"Apa maksudmu Rin? kenapa kamu melakukan hal seperti itu? ayah bener bener kecewa sama kamu Rin, kenapa kamu jadi seperti ini? kamu bukan Rina yang ayah kenal."
"Emang ayah kenal sama aku? bukanya cuma ibu yang besarin aku? ayah kenal sama aku baru yah, belum lama. Jadi wajar aja kalau ayah ngga tau sifat aku yang sebenarnya.""Lalu, apa kamu bangga jadi Rina yang seperti ini? ayah lebih suka Rina yang pertama kali ayah kenal, bukan Rina yang sekarang.""Ayah bener bener ya, ngga ngerti perasaan aku, aku lagi sedih yah, ibu yang udah besarin aku sampe sekarang, pergi dan ngga akan pernah kembali. Dan sekarang ayah bilang aku berubah, ayah mikir ngga sih betapa hancurnya hati ku.""Ayah ngerti Rin, ayah ngerti! tapi bukan seperti ini caranya. kamu fikir ini akan menyelesaikan rasa sakit yang kamu rasain? yang ada ibumu justru bersedih liat tingkah laku mu yang begini," ucap Roni yang membuat Rina terdiam.Ia menunduk, karena Roni menyebut"Rina kemana sih mas? kenapa udah malam gini belum pulang juga? jangan bilang dia ke bar lagi, pulang pulang mabuk lagi, kaya anak ngga di didik," cerocos Zahra ditengah tengah kegundahannya.Menanti Rina yang pergi sejak siang hari, hingga malam pukul 21:00 ia belum juga kembali."Yaudah, aku cari dulu ya," ucap Roni yang kemudian beranjak.Namun langkahnya kembali terhenti kala kini Rina sudah berjalan memasuki rumah, pandangan keduanya tak terhenti memperhatikan gadis remaja yang tengah berjalan mendekat itu."Dari mana kamu Rin?" tanya Roni."Ini jam berapa Rin? kamu pergi dari siang loh, kenapa baru pulang?" sambar Zahra.Belum menjawab Rina yang masih terdiam dan memperhatikan wajah Roni dan Zahra, yang kemudian berkata."Maaf yah, bun. tadi Aku ngga bisa pulang, aku capek jalan kaki, mau naik taxy aku lupa ngga bawa uang, untung ada om.." ucapannya seketika terhenti kala ia hendak menyebut nama Rizki."Ad
"Ayah, tunggu yah. Aku mau bicara sebentar, bisa?" ucap Rina menghentikan langkah Roni."Ada apa Rin? ayah lagi buru buru banget nih.""Ini soal bunda yah.""Bunda? ada apa?""Jadi kemarin aku ngga sengaja liat bunda sama..."Dreet dreet..Tiba tiba terdengar ponsel Roni berdering, hingga memutuskan ucapan Rina."Iya iya, saya kesana sekarang," ucap Roni pada seseorang disebrang teleponnya.Tanpa menghiraukan Rina lagi, Roni yang kini melanjutkan langkahnya. Niat Rina untuk memberi tahu Roni tentang Zahra yang jalan berdua dengan Rizki pun gagal."Bu, aku berangkat dulu ya."Terdengar ucapan itu ditelinga Rina, hingga membuatnya memutarkan tubuh. Zahra yang terlihat sedang berpamitan dengan Fatimah, hendak pergi ke Cahaya resto."Bunda mau kemana lagi? jangan jangan bunda mau ketemu sama om ganteng itu lagi," batin Rina yang pandangannya terus tertuju pada kepergian Zahra."Ng
Hari ini, jam menunjukan pukul 13:00 Roni dan Zahra berada dalam satu mobil yang sama hendak pergi kesuatu tempat.Didalam sana, Roni dan Zahra saling bercanda, suka dan tawa yang terjadi saat ini. Entah apa yang akan terjadi setelah ini, rasanya Zahra sulit sekali memalingkan wajahnya dari wajah tampan sang suami.Seakan saat ini adalah saat terakhir kalinya ia melihat wajah itu. Sadar sedang diperhatikan, Roni yang kini menoleh dan berkata."Kenapa sih kok ngeliatin nya gitu?" tanya Roni melirik Zahra yang masih bertahan dengan pandangannya."Ngga papa, sayang aja kalau wajah ganteng kaya gini ngga diliatin," candanya yang membuat Roni terkekeh.Ditengah tengah perbincangannya, tiba tiba..Dreet drret!Sebuah panggilan masuk di ponsel Roni, dengan cepat ia pun meraih ponsel dalam saku celananya, saat hendak menjawab panggilan itu tiba tiba ponselnya terjatuh.Dan membuat Roni harus mengambilnya, tubuhnya kini
Keesokan harinya.Setelah beberapa hari pencarian Zahra dilakukan, kini kembali Roni bergegas untuk mencari sang istri. besar harapannya untuk dapat menemukan Zahra hari ini, terbiasa hidup bersama Zahra, seketika ditinggal rasanya membuatnya tak nyaman."Kamu hati hati ya Ron, jangan gegabah tetap fikirkan kesehatan mu juga," ucap Fatimah setelah Roni berpamitan hendak mencari Zahra."Iya yah, ayah hati hati ya, aku sama oma nunggu kabarnya dari rumah," sambar Rina, yang membuat Roni mengangguk.Langkahnya kini pergi meninggalkan rumah.Tak lama dari kepergian Roni, Rizki yang kini datang membuat Fatimah dan Rina seketika memutar tubuhnya kembali.Melihat kedatangan Rizki wajah Rina seketika berbinar, yang kemudian mendekat dan memperhatikan wajahnya dengan ekspresi kecentilan."Eh om Rizki, ada apa om? mau nyariin aku ya?" tanya Rina dengan gaya manja.Tak menghiraukan rayuan Rina, Rizki yang kini mendekati Fatimah
Hari demi hari berlalu. Zahra yang kini keadaannya sudah mulai membaik. Dengan penuh kasih sayang kedua orang tua itu merawat Zahra.Ditengah tengah renungannya, kini ingatan Zahra tertuju pada sang suami, wajah Roni yang sedari tadi terbayang bayang dalam ingatannya, rasa rindu tak bertepi, ingin sekali bertemu, namun kini mereka sedang jauh."Mas Roni, aku kangen," batin Zahra dengan mata memerah."Gimana caranya aku bisa keluar dari desa ini? bagaimana caranya aku bisa kembali ke Jakarta? aku kan ngga punya uang," tambahnya dengan pandangan yang terus merenung.Tiba tiba.. nenek Misni yang kini melintas, dengan cepat Zahra memanggilnya."Nek."Mendengar panggilan itu dengan cepat Misni mendekat."Ada apa nak?""Nek, aku kangen sama keluarga ku nek, aku kangen suamiku, anakku juga ibu mertua ku, mereka semua ada di Jakarta nek," ucap Zahra yang membuat nenek terdiam."Lalu?""Nek, gimana cara
Pagi ini kembali Rizki datang kerumah Roni, untuk melanjutkan pencarian Zahra yang juga belum dapat ditemukan.Rina yang melihat kedatangan Rizki seketika mendekat, gadis remaja itu selalu bahagia apa bila laki laki yang ia Juluki om ganteng itu mendatangi rumahnya."Hay om," sapanya dengan senyum sumringah."Hay Rin, ayah mu ada?""Ada, lagi siap siap buat cari bunda.""Bilang ya, saya datang. Saya mau ikut cari bundamu."Mendengar ucapan itu membuat Rina mengkerlingkan matanya, seketika ide cemerlang pun terlintas diotaknya."Jadi om mau ikut? kalau gitu aku ikut juga deh," ucap Rina yang membuat Rizki mengerutkan dahi."Ngga usah lah, ngapain? malah bikin repot.""Ih kok bikin repot, ngga papa lah kan ngerepotin om.""Bener kata om Rizki Rin, kamu dirumah aja, tunggu kabar dari ayah," sahut Roni yang tiba tiba datang menyambar ucapan Rizki."Ih, ngga mau yah, Aku mau ikut, emang ngg
Dreet Dreet!Dering ponsel pagi ini membangunkan Roni dari tidurnya, perlahan tangan nya meraih ponsel diatas nakas dan dengan cepat menjawab panggilan tersebut."Ron, bisa ke kantor sekarang? ada klien penting yang harus kita temui."Begitu lah ucapan yang membuat Roni terdiam, rasanya ia belum siap bekerja kembali, fikirannya masih terus tertuju pada Zahra, namun bagaimana pun suatu pekerjaan adalah sebuah tanggung jawab.Sejenak berfikir, dan menyiapkan jiwanya kembali untuk terfokus pada pekerjaannya, lagi pula ia tak harus turun tangan setiap hari, karena ia bisa menyuruh orang untuk mencari istrinya yang hilang."Ya, saya kesana sekarang," jawab Roni yang kemudian beranjak.Bersiap siap dan hendak melaju ketempat kerjanya. Langkah tegap Roni kini melintasi ruang makan, tampak Fatimah dan Rina disana."Ayah mau kemana?" tanya Rina yang membuat langkah Roni terhenti."Ke kantor, ada kerjaan mendadak."
"Pak Roni saya menemukan benda ini, disekitar kejadian," ucap seorang pria yang memberikan sebuah ponsel pada Roni.Itu adalah benda milik Zahra, ponsel yang layar nya sudah tak dapat menyala, bentuk nya pun sudah tak beraturan."Ini milik istri saya, apa ada tanda tanda lain?""Belum pak, sementara baru ponsel ini yang kami temukan.""Lanjutkan pencarian, saya mau istri saya ketemu.""Baik pak."Kembali laki laki bertubuh kekar itu meninggalkan tempat. Pandangan Roni yang tak berkedip memperhatikan benda pipih yang ada digenggamannya saat ini."Kamu dimana sayang? Kamu pasti bingung banget kan, gimana caranya kamu mau hubungi aku?" gumam Roni dengan pandangan tak berkedip.Ditengah tengah renungannya, tiba tiba Fatimah datang memperhatikan sebuah ponsel digenggaman sang anak, matanya melebar kala ia mengingat milik siapa benda itu?"Ron, itu handphone Zahra kan?""Iya bu, ini handphone Zahra,
Hari ini adalah hari bahagia yang dinanti Rina dan Rizki tiba, hari pernikahan yang hendak mengubah status mereka menjadi menikah.Pagi ini, Zahra yang telah bersiap dengan penampilan elegannya, penampilannya cantik namun wajahnya tak berhias senyuman.Matanya meremang, penuh air mata yang seketika dapat menghapus make up di wajahnya."Kalau ini memang takdir kita, aku akan terima mas," ucap Zahra yang berusaha tegar.Sementara Rina dan Roni yang kini telah bersiap dengan penampilannya masing masing, sebuah gaun berwarna putih menghiasi tubuh mungilnya dengan sangat cantik.Bibir nya tersenyum, dan merona. Ekspresi wajah bahagia itu tak hilang dari wajah ayu gadis mungil yang akan segera mendapat gelas istri tersebut.Masalah akan Zahra, sementara terlupakan. Belum lagi memikirkan kemana pergi nya Zahra setelah kembali ke Jakarta?Dan Roni yang kini sudah siap menyambut kedatangan calon menantu yang tidak lain adalah sahabatn
"Gimana Jes, udah jadi kan? undangannya juga udah disiapkan?""Udah Ron, ini udah aku siapin semuanya," ucap Jesika seraya memberikan sejumlah undangan pada Roni.Lagi lagi perkara sakit hati, Zahra tak dapat menahan air mata kala melihat keakraban yang terjadi kepada Jesika dan suaminya.Meski mulut sudah mencoba mengucap iklas namun hati rasanya masih belum bisa. Berat dan sulit adalah rasa untuk mengikhlaskan cintanya."Lusa hari pernikahannya, akan kah aku sanggup?" batin Zahra dengan air mata yang kembali menetes."Jes, setelah ini kita cek gaun nya ya, kalau sudah siap langsung saja dibawa pulang, waktunya kan udah ngga lama lagi.""Iya Ron, mungkin lebih baik begitu. biar kita jadi lebih santai nantinya," jawab Jesika yang membuat Roni mengangguk.Entahlah, pemandangan yang terjadi rasanya mengarahkan pikiran Zahra pada pernikahan mereka, meski sebenarnya tidak ada hubungannya.Ditengah tengah perbincanga
Rina gadis mungil yang kini tersadar paska operasi, perlahan matanya terbuka. Penglihatannya tampak buram, orang pertama kali yang ia lihat tampak tersenyum padanya, namun entah siapa pemilik senyum manis itu.Berulang kali Rina mengerjap ngerjapkan matanya, agar penglihatannya tak lagi buram, setelah cukup jelas memandang, ternyata wajah manis itu milik Rizki.Laki laki yang tidak lain adalah calon suaminya. laki laki itu tersenyum membuat hati Rina tenang, dengan pandangan mata yang tertuju tajam menatapnya."Abang," ucapnya lemah.Alih alih menjawab, laki laki berkaca mata itu justru meneteskan air mata. Tanda bahagia karena melihat orang tersayangnya membuka mata.Tak berkata apa pun, Rizki yang seketika mendekap tubuh Rina, dengan sangat erat, berharap tak akan terjadi hal sama diantara mereka."Abang kenapa nangis?" tanya Rina setelah dekapan Rizki terlepas.Perlahan jari jari lentik itu mengusap air mata yang tamp
Kembali dengan aksi pengintaian nya, Zahra yang kembali ke rumah Roni untuk mengintai Roni yang sedang mengurus pernikahan. Pagi ini kembali ia melihat Roni memasuki mobilnya, Namun pandangan nya seketika tertuju pada Fatimah yang kini keluar dengan sebuah kursi roda. Matanya terbelalak, kala ia melihat sang mertua."Loh ibu kenapa? kenapa dia pake kursi Roda?" gumam Zahra dengan pandangan tak berkedip.Pandangannya terputus setelah melihat mobil Roni melaju, dengan cepat Zahra pun mengikutinya."Ikuti mobil didepan ya pak," ucap Zahra pada sopir taxy.Setelah diikuti, ternyata mobil Roni terhenti dihalaman perusahaan tempat nya bekerja."Ternyata mas Roni mau kerja," batinnya dengan pandangan tak berkedip memperhatikan tubuh Roni yang kini sudah memasuki gedung.Sementara Roni yang kini melangkah menuju ruangan Jesika. Mengetuk pintunya, dan lalu masuk."Ron, ada apa?""Jes, aku minta bantuan boleh?"
Keesokan harinya, Zahra yang kini sudah berpenampilan rapi, hendak kembali ke Jakarta dan bersua dengan keluarganya."Nek, nenek yakin mau disini sendiri? ikut aku aja yuk, biar aku rawat nenek dirumah ku.""Ngga usah nak, nenek lebih nyaman tinggal disini."Terdiam mendengar jawaban yang nenek Misni beri. Tak tega jika akan meninggalkan wanita tua itu sendiri, sementara sang suami yang sudah tak lagi ada disampingnya."Yaudah kalau gitu aku pamit ya nek. Makasih untuk semuanya atas kebaikan nenek dan almarhum kakek, nenek disini hati hati ya, jaga diri baik baik, dan jangan lupa jaga kesehatan," ucap Zahra menggenggam tangan keriput wanita tua dihadapannya tersebut."Iya nak, kamu juga hati hati ya, semoga sampai tujuan dengan selamat, sering sering main kesini ya, ke gubuk nenek ini.""Pasti nek, pasti, kebaikan nenek ngga akan pernah aku lupain. Yaudah kalau gitu aku berangkat ya, assalamualaikum.""Walaikum salam."
Hari demi hari berlalu, Zahra yang masih menanti kedatangan Roni kembali, ia selalu menunggu kedatangan Roni atau pun orang suruhan suaminya itu, diwarung sate, mau pun dirumahnya.Bahkan ia mewanti wanti nenek Misni, jika bertemu beberapa orang tersebut ia harus menjawabnya dan memberi tahu dimana Zahra saat ini.Namun setelah beberapa hari menunggu, Roni, Rina, Rizki atau pun anak buah Roni tak lagi datang, hingga membuat Zahra kembali bersedih, rasa penantiannya seakan tak berujung."Apa kamu mulai lelah mencari aku mas? kenapa kamu ngga datang lagi? aku disini mas, datang lah," batin Zahra dengan aktifitas mencuci piringnya.Sementara Roni, yang saat ini belum ada waktu untuk mencari sang istri kembali, karena sibuk dengan Fatimah yang saat ini juga sedang sakit.Sebenarnya, Roni ingin kembali ke Desa itu, desa dimana Zahra berada. Namun, fikirannya terlalu penuh dengan masalah masalah yang datang silih berganti.Kali ini Ron
"Aaa..."Suara teriakan itu terdengar ditelinga Rina, suara yang berasal dari kamar Fatimah itu dengan cepat ia hampiri. Setelah membuka pintu kamarnya, Rina tak menemukan Fatimah disana, namun kini pandangannya tertuju pada pintu kamar mandi yang tak tertutup rapat.Dengan cepat Rina pun masuk, seketika mata nya terbelalak kala ia dapati Fatimah yang telah tergeletak tak sadarkan diri disana. "Astagfirullah oma, oma bangun oma," ucap Rina menggoyang goyangkan lengan Fatimah.Melihat Fatimah yang sudah tak berdaya, dengan cepat Rina meraih ponselnya, menghubungi Rizki karena siapa lagi dapat membantunya saat ini kalau bukan dia?"Iya Rin, ada apa?""Bang, tolong dong. Ini oma pingsan bang, jatuh dari kamar mandi," ucap Rina yang membuat Rizki terbelalak."Yaudah saya kesana sekarang, jaga oma sebentar," ucap Rizki yang lalu dengan cepat beranjak meninggalkan cahaya resto.Setelah beberapa menit kemudian, kini R
"Ada apa Jes?""Ron, ada kerjaan ke luar kota, kamu bisa kan hadir?" ucap Jesika yang membuat Roni sejenak terdiam.Lalu bagaimana dengan pencarian Zahra selanjutnya? jika Roni harus pergi keluar kota."Ron aku tau kamu sedang sibuk mencari istrimu, tapi klien ini sangat penting Ron, demi nama perusahaan," tambah Jesika yang membuat Roni terdiam.Ia tampak berfikir keras, ingin menolak namun itu artinya ia tak bertanggung jawab akan pekerjaannya."Bagaimana Ron, bisa kan?"Perlahan Roni pun mengangguk."Ya saya bisa."Tersenyum dan menghela nafas lega setelah mendapat anggukan dari Roni."Di kota mana Jes?""Di Malang Ron, kamu ngga sendiri, Seto akan menemani mu," jawab Jesika yang membuat Roni mengangguk.Tak menunggu lama, dengan cepat Roni mempersiapkan semua berkas nya dan semua materi yang akan ia sampaikan di Malang nanti.Seakan tak ingin membuang waktu, lebih cepat le
"Apa, ayah merestui?""Ya, saya sudah bilang semuanya, kalau saya menyukai kamu," jawab Rizki yang membuat Rina mengerjap ngerjapkan matanya.Tak menyangka akan seserius ini."Itu tandanya sekarang kamu udah resmi," ucap Rizki terpotong, dengan pandangan tajam memperhatikan wajah gadis mungil dihadapannya ini."Resmi apa?""Resmi jadi pacar saya, dan saya akan sesegera mungkin menikahi kamu."Deg!Ucapan itu membuat jantung Rina seakan ingin terlepas, membuatnya bergidik ngeri, tak menyangka akan semengerikan ini. Namun, bagaimana pun Rina harus menyadari bahwa lawan nya saat ini memanglah laki laki matang, yang sudah jelas akan membawanya kearah sana.Ia tidak akan lagi bermain main atau mengulur ngulur sebuah hubungan, karena bagi laki laki berusia matang, lebih cepat lebih baik.Bibir Rina tersenyum, namun senyumnya tak sedap, rasa bahagia bercampur tak menyangka, Rina membutuhkan sedikit waktu lagi