"Apa kalian belum juga bisa menemukan Zahra?"
"Belum pak, kami sedang mengusahakannya.""Bagaimana kerja kalian? untuk menemukan satu orang saja kenapa lama sekali?" ucap Roni marah seraya meletakan ponselnya dengan kasar."Aaaaaahhh."Suara teriakan itu kini menggema. Rasanya hampir frustasi, tanpa Zahra dalam hidup Roni seperti sebuah kertas hitam tanpa warna, gelap. Hanya sebuah harapan yang terus terpatahkan karena beberapa orang suruhannya belum bisa menemukan Zahra."Kemana kamu Zahra? kenapa mereka belum bisa menemukanmu?" gumam Roni dengan ekspresi wajah tegang.Melihat sang sahabat bersedih, membuat Aliya iba, perlahan ia pun menghampiri, meski ragu namun hanya ini yang dapat ia beri, sebuah semangat yang harus tetap terjadi meski, hatinya remuk redam, namun semangatnya harus tetap bertahan."Sabar Ron, semua perlu proses."Terdengar kalimat itu yang membuat Roni seketika menegakkan pandangannya. Ia dapKeesokan harinya, kembali Rizki datang ke warung sederhana milik Zahra."Permisi mba," panggil Rizki yang membuat Zahra seketika menoleh."Eh, mas Rizki, silahkan duduk. Alhamdulilah kalau mas mau datang lagi ke warung saya, saya akan buat kan makan untuk mas, dan kali ini beneran mas ngga usah bayar, karena kemarin kan uang mas Rizki masih sisa banyak sama saya," cerocos Zahra dengan gerak tangan yang tak terhenti."Ngga usah, kan saya udah bilang buat mba Zahra aja, hari ini aku mau makan kalau aku tetep bayar," ucap Rizki yang membuat Zahra seketika terdiam."Makasih banyak ya mas, saya bener bener ngga enak sama mas.""Loh kenapa? kan saya yang kasih bukan mba yang minta," ucap Rizki membuat Zahra tersenyum.Beberapa menit kemudian."Silahkan mas," ucap Zahra seraya meletakan sepiring makanan di hadapan Rizki."Wah, terimakasih, jujur deh ini tuh makanan dengan rasa terenak yang pernah saya makan."
"Apa, anak saya kecelakaan? baiklah saya kerumah sakit sekarang."Sepenggal kalimat yang diucapkan Fatimah dengan tubuh tak berdaya. Sebuah kabar mengejutkan dimalam hari, Roni yang kini tengah tertidur tak sadarkan diri didalam ruang UGD, ia tampak terbaring dengan alat bantu pernapasan.Tidak hanya sang ibu, Mail sebagai sekertaris nya pun telah mendapat kabar yang sama. Dengan cepat mereka melaju ke sebuah rumah sakit, tempat dimana Roni dirawat.Mata memerah, berkaca kaca dan tubuh yang terasa tak berdaya itu lah yang terjadi pada Fatimah saat ini."Ron, bertahan lah nak. Jangan menyerah, ada ibu disini," gumamnya dengan suara bergetar memperhatikan Roni yang sedang diperiksa oleh seorang dokter laki laki disana."Tenang bu, bantu pak Roni dengan berdoa," sambar Mail dengan pandangan yang sama.Beberapa saat kemudian, seorang dokter yang kini keluar dari ruangan. Dengan cepat Fatimah pun menghadangnya, untuk menanyakan keadaa
Lima tahun kemudian."Ron, mau sampai kapan kamu sendiri kaya gini? apa apa sendiri, ngga bosen apa sendiri terus?"Terdengar kalimat itu dalam hidangan makan malam Roni kali ini. Ya, Fatimah yang kembali menginginkan sang anak menikah.Setelah lima tahun kehilangan Zahra, nampaknya Roni belum bisa melupakan. Belum ada wanita lain yang mengisi kekosongan hatinya, malah sampai saat ini Roni masih berharap Zahra dapat kembali dalam hidupnya."Siapa sih bu yang mau sama laki laki mandul kaya aku, kalau bukan Zahra?" jawab Roni yang membuat Fatimah menghela nafas.Selalu jawaban semacam itu yang Roni ucapkan, jika diberi pertanyaan tentang pernikahan oleh sang ibu."Harusnya Zahra masih ada disamping aku bu, tapi karena ibu membencinya, sekarang Zahra pergi." Terdiam kala Roni kembali melontarkan kalimat menyalahkan itu. "Sudahku katakan, seumur hidup aku ngga akan menikah lagi bu, aku akan tetap menunggu Zahra kembali, kar
"Jadi, laki laki itu tadi suamimu?" tanya Rizki pada Zahra yang sedang duduk seorang diri dihalaman belakang rumah."Iya mas, dia suamiku. Namanya Roni Shaga, CEO perusahan properti Zahni Grup," jawab Zahra."Zahni?""Ya, Zahni, Zahra dan Roni," jawab Zahra yang membuat Rizki kini terdiam.Rizki merasa ada sedikit kejanggalan dengan perpisahan yang terjadi dalam rumah tangga Zahra, pasalnya sang suami yang tampak sangat mencintainya, namun mengapa harus berakhir perpisahan?Ditambah lagi statusnya tak jelas, ngegantung, tidak bersama, namun juga tidak berpisah karena tidak pernah ada talak diantara pernikahannya, bahkan semua dokumen yang menujukan Zahra adalah istrinya pun masih tetap utuh."Saya heran, sepertinya kalian masih saling mencintai, lalu masalah apa yang buat kalian berpisah?" tambah Rizki yang membuat Zahra perlahan beranjak.Sedikit menjauh, untuk menceritakan perkara lima tahun yang lalu. Yang menyebabkan
"Tolong, jelasin sama aku, kenapa kamu menghindar? apa kamu ngga merindukan akuRa? kamu tau, aku sangat merindukanmu, aku ingin kita seperti dulu lagi Ra, hidup bersama dalam suka maupun duka."Mendengar ucapan Roni membuat Zahra menghela nafas, dan bibirnya sedikit tersenyum, entah apa arti dari senyuman itu ?"Mas, aku ngga tau. kamu ini bener bener ngga ngerti atau pura pura ngga ngerti sih?""Maksudmu?" tanya Roni yang membuat Zahra kembali mengernyitkan bibirnya."Mas, mas. apa aku harus ingetin kamu lagi tentang pernikahan kamu dengan jesika? kamu tega mas. kamu bilang kamu mau kembali menemui aku dirumah itu, tapi nyatanya kamu malah menikah sama Jesika, kamu fikir aku ngga tau? sakit mas, aku merasa ngga ada artinya di hidupmu."Mendengar ucapan Zahra, Roni menggelengkan kepala. apa yang Zahra kira itu tidak seperti yang sebenarnya."Ngga, bahkan aku pun ngga tau tentang pernikahan itu Ra. aku dijebak, ibu yang paksa
"Cahaya Resto? jadi dia pemiliknya?""Ya, dia udah jadi wanita pengusaha sekarang Al, dia tambah cantik, dan buat aku tambah sulit melupakannya. Al, bisa ya kamu harus bantu aku," tambah Roni yang seakan memaksa.Karena jika bukan Aliya siapa lagi yang dapat membantunya. Sebelum hubungan nya benar benar kandas, Roni terus memperjuangkannya.Akhirnya Aliya pun mengangguk, dan mengiyakan untuk membantu Roni menemui Zahra, hal ini membuat Roni bahagia, ia tersenyum dan menatap mata sang sahabat dengan penuh harapan.•••Dreet dreet..Panggilan masuk yang membuat ponselnya bergetar, sementara sang pemilik yang masih terlelap dalam tidurnya.Mendengar ponsel yang terus berdering membuat Roni akhirnya membuka mata, menjawabnya tanpa memperhatikan nama si penelpon."Iya.""Maaf pak, saya hanya ingin mengingatkan, kita ada pertemuan dengan PT Sanjaya pak. Dan siang ini kita harus menemui mereka ditempatnya."
Dua kali perkara memikirkan Zahra, sebuah tragedi yang hampir merenggut nyawanya itu terjadi, dan kini Roni yang terbaring tak sadarkan diri diruang ICU. dengan alat bantu pernafasan dan berbagai macam lainnya.Fatimah dan Mail, yang menunggunya di depan ruangan tampak begitu terpukul, pasalnya sudah melewati satu hari satu malam Roni tak kunjung sadarkan diri.Air mata yang terus mengalir dari wajah wanita tua tersebut, karena tubuhnya terasa lemah tak berdaya, ia hanya terduduk dengan sesegukan yang tak jua terhenti."Sabar bu, kita bantu pak Roni dengan berdoa," ucap Mail mencoba menenangkan ibu dari bos besarnya itu.Sementara Aliya, yang tampaknya sangat gelisah karena sedari tadi ia tak dapat menghubungi Roni karena ponselnya mati. Sebenarnya ia hanya ingin memberi tahu jika ia belum berhasil menemui Zahra."Roni kemana sih? kenapa nomornya ngga aktif?" gumam Aliya dengan pandangan yang terus tertuju pada layar ponselnya.T
"Maafin aku Ron, aku belum bisa bawa Zahra untuk kamu," Ucap Aliya memperhatikan Roni yang masih tak sadarkan diri didalam ruangan.Dengan alat bantu pernafasan dan beberapa alat yang lainnya. Dua hari berlalu, Roni terbaring dengan wajah pucat pasi. Sementara Zahra wanita yang dinanti, seakan hilang ditelan bumi.Entah, kemana keberadaannya saat ini, Tak ada satu orang pun yang mengerti. Kepergiannya bersamaan dengan Rizki, laki laki yang beberapa tahun terakhir ini dekat dengannya.Sementara Fatimah, yang wajahnya pun tampak sayup, rasa air mata yang kini mengering, karena terus menangisi kondisi sang anak."Semua ini kesalahanku, kalau saja dulu aku ngga mengusir Zahra dari rumah, ini semua ngga terjadi pada Roni," gumam Fatimah dengan suara bergetar.Kembali ia menyesali perbuatannya lima tahun yang lalu, mencoba memisahkan sepasang suami istri yang saling mencinta, karena perbuatannya kebahagiaan anak terenggut. "Tante, uda