Beranda / Romansa / SAHABAT DAN KISAH CINTAKU / 6. APAKAH INI CINTA PERTAMAKU

Share

6. APAKAH INI CINTA PERTAMAKU

last update Terakhir Diperbarui: 2021-03-16 18:31:03

Keesokan harinya aku berangkat ke sekolah, dan aku lihat Iwan sudah menungguku di depan muka kelas, duh malu, gugup sekali rasanya, sepatuku mendadak terasa berat begitu pun langkah kakiku ini, aduh serasa gemetar dan ingin putar arah saja kalau bisa. Dia malah berjalan mendekat ke arahku sekarang. Ingin menghindar, tapi tampaknya tidak mungkin deh, jantungku berdetak kencang sekali, apakah ini yang di namakan getar -getar cinta. Sangat gugup kalau berpapasan atau bertemu dengannya, tapi sebenarnya ingin ketemu sih walau sebentar.

"Hai Sin, senang deh bisa lihat Kamu pagi ini, berarti Kita jadian ya mulai hari ini?”

Aku pun hanya dapat menganggukkan kepalaku, dia terus memandangiku terus. Iwan Anak yang baik, dia selalu memperhatikan tugas -tugas sekolahku. Dia juga Anak yang pintar sekali, nilainya selalu bagus, seperti pelajaran Matematika dan Bahasa Inggris sedangkan aku selalu saja memiliki nilai yang masih pas -pasan. Malu sih jadi ejekan dia, tapi aku jadikan semangat saja agar setiap hari rajin belajar, karena sudah jadi tradisi di sekolah siapa yang punya nilai jelek, akan di hukum maju ke depan kelas, Ups semoga saja aku tidak merasakannya.

Siang ini Iwan mengajak aku mengobrol santai di depan kelas, sambil menikmati makanan ringan, dan aku pun mengeluarkan foto saat kami masih usia 3.5 tahun dahulu dari saku baju sekolahku. Foto saat di depan taman kantor papa kami entah beberapa tahun lalu. Mama cerita dulu saat aku, Iwan, Anggun dan Indra tiap hari di bawa ke kantor papa. Masih banyak foto -foto kami saat kecil, tersimpan rapi di album mamaku, mama bilang di koleksi saja, akan lucu jika foto itu dilihat setelah kami besar seperti ini. Sahabat masa kecil yang penuh kesenangan, kejahilan dan teringat sampai kini. Apalagi tentang cerita kecilku bersama Habib dan Rahman, dia adalah anak dari sahabat mamaku tante Ning, sekolah mereka dan rumah kami lumayan berdekatan, dan hampir sering mereka ke rumahku, karena tante Ning memesan pakaian seragam sekolahnya kepada mamaku yang memiliki usaha konveksi.

Kejadiannya saat itu aku baru di belikan hiasan rambut, bentuknya lucu, warnanya hijau, aku sangat suka sekali memakainya, tapi dengan santainya kedua adik -beradik itu merebut dan merusaknya dari kepalaku, sampai naik -naik di atas meja ruang tamuku, ya mereka umurnya masih sepantar aku pasti tante Ning sangat repot kalau harus mengawasi kejailan dan kenakalan mereka saat kecil.

Hal itu masih aku ingat sampai hari ini, dan aku kesal jika mereka main ke rumahku. Trauma saja takut mereka nakal dan menjailiku kembali. Tapi sepertinya mereka sekarang lebih pendiam, bahkan Rahman sering tertunduk malu jika bertemu denganku, mungkin mereka teringat saat -saat kecil dulu menakaliku dan menjahiliku.

Di sekolah, saat jam istirahat tiba, kini giliran aku yang meledek Iwan dengan foto masa kecil kami ini.

"Wan, ingat foto Kita dulu enggak?”

"Ah bohong Kamu, coba lihat sini?"

"Eh iya, Foto lama banget Sin, hadeah Kamu masih ingusan ini, masih di kucir 2 dan pegang es dalam plastik, Hahaha...."

"Tapi lucu kan? memang Kamu tidak masih culun dan ingusan nih!"

"Hahahahhaa, yayaya lucu Sin."

"Aku mau tempelkan saja di Diary ini lah, biar enggak hilang fotonya nanti."

"Ya benar Dek, kenangan tuh, bisa dilihat saat kita tua nanti."

“Terus deh ledek saja aku nya.”

"Hemm, bagaimana? Sudah mulai suka dengan pelajaran Bahasa Inggris?"

"Ya mulai serius belajar nih."

"Kalau masih lemot, kamusnya di bakar saja Dek, terus jadi in kopi deh terus di minum."

"Ehmmm awas ya, lemot-lemot juga Kamu suka Wan, Iya kan?"

"Abis kamu manis sih."

Dia kabur karena malu dengan ledekan aku ini, Hehehehe ya balas dendam dikit -dikit. Tiap hari dia selalu menjahiliku.

Kejailan -kejailan masa kecil dulu masih saja sering dia lakukan sampai kini, apa pun itu membuat hariku lebih seru dan bermakna. Walau sering sekali membuat aku kesal, sedih dan nangis dengan canda yang terkadang kelewatan rasanya.

Tak terasa sudah tiga bulan ini aku berpacaran dengan Iwan, hatiku senang sekali. Dia sering meneleponku setiap pulang sekolah di kala sore hari intinya kalau sama -sama bebas aja untuk menelepon, apa lagi kalau mama dan papa pergi kuliah begini, tepat deh waktunya. Hampir setiap waktu kami habiskan bersama selain sekolah ya lewat telepon. Bagiku kini selain menjadi sahabat, namun Iwan jadi pacar dan teman belajarku setiap hari, baik di sekolah atau di rumah, duh senangnya berasa punya seorang kakak deh. Kedekatan kami dari kecil membuat cinta pertamaku ini sangat manis dan berarti. Duduk berdekatan, saling memperhatikan satu dengan yang lain, membuka bekal dan jajan bersama -sama baik dari rumah atau saat jajan bersama di kantin sekolah, berbagi cerita saat kecil dan belajar bersama dengan teman -teman membuat kisah pacaran menjadi lebih lengkap, ternyata begini rasanya cinta pertama itu. Mungkin akan selalu kami ingat ya nanti sampai tua, sampai nenek.

Akan tetapi, sudah beberapa hari ini, rasanya aneh sekali. Seperti ada yang mengikutiku dan memperhatikan segala gerak -gerikku dari kejauhan saat di lingkungan sekolah. Dan saat aku sedang membersihkan ruang kelas siang ini, aku terima sepucuk surat cinta dari Kakak kelasku, dia menitipkannya kepada teman satu kelas yang sama -sama bertugas piket denganku.

"Surat dari siapa sih?"

"Surat dari Kak Masril."

"Masril siapa ya? Aku tidak mengenalnya sama sekali nama Masril?"

“Kakak kelas 2 B, ganteng loh, manis.”

“Ehmmm, mulai deh ledeki dan menggoda Aku.”

“Serius tahu, duh yang mau baca surat cinta, senyum -senyum sendiri deh, mulai.”

“Berisik ah, diam ya diam dulu!”

Setelah aku baca ternyata lagi -lagi isinya surat cinta. Tapi kan aku sudah punya pacar nih? ya sudahlah aku abaikan saja. 

Ternyata Masril lah yang selalu mengikuti aku dan Iwan saat pulang sekolah, siang ini aku dengar dia mengajak berantem Iwan di lapangan sekolah untuk memperebutkan aku. Seperti boneka saja di perebutkan, membuat aku malu dan mereka bertengkar di muka umum lagi. Duh kesel banget rasanya hatiku. Dan perjanjian mereka adalah, jika mereka kalah dalam perkelahian itu, maka harus menjauh dariku. Baik itu Iwan atau pun Masril, yang kalah harus mundur. Kesel rasanya, saat aku mendengar hal itu dan aku pun segera menyusul mereka ke lapangan, ke tempat mereka berkelahi, hanya saja aku terlambat, mereka sudah selesai dan sudah saling di pisahkan oleh teman -teman lainnya yang menonton perkelahian mereka.

Hasilnya Iwan kalah berkelahi, alhasil dia mendadak menjauh dariku seperti kesepakatan mereka secara seketika saat itu juga tanpa berkata -kata lagi kepadaku . Benar -benar tidak menyapa aku sama sekali, diam dan menghindar. Tampak ada beberapa memar di pipinya. Ingin rasanya aku mengobati dan membantunya tapi dia tidak mengindahkan perhatian yang aku berikan lalu bergegas pergi begitu saja. Kesal, aku pun menangis karena sedih. Dan aku harus pulang ke rumah dengan rasa kesal.

Berminggu -minggu aku coba menyapanya, tapi dia selalu mengacuhkan aku. Dan lagi -lagi hanya buang tatapan, memilih diam dan pergi dari aku. Dan pagi ini aku dengar dari teman-teman kalau Iwan sudah pacaran dengan Eni teman beda kelasku anak kelas 1 F, sedih rasanya mendengar semua itu. Kok segampang dan secepat ini mengambil keputusan, apakah putus? Atau menghilang tanpa kata begini.

Beberapa hari kemudian

"Hai Sin."

Kak Masril menyapaku dari belakangku.

"Aku yang temani Kamu pulang boleh ya Sin."

Terus saja dia mengikutiku, bersama teman-teman gengnya. Ikut naik ke angkutan kota yang aku naiki ke terminal, kemudian ikut menunggu angkutan kota berikutnya yang menuju ke rumahku. Ganteng sih kak Masril, tapi caranya itu yang bikin aku sangat kesal. Aku pun tetap cuek saja, tapi lama -lama aku lihat dia geregetan dan kesal padaku.

"Kok diam saja sih Dek, Kak di cuekin seperti ini sama Sintia?”

"Maaf ya Kak, Aku mau pulang ke rumah dulu nih, buru-buru, soalnya Mama telah menungguku di rumah dan Aku tidak biasa kelayapan jika pulang sekolah tanpa izin terlebih dahulu ke Mama."

Aku pun menjawab memberikan alasan, naik ke dalam angkot dan pulang menuju rumahku dengan segera, dia tampak sedih, tapi ya aku harus lakukan itu.

Kesal sekali hari ini, kemudian aku pun membanting tas sekolahku ke kasur saat tiba di rumah dan membuka sepatuku di dalam kamar.

"Brugggk."

"Ada apa Sin? Bikin kaget Mama saja Kamu ini"

Mama pun bertanya kepadaku.

"Tidak apa-apa, cuma lagi sedikit kesal saja Ma."

“Kesal kenapa?”

“Biasalah sama teman Sintia di sekolah.”

Aku mulai kangen, biasanya Iwan sering meneleponku kalau sore hari seperti ini, tapi sudah jam empat sore lebih dia tidak meneleponku juga, sudah mau dua minggu ini aku jadi sedih. Jangan kan mau angkat teleponku, aku tegur saja dia hanya diam. Kalau kata teman -teman  dalam waktu dua minggu kalau pacar tidak caling, berarti sudah benar-benar mau putus, menghindar dan menjauh dari kita.

Apalagi aku dengar dia sudah jadian dan punya pacar baru. Kenapa jadi seperti ini sih aku sebal, semoga saja besok dia sudah tidak kesal dan marah padaku, tapi apakah mungkin? Sudah lama sekali dia tidak menyapaku. Seperti inilah kisah cinta monyetku dengan Iwan, hanya dalam hitungan bulan saja. Sedih aku benar kehilangan sahabat dan pacar pertamaku secara bersamaan rasanya. 

Mau tak mau aku jalani hubungan dengan Kak Masril walau hanya saling mengenal, belajar bersama, saling menelepon dikala senggang dan menemani pulang bersama di angkutan kota, setidaknya biar Iwan puas dengan keputusannya memilih pacar yang baru. Tepatnya kak Masril menjadi pacarku hanya sebagai teman tapi mesra saja anggap saja dia pengawal pribadiku, setidaknya aku aman jika pulang sekolah tanpa di jemput mama dan papa. Khususnya di terminal yang terkadang sepi, dan banyak anak -anak rese dan isengnya. Setidaknya kalau ada kak Masril dia dapat menjagaku.

Kalau lagi main dengannya, Masril selalu menyanyikan aku sebuah lagu sambil memetikan gitar kesayangannya yang selalu di bawa dan di titipkan di kantin sekolah kami. Lagu apa lagi, selain lagu Mangkinkah dari band Stinky kesukaanku, dan cocoknya itu lagu yang sama -sama kami suka. Seperti sore ini, aku ada kelas menari di sekolah, sedangkan dia habis ada kegiatan OSIS di sekolah juga. Sambil jalan menuju ke rumah kami istirahat dulu deh sambil minum secangkir es, satu cangkir es porsi besar untuk berdua, Hahaha, ini judulnya jorok, irit atau romantis nih ceritanya? mana duduknya di pinggir makam atau kuburan di pinggir jalan lagi, yang sangat jelas bisa di pandang dari segala arah. Duh ah Masril ada-ada saja deh, terbayang dong kalau mama dan papa tak sengaja lewat dan memergoki, bisa jadi bahan ledekan nih nanti saat aku di rumah.

"Kak, yakin mau jajan di sini?"

"Iya? Memang kenapa Sin?”

"Kamu jijik ya jajan di sini sama kakak?"

"Enggak, tapi itu kan kuburan Kak yang tepat di belakang..."

"Ehmmm enggak usah takut, tuh lihat masih ramai, tuh ada si Mang tukang cendol ada Kak Dimas, Hendrik dan Handoko juga lagi pada mojok di sana, malah di atas kuburannya mereka duduk-duduk santai."

Dia terus merayuku, agar tidak takut dengan suasana makam, dan memulai memainkan gitarnya dan mulai menyanyikan lagu kesukaanku.

Tetes air mata basahi pipimu

Di saat kita 'kan berpisah

Terucapkan janji padamu kasihku

Takkan kulupakan dirimu

Penulis lagu: Ndank, Stinky

Ups, aku terbengong dibuatnya, aku terkesima selain lumayan tampan eh doi pintar main gitar dan nyanyi ternyata, di luar yang aku bayangkan. Mendadak hubungan yang awalnya terpaksa dan sekedar status punya pacar biar enggak di bilang jomblo wati ternyata menyenangkan juga dan Masril orangnya cukup baik dan punya banyak teman yang ramah dan baik.

Hampir tiga bulan lebih aku mengenalnya. Dan dia teman yang asyik, pagi, siang sore selalu ikhlas anter aku ke sekolah dan menunggu segala ekstra kurikulerku bersama teman-teman, dan lagi -lagi aku merasa nyaman sebagai seorang teman dekat. Lapangan Garuda dan Tempat pemakaman umum ini menjadi tempat favorit kami setiap hari bersantai baik sebelum les, atau saat senggang dan suasana makam yang mulanya menyeramkan bagiku, sekarang menjadi hal yang biasa saja, siang hari tak mungkin ada hantu kan? Dan tempat ini akan menjadi saksi bisu kenangan aku dan Masril kelak. Masril pacar keduaku saat Sekolah Menengah Pertama setelah Iwan, status sih pacaran, tapi bagiku hanya sebuah cinta monyet untuk mengenal dan bersahabat dekat dengan teman laki -laki dan penyemangat saat sekolah dan les saja.

Hari ini, atau tepatnya pagi ini, kenapa aku tidak melihatnya di sekolah? Ke mana ya dia, aku coba tanya -tanya deh kepada kak Hendrik, Dimas atau Nugroho. Ternyata Masril sakit, dan teman -temannya ajak aku mampir ke rumah Masril sehabis pulang sekolah, baiklah, boleh sekalian aku akan ajak Catur, Fitri dan Nita untuk mengantarku ke rumahnya setelah sekolah nanti. Saat pulang sekolah kami pun bergegas, kami sokongan untuk membeli buah untuk kak Masril, yang paling banyak sokongan tentunya aku kan pacarnya. Untung saja aku rajin menabungkan sisa -sisa jajanku. Sampai di rumah Masril tampak kaget melihatku, tampaknya dia demam, ada ayah serta adiknya  di rumah, lagi -lagi kak Hendrik iseng, dia mengenalkan aku kepada ayah Masril sebagai pacar, duh jelas saja aku seketika menjadi bahan ejekan mereka. Tidak berlama -lama kami menjenguknya, karena kami harus segera pulang, intinya aku malu dan takut di sana, tentunya karena ada bapak kak Masril.

“Cepat sembuh ya Kak?”

“Iya, besok sekolah kan?”

“Ehmmm, bang Masril, yang di jenguk mendadak langsung sembuh.”

“Hust, Iya Sin Aku besok masuk kok.”

Rahmat, adik Masril pun meledekku dengan senangnya, Rahmat sama kelas 1 denganku, hanya saja berbeda kelas. Dan baru hari ini aku tahu kalau dia adik kak Masril, semoga saja tidak mengadu -mengadukan kelakuan iseng dan jailku ke kakaknya, selama ini.

Bab terkait

  • SAHABAT DAN KISAH CINTAKU   7. AURA TEMAN LAMA

    Setelah pulang sekolah, dan menunggu mama dan papa pulang kerja, Catur memintaku menemaninya ngedate sama Bowi, alasannya sih main basket di lapangan basket sekolahan tempat mamaku mengajar. Ya oke deh cus, sekalian menunggu mamaku pulang sore nanti. Kami pun jalan bertiga dari sekolahku ke sekolah mamaku. Kami berjalan kompak menyusuri trotoar, dan aku kebetulan menjadi obat nyamuk atau setannya, istilah yang menemani orang pacaran. Di jalan iseng tuh Bowi bilang, mau kenal in aku sama sepupunya, biar tidak bosan sih sendirian terus, ya boleh lah aku rasa itu ide yang cukup baik "Sin, dari pada bengong nanti Aku telepon sepupuku ya, biar main basketnya Kita juga imbang dua lawan dua ok!" "Boleh, Anak mana Wi?" "Anak sekitar sini saja, namanya Agung dia seperti kita masih kelas 1 Sekolah Menengah Pertama kok." Ya ampun kayak dengar petir rasanya apa enggak salah Bowi bilang sepupunya

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-17
  • SAHABAT DAN KISAH CINTAKU   8. CINTA MONYET SELALU NYAKITIN

    Sedangkan di satu sisi, aku dengar abang Iwan dan Eni sudah putus, dan Iwan akan pindah ke sekolah Menengah Pertama Favorit di kota kami ini ya satu sekolah dengan Agung. Sama, harusnya aku juga pindah sesuai dengan bantuan koneksi papa kami. Tapi kalau aku dan Iwan masih tak bertegur sapa, apa nanti yang Iwan pikirkan jika aku pun pindah sekolah dengannya? Dan aku sudah nyaman di sini, aku sudah punya banyak teman bahkan sahabat yang cukup baik -baik, mungkin nanti lebih baik aku batalkan saja niatku untuk pindah sekolah. Saat pulang sekolah, benar saja Masril mengacuhkanku, Aku coba untuk biasa saja, berasa tidak ada apa -apa dan berasa nyaman pulang bersama Masril dan Tika. Dan sore ini, kami akan ikut perkemahan bersama. Semoga saja yang kak Dimas bilang tidak benar, mungkin mereka lagi dekat saja karena suatu hal yang tidak kami tahu. Sore ini, mama dan papa mengantarkan aku ke sekolah, pakaian serba coklat seragam pramu

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-17
  • SAHABAT DAN KISAH CINTAKU   9. PESONA 2 LELAKI TAMPAN

    Telepon di rumah aku berdering, eh ternyata Iwan meneleponku lagi. Seakan tidak ada masalah yang lalu, dia mengajak aku mengobrol banyak hal, tentang kabarku, sekolah, les dan kegiatan harianku. Entah apa ini, yang pasti Iwan yang dulu cuek kini telah kembali memperhatikan hari -hariku. Kini tidak ada kekakuan lagi di antara kami, semua telah membaik, temanku, sahabatku telah kembali ke pelukanku lagi. Segala keluh kesahku selain aku ceritakan kepada teman sudah ada Iwan yang setia mendengarku kembali. Terkadang dia memanggilku Sin, Dek atau panggilan manis lainnya, terkadang kami pun saling memanjakan kata -kata. Apakah ini yang di sebut Teman Tapi Mesra. Kalau di bilang balikan belum ada kata -kata untuk balikan menjalin hubungan spesial, tapi kalau di bilang teman, lebih dekat dan spesial dari teman pria yang lainnya. Apa pun itu aku merasa suka dan nyaman kini. Mungkin status bukan hal yang penting, sudah bisa dekat atau akrab itu sudah sangat aku syukuri.

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-17
  • SAHABAT DAN KISAH CINTAKU   10. PACAR BARU SEPUPU GEBETANKU

    Aku pun melanjutkan aktivitasku. Fina dan Maria latihan baris berbaris, mereka enggak ada bakat untuk menari, beda hal dengan aku, Nicky dan Tika, sedangkan si tomboi Catur sedang latihan Tai Kwon Do, dengan Yeni dan Yayuk. Bagiku menari itu menyenangkan, dapat membuat aku merasa tenang dan bahagia. Aku mulai kursus tari sejak Sekolah Dasar. Belajar tari menjangan dan tari sembah asal mula pertamanya. Sekarang aku mendalami tari-tarian khas Lampung ada tari Bedana, Bedana Lunik, Tari Sembah dan Tari Melinting. Nama guru tari kami ibu Sri Wiji, beliau sangat baik orangnya, ramah dan lemah lembut. Kelak, kami akan tampil di beragam acara sekolah seperti perpisahan atau lomba tari antar sekolah, seru kan? Selesai menari, kami pun kumpul untuk pulang sekolah bersama-sama, hanya Fina yang tidak bareng jalan bersama ke arah kantor papaku, karena rumahnya berlawanan arah dengan kami. Aku, Catur dan Maria sengaja nebeng naik mobil papa saja, hemat ongkos. Kami n

    Terakhir Diperbarui : 2021-03-17
  • SAHABAT DAN KISAH CINTAKU   11. SAKITNYA PAPA SEDIHNYA AKU

    Minggu pagi ini, aku dan mama mengantarkan papa berobat ke dokter langganannya. Ya Allah, sedih rasanya kalau melihat papa setiap saat harus menelan obat yang banyak dan besar-besar itu. Dan papa masih saja menguatkan menyopir mobil tua kesayangannya itu kemanapun kami pergi. Terkadang inggin rasanya cepat menjadi sosok wanita dewasa agar bisa membantu mama dan papa dalam segala bidang pekerjaan. "Pa, masih pegang uang berapa?" "Ngga banyak Ma, hanya tinggal beberapa lembar lagi saja ini di dompet." "Ya, sabar Pa semoga saja kelak ada rezeki Allah dari yang lainnya Pa." “Iya Ma.” "Sin, Kita ke supermarket saja ya, belum bisa jalan-jalan jauh, Kita beli roti sama buah-buahan untuk Papa saja ya?" “Iya, sebenarnya papa ingin ajak Sintia main ke pantai pasti seru, kapan-kapan ya Sin?” "Iya Ma, iya Pa kapan-kapan saja kalau papa sehat dan ada rejeki yang lebih." Jujur setelah tahu kondisi sakit

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-08
  • SAHABAT DAN KISAH CINTAKU   12. ANEH TAPI LUCU

    Tampaknya Catur bertemu dengan Miftah pagi ini, dan siang nanti Miftah mau menjenguk papaku di rumah sakit. Agak sedikit pusing aku belajar dan mengerjakan tugas di sekolah, mungkin karena aku kurang istirahat tadi malam. Setelah selesai sekolah, aku, Catur, Fina, Maria dan beberapa teman yang lain menjenguk papaku di rumah sakit. Dan tentu saja, mereka selalu kompak dan selalu berusaha untuk menghibur dan mengisi hariku. Tidak lama, hanya sekitar 30 menit saja mereka menjenguk papa, memang terbatasi karena sakit papa cukup serius dan perlu istirahat lebih oleh dokter. Tapi kehadiran mereka sangat menghibur papaku yang sedang sakit. Tampak Miftah datang, dia tersenyum kepadaku. Menyapa aku, Catur dan Papa. Entah apa saja yang dia bawakan untuk papaku. Terlihat ada aneka roti, kue kering, susu dan buah-buahan. Sungguh dia sangat royal kepadaku. Dan cukup lama menemani kami, tampak sisi dewasa mulai tumbuh didirinya, dengan sangat akrab berbincang dengan papaku.

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-08
  • SAHABAT DAN KISAH CINTAKU   13. TELEPON MISTERIUS

    Aku akan ada perlombaan menari hari ini, pagi yang cukup sibuk. Aku menyiapkan beberapa perlengkapan seperti baju yang tipis dan nyaman yang akan aku pergunakan untuk pakaian dalamku saat di rias nanti sebelum lomba menari. Tak lupa aku masukan beberapa perlengkapan make-up, sisir dan korset. Korset adalah modal terpenting bagi kami sebagai seorang penari. Agar kain dan kebaya yang kami gunakan dapat terlihat rapi dan nyaman di pakai. Tidak mungkin ketinggalan, bisa merosot kainku nanti. Dan lomba kita bisa berantakan. "Sin, Papa tak bisa melihat Sintia tampil ya, maaf Papa agak tidak enak badan ini Sin, dan di kantor ada beberapa berkas yang harus Papa kerjakan." "Iya Pa, tidak apa-apa." "Tapi Papa tetap antar Sintia ke sekolah dulu ya." "Iya Pa." Papa bergegas bersiap, dia mengalah berangkat lebih awal agar dapat mengantarku terlebih dahulu untuk persiapan dandan saat pentas nanti, ya kalau mau naik angkutan umu

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-08
  • SAHABAT DAN KISAH CINTAKU   14. SAKITNYA TUH DI SINI

    "Sin, ayo bangun sudah siang!" "Iya Ma, sebentar ya Ma, masih mengantuk sekali Sintia." "Nanti Kita telat loh, ayo pada mandi! Mama juga mau berangkat ini jadi juri baris-berbaris." Jam menunjukkan pukul 05.00 ya benar saja, secepat kilat kami harus bersiap jam 06.30 kami harus sudah di garis start dan bersiap untuk perlombaan baris-berbaris nanti. Papa dengan baik hati mengantar kami menuju lokasi, walau aku yakin pasti sangat lelah dan masih terlalu pagi untuk memulai aktivitas. Tapi Papa sudah biasa bangun subuh, walau sakit ataupun tidak sakit tetap sama dia orang yang rajin dan taat. Papa sangat taat menjalankan Shalat 5 waktunya. Papa sosok sempurna bagiku. Saat Baris-berbaris. Nyaris kami terlambat, kami sampai lima menit sebelum keberangkatan pertandingan. Teman lain telah bersiap berbaris rapi, kami berlari mendekati barisan. Merapikan topi, baju dan yang pasti mengikat tali sepatu dengan sekencangn

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-08

Bab terbaru

  • SAHABAT DAN KISAH CINTAKU   63 KISAH

    Bagian 1 (Kisah Masa Lalu)Hari KelahirankuNamaku Sintia, aku terlahir di Bandung tanggal 23 September 1985, di seorang Bidan desa teman ibuku. Aku dilahirkan dari ibunda yang bernama Eni suryani dan ayah yang bernama Wito. Bagi mereka lahir itu anugerah, tetapi bagiku itu awal kepergianku, ya aku akan di adopsi. Tidak lain tidak bukan yang akan mengadopsi ku adalah Kakak dari papa kandungku sendiri, yang tidak punya keturunan karena menderita penyakit dan sangat menginginkan keberadaan anak dalam rumah tangganya.Hal itu berawal saat ibu kandungku yang sedang mengandungku tiga bulan bingung mendapatkan kenyataan bahwa ia akan memiliki seorang anak kembali, Sedangkan beliau sudah memiliki empat orang anak yang masih kecil - kecil. Akhirnya mereka berniat membantu kakaknya agar memiliki anak, ahli waris dan teman saat tua nanti. Ya mungkin saja keputusan yang mereka ambil telah di diskusikan dan menjadi jalan keluar yang tepat.“Wito ke mana En, mas

  • SAHABAT DAN KISAH CINTAKU   62. SEMUANYA BELUM USAI

    Sudah hampir tiga tahun sejak ayah dan ibuku meninggal. Namun faktanya, kini persoalan sengketa tanah dan rumah tampaknya belum juga usai. Aku lelah, dan bisa dibilang jika aku sudah menyerah.Saya telah memberikan amanah kepada kakak laki-laki saya, untuk membantu mengurus semua ini. Entah kenapa hal yang biasanya mudah menjadi sulit dan rumit seperti ini mereka buat. Ya, itu karena bibi dan paman saya terus bertindak buruk, seolah-olah mereka tidak puas dengan hasil yang saya berikan dan jalan yang saya berikan. Saya telah pasrah dengan semua permintaan mereka untuk menjual harta dan warisan mama dan papa. Dan pada saat proses penjualan pertama saya juga hadir dalam transaksi tersebut. Padahal dari kecil hati saya menjerit dan sakit hati karena kehilangan warisan yang saya miliki dari ibu dan ayah. Meski sangat berat, terpaksa saya jual, dengan alasan menjaga hubungan baik antar keluarga. Saya berharap dengan keputusan saya semuanya akan berakhir, tetapi

  • SAHABAT DAN KISAH CINTAKU   62. TAROT

    Tahun terus berjalan walau sering terseok-seok dalam masalah. Malam ini aku iseng mulai melihat tentang hoki, keberuntungan, rasi bintang, shio ataupun tentang tarot. Kebetulan ada tarot online yang melintas di dinding Geoglle info saat membaca berita. Tak harus tunggu lama aku langsung mengklik nya dengan cepat. Aku masuk ke link admin, mereka meminta aku memasukan nama, tanggal lahir dan jenis kelamin. Langsung deh iseng, aku isi semua itu tanpa ragu. Beberapa detik kemudian aku berganti layar. Admin meminta agar aku memilih kartu tarot secara online sebanyak 3 lembar. Karena ketutup semua jelas saja aku klik secara acak. Tak lama kemudian layar HP memperlihatkan layar 3 kartu yang aku pilih. Sosok wanita sederhana itu kartu pertama yang aku dapat, sosok permaisuri dalam kematian, dan sosok permaisuri yang tampak duduk anggun dalam singgasananya. Tak lama berselang setelah aku melanjutkan pilihan lanjutan munculnya penjelasan dari ke tiga kartu

  • SAHABAT DAN KISAH CINTAKU   60. MENGGAPAI CITA LEWAT TULISAN

    Semenjak mama dan papa meninggal, selain mengurus Suami dan anak aku pun mulai mengisi kekosongan hariku dan kegiatanku, aku berjualan pulsa HP dan token listrik, membantu suami menjalani bisnis percetakan, jualan Online Shop kecil-kecilan, dan menulis puisi dan novel di sela-sela mengajar. Itu merupakan hobi dan kegiatan baruku. Walau aku tidak bisa berkarier seperti dulu lagi tapi aku harus tetap dapat berkarya di kelilingi kegiatan anak-anak. Alhamdulillah mas Dwi sebagai suami sangat mengertikan aku, beliau selalu mendukungku, walau tidak banyak modal yang dapat di berikan tapi dukungan itu menjadi sangat penting dan berharga sekali. Begitu pun aku, dengan kebebasan untuk berkarya, bergaul dan berkegiatan dari yang Dwi berikan padaku aku harus berikan segala yang terbaik, seperti mengurus rumah ku, anak-anakku dan keperluan mereka dengan baik. Apalagi jika mereka sakit, merawat, menjaga dan memperhatikannya menjadi hal yang lebih penting dari segala aktiv

  • SAHABAT DAN KISAH CINTAKU   59. MENGENANG KISAH

    Sudah hampir dua tahun mama dan papa meninggal. Terkadang masih timbul rasa sedih yang masih sesekali muncul di benakku. Teringat masa kecilku dulu, di saat mama dan papa yang sangat mencintaiku, dan memberikan ku segala hal yang terbaik. Rindu sekali saat-saat itu Mama yang sering menelepon ku, mengingatkan aku makan, mengingatkan aku Shalat, aturan jam 21.00 malam harus sudah ada di rumah saat pacaran, atau berbeda pendapat dalam mengasuh ketiga anakku, dan segala celoteh Mama yang sering membuatku gemas dan kesal. Atau sosok dia papaku, kalau aku sakit atau jatuh papa akan menjadi orang yang paling cemas, buru-buru membawa aku ke dokter atau mengurut kaki dan tangan ku jika terkilir, bahkan papa jua lah yang selalu menangis kalau dulu melihat aku di putus in pacar-pacarku atau gagal mengarungi rumah tangga. Terkadang beliau menjadi teman, dan kadang menjadi musuh terbesarku jika beda pendapat. Tapi kini mereka sudah tiada, aku pun hanya dapat merin

  • SAHABAT DAN KISAH CINTAKU   58. MENUA BERSAMAMU

    Usia kami aku dan mas Dwi kini sudah tak muda lagi, Mas Dwi sudah 43 tahun dan aku hampir 37 tahun. Belum lama sih kami mengarungi hidup bersama membentuk rumah tangga, yang baru ini, tak terasa sudah menginjak 5 tahunan bersama dalam rumah tangga. Tiga orang anak-anak yang lucu pun memberikan keindahan dan kebahagiaan tersendiri bagi hari-hari kami, dan mas Dwi kian rajin bekerja, demi memberikan segala kebutuhan yang terbaik untuk kami, begitu pun aku yang terus berusaha membantu dengan cara dan gayaku kini. Walau semua itu perlu 1 kata iklas dan perjuangan. Iklas menerima takdir tuhan baik kebaikan ataupun paket ujian-ujian yang Allah berikan kepada kami. Mas Dwi masih selalu romantis, jika saja aku masih muda pasti ingin menambah seorang anak lagi, hal itu mungkin akan memberikan keramaian lebih di rumah ini, tapi sudah cukup tiga anak saja. zaman sekarang memiliki anak banyak cendrung harus memiliki finansial yang baik, kita harus ter

  • SAHABAT DAN KISAH CINTAKU   57. PUTRA DAN PUTRI KEBANGGAAN SINTIA

    Tak terasa sudah hampir lima tahun pernikahan aku dengan mas Dwi. Alhamdulillah semua berjalan dengan lancar, ketenangan hidup perlahan - lahan pun aku peroleh. Kami pasangan yang di naungi dua bintang yang menurut primbon saling besebrangan, suamiku Taurus dan aku libra. Istilah perbintangan kami berasal dari unsur yang bertolak belakang, bumi dan langit. Di satu sisi kami sama-sama sosok yang romantis, di satu sisi kami sama-sama sosok yang pendiam atau sulit berkomunikasi. Komunikasi cendrung ke arah datar, dewasa dan secukupnya saja. Mungkin awalnya terasa canggung, tapi lama-lama kami saling terbiasa. Setiap hari kegiatanku adalah menjaga ketiga buah hati yang sangat lucu - lucu, selain memilih bekerja membuka pendidikan bimbingan belajar anak-qnak kelas dasar dan menggeluti dunia sebagai penulis. Semua kegiatan positif itu memberikan ku kebahagiaan dan hiburan tersendiri. Walaupun 1000 kenakalan anak-anak sering muncul, ya seperti itul

  • SAHABAT DAN KISAH CINTAKU   56. SAHABAT YANG SELALU ADA

    Memilih tinggal dan berada di tempat yang asing dengan di kelilingi orang yang masih tampak asing bukanlah hal yang mudah. Dan untuk hidup di sebuah perumahan itu ternyata gampang-gampang susah. Kendatinya selalu ada yang suka, atau sebaliknya, ada saja yang tidak suka dengan tingkah kita, gaya kita atau apapun hal kecil tentang kita, bagiku semua itu sah-sah saja. Aku lebih berprinsip ingin hidup tenang tanpa mengurus hal-hal yang tidak penting termasuk hal-hal sepele tentang tetangga. Banyak tetangga yang lain yang lebih suka saling balas dengan kelakuan-kelakuan konyol tetangga yang lain. Kebiasaan buruk ibu-ibu yang hobi kumpul, ngerumpi dan saling menjelekkan suka berdampak cekcok. Tapi beda dengan prinsipku yang cendrung cuek dan tak mau KEPO( ikut campur) dengan masalah kehidupan orang lain. Ada beberapa dari mereka yang suka cari gara-gara kepadaku atau anggota keluargaku lainnya. Tapi dengan sikap kami yang kompak cuek, alhasil merekapun ca

  • SAHABAT DAN KISAH CINTAKU   55. RAMALAN YANG KEMBALI

    Pagi ini aku menerima pesan masuk di Face book aplikasi, cukup banyak pesan iseng yang masuk, dan aku terbiasa untuk menghapusnya satu - persatu, aku lebih suka mengabaikan karna F******k lebih banyak kawan yang terbilang hanya kawan dalam dunia Maya saja. Lain halnya dengan pesan satu ini, pesan masuk dari Rahman. Aku berpikir Rahman seperti dulu, memberi pesan ancaman atau makian karena perpisahan kami masa lalu. Tidak halnya dengan hari ini aku tetap membacanya dan aku beranikan diri untuk membaca pesan dari Rahman itu, ternyata dia mengucapkan bela sungkawa atas kepergian mama dan papaku. Cukup terlambat sih, tapi aku bersyukur dia masih ada rasa perduli kepada kami. Peduli atas kesedihan dan rasa kehilanganku atas mama dan papa. “Assalamualaikum Sin, aku mengucapkan turut bela sungkawa ya atas kepergian Mama dan Papa, semoga Sintia dan keluarga bisa sabar dan iklas dan sabar.”Akupun membalasnya“Waalaikum salam Rahman, terima kasih

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status