Lima tahun kemudian.
"Ron, mau sampai kapan kamu sendiri kaya gini? apa apa sendiri, ngga bosen apa sendiri terus?"Terdengar kalimat itu dalam hidangan makan malam Roni kali ini. Ya, Fatimah yang kembali menginginkan sang anak menikah.Setelah lima tahun kehilangan Zahra, nampaknya Roni belum bisa melupakan. Belum ada wanita lain yang mengisi kekosongan hatinya, malah sampai saat ini Roni masih berharap Zahra dapat kembali dalam hidupnya."Siapa sih bu yang mau sama laki laki mandul kaya aku, kalau bukan Zahra?" jawab Roni yang membuat Fatimah menghela nafas.Selalu jawaban semacam itu yang Roni ucapkan, jika diberi pertanyaan tentang pernikahan oleh sang ibu."Harusnya Zahra masih ada disamping aku bu, tapi karena ibu membencinya, sekarang Zahra pergi." Terdiam kala Roni kembali melontarkan kalimat menyalahkan itu."Sudahku katakan, seumur hidup aku ngga akan menikah lagi bu, aku akan tetap menunggu Zahra kembali, kar"Jadi, laki laki itu tadi suamimu?" tanya Rizki pada Zahra yang sedang duduk seorang diri dihalaman belakang rumah."Iya mas, dia suamiku. Namanya Roni Shaga, CEO perusahan properti Zahni Grup," jawab Zahra."Zahni?""Ya, Zahni, Zahra dan Roni," jawab Zahra yang membuat Rizki kini terdiam.Rizki merasa ada sedikit kejanggalan dengan perpisahan yang terjadi dalam rumah tangga Zahra, pasalnya sang suami yang tampak sangat mencintainya, namun mengapa harus berakhir perpisahan?Ditambah lagi statusnya tak jelas, ngegantung, tidak bersama, namun juga tidak berpisah karena tidak pernah ada talak diantara pernikahannya, bahkan semua dokumen yang menujukan Zahra adalah istrinya pun masih tetap utuh."Saya heran, sepertinya kalian masih saling mencintai, lalu masalah apa yang buat kalian berpisah?" tambah Rizki yang membuat Zahra perlahan beranjak.Sedikit menjauh, untuk menceritakan perkara lima tahun yang lalu. Yang menyebabkan
"Tolong, jelasin sama aku, kenapa kamu menghindar? apa kamu ngga merindukan akuRa? kamu tau, aku sangat merindukanmu, aku ingin kita seperti dulu lagi Ra, hidup bersama dalam suka maupun duka."Mendengar ucapan Roni membuat Zahra menghela nafas, dan bibirnya sedikit tersenyum, entah apa arti dari senyuman itu ?"Mas, aku ngga tau. kamu ini bener bener ngga ngerti atau pura pura ngga ngerti sih?""Maksudmu?" tanya Roni yang membuat Zahra kembali mengernyitkan bibirnya."Mas, mas. apa aku harus ingetin kamu lagi tentang pernikahan kamu dengan jesika? kamu tega mas. kamu bilang kamu mau kembali menemui aku dirumah itu, tapi nyatanya kamu malah menikah sama Jesika, kamu fikir aku ngga tau? sakit mas, aku merasa ngga ada artinya di hidupmu."Mendengar ucapan Zahra, Roni menggelengkan kepala. apa yang Zahra kira itu tidak seperti yang sebenarnya."Ngga, bahkan aku pun ngga tau tentang pernikahan itu Ra. aku dijebak, ibu yang paksa
"Cahaya Resto? jadi dia pemiliknya?""Ya, dia udah jadi wanita pengusaha sekarang Al, dia tambah cantik, dan buat aku tambah sulit melupakannya. Al, bisa ya kamu harus bantu aku," tambah Roni yang seakan memaksa.Karena jika bukan Aliya siapa lagi yang dapat membantunya. Sebelum hubungan nya benar benar kandas, Roni terus memperjuangkannya.Akhirnya Aliya pun mengangguk, dan mengiyakan untuk membantu Roni menemui Zahra, hal ini membuat Roni bahagia, ia tersenyum dan menatap mata sang sahabat dengan penuh harapan.•••Dreet dreet..Panggilan masuk yang membuat ponselnya bergetar, sementara sang pemilik yang masih terlelap dalam tidurnya.Mendengar ponsel yang terus berdering membuat Roni akhirnya membuka mata, menjawabnya tanpa memperhatikan nama si penelpon."Iya.""Maaf pak, saya hanya ingin mengingatkan, kita ada pertemuan dengan PT Sanjaya pak. Dan siang ini kita harus menemui mereka ditempatnya."
Dua kali perkara memikirkan Zahra, sebuah tragedi yang hampir merenggut nyawanya itu terjadi, dan kini Roni yang terbaring tak sadarkan diri diruang ICU. dengan alat bantu pernafasan dan berbagai macam lainnya.Fatimah dan Mail, yang menunggunya di depan ruangan tampak begitu terpukul, pasalnya sudah melewati satu hari satu malam Roni tak kunjung sadarkan diri.Air mata yang terus mengalir dari wajah wanita tua tersebut, karena tubuhnya terasa lemah tak berdaya, ia hanya terduduk dengan sesegukan yang tak jua terhenti."Sabar bu, kita bantu pak Roni dengan berdoa," ucap Mail mencoba menenangkan ibu dari bos besarnya itu.Sementara Aliya, yang tampaknya sangat gelisah karena sedari tadi ia tak dapat menghubungi Roni karena ponselnya mati. Sebenarnya ia hanya ingin memberi tahu jika ia belum berhasil menemui Zahra."Roni kemana sih? kenapa nomornya ngga aktif?" gumam Aliya dengan pandangan yang terus tertuju pada layar ponselnya.T
"Maafin aku Ron, aku belum bisa bawa Zahra untuk kamu," Ucap Aliya memperhatikan Roni yang masih tak sadarkan diri didalam ruangan.Dengan alat bantu pernafasan dan beberapa alat yang lainnya. Dua hari berlalu, Roni terbaring dengan wajah pucat pasi. Sementara Zahra wanita yang dinanti, seakan hilang ditelan bumi.Entah, kemana keberadaannya saat ini, Tak ada satu orang pun yang mengerti. Kepergiannya bersamaan dengan Rizki, laki laki yang beberapa tahun terakhir ini dekat dengannya.Sementara Fatimah, yang wajahnya pun tampak sayup, rasa air mata yang kini mengering, karena terus menangisi kondisi sang anak."Semua ini kesalahanku, kalau saja dulu aku ngga mengusir Zahra dari rumah, ini semua ngga terjadi pada Roni," gumam Fatimah dengan suara bergetar.Kembali ia menyesali perbuatannya lima tahun yang lalu, mencoba memisahkan sepasang suami istri yang saling mencinta, karena perbuatannya kebahagiaan anak terenggut. "Tante, uda
Beberapa hari kemudian.Setelah kondisi Roni membaik, dokter pun mengizinkannya pulang, meski Roni harus kembali dengan ingatan yang berbeda. Kini Roni memasuki rumah dengan bingung, rasanya semua yang ada dihadapannya seperti hal baru, ingatannya tak mampu menampung dimana ia berada saat ini.Pandangannya tertuju pada tiap sudut rumah yang menurutnya tak asing, namun entahlah saat Roni berusaha mengingat tempat ini, justru malah rasa sakit yang menghampiri kepalanya."Selamat datang kembali ya Ron, akhirnya kamu bisa pulang kerumah kita lagi," ucap Fatimah yang menuntun Roni memasuki rumah.Tak menjawab Roni hanya terdiam, dengan pandangan yang masih sama. Kini Fatimah pun membawa Roni memasuki ruang kamarnya, agar Roni dapat beristirahat."Kamu istirahat ya, ibu mau masak dulu buat makan siang kita nanti," ucap Fatimah yang lalu meninggalkan tempat.Kepergian wanita tua itu tak hilang dalam pandangan Roni, hingga kini tubuhnya
Langkah tegap Roni kini memasuki gedung bertingkat, tempat yang beberapa hari terakhir ini jarang dikunjungi olehnya. Melihat kedatang Roni, para pekerjanya pun berantusias menghampiri, tak jarang menanyakan kondisinya saat ini.Dengan ingatan yang sekarang, Roni sulit mengenali siapa saja yang telah menghampirinya, termasuk Mail, sang sekertaris yang berekspresi bahagia kala melihat bos besar kembali menginjakan kaki di perusahaannya."Pak Roni, selamat datang kembali! Alhamdulilah akhirnya bapak bisa kembali lagi di Zahni Group," ucap Mail menunduk sopan.Namun kedatangan Mail sendiri membuat Roni mengerutkan dahi, karena ia tak mengenal siapa laki laki muda yang saat ini dihadapannya itu."Ini pak Mail, dia sekertaris pribadi kamu Ron," jelas Aliya yang membuat Mail mengerutkan dahi.Saat ini Mail tak mengetahui apa yang terjadi pada CEO nya, hingga ia benar benar kebingungan saat mendengar Aliya kembali mengenalkannya pada Roni.
Hari demi hari berlalu, rasanya semakin hari Zahra dan Roni semakin sering bertemu. Namun karena Roni tak dapat mengingat apapun, Roni selalu bersikap acuh tak acuh pada Zahra.Menimbulkan sebuah tanya dalam hati Zahra, Sebenci itukah Roni padanya? hingga suatu saat, Kembali takdir mempertemukan Zahra dan Roni disuatu tempat.Dalam pertemuan singkatnya, pandangan mereka saling tertuju. Sementara Zahra yang tak dapat berkata apa apa pada sikap dingin Roni.Roni pun demikian, rasa sungkan untuk menyapa sang istri, karena ia tak tau yang sebenarnya jika wanita yang ia cari selama ini ternyata sudah ada dihadapannya.Ingin menyapa namun enggan, ingin menegur namun ragu. Itulah yang Zahra rasakan saat ini, rasanya bimbang, antara iya atau tidak?Hingga tak lama kemudian, Rizki yang kini datang menghampiri Zahra."Ra," panggilnya yang membuat pandangan Zahra berakhir.Seketika wajahnya menoleh pada sumber suara."Iya