Share

AEGLE

Penulis: chasalla16
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-06 23:51:24

Klevance tidak repot - repot berhenti untuk memeriksa apa Dewi Aegle dan para Healer sudah di kantor, sepagi ini kantor Wali Kota pasti masih kosong.

“Aku berani bertaruh mereka pasti masih mendengkur di istana mereka,” ujar Klevance sambil tersenyum miring.

Wali Kota memiliki istana sendiri dan terpisah dengan Istana Lismore, istana utama. Setiap tahun, kesibukan persiapan Festival Musim Semi selalu memengaruhi para Dewa-Dewi dan penduduk Ibukota, tidak terkecuali dengan Dewi Aegle dan para Healer.

Dan saat tertekan, mereka selalu bekerja di cafe sampai larut malam, sambil minum-minum tentunya. Untunglah sejauh ini tidak ada staf yang mengeluh dengan cara kerja Dewi Aegle dan para Healer. Sisi buruknya, hampir selalu dipastikan Dewi Aegle dan para Healer pulang dalam keadaan tumbang.

“Hawa nafsu dan hasrat benar-benar musuh terberat dan ternyata setiap makhluk hidup!” tukasnya sambil menggelengkan kepalanya pelan memikirkan ini semua.

Jangan heran jika kalian mengetahui seorang Dewi ataupun Dewa yang dianggap sebagian makhluk hidup seperti ‘Tuhan’ nya mereka melakukan hal-hal seperti itu.

Di dunia Klevance, mereka juga mempunyai hawa nafsu dan berlaku sebagaimana makhluk hidup yang bernama Bangsa Manusia pada umumnya. Tetapi di luar itu semua, mereka tetaplah Dewa dan Dewi yang memberkati dan melindungi seluruh penduduk Bangsa Kahyangan.

***

Akhirnya Klevance mencapai area Istana Orava yang penuh dengan para Nymph penjaga serta Healer.

“Selamat pagi, Tuan putri. Selamat datang kembali,” ucap mereka serentak sambil tunduk sejenak sebagai tanda hormat.

“Selamat pagi.”

Sambil mengangguk ramah dan membalas sapaan orang – orang, Klevance terus mendorong gerobaknya menjauhi pusat keramaian dan berjalan menyusuri taman Istana Orava yang sangat luas.

Klevance tersenyum kecut. Seandainya dia tidak terlibat dengan masalah ini semua dia mungkin sudah berada di Istana Lismore, istana utama Bangsa Kahyangan. Seandainya saja dia tidak terlibat dengan ini semua, dia sudah berada dalam hanyutan cerita yang akan dia ceritakan pada Ibunya.

Klevance mungkin putri Ratu pemimpin Bangsa Kahyangan, Tapi Larissa tidak pernah memanjakannya dan bahkan mendidik Klevance dengan cukup keras. Dia harus belajar mengendalikan kekuatan yang dapat membahayakan nyawanya setiap hari, dan bahkan dikirim ke tempat pengasingan akibat dirinya tidak bisa mengendalikan kekuataannya pada suatu hari saat pelatihannya sedang berlangsung yang membuat hampir seluruh Ibukota hangus terbakar olehnya.

“Kelinciku yang malang,” gumamnya singkat.

Klevance mendesah saat teringat hasil buruan yang 'sebenarnya' terpaksa harus ia tinggalkan di Hutan Aurora. Setidaknya dia meninggalkan buruannya tersebut di tempat terbuka sehingga hewan buas dapat menikmati hasil buruannya itu. Lebih baik begitu daripada membiarkannya membusuk sia-sia.

Sinar matahari semakin terasa menyengat, Klevance berbelok menuju jalan utama yang menghubungkan taman dengan pintu masuk Istana Orava tepat di ujung jalan taman ini, berbatasan langsung dengan tembok kota yang menjorok langsung menghadap ke hutan, ada sebuah bangunan Istana berlantai-lantai dan megah. Dewi Aegle membangun Istana Orava ini berbatasan tepat dengan tembok kota.

Lalu dengan menyalahgunakan kekuasaannya sebagai Wali Kota, dia membelokkan bentuk tembok kota demi memperluas halaman belakang Istana Orava. Berkat tindakan Dewi sekaligus sahabatnya itu, Klevance punya halaman luas pribadi yang kemudian dimanfaatkan sebagai kebun sayuran pribadinya.

Klevance menyeringai. “Ya, setidaknya dia memberikanku keuntungan dengan menyalahgunakan kekuasaannya itu.”

Di bagian terujung kebun ada sebuah bangunan kecil yang terpisah. Sehari-harinya bangunan itu dimanfaatkan untuk gudang peralatan dan menyimpan hasil sumber daya alam dan bermacam-macam obat-obatan herbal ataupun obat hasil racikan Dewi Aegle dan para Healer.

Klevance ingat ada dipan yang tergeletak di sana, sepertinya itu tempat yang cocok untuk merawat pria yang ditemukannya ini. Setelah setengah mati melewati hutan dan menyelundupkan nya ke Ibukota Irish, akhirnya Klevance berhasil menyembunyikannya di gudang belakang Istana Orava, kediaman Wali Kota Dewi Aegle atau sahabatnya.

Dia memindahkan pria itu ke dipan dan bergegas menuju Istana untuk memanggil Dewi Aegle. Kamar Dewi Aegle terletak di lantai tiga, persis di sebelah pelataran tempat beribadah sebagai bentuk penghormatan untuk dirinya.

Saat Klevance masuk ke dalam kamar Dewi Aegle, dirinya masih terlelap di tempat tidur. Sekilas Dewi Aegle terlihat seperti masih berusia dua puluhan, tapi Klevance tahu sahabatnya paling tidak berusia tiga ratus ribu kali lebih tua dari penampilannya. Namun seolah tidak sadar umur atau memang tidak sadar diri---Aegle selalu menolak dipanggil ‘Nenek atau Bibi'.

Menurutnya panggilan itu membuatnya merasa lebih tua dari usianya yang sesungguhnya. Yah, yang benar saja ... tutuk Klevance gemas.

Aegle masih membungkus diri dalam selimut. Sebuah botol tuak tergeletak di bawah tempat tidurnya, isinya tumpah mengotori lantai. Klevance menarik napas dalam-dalam sebelum menarik paksa selimut Aegle, yang menyebabkan sahabatnya berguling dari tempat tidurnya dan mendarat di lantai.

Kening Klevance mengerut cemas, sejak kecil dia sudah belajar untuk tidak mengganggu tidur Dewi Aegle---sahabatnya, dan itu bukan tanpa alasan. Aegle mengejapkan mata, menggaruk rambutnya yang bewarna hijau kebiruan---tindakan yang hanya menambah carut - marut penampilannya dan tidak akan ditemui di Dewi-Dewi lainnya tentunya.

Lalu dia melirik ke arah Klevance. "KAU BOSAN HIDUP, YA!?" raungnya. Tidak ada yang berani memperlakukan seorang Dewi seperti Klevance saat ini, bukan?

"Sebaiknya kau punya alasan yang bagus atau aku---”

Tanpa menunggu Dewi Aegle, sahabatnya menyelesaikan caci makinya, Klevance menarik tangan Dewi Aegle, memaksanya bangun lalu menyeretnya ke gudang belakang. "Kau boleh mengomel nanti," kata Klevance. "Sekarang ada sesuatu yang harus kutunjukkan."

Mereka tiba di gudang. Dewi Aegle terbelalak ketika melihat seorang pria asing tergolek di atas dipan. Klevance menyadari darah mulai merembes dari perban yang tadi dililitkannya ke sekujur tubuh pria itu. Dewi Aegle mengernyitkan alisnya. "Di mana kau temukan Lucifer ini?" tanyanya.

"Aku menemukannya di Hutan Aurora saat menempuh perjalanan kembali ke Ibukota dini hari tadi," Klevance mendelik.

"Lihat senjata di tangannya. Hanya seorang Lucifer yang menguasai penggunaan senjata macam sarung tangan bercakar dan lihatlah warna bola matanya yang sangat khas!” Dewi Aegle menjelaskan.

“Ya, Aegle. Aku sudah mengetahui bahwa dirinya adalah seorang Lucifer saat dia melukai sebelah sayapku,” tukas Klevance dengan nada datar.

“Sayapmu terluka? Senjata apa yang sampai bisa melukai sayapmu yang kebal itu?” tanya Dewi Aegle keheranan kepadanya.

Klevance menggelengkan kepalanya pelan, “Aku juga tidak tahu, tapi senjata itu seperti belati kecil tetapi mata pisaunya sangat tajam.”

Dewi Aegle tersentak mendengar perkataan Klevance. “Astaga!! Tidak salah lagi, itu pasti senjata pusaka Bangsa Kegelapan yang sudah lama hilang dan tidak diketahui keberadaannya!”

“Senjata pusaka Bangsa Kegelapan yang telah lama hilang? Apa maksudmu dengan mengatakan belati kecil itu sebagai benda pusaka Bangsa Kegelapan Aegle?” Klevance penasaran dengan cerita di balik senjata pusaka tersebut.

"Kamu akan mengetahuinya sebentar lagi, Klevance."

-Bersambung-

chasalla16

*Note* Halo semuanya! Apa kabar? Aku harap kalian baik-baik saja dan semoga hari kalian menyenangkan. Aku ingin meminta tolong kepada kalian jika menyukai ceritaku tolong memberikan ulasan terhadap karyaku ini ya dan tambahkan juga ke koleksi kalian agar tidak ketinggalan update!^^ Feel free untuk memberikan saran dan komentar kalian juga^^ Dan jangan lupa untuk menshare cerita ini jika menurut kalian cerita ini menarik^^ Mohon maaf sebelumnya, jika karyaku ini masih banyak kesalahan ataupun alur ceritanya yang tidak sesuai ekspetasi kalian. Namun, sekali lagi, jika kalian mempunyai saran dan kritikan untukku ataupun karyaku jangan sungkan ya untuk memberitahuku di kolom komentar. Aku akan sangat berterimakasih kepada kalian^^ Aku juga ingin mengucapkan terimakasihku dengan setulus tulusnya kepada para pembaca yang setia membaca karyaku sampai di chapter 5 ini. Kuharap kalian tidak bosan dan menemaniku hingga akhir cerita ini^^ Aku akan berusaha semaksimalku untuk karya ini^^ Salam hangat Chasalla16

| Sukai

Bab terkait

  • SACRIFICE : THE LADY   LUCIFER

    Perut Klevance mendadak terasa dingin, dia sudah membawa pulang seorang Lucifer dari Bangsa Kegelapan dan yang lebih parahnya Lucifer itu mempunyai senjata pusaka Bangsa Kegelapan yang sudah lama hilang dan tidak diketahui keberadaannya oleh siapa pun. Klevance menggeleng pelan untuk menenangkan pikirannya. Perhatiannya kemudian teralih lagi ke senjata pusaka yang dibawa oleh Lucifer itu. “Aegle, apa sekarang kau bisa memberitahuku mengenai senjata pusaka Bangsa Kegelapan yang kau katakan tadi?” Dewi Aegle mendengus kesal mendengar ucapan Klevance yang tidak sabaran. “Hei, Klevance! Perhatianmu memang sangat mudah teralihkan ya! Tapi syukurlah tidak ada yang berubah dari dirimu selama ini.” Dewi Aegle mengembuskan napasnya dan mulai melepas perban yang dililitkan Klevance ditubuh Lucifer itu, memperlihatkan luka-luka yang tersembunyi di baliknya. “Lihat! Lucifer ini terluka sangat parah dan juga sedang sekarat. Jika kau punya hati nurani, bersabarlah menunggu

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-09
  • SACRIFICE : THE LADY   SENJATA PUSAKA

    Klevance kebingungan dalam mencerna semua perkataan Dewi Aegle. “Oh, ayolah Aegle yang benar saja kau! Lalu bagaimana caranya agar Lucifer ini bisa selamat?! Akan sia-sia usahaku menyelamatkan dan membawa dirinya dari Hutan Aurora! Apa kau tahu? Aku sampai harus meninggalkan pedangku demi menyelamatkan Lucifer ini. Jadi tolonglah kau pikirkan cara lain untuk menyelamatkannya!” Dewi Aegle tersentak mendengar ucapan Klevance yang meninggalkan pedangnya di Hutan Aurora. Pedang yang biasa Klevance bawa juga benda pusaka---lebih tepatnya, senjata pusaka pertama yang berhasil diciptakan oleh Ratu Bangsa Kahyangan, ibunya, dan Raja Bangsa Kegelapan, ayahnya sebagai hadiah kelahiran Klevance. “Kau benar-benar sudah gila ya, Klevance? Bagaimana bisa kau meninggalkan pedang yang juga merupakan senjata pusaka di tengah hutan begitu saja? Bagaimana jika pedang itu ditemukan oleh orang asing dan digunakan untuk tujuan yang salah?!” Dewi Aegle mendesis kesal. “Tidak akan a

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-10
  • SACRIFICE : THE LADY   KEDATANGAN RATU

    Baru saja Klevance ingin mencari udara segar di luar gudang tersebut, datanglah segerombol Healer dan Nymph yang ada di Istana Orava menghampirinya. “Ada Baginda Ratu Larissa di ruang tamu utama Istana Orava, Tuan Putri. Beliau menunggu Anda disana dan ingin segera menemui Anda, Tuan Putri Klevance,” ujar mereka serentak dan meminta Klevance agar segera datang ke ruang tamu utama Istana Orava milik Dewi Aegle untuk menemui Baginda Ratu Larissa. Betapa terkejutnya Klevance mengetahui bahwa ibunya sudah berada di kediaman Dewi Aegle untuk menemuinya. “Ah, sial! Aku pasti terlalu lama berada di Istana Orava hingga ibu sendiri yang datang menemuiku disini. Bagaimana kalau dia curiga? Apa yang harus kukatakan padanya?” Klevance bertanya-tanya sendiri di dalam benaknya. Namun dia segera memalingkan kepanikannya dan berusaha tetap tenang di hadapan para Healer dan Nymph yang ada di hadapannya. Tidak boleh ada satupun dari mereka y

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-14
  • SACRIFICE : THE LADY   REUNI

    Sudah kuduga ini pasti ulah Pama Jerico. Ya… siapa lagi kan? Tidak mungkin Nymph penjaga yang kutemui, bukan? Nymph itu saja tidak punya akses untuk berbicara langsung dengan ibu hingga meminta tolong diriku untuk menyampaikan apa yang ingin dia sampaikan pada ibu. Orang tua satu itu memang ya, tambah bertambah usia tambah tidak bisa diam saja mulutnya. Klevance sedikit geram dengan Paman Jerico. Tahu gitu dia tidak akan menampakkan dirinya di tengah alun-alun Ibukota dan menyapa pria tua itu saat jubahnya tersingkap sekilas. “Lama tak bertemu, Klevance,” sapa seorang pria tua yang muncul dari balik pintu utama Istana Orava. “Memang sudah lama,” jawab Klevance. “Kulihat kau terus bertambah tua hingga tidak bisa membuat mulutmu diam sejenak, Paman Jerico,” ucap Klevance sarkas. “Ya, memang dia semakin tidak bisa mengontrol mulutnya sendiri,” sahut seorang pria lagi yang juga muncul secara tiba-tiba dari balik pintu utama Istana Orava

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-17
  • SACRIFICE : THE LADY   PERDEBATAN

    “Kejadiannya subuh tadi, kan? Tapi kenapa kalian baru menemukannya sekarang? Bahkan kalian tidak bisa menemukan penyebabnya? Apa yang kalian harapkan dari menginterogasiku seperti ini? Percuma saja, kalian hanya membuang waktu dan mungkin saja membuat pelaku yang sebenarnya benar-benar dapat melarikan diri.” Klevance menghujani mereka dengan semua pertanyaan yang menyudutkan Zelus dan Argan. Khususnya Zelus yang sedari tadi juga memojokkannya. “Kalian sedang menyembunyikan sesuatu dariku, ya? Tidak seperti biasanya Ibukota Irish mengutus para elite penjaga Sungai Arthur dengan jumlah sebanyak seperti yang kau sebutkan tadi untuk mengurus sungai dan perbatasan hutan.” Klevance terdiam sebentar, menatap Zelus dalam-dalam. “Mencurigakan sekali. Apa yang sedang kalian semua rencanakan akhir-akhir ini? Dan apa yang sedang mati-matian kalian sembunyikan dariku disini?” Klevance menatap mereka satu persatu. Mereka semua terdiam mendengar Klevance yang sudah sangat

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-18
  • SACRIFICE : THE LADY   KEPUTUSAN DEWI AEGLE

    Istana Orava, kediaman Dewi Aegle, Wali Kota sekaligus Dewi yang memberkati kesembuhan dan kesehatan kaum Bangsa Kahyangan. “Apa maksudmu aku juga tidak boleh menetap di istanamu, Aegle?” ucap Klevance meminta penjelasan kepada Aegle. “Bukan tidak boleh Klevance, tapi tidak untuk saat ini. Situasi dan kondisi saat ini sudah cukup runyam karenamu. Kau masih ingat kan mengenai Lucifer yang kau bawa pagi tadi? Setidaknya pikirkan juga nyawa Lucifer itu yang sedang sekarat. Aku tidak bisa mengizinkanmu menetap di tempatku sementara waktu ini demi kebaikan kita bersama. Kumohon mengertilah sedikit.” Klevance mendengus kesal. Dia menarik napasnya dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. “Lalu aku akan pergi kemana disaat seperti ini, Aegle?” “Tentu saja ke Istana Lismore, kediaman ibumu,” jawab Dewi Aegle santai. “Sungguh? Setelah semua yang telah kuucapkan dan kuperbuat padanya beberapa saat yang lalu? Aku tidak yakin dia masih menerimaku di temp

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-19
  • SACRIFICE : THE LADY   KEMBALINYA SANG PUTRI

    Di perjalanan menuju Istana Lismore, kediaman Ratu Larissa, Ratu kaum Bangsa Kahyangan sekaligus ibu Klevance. Klevance mendengus sebal di sepanjang perjalanan Ibukota yang menuju ke tempat kediaman Ratu Larissa. Bukannya apa, wanita berdarah campuran itu harus berjalan kaki ke Istana Lismore yang jaraknya sangat jauh dari Istana Orava---kira-kira sekitar tujuh kilometer jauhnya. Alasan lainnnya yang membuat wanita berdarah campuran satu ini merasa sebal di sepanjang jalan adalah karena dia harus kembali ke Istana Lismore setelah apa yang sudah dia perbuat di Istana Orava sebelumnya---dirinya menyinggung dan menyindir ibunya habis-habisan. Sayap Klevance juga masih dalam tahap pemulihan dan belum bisa digunakan saat ini. "Kenapa aku bisa sesial ini di hari pertamaku kembali?!" desisnya kesal. Klevance mencoba mengepakkan sayapnya untuk memastikan apakah sayapnya sudah dapat berfungsi seperti semula atau belum. Saat dirinya mulai mengepakkan sayapnya

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-23
  • SACRIFICE : THE LADY   ARGAN

    "Rahasia," ujar Argan sambil tersenyum meledek Klevance. Klevance memicingkan matanya kesal melihat dirinya berulang kali berhasil dipermainkan oleh seorang pria hibrida di hadapannya ini. "Cih, dasar sialan!" Dia menatap tajam pria tersebut. Klevance lantas memaksa kembali dirinya untuk mencoba melebarkan sayapnya dan berusaha pergi dari hadapan Argan. Dia mencoba untuk pergi secepatnya darisana dengan cara memanfaatkan sayap hitam miliknya tersebut dan terbang mengudara di langit Ibukota. Dirinya meringis kesakitan bukan main dan amat sangat luar biasa saat memaksakan untuk terbang dengan sayap yang masih belum pulih tersebut. Belum sampai sayap Klevance berhasil mengudara dengan sempurna di langit, wanita berdarah campuran tersebut kehilangan keseimbangan dirinya dan bersiap jatuh menghantam tanah yang sudah menunggunya. Argan yang melihat Klevance akan segera jatuh tersebut segera sigap mengubah dirinya dan bertransformasi menjadi seekor n

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-23

Bab terbaru

  • SACRIFICE : THE LADY   MAKHLUK LEGENDA

    "Jadi kau benar-benar putri tersebut! Pantas saja kau sangat berani juga sedikit tidak tahu sopan santun dengan seorang Dewi. Sudah lama tidak berjumpa, Putri Klevance.""Apa kau mengenalku?" Klevance memasang raut wajah bingung dengan pernyataan sang dewi yang seperti sudah mengenalnya sejak lama."Tentu saja aku mengenalmu. Kau adalah Putri pewaris tahta Bangsa Kahyangan. Tidak ada dewi atau pun dewa yang tidak mengenalmu.""Tapi kau tidak mengenalku di awal dan baru mengetahuiku saat aku memperkenalkan diri beberapa saat yang lalu!" sindir Klevance."Ya, tentu saja! Wajahmu sedikit berubah jika dibandingkan dengan dirimu waktu kecil. Aku bahkan tidak bisa mengenalimu sebelumnya."Klevance mengembuskan desah napas berat mendengar pernyataan sang dewi penjaga yang kini seperti seorang teman dekat yang telah lama tidak berjumpa satu sama lain.'Tetap fokus, Hitam. Waktu kita tidak tersisa banyak. Ingatlah bahwa Lucifer masih belum kau ke

  • SACRIFICE : THE LADY   BERTEMU DEWI PENJAGA

    "Selamat datang di duniaku. Kau bukanlah Baginda Ratu Larissa. Siapa kau? Mengapa memasuki dunia simbol yang bukan kawasanmu?" ujar seorang Dewi penjaga dunia simbol kepada Klevance.Klevance mengedarkan pandangannya dan mencari-cari dari mana asal suara yang sedang mengajaknya berbicara tersebut. Namun dia tidak dapat menemukan kehadiran siapapun di dalam dunia simbol tersebut. Dia hanya bisa melihat cahaya putih yang tak berujung di dalam dunia simbol tersebut. Sepi dan sunyi seperti tidak ada kehidupan apapun.Ya, tak heran, bukan. Dunia simbol adalah pertahanan terakhir dari sistem keamanan gerbang belakang Istana Lismore yang jarang dikunjungi oleh siapapun. Tentu saja tidak ada kehidupan di dalam dunia tersebut selain dewi penghuninya."Siapa kau? Kenapa aku tidak bisa melihatmu?" tanya Klevance pada akhirnya karena dia tidak dapat menemukan orang yang mengajaknya berbicara."Tentu saja kau tidak bisa melihatku. Hanya Ratu Larissa yang dapa melihat kehadira

  • SACRIFICE : THE LADY   MENYELINAP

    Bunyi kicauan burung yang begitu nyaring menandakan hari sudah kembali pagi dalam pergantian waktu di Bangsa Kahyangan. Namun sinar matahari masih terlihat begitu redup dan juga belum menampakkan diri serta keluar dari tempat persembunyian nya. Klevance terlihat tengah menyelinap untuk keluar dari kediaman sang ratu. Dia dengan sangat hati-hati melangkah perlahan menuju gerbang belakang Istana Lismore. Di mana pada gerbang belakang tersebut tidak ada satu pun bawahan sang ratu yang berjaga. Gerbang belakang Istana Lismore adalah tempat yang sangat jarang dikunjungi oleh sang ratu sehingga keamanan di sana jauh dari kata ketat. Dengan melewati gerbang belakang tersebut memudahkan Klevance untuk keluar dari istana milik ibunya tanpa ketahuan oleh satu penjaga pun. 'Abu-abu, apa kau tidak berniat membantuku?! Cepat bertukar jiwa, akan sangat merepotkan jika aku ketahuan sekarang!' ucap si Hitam kepada si Abu-abu. 'Ck, kau payah sekali, Hitam! Kenapa tidak bertuk

  • SACRIFICE : THE LADY   PERJANJIAN KONTRAK DARAH

    "Hei, Aegle. Menurutmu apa maksud dari ucapan Zelus padaku beberapa saat yang lalu? Apa yang harus kusiapkan besok? Apa mereka semua berspekulasi bahwa aku yang melakukan pembantaian terhadap kaumku dan juga bangsa manusia sekaligus Half-Angel di Hutan Aurora?" tanya Klevance dengan begitu penasaran akan maksud dari perkataan Zelus kepadanya. Dewi Aegle mengeluarkan desah napas berat. "Sepertinya begitu, Klevance." Klevance sontak tertegun sejenak. 'Mereka benar-benar mengira aku yang melakukan pembantaian itu? Sungguh? Kenapa tidak ada satu pun yang mempercayai diriku. Terutama Ibu ....' Dewi Aegle kemudian menoleh sekilas ke arah Klevance yang masih terdiam dan sedang bergelut dalam pikirannya. Dia lalu menepuk pelan pundak Klevance dan berkata, "Menurut informasi yang kudapatkan dari kantor Wali Kota, Zelus menemukan beberapa helai sayapmu di tempat kejadian tersebut dan dia telah melaporkannya kepada Ratu." Klevance lalu memandan

  • SACRIFICE : THE LADY   MALAM PERAYAAN

    Dor ... dorr ... dorrr .... Bunyi kembang api yang meledak di langit-langit Bangsa Kahayangan terdengar dengan jelas hingga ke penjuru sisi. Semua orang, terutama penduduk Bangsa Kahyangan terlihat memenuhi Istana Lismore sang Ratu. Para tamu yang hadir sangat menikmati pesta yang dibuat oleh sang Ratu Bangsa Kahyangan tersebut. Lantaran pesta tersebut adalah pesta termegah kedua selain pesta pernikahan sang Ratu dengan Raja Bangsa Kegelapan. Alih-alih ikut menikmati dan merasakan suasana yang meriah, Klevance tampak murung dan sama sekali tidak bersemangat. Dia berulang kali menghelakan napas berat sembari memandang ke langit-langit yang dipenuhi dengan kembang api yang indah. Akan tetapi, tatapannya terlihat sangat kosong. Bukannya tidak ingin menikmati, tetapi dia tidak bisa berpesta di tengah situasi yang sedang kacau dan tidak terkendali pada Bangsa Kahyangan. Selain itu, banyak sekali fakta dan juga misteri yang baru saja terungkap serta dia ket

  • SACRIFICE : THE LADY   MAHAKALI

    "Apa Klevance sudah sampai di kediaman Ratu Larissa? Kenapa aku tiba-tiba mengkhawatirkan perempuan menyebalkan itu?!" desis Dewi Aegle pelan kepada dirinya sendiri. "Aku akan meminta Kilorn untuk memastikannya," lanjut Dewi Aegle bergumam dan segera menghubungi Kilorn melalui telepatinya. Seteleh selesai melakukan telepati dengan Kilorn, Dewi Aegle mendapatkan sebuah pesan dari Bangsa Kegelapan. Surat itu diberikan oleh Kilorn kepadanya saat mereka berdua sedang melakukan telepati satu sama lain. Dewi Aegle segera membaca surat yang sudah terpapar dengan jelas isinya di dalam benaknya tersebut. Namun, sepertinya pesan tersebut dikirimkan oleh seorang Dewi juga. Yang mana Dewi yang mengirimkan pesannya kepada Dewi Aegle berasal dari Bangsa Kegelapan. Sehingga pesan tersebut dapat berbunyi dan terhubung satu sama lain seperti sedang berkomunikasi dua arah dalam jangkauan jarak yang dekat. 'Ini aku Mahakali, Aegle. Apakah kau yang menyembuhkan L

  • SACRIFICE : THE LADY   SELAMAT DATANG

    Tak berselang lama, Klevance dan Argan pun keluar dari dalam dunia khusus jiwa si Putih Klevance.Angin kencang menyambut kedatangan mereka setibanya mereka di dunia normal---Bangsa Kahyangan. Si Putih menggunakan kesempatan ini untuk bertukar lagi dengan si Hitam, sementara Argan masih berusaha beradaptasi kembali dengan dunia normal ini.Tak butuh waktu lama untuk si Putih dan si Hitam bertukar, kini si Hitam sudah sepenuhnya mengendalikan tubuh Klevance kembali.Seperti sudah diperhitungkan dengan matang oleh si Putih sebelumnya, pergantian jiwa dirinya dan si Hitam selesai tepat sebelum Argan benar-benar tersadar dari adaptasi nya. Si Hitam---Klevance menghela napas lega setelahnya.Untung saja! Waktunya sangat tepat! Kalau tidak, aku tidak tahu harus bagaimana, batin si Hitam.'Jangan lengah, Hitam. Cepat kembali ke Istana Lismore dan temui Ibu. Lalu malam nanti kau harus bergegas mencari Lucifer yang menghilang,' sahut si Pu

  • SACRIFICE : THE LADY   KEMBALI

    'HAHAHA, DASAR BODOH!' teriak si Putih sambil tertawa terbahak-bahak melihat si Hitam tidak mengetahui cara keluar dari dunia khususnya ini. Diam kau, Putih! Cepat katakan padaku bagaimana keluar dari tempat ini?! 'Tidak ada cara lain untuk keluar dari dunia khususku selain menyentuh pedang yang berada di puncak kubus bewarna ungu.' Brengsek kau! Bukankah sebelumnya kau mengatakan padaku untuk tidak menyentuh pedang apapun di dunia khususmu ini?! Dan sekarang dengan mudahnya kau mengatakan padaku untuk menyentuh pedang yang berada di puncak kubus? Kau berencana membunuhku, ya?! "Klevance? Ada apa dengan raut wajahmu itu? Apakah ada masalah?" ujar Argan yang membuat perbincangan si Hitam dengan si Putih menjadi terhenti sejenak. Si Hitam---Klevance sontak sedikit terkesiap dan segera menatap Argan dengan sewajarnya agar tidak dicurigai oleh pria itu. Kemudian dia menggeleng pelan, sebagai tanda dirinya tidak

  • SACRIFICE : THE LADY   HITAM

    Si Hitam mencoba berjalan menyusuri dunia elpízo milik si Putih terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk keluar dari sana. Dia ingin melihat dan mengamati cara kerja dunia ini. Dengan penuh hati-hati, si Hitam melewati jalan yang masih dalam bentuk labirin tersebut. Namun, saat dia menelusurinya selama beberapa saat, dia tidak berhasil menemukan ujung dari labirin tersebut. Dia pun lantas menggunakan sayapnya dan terbang mengudara di dunia elpízo untuk melihat lebih jelas segala sesuatu yang berada di sana. Si Hitam mengedarkan pandangannya ke segala penjuru di dunia elpízo dengan saksama. Matanya menyisir segala sisi tanpa ada yang terlewat sedikit pun dari penglihatannya yang tajam. Begitu banyak pedang di dunia ini. Sebenarnya apa fungsi dari pedang-pedang tersebut? Aku jadi penasaran! Kemudian dia mengehentikan pengamatannya saat melihat seorang laki-laki yang masih terjebak di dalam dunia elpízo milik Klevance. Laki-laki itu terlihat ber

DMCA.com Protection Status