Beranda / Horor / Rumah Angker Warisan Bapak / Bab 18. Kasih Ibu Sepanjang Masa, Kasih Ayah Seluas Samudra

Share

Bab 18. Kasih Ibu Sepanjang Masa, Kasih Ayah Seluas Samudra

Penulis: Eliyona
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-19 08:10:02

Petugas membawa Rasya ke kantor polisi untuk penyelidikan lebih lanjut.

"Kenapa Anda melakukan pemukulan terhadap saudara Candra Permana?" tanya seorang penyelidik.

"Karena dia berselingkuh dengan istri saya," jawab Rasya tanpa ragu.

"Meski begitu, tindakan Anda tetap melanggar hukum," ujar penyelidik tegas. "Apa Anda bisa menghubungi keluarga Anda?"

Rasya menggeleng pelan. "Maaf, ini urusan saya. Saya tidak ingin orang tua saya terlibat lebih jauh," ujarnya dengan tegas.

Penyelidik hanya mengangguk, mencatat pernyataan itu. Ruangan hening sejenak,  menciptakan ketegangan yang terasa menusuk.

---

Anis terbangun dengan napas memburu, hatinya diliputi firasat buruk.

"Ibu, apa yang terjadi?" tanya Kartika sambil menggendong Cakra.

"Aku bermimpi tentang Rasya," jawab Anis dengan suara bergetar. "Aku harus segera menghubunginya."

Dengan langkah tergesa, Anis menuju meja ke sudut kamar mencari gawainya.

"Gaw

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Rumah Angker Warisan Bapak   Bab 19. Alih Kuasa

    POV KartikaAku menggendong Cantika erat-erat di dadaku, berusaha menenangkan bayi mungil itu yang terus menggeliat. Suara tangis Cakra dari ranjang di kamar semakin memekakkan telinga.“Sayang, tangisanmu membuat ibu pusing! Diamlah!” Aku mendesis tajam. Kugendong Cantika menuju dapur, meninggalkan Cakra yang terus menangis. “Anak laki-laki tak boleh cengeng,” gumamku, menahan perasaan aneh yang mulai merayap.Namun langkahku terhenti. Mataku membelalak saat melihat sosok tinggi jangkung dengan mata merah menyala berdiri di sudut dapur. Bayangan itu tidak bergerak, hanya mengamatiku dengan kehadiran yang membuat napasku tercekat.“Dia lagi...” desisku gemetar. Tanpa pikir panjang, aku bergegas membawa Cantika bersembunyi di kolong meja makan. Tubuhku bergetar hebat saat bayangan itu mengerang keras, suaranya menggetarkan kaca jendela.“Graaaghhhh!” Dengan cepat, sosok itu melesat keluar melalui jendela dapur, meninggalkanku dalam kepanikan.Aku merangkak keluar dengan kaki gemetar, m

  • Rumah Angker Warisan Bapak   Bab 20. Rahasia Kelam

    Lisa membanting pintu dengan kasar, gemanya memenuhi rumah yang kini terasa dingin. Wajah kedua mertuanya tadi benar-benar membuatnya muak.“Kenapa kau tidak mengatakan yang sebenarnya pada pria tua itu?” tanya Candra, memeluk Lisa dari belakang sambil mencium tengkuknya.Lisa melepaskan pelukan itu, lalu berbalik menatapnya tajam, matanya penuh amarah dan kebencian. “Untuk apa? Apa dengan aku mengatakan semuanya, ibu dan ayahku bisa kembali hidup?” jawabnya dengan nada penuh luka.Hening sejenak, hanya terdengar napasnya yang berat. Lisa menatap ke luar jendela, tenggelam dalam rasa benci yang telah lama membara di hatinya.POV Lisa (Flashback)Masa kecilku penuh luka yang tak mudah dilupakan. Saat aku baru pulang dari sekolah, seorang teman menghampiriku dengan wajah cemas.“Lisa! Cepat pulang! Ayah dan ibumu bertengkar lagi!” katanya gugup.Aku hanya menghela napas, menguatkan diri. “Aku me

  • Rumah Angker Warisan Bapak   Bab 21. Keputusan

    Hendra memandang serius ke arah Rasya dan Lisa, lalu memberi isyarat agar mereka bersiap untuk pergi. Kau sudah siap?" Hendra menatap Rasya lekat. “Kita harus segera ke pengadilan,” katanya tegas. “Urusan perceraian ini harus diselesaikan cepat, supaya Lisa bisa segera menghabiskan masa iddahnya dan menikah lagi. Dengan begitu, kau bisa lepas tanggung jawab.”Rasya menundukkan kepala, matanya terlihat kosong dan penuh beban. “Aku berharap begitu, Yah. Ini aib yang sangat berat, membuatku merasa dipermalukan.” Suaranya lirih, hampir tak terdengar.Hendra menghela napas, lalu menatap anaknya dengan tatapan penuh pengertian. “Kau masih kepikiran soal harta dan rumah?” tanyanya, menilai apa yang ada dalam pikiran Rasya. Rasya hanya mengangguk pelan.Hendra menggelengkan kepala, menepuk pundak putranya dengan lembut. “Ikhlas itu ilmu tingkat tinggi, Nak. Kalau kau bisa melalui semua ini dengan ikhlas, kau akan mendapatkan ketenangan batin yang luar biasa.”Ras

  • Rumah Angker Warisan Bapak   Bab 22. Penasaran

    Anis terpaku, tubuhnya terasa lunglai saat melihat foto Lisa yang muncul di layar ponsel putri Yayuk. Mata Anis terfokus pada wajah Lisa yang tersenyum, namun senyum itu kini terasa sangat asing dan menakutkan. Hendra yang sejak tadi hanya diam, mulai merasa ada yang janggal. Ia mendekat, memaksa putri Yayuk untuk menunjukkan gambar lainnya."Itu kan Lisa, Buk?" tanya Hendra dengan nada tinggi, suaranya menggema dalam keheningan. "Kenapa anak temanmu memiliki foto wanita sialan itu?!" Hendra menatap penuh amarah, matanya berapi-api, membuat suasana di sekitar mereka seketika tegang.Yayuk dan putrinya saling pandang, kebingungan meliputi wajah mereka. "Maksudnya Lisa wanita sialan, itu apa ya?" tanya Yayuk dengan hati-hati, mencoba menahan kegelisahannya.Rasya yang sudah tidak tahan, akhirnya membuka mulut. "Lisa itu mantan istri saya. Kami bercerai karena dia berselingkuh dengan seorang pria bernama Candra. Apa kalian kenal?" ucap Rasya dengan suara tegas, namun ada getaran amarah y

  • Rumah Angker Warisan Bapak   Bab 23. Dia Putrimu

    "Diam dulu, Nak Rasya," suara Anis terdengar dingin dan penuh wibawa. Rasya mematung, yakin sepenuhnya bahwa ibunya telah dirasuki. Tatapan Anis yang tajam kini tertuju pada Broto. "Aku ingin berbicara dengan Broto," ucapnya perlahan, namun menggetarkan suasana."Akui Kartika sebagai putrimu, Broto," ujar sosok Lasmini melalui Anis. "Bagaimanapun, kita pernah menikah, meski hanya secara sirih." Pernyataan itu membuat semua orang di ruangan terkejut. Hendra membatu, sementara Broto tampak pucat pasi."Lasmini..." gumam Broto, suaranya hampir tak terdengar. Wajahnya dipenuhi rasa takut dan penyesalan."Kartika adalah darah dagingmu! Putri yang kau tinggalkan demi menikahi Purwati yang kaya raya!" suara Lasmini menggema, membuat dada Broto terasa sesak."A-aku... aku..." Broto tergagap, tubuhnya bergetar hebat. "Maafkan aku, Lasmini. Ini semua bukan keinginanku," ujarnya dengan suara parau, air mata mulai mengalir deras."Tapi kau tetap meninggalkanku

  • Rumah Angker Warisan Bapak   Bab 24. Hidup Baru

    Malam itu, Rasya tidak bisa memejamkan mata. Hawa dingin malam terasa menusuk tulang, tetapi bukan itu yang membuatnya gelisah. Setelah beberapa menit berputar di atas kasur, ia akhirnya bangkit dan mengambil laptopnya. Ia berharap menemukan sesuatu yang bisa mengalihkan pikirannya.Jarinya lincah mengetik, memeriksa email yang masuk. "Ah, belum ada panggilan," gumamnya kecewa. Hampir seminggu berlalu sejak ia mengirim lamaran, tapi tak satu pun balasan diterima. Dengan mendesah pelan, ia menutup laptopnya.Tiba-tiba, suara tangisan Cakra memecah keheningan. Rasya segera keluar kamar, berniat mengecek keadaannya. Ia berjalan menuju tangga dengan langkah hati-hati, berusaha agar lantai kayu tua itu tidak berderit. Suara tangisan Cakra semakin keras, terdengar seperti memanggil-manggil, membuat bulu kuduknya meremang.Sesampainya di depan kamar Kartika, Rasya mengetuk pintu pelan sambil memanggil, "Kartika? Kau di dalam?" Namun, tidak ada jawaban. Hening menyelimu

  • Rumah Angker Warisan Bapak   Bab 25. Histeris

    Kartika terhenyak, begitu pula Anis. Keduanya hanya sebatas, terbelalak, memelihara punggung Broto dan Purwati yang semakin menjauh.Tiba-tiba, suasana yang tenang itu terpecahkan oleh teriakan keras. "Arkhhhhh!" Kartika menjerit histeris, tangannya mengacak rambutnya, membuat beberapa helai rambut rontok, karena dia seperti menjambaknya. Suaranya mengiris udara, penuh kebencian dan kesakitan yang tidak terganggu. Anis terkejut, langkahnya terhenti sejenak.“Kau kenapa, Nak?” tanya Anis, suara penuh cemas, tangannya mengulurkan sentuhan lembut ke pundak Kartika, namun tidak mendapat respon."Aku benci h

  • Rumah Angker Warisan Bapak   Bab 26. Gangguan Mental

    Teriakan Hendra membangunkan Rasya dari tidur lelapnya. Pemuda itu mengucek mata dan keluar dari kamar, ia terkejut ketika melihat Kartika berdiri di tepi balkon, mengangkat tubuh kecil Cakra ke udara."Astaga!" Rasya berteriak panik. Tanpa berpikir panjang, ia berlari ke arah tangga. Hendra, yang lebih dulu mendekat, mencoba merebut bayi itu dari cengkeraman Kartika. Namun, Kartika menjerit, tubuhnya bergetar hebat."Lepas! Jangan sentuh dia!" teriak Kartika histeris. "Aku harus mengorbankan anakku... Supaya mereka berhenti menghantui kita!"Hendra sesaat, bingung dengan ucapannya. "Siapa mereka?" Pertanyaannya disambut dengan teriakan semakin keras dari Kartika."Kartika! Sadarlah! Tidak ada yang akan mengambil Cakra darimu!" katanya. Namun, Kartika semakin meronta."Mereka ada di sini!" jeritnya, menunjuk ke ruang kosong di seberang balkon. "Mereka ingin aku membayar kesalahan ayah angkatku! Mereka akan mengambil semuanya kalau aku tidak menyerahkan Cakra!" Kartika menangis sejadi

Bab terbaru

  • Rumah Angker Warisan Bapak   Bab 27. Kedatangan Lisa dan Candra

    Kartika meronta hebat, tubuhnya bergetar, air matanya bercucuran. "Lepas! Jangan sentuh aku!" teriaknya histeris. Hendra dan Rasya mencoba menenangkannya, namun semakin keras mereka menahannya, semakin kuat Kartika melawan.Lukman, yang menyaksikan kekacauan itu, melangkah mendekat. "Biarkan aku mencoba sesuatu," katanya tenang. Dia menarik napas dalam, memusatkan perhatian. "Kartika, lihat ke arahku. Tenanglah."Suaranya lembut, nyaris berbisik, mengalun seperti mantra. Lukman memulai proses hipnoterapi, mengarahkan Kartika untuk memejamkan mata. "Bayangkan tempat yang tenang, tempat di mana tidak ada rasa sakit..." Suaranya terus mengalir, menembus dinding kepanikan di kepala Kartika. Perlahan, perlawanan itu mereda, napasnya teratur, tubuhnya lemas. Dia tenggelam dalam alam bawah sadarnya.Dalam kondisi itu, Kartika mulai berbicara. Suaranya penuh luka, getir, mengungkap semua rasa sakit yang terpendam: penolakan, penghinaan, dan kehilangan. Setiap kata yang

  • Rumah Angker Warisan Bapak   Bab 26. Gangguan Mental

    Teriakan Hendra membangunkan Rasya dari tidur lelapnya. Pemuda itu mengucek mata dan keluar dari kamar, ia terkejut ketika melihat Kartika berdiri di tepi balkon, mengangkat tubuh kecil Cakra ke udara."Astaga!" Rasya berteriak panik. Tanpa berpikir panjang, ia berlari ke arah tangga. Hendra, yang lebih dulu mendekat, mencoba merebut bayi itu dari cengkeraman Kartika. Namun, Kartika menjerit, tubuhnya bergetar hebat."Lepas! Jangan sentuh dia!" teriak Kartika histeris. "Aku harus mengorbankan anakku... Supaya mereka berhenti menghantui kita!"Hendra sesaat, bingung dengan ucapannya. "Siapa mereka?" Pertanyaannya disambut dengan teriakan semakin keras dari Kartika."Kartika! Sadarlah! Tidak ada yang akan mengambil Cakra darimu!" katanya. Namun, Kartika semakin meronta."Mereka ada di sini!" jeritnya, menunjuk ke ruang kosong di seberang balkon. "Mereka ingin aku membayar kesalahan ayah angkatku! Mereka akan mengambil semuanya kalau aku tidak menyerahkan Cakra!" Kartika menangis sejadi

  • Rumah Angker Warisan Bapak   Bab 25. Histeris

    Kartika terhenyak, begitu pula Anis. Keduanya hanya sebatas, terbelalak, memelihara punggung Broto dan Purwati yang semakin menjauh.Tiba-tiba, suasana yang tenang itu terpecahkan oleh teriakan keras. "Arkhhhhh!" Kartika menjerit histeris, tangannya mengacak rambutnya, membuat beberapa helai rambut rontok, karena dia seperti menjambaknya. Suaranya mengiris udara, penuh kebencian dan kesakitan yang tidak terganggu. Anis terkejut, langkahnya terhenti sejenak.“Kau kenapa, Nak?” tanya Anis, suara penuh cemas, tangannya mengulurkan sentuhan lembut ke pundak Kartika, namun tidak mendapat respon."Aku benci h

  • Rumah Angker Warisan Bapak   Bab 24. Hidup Baru

    Malam itu, Rasya tidak bisa memejamkan mata. Hawa dingin malam terasa menusuk tulang, tetapi bukan itu yang membuatnya gelisah. Setelah beberapa menit berputar di atas kasur, ia akhirnya bangkit dan mengambil laptopnya. Ia berharap menemukan sesuatu yang bisa mengalihkan pikirannya.Jarinya lincah mengetik, memeriksa email yang masuk. "Ah, belum ada panggilan," gumamnya kecewa. Hampir seminggu berlalu sejak ia mengirim lamaran, tapi tak satu pun balasan diterima. Dengan mendesah pelan, ia menutup laptopnya.Tiba-tiba, suara tangisan Cakra memecah keheningan. Rasya segera keluar kamar, berniat mengecek keadaannya. Ia berjalan menuju tangga dengan langkah hati-hati, berusaha agar lantai kayu tua itu tidak berderit. Suara tangisan Cakra semakin keras, terdengar seperti memanggil-manggil, membuat bulu kuduknya meremang.Sesampainya di depan kamar Kartika, Rasya mengetuk pintu pelan sambil memanggil, "Kartika? Kau di dalam?" Namun, tidak ada jawaban. Hening menyelimu

  • Rumah Angker Warisan Bapak   Bab 23. Dia Putrimu

    "Diam dulu, Nak Rasya," suara Anis terdengar dingin dan penuh wibawa. Rasya mematung, yakin sepenuhnya bahwa ibunya telah dirasuki. Tatapan Anis yang tajam kini tertuju pada Broto. "Aku ingin berbicara dengan Broto," ucapnya perlahan, namun menggetarkan suasana."Akui Kartika sebagai putrimu, Broto," ujar sosok Lasmini melalui Anis. "Bagaimanapun, kita pernah menikah, meski hanya secara sirih." Pernyataan itu membuat semua orang di ruangan terkejut. Hendra membatu, sementara Broto tampak pucat pasi."Lasmini..." gumam Broto, suaranya hampir tak terdengar. Wajahnya dipenuhi rasa takut dan penyesalan."Kartika adalah darah dagingmu! Putri yang kau tinggalkan demi menikahi Purwati yang kaya raya!" suara Lasmini menggema, membuat dada Broto terasa sesak."A-aku... aku..." Broto tergagap, tubuhnya bergetar hebat. "Maafkan aku, Lasmini. Ini semua bukan keinginanku," ujarnya dengan suara parau, air mata mulai mengalir deras."Tapi kau tetap meninggalkanku

  • Rumah Angker Warisan Bapak   Bab 22. Penasaran

    Anis terpaku, tubuhnya terasa lunglai saat melihat foto Lisa yang muncul di layar ponsel putri Yayuk. Mata Anis terfokus pada wajah Lisa yang tersenyum, namun senyum itu kini terasa sangat asing dan menakutkan. Hendra yang sejak tadi hanya diam, mulai merasa ada yang janggal. Ia mendekat, memaksa putri Yayuk untuk menunjukkan gambar lainnya."Itu kan Lisa, Buk?" tanya Hendra dengan nada tinggi, suaranya menggema dalam keheningan. "Kenapa anak temanmu memiliki foto wanita sialan itu?!" Hendra menatap penuh amarah, matanya berapi-api, membuat suasana di sekitar mereka seketika tegang.Yayuk dan putrinya saling pandang, kebingungan meliputi wajah mereka. "Maksudnya Lisa wanita sialan, itu apa ya?" tanya Yayuk dengan hati-hati, mencoba menahan kegelisahannya.Rasya yang sudah tidak tahan, akhirnya membuka mulut. "Lisa itu mantan istri saya. Kami bercerai karena dia berselingkuh dengan seorang pria bernama Candra. Apa kalian kenal?" ucap Rasya dengan suara tegas, namun ada getaran amarah y

  • Rumah Angker Warisan Bapak   Bab 21. Keputusan

    Hendra memandang serius ke arah Rasya dan Lisa, lalu memberi isyarat agar mereka bersiap untuk pergi. Kau sudah siap?" Hendra menatap Rasya lekat. “Kita harus segera ke pengadilan,” katanya tegas. “Urusan perceraian ini harus diselesaikan cepat, supaya Lisa bisa segera menghabiskan masa iddahnya dan menikah lagi. Dengan begitu, kau bisa lepas tanggung jawab.”Rasya menundukkan kepala, matanya terlihat kosong dan penuh beban. “Aku berharap begitu, Yah. Ini aib yang sangat berat, membuatku merasa dipermalukan.” Suaranya lirih, hampir tak terdengar.Hendra menghela napas, lalu menatap anaknya dengan tatapan penuh pengertian. “Kau masih kepikiran soal harta dan rumah?” tanyanya, menilai apa yang ada dalam pikiran Rasya. Rasya hanya mengangguk pelan.Hendra menggelengkan kepala, menepuk pundak putranya dengan lembut. “Ikhlas itu ilmu tingkat tinggi, Nak. Kalau kau bisa melalui semua ini dengan ikhlas, kau akan mendapatkan ketenangan batin yang luar biasa.”Ras

  • Rumah Angker Warisan Bapak   Bab 20. Rahasia Kelam

    Lisa membanting pintu dengan kasar, gemanya memenuhi rumah yang kini terasa dingin. Wajah kedua mertuanya tadi benar-benar membuatnya muak.“Kenapa kau tidak mengatakan yang sebenarnya pada pria tua itu?” tanya Candra, memeluk Lisa dari belakang sambil mencium tengkuknya.Lisa melepaskan pelukan itu, lalu berbalik menatapnya tajam, matanya penuh amarah dan kebencian. “Untuk apa? Apa dengan aku mengatakan semuanya, ibu dan ayahku bisa kembali hidup?” jawabnya dengan nada penuh luka.Hening sejenak, hanya terdengar napasnya yang berat. Lisa menatap ke luar jendela, tenggelam dalam rasa benci yang telah lama membara di hatinya.POV Lisa (Flashback)Masa kecilku penuh luka yang tak mudah dilupakan. Saat aku baru pulang dari sekolah, seorang teman menghampiriku dengan wajah cemas.“Lisa! Cepat pulang! Ayah dan ibumu bertengkar lagi!” katanya gugup.Aku hanya menghela napas, menguatkan diri. “Aku me

  • Rumah Angker Warisan Bapak   Bab 19. Alih Kuasa

    POV KartikaAku menggendong Cantika erat-erat di dadaku, berusaha menenangkan bayi mungil itu yang terus menggeliat. Suara tangis Cakra dari ranjang di kamar semakin memekakkan telinga.“Sayang, tangisanmu membuat ibu pusing! Diamlah!” Aku mendesis tajam. Kugendong Cantika menuju dapur, meninggalkan Cakra yang terus menangis. “Anak laki-laki tak boleh cengeng,” gumamku, menahan perasaan aneh yang mulai merayap.Namun langkahku terhenti. Mataku membelalak saat melihat sosok tinggi jangkung dengan mata merah menyala berdiri di sudut dapur. Bayangan itu tidak bergerak, hanya mengamatiku dengan kehadiran yang membuat napasku tercekat.“Dia lagi...” desisku gemetar. Tanpa pikir panjang, aku bergegas membawa Cantika bersembunyi di kolong meja makan. Tubuhku bergetar hebat saat bayangan itu mengerang keras, suaranya menggetarkan kaca jendela.“Graaaghhhh!” Dengan cepat, sosok itu melesat keluar melalui jendela dapur, meninggalkanku dalam kepanikan.Aku merangkak keluar dengan kaki gemetar, m

DMCA.com Protection Status