasukan obat bius secara perlahan."Oke selesai, kakinya akan merasa kesemutan dan sulit digerakan, berarti biusnya sudah jalan." Dokter membantu Anisa untuk membaringkan tubuhnya.Dokter Erika lalu mensterilkan area operasi, mengunakan betadin dan alkohol.Lalu menutup area dengan doek steril."Kita berdoa dulu," perintah Dokter di lakukan oleh semuanya yang berada dalam ruangan."Bahkan saat aku melahirkan anakmu, kau tidak menemaniku." Anisa memejamkan matanya pilu, lalu berdoa walau hati rasa remuk.Setelah selesai berdoa, mereka mulai memasang oksigen dan alat denyut jantun
BAB 48TALAKFarhan langsung mengembangkan senyumannya, bangkit lalu melangkah pergi."Tunggu Papa, sayang," gumam Farhan masuk ke mobil lalu melajukannya.Setelah sampai rumah sakit, Farhan langsung masuk ke ruangan di mana Anisa dirawat. Ia menatap istrinya, yang sedang dibantu untuk mulai belajar menggerakan tubuh."Di mana anakku?" tanya Farhan datar, membuat Anisa menoleh ke arahnya."Mas, kapan datang?" tanya Anisa menatap suaminya."Sejak tadi, kau tak menyadari karena terlalu lebay," ucap Farhan sinis, membuat Anisa menundukan kepalanya."Sus, tolong bawa anak saya ke sini, saya ingin melihatnya!" perintah Farhan, membuat Suster itu akhirnya mengangguk lalu pamit."Masss," panggil Anisa, saat Farhan mendaratkan bokongnya di kursi."Ada apa?" sahut Farhan malas, sambil fokus memainkan ponsel-nya."Tolongggg, ambilkan minum," pinta Anisa membuat Farhan menatapnya tajam."Pleaseeee, Ma
BAB 49MENYUSUN RENCANASetelah dua hari dirawat rumah sakit, Anisa langsung di pulangkan. Wanita itu diam membisu, meratapi nasibnya yang sungguh memilukan. Bahkan saat suara seseorang mengucapkan salam dan membuka pintu, dia tak menyadarinya."Assalamualaikum.""Maafff, aku baru tau kamu sudah melahirkan," ucapnya sekali lagi, berusaha menyadarkan Anisa dari lamunan.Anisa mendongak mendengar suara seseorang, netranya langsung beradu dengan manik milik Atha."Kamuuuu, kapan di sini?" tanya Anisa refleks menundukan karena mata mereka beradu dalam satu garis."Beberapa menit yang lalu, kenapa kamu melamun saja? bukannnn, harusnya bahagia ya," ujar Atha mendudukan bokongnya karena letih."Gimana bahagia, anakku dibawa Mas Farhan," ucap Anisa lesu perlahan air dari kelompak mata berjatuhan."Memangnya kenapa, dia 'kan suamimu," ujar Atha bertambah bingung."Dia menceraikanku, saat anakku
BAB 50MENYAMARArga dengan sekertarisnya, sudah mulai mengikuti Farhan yang sekarang di bandara."Anak Papa, mau jalan - jalan ya," ucap Farhan mengajak bicara anaknya.Tiba - tiba saja, bayi itu menangis membuat Farhan sedikit kelabakan, ia langsung mengambil susu yang sudah ada di botol dot."Ini sayang, nenen," ucap Farhan menyodorkan ke bibir bayi, langsung diminum saat kencang."Pelan - pelan sayang, susunya gak bakal ada yang ngambil," kekeh Farhan lalu melihat jam, sebentar lagi dia berangkat.Arga dan David menyamar, mereka juga sudah membeli tiket pesawat. Ikut masuk, saat Farhan juga melangkah pergi.Kendaraan udara sudah lepas landas, butuh waktu empat jam untuk sampai tujuan. Banyak orang yang memilih, untuk menikmati pemandangan atau mengistirahatkan diri.Selepas mendarat, semuanya keluar dengan teratur. Farhan melangkah riang mengendong anaknya yang terlelap, ia sesekali menoel hidung bayi itu k
BAB 51DITOLAK(Arga dan sekertarisnya sudah pulang ke indonesia.) - FarestaSetelah mengirim pesan itu, Faresta langsung menatap wanita yang ada dihadapannya."Kauu masih belum keluar," tegur Faresta menatap tajam, wanita yang menundukan kepalanya."Tolong Tuan, jangan pecat saya," pinta wanita itu memegang kaki Faresta."Pergilah! aku tak mau melihat wanita yang jual mahal sepertimu!" usir Faresta menendang wanita itu sampai terjatuh."Tolong Tuan, Ibu saya sedang sakit, jangan pecat saya," isak wanita itu menangkupkan tangannya memohon."Sudah tau Ibumu sakit, pake jual mahal lagi," geram Faresta menjambak rambut wanita itu."Sakittttt," rintihnya memegang rambut yang masih dijambak Faresta.Faresta berjongkok, agar tatapan mereka berada satu garis. "Aku bisa membantumu, asal kau mau jadi istri kontrakku, sampai anakku lahir dari rahimmu," tawar Faresta tetapi disuguhi gelengan olehnya."Apa maumu sialan!"
75 - Sebuah Janji "Kenapa kalian dia saja?" tanya Afnan melirik semuanya. "Eh, ayoo makan," ajak Nayla dengan suara gugup, membuat Afnan menatapnya curiga. "Nayla!" panggil Afnan membuat wanita itu mengembuskan napas lalu membalas tatapan Afnan. "Ada apa, Mbak? ayoo makan, ini enak lho," ujar Nayla merasa tatapan Afnan semakin membuatnya sesak. "Kalian sembunyiin apaan?" tanya Afnan lagi, menatap semua orang yang berada di dalam. "Ayo sayang, katanya mau makan, makanan ini," seru Arga hendak menyuapi Afnan tetapi wanita itu tolak. "Massss, jawab pertanyaanku!" Arga mengembuskan napasnya kasar, lalu bersandar di dinding. "Rahimmu diangkat, kamu tidak akan bisa hamil lagi," ucap Arga seperti petir menyambar ke diri Afnan, wanita itu diam membuat semua orang khawatir. "Apa! Kamu pasti bohong 'kan, Mas!" raung Afnan dengan matanya sudah banjir dengan air yang terus berjatuhan. "Mbak, kamu harus ikh
74 - Mereka anak kitaSenyuman terpatri di bibir Arga, saat mendapatkan telepon dari istri keduanya, bahwa Afnan sudah sadar semenjak koma. Ia melangkah dengan tergesa - gesa sambil menuntun anak - anaknya, karena Leon dan Leana ingin berjalan."Ayo Nak, kita harus cepat - cepat ke ruangan Bund, soalnya Bunda sudah bangun dari tidur panjangnya," jelas Arga berusaha agar anak - anaknya melangkah lebih cepat."Wah, Unda uda angun, Eana engen enger cuala Unda," kata Leana dengan girang sambil loncat - loncat."Iya sayang, Ayah juga rindu suara Bunda," sahut Arga dibalas anggukan oleh Leana.Setelah sampai Arga langsung membuka pintu, matanya melihat Afnan tengah makan disuapi Nayla."Mas," ucap Afnan spontan dengan mata berkaca - kaca, terlihat sorot rindu dari manik keduanya."Sayang, akhirnya kamu bangun," ucap Arga lalu melangkah bersama Leana dan Leon mendekati brankar Afnan."Mas rindu kamu," kata Arga lalu meraih
73 - Nestapa terguncangDua tahun kemudian ...Seorang pria dengan telaten menyisir rambut istrinya, yang masih terbaring di brankar. Tubuh wanita itu kurus, surainya semakin panjang, tetapi matanya masih betah terpejam selama dua tahun ini."Sayang, kapan kamu membuka mata? aku sangat merindukanmu, anak kita juga," ucapnya pelan, sungguh ia tak sanggup rasanya, saat mendengar perkataan dokter tadi pagi."Apakah kamu tidak menyayangi kami? kenapa tertidur terlalu lama, ini sudah mau dua tahun sayang. Ayo buka matamu," pintanya lagi, lalu mengecup pipi yang tirus itu."Leana, sebentar lagi ulangtahun lho, bersama Leon, ayo bangun kita rayakan bersama," bujuknya menggenggam lengan wanita yang terpasang infus. "Tolonggggg, bangunlah. Kami sangat merindukanmu," bisiknya ditelinga sang istri."Aku salat dulu, ya. Di sini kok sambil menunggu adikmu dan anak kita," ujarnya melangkah ke toilet untuk berwudhu.***"S
72 - KecelakaanNayla tengah berbincang di cafe milik sahabatnya yaitu Zahra, ia sesekali meneguk kopi dengan perlahan. Sebenarnya dia menahan sesuatu terlihat dari wajahnya yang pucat."Duh, kenapa perutku sakit dan mulas ya, pinggangku juga terasa panas," erang Nayla memegang perutnya."Mungkin kamu mau melahirkan, Nay. Ayo kita cepat - cepat ke rumah sakit," ajak Zahra ia lekas membantu sahabatnya berjalan lalu dia antar menggunakan mobilnya."Rasanya semakin sakit, Zah," rengek Nayla, ia bergerak dengan gelisah."Sabar Nay, coba kamu telepon Mbakmu, kasih tau kalau mau lahiran," perintah Zahra, Nayla mengangguk ia segera merogoh tas mencari ponselnya dan menelepon Afnan."Assalamualaikum, Mbak," ucap Nayla sambil menahan rasa sakit yang hilang timbul."Walaikumsalam, ada apa Nay? kok kamu kaya ke sakitan gitu," sahut Afnan khawatir."Sepertinya aku mau lahiran, Mbak. Aku dan Zahra sedang dalam perjalan ke rumah sakit,
71 - kebahagiaanArga menatap puas seseorang yang berada dibalik jeruji besi, ia melangkah lalu mengulas senyum saat Farhan bangkit dan mendekatinya."Lepaskan aku sialan! beraninya kau memasukanku ke sini!," maki Farhan menatap tajam Arga, membuat pria itu terkekeh."Kau pantas disana, dan siap - siap pergi ke pengadilan agar tau selama apa kau tempat ini," kelakar Arga sambil terus memegang perutnya, karena tidak kuat dengan tawanya yang tak berhenti."Aku pergi, tidak ada waktu berurusan denganmu," ucap Arga sinis lalu pergi meninggalkan Farhan yang sangat marah.***Setelah Farhan menjalani persidangan, akhirnya di dijatuhkan hukuman penjara selama sebelas tahun. Faresta tidak bisa membantu sama sekali, karena pengacara yang dibawa Anisa dan Nayla sangat hebat.Pria itu sudah dikawal oleh polisi saat mendekati Anisa yang tengah menggendong Haidar, ia mengulas senyum."Selamat kau menang, Anisa," ujar Farhan menatap Haid
BAB 70MEMINTA RESTUDavid berjalan ke ruangan CEO, untuk bertemu Arga. Melangkah dengan santai, lalu membuka pintu tanpa mengetuk pintu, membuat Arga yang tengah fokus kesal karena terganggu."Awas jika membawa berita tidak penting," ancam Arga menaruh berkas di meja, ia menatap kesal ke arah David yang sudah dihadapannya."Kau harus menaikan gajiku," ucap David sombong, lalu menarik kursi untuk di duduki."Cepatlah katakan! aku ingin segera menyelesaikan pekerjaanku," seru Arga."Farhan sudah ditangkap, dia sekarang di kantor polisi," kata David membuat bibir Arga melengkung membentuk senyuman."Baguslah, nanti kutranfer uangmu, sebagai hadiah," ujar Arga membuat David langsung tersenyum."Terimakasih, Bro. Sekalian kasih gue cuti dong," ucap David senang."Nanti, bantu aku mengerjakan ini semua. Baru kuberi cuti beberapa hari," seru Arga, David mengangguk semangat."Nanti aku bantu, agar cepat selesai." Dav
BAB 69FARHAN DITAHANFarhan menyeringai, dirinya sudah berada di Indonesia. Malam ini ia beristirahat ke hotel, esok pagi akan langsung ke rumah mantan mertuanya. Lekas membersihkan diri lalu merebahkan tubuh di kasur dan memejamkan mata menunggu hari besok. Bulan berganti matahari, pria itu tengah bersiap - siap."Tunggu Ayah, sayang," ucap Farhan, setelah merasa sudah rapi, ia melangkah keluar hotel lalu mengemudi bertemu Haidar."Sialan! segala pake macet," maki Farhan memukul setir.***Arga dan istri - istrinya tengah sarapan, mereka fokus ke makanan sampai Nayla berkata sesuatu."Mas," panggil Nayla membuat Arga yang tengah makan akhirnya menatapnya."Iya, ada apa? kamu ingin sesuatu?" tanya Arga bertubi - tubi membuat kedua wanitanya terkekeh."Tidak. Aku hanya ingin bertanya, seperti penjaga bertambah ya?" tanya Nayla mengeluarkan rasa penasarannya."Memang? aku tidak memperhatikannya," seru Afnan dib
BAB 68POLISI KE RUMAHAnisa terkejut saat ada polisi yang berjaga di rumah orang tuanya, ia segera bersalaman dengan mereka lalu bertanya."Maaf, Pak. Ada apa ya?" tanya Anisa hati - hati, Atha sudah tahu jika ada polisi berarti Farhan akan pulang karena Arga tak akan melepaskan pria yang menculik istrinya."Maaf, Nyonya. Saya disini menunggu Tuan Farhan pulang untuk kami bawa ke kantor dengan laporan dia dalang penculikan istri Tuan Arga," jelas polisi itu, membuat Anisa mengangguk mengerti."Ayoo masuk dulu," tawar Anisa dibalas gelengan oleh mereka."Tidak Nyonya, saya hanya mau bilang mau mengawasi rumah Nyonya, itu saja." Polisi itu menolak tawaran Anisa."Ya sudah, saya masuk ke dalam dulu," ucap Anisa dibalas anggukan oleh beberapa polisi."Nis, aku pamit pulang ya," ucap Atha memberikan Haidar pada Anisa."Iya, makasih sudah mentraktir Haidar," kata Anisa tulus sambil mengulas senyuman."Iya, assalamualaiku
BAB 67Kemarahan"Aku 'kan hanya menggodamu saja, tidak serius ingin kopi pahit," ujar Atha membuat Anisa mengerucutkan bibirnya."Pokoknya kamu harus habiskan! titik." Anisa langsung bangkit saat mendengar suara tangisan Haidar, meninggalkan Atha yang terbengong melihat tingkahnya."Harusnya tadi aku tidak mengodanya," keluh Atha lalu menyeruput kopi dan mengeryit tidak suka karena pahit sekali.Anisa lekas mengambil Haidar dari box bayi, lalu menyusuinya karena anaknya sudah mulai terbiasa lagi meminum ASI membuat dirinya bahagia. Sehabis itu ia membawa Haidar keluar, melihat Atha yang tengah memainkan ponsel-nya dan kopi sudah habis hanya tinggal ampasnya saja."Kopinya sudah habis?" tanya Anisa membuat Atha menoleh."Sudah, demi dirimu," sahut Atha bangkit lalu mengambil Haidar dari gendongannya."Dih, kamu yang pingin," ketus Anisa lalu mendaratkan bokongnya di sofa dan memakan cemilan."Hmmm." Atha hanya menyah