"Bukankah kau sakit? Kau bilang kau sakit karena aku dan butuh perawatan. Tempat tiba-tiba kau ingin pulang setelah Mas Renaldy pergi?""Aku muak berada di sekitarmu, lebih baik aku mati daripada bertahan di sini denganmu!""Artinya kau tidak sakit?""Memang tidak!" Balas wanita itu dengan sengit. "Sebenarnya aku tidak pernah melakukan sesuatu yang membuatmu sampai semuak itu padaku. Aku tidak pernah mencuri uang atau menyakiti keluargamu, mengapakah kau begitu membenciku?""Suka suka aku!""Apa kamu memusuhiku karena Mas Renaldi mencintai diri ini?" "Tepat sekali.""Itu di luar kendaliku.""Tapi kau bisa menolaknya." "Kenapa aku harus menghancurkan kebahagiaan dan cintaku demi kamu! Bahkan kamu datang di saat aku dan dia sudah berhubungan, kami sebentar lagi akan menikah." "Kau bisa mundur?""Demi kebahagiaanmu?? Tidak tentu saja!" Aku tertawa. "Jadi kau tidak akan berhenti!""Tidak akan pernah, hubunganku dan Mas Renaldi sudah begitu kuat dan kami tidak akan goyah karena kedat
Tak tergambarkan betapa aku begitu bahagia di hari menjelang akad, kukenakan kebaya dan hiasan siger di atas kepala, untaian melati di sebelah kananku menambah aroma dan membuat penampilanku menjadi lebih anggun. Di make up terbaik telah dipilihkan ibu mertua dan mereka mendandaniku seperti seorang ratu sehari. Aku benar-benar bahagia dan tidak sabar lagi untuk acara akadku. Hal yang lebih melegakan lagi karena sepanjang tiga minggu terakhir aku tak pernah lagi berjumpa dengan mantan suami atau aruni yang pernah jadi benalu dalam hidup kami. Aku senang dan lega sekali terlebih memandang orang tuaku yang nampak begitu terharu akan pernikahan putrinya. Aku berharap semoga acara pernikahanku berjalan dengan lancar, meski ada satu iblis yang masih mencoba untuk membuat pernikahanku gagal, tapi aku memilih mengabaikannya atas permintaan calon suamiku. "Ayah tampan sekali dengan jas itu," ucapku sambil menggoda ayah, beliau tersenyum lebar sambil memegangi pakaiannya yang mahal. "A
Kali ini bukan aruni yang jadi ipar maut dalam kehidupan rumah tanggaku, tapi Lorena namanya, dia sepupu suamiku yang secara teknis akan jadi iparku untuk selamanya. Aku harus melakukan sesuatu agar wanita itu berhenti menggangguku, atau kalau tidak ...maka hidupku akan jadi neraka selamanya. Melihatnya tersenyum dari tempat duduknya aku jadi tahu kalau semua kekacauan yang terjadi sekarang disebabkan olehnya. Dia telah menyembunyikan stok makanan dan entah dia bawa ke mana makanan-makanan itu. Ibu mertuaku juga terlihat mendekati kolega dan berbicara secara serius pada mereka ayah mertua nampak malu Tapi beliau tetap tersenyum kepada semua orang, melihat keadaan itu, aku merasa sedih, aku ingin memperbaiki keadaan tapi tidak tahu caranya. Suamiku sudah memesan makanan Tapi aku tidak tahu kapan makanannya sampai, jangan-jangan makanannya baru tiba setelah orang-orang sudah pulang. Khawatiran itu tetap ada di hatiku dan membuat diri ini tidak tenang. Seperti biasa, aku tetap berus
"Tolong jangan alihkan pembicaraan, apapun tingkah istriku aku menyadari dan memakluminya. Tapi apa yang kau lakukan hari ini sangat keterlaluan!" "Tahu dari mana kalau aku adalah pelakunya!""Dari rekaman CCTV kau terlihat memerintahkan beberapa orang untuk memindahkan makanan tersebut. Kau menipu petugas catering dan kau bilang menu yang itu dibatalkan,kenapa kau lancang sekali!"Lorena terlihat berkaca-kaca mendengar bentakan suamiku, tanpa kucari tahu, Tuhan telah membantuku untuk menunjukkan siapa pelakunya dan membuka mata suamiku tentang tingkah asli sepupu kesayangannya itu. Dia masih sepupu... tapi tingkahnya seperti menguasai suamiku sebagai saudara kandung, memalukan sekali."Bayangkan kalau makanannya tidak datang... Aku dan orang tua aku akan sangat malu! Lalu makanan yang kau simpan itu juga akan terbuang dengan mubazir, aku telah membayarnya dengan mahal dan kau hendak merugikanku?!" "Aku tidak bermaksud begitu Rey!""Lalu apa maksudmu? Untuk mengacaukan pernikahank
Di momen yang indah dan bulan madu yang manis aku tidak mau membahas Lorena, tapi keputusan suamiku untuk menyingkirkan diri ini dari kantornya demi membuat wanita itu produktif bekerja sedikit menyinggung hatiku. Di belakangku rasa tersinggung itu menghantui seperti beban di dua bahuku, tapi di depanku ada kekayaan, aset dan saham, serta masa depan cemerlang menunggu, aku akan meraihnya hanya dengan mencintai Renaldi. Jadi daripada pusing tentang wanita yang cintanya bertepuk sebelah tangan itu, Kenapa aku tidak fokus mempercantik diri serta memanjakan mata suamiku. Bila dia nyaman bersamaku, hatinya terhibur dan merasa tentram tentulah dia tidak akan berpaling. "Jika aku membuatnya bahagia maka dia akan berikan apapun yang kuinginkan."Aku membatin sendiri sambil menerawang menatap pemandangan kota yang gemerlap, lampu berkelap-kelip dan kendaraan seperti mainan kecil yang berlalu-lalang di jalanan kota. Suamiku datang dan menghampiri diri ini, pelukan tangannya dari belakangku
"Hanifah....""Iya, ada apa lagi? Apa ada hal yang kau perlukan karena aku harus segera memilih bunga dan pergi!""Uhm, aku ingin bilang kalau, uhmm....""Apa Arman, Apa yang ingin kau katakan? Aku terkejut selalu berjumpa denganmu tapi heran juga karena kau selalu menemukan dan mengenaliku!""Apa salahnya Hanifah, dulu kau adalah belahan jiwa dan bagian hidupku, aku masih bisa merasakan jika kau berada di sekitarku, apa itu salah?""Maka ubahlah perasaanmu Karena aku bukan istrimu lagi. Tolong hentikan itu?""Andai bisa memutar waktu, Aku tidak mau fokus mencintai siapapun selain kamu. Aku ingin kembali merangkulmu seperti dulu dan kita bahagia bersama anak-anak kita.""Cih, omong kosong! Apa kau tidak ingat aku pernah memberimu penawaran agar kembali pada keluargamu dan jujur pada dirimu sendiri?""Aku benar benar bersalah!""Ya baguslah, jika kau sadar! Sekarang tidak ada yang bisa diubah, aku sudah menikah dan anak-anak hidup bahagia, cukup lihat kami dari kejauhan dan doakan saj
Mulai hari itu, mulai dari saat aku memutuskan untuk resign dari perusahaan suamiku, di hari itu juga, aku bertekad agar aku tidak akan terhina lagi. Aku tidak akan kalah meski latar belakangku hanya menengah ke bawah yang tidak berpendidikan apalagi memiliki warisan. Aku harus menunjukkan kepada semua orang bahwa aku pantas berada di posisiku, aku pantas mendampingi Renaldi, dan layak disebut sebagai Nyonya direktur. Aku sedang mengembangkan bisnisku dan aku tidak akan dirugikan oleh siapapun termasuk oleh Lorena wanita licik yang pandai memainkan intrik dan memutar situasi bisnis. "Tim manajemenmu akan datang dan kau bisa rapat bersama mereka sebentar lagi." Suamiku mengatakan hal itu sebelum dia berangkat ke kantornya, aku mendampingi dia menuju mobilnya. "Iya, Mas, aku sudah menunggu mereka.""Mereka sudah memilih posisi butik yang strategis untukmu, kami dapat tempat di pusat perbelanjaan yang tempatnya adalah milik temanku.""Baguslah kalau begitu.""Kami sewa tempat di lanta
*Kutunggu lelaki itu sampai dia pulang dari kantornya, setelah makan malam kami duduk bersantai di balkon rumah, kubawakan segelas kopi untuknia dan suamiku tersenyum senang menerima itu. "Gimana hari ini, apa semuanya lancar?""Iya, Alhamdulillah. Akhir-akhir ini aku senang pulang ke rumah karena seseorang selalu menunggu dan menanyakan hari-hariku. Terima kasih sudah jadi istri yang menyenangkan.""Sama sama, tapi ada hal yang membuatku sedikit tak senang.""Apa itu.""Maafkan aku, tapi aku keberatan Mas melibatkan Lorena dalam semua urusanku. Aku ingin mengatur usahaku sendiri dan tolong percayakan semuanya padaku.""Dia hanya mengelola modal untukmu." "Bila semua harus melewati dia, maka aku memilih untuk tidak memiliki bisnis dari modal perusahaanmu. Aku akan menabung pelan-pelan dan mengembangkan bisnis sendiri."Lelaki itu tertawa sambil menggelengkan kepalanya, dia memandangku sambil tersenyum."Sebenarnya ada apa? Jangan terlalu ambil hati masalah Lorena, kau tahu sendiri