IKARUS berjalan mondar-mandir di depan ruang IGD. Pikirannya yang tengah melayang memikirkan bagaimana kondisi Hera, membuat segalanya terasa kacau. Hatinya tidak tenang.“Dia ada keluhan sakit sebelumnya?”Ikarus menggeleng. Seingatnya kemarin malam perempuan itu baik-baik saja. Bahkan hari ini ia sempat melihat Hera sibuk bekerja meskipun mereka tidak sempat bertegur sapa.“Di kantor dia kelihatan baik-baik saja, Dok. Dia sama sekali nggak kelihatan sedang sakit pagi ini.”Di sela kekalutannya memikirkan kondisi Hera, seorang dokter bersneli putih muncul dari balik tirai. Pria itu menggantungkan stetoskop di lehernya, lalu memulas wajahnya dengan senyuman.“Bagaimana kondisi istri saya, Dok?” tanya Ikarus dengan panik.“Memang untuk kondisi kandungan trimester awal itu sangat beresiko, Pak. Jadi saya—”“Tunggu, Dok.” Ikarus mengerjapkan matanya. “Kandungan? Maksud dokter, istri saya—”“Anda tidak tahu kalau istri Anda tengah hamil?”Ikarus tertegun. Ia menoleh ke samping, menatap Do
“Good morning, Wife!” Suara lembut Ikarus membuat Hera yang baru saja membuka matanya lantas mengerjap sembari tersenyum.“Good morning, Rus,” balas Hera. Perempuan itu menggeliat, merasakan tubuhnya terasa pegal luar biasa.“Nyenyak tidurnya? Ngerasa mual, nggak?”Hera baru saja akan membuka suara saat tiba-tiba saja perutnya bergolak hebat. Perempuan itu lantas menyibak selimutnya, lalu turun dari ranjang tidur dan langsung berlari menuju ke kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya.“Ra, kamu nggak apa-apa?” Ikarus muncul di belakangnya, memegangi rambut perempuan itu agar tidak mengganggu. Terlihat khawatir dengan kondisi istrinya.“Aku nggak apa-apa, kok.” Hera mengusap bibirnya dengan punggung tangan, “katanya emang begini kalau hamil. Eve sama Artemis malah sempat nggak bisa bangun gara-gara morning sickness.”Ikarus menghela napas panjang. “Ya udah, kamu balik istirahat aja, ya? Lagi pengen sesuatu nggak? Pengen apa?”“Aku mau mandi, Rus. Kan kita harus kerja.”“Kamu yakin ma
[Heraia Cassandra: Tiba-tiba aku pengen makan ramen siang-siang gini berdua sama kamu, coba. Makan siang di luar, yuk?][Heraia Cassandra: Ih, kok nggak dibalas? Sibuk ngapain, sih?]“Sampai di sini ada pertanyaan?” Ikarus menghela napas pendek begitu tatapnya terpaku pada pesan-pesan dari istrinya yang muncul di layar. “Kalau nggak ada, kita akhiri meeting siang ini. Thank you.”[Masih presentasi, Sayang. Sebentar, ya?][Heraia Cassandra: Masih lama banget, nih? Berapa menit lagi? Ini anak kamu yang minta, lho. Buruan bisa, nggak?]Ikarus mengembuskan napas perlahan saat peserta meeting mulai meninggalkan ruangan. Ikarus sibuk mengetikkan pesan balasan untuk Hera saat Ares bersuara.“Kenapa, sih? Ada masalah?”“Hera ngidam ramen siang-siang gini.” Ikarus menghela napas. “Mana sejam lagi gue meeting sama Pak Dirga pula. Lo gantiin gue ya, Res.”“Emang setan nggak tahu diri. Ini bosnya siapa, sih?”Ikarus tergelak. “Sorry, Res. Sumpah! Lo tahu sendiri kalau Hera lagi pengen sesuatu dan
“Nyi? Ngapain lo ke sini?” tanya Eros saat matanya menangkap sosok Hera muncul dari balik pintu kafe. “Kenapa muka lo ditekuk gitu? Kurang pelepasan lo?”Hera sontak mendelik dengan bibirnya yang mencebik. “Sembarangan! Gue lagi bete, nih!”“Bete kenapa, sih?” Eros mengitari konter barnya, lalu melangkah mendekati Hera. “Ikarus mana? Lo sendirian ke sini naik apa?”“Naik taksi.” Hera menjawab cepat. “Gue pengen muter-muter naik vespa lo, Ros. Temenin gue, yuk?”“Nggak usah gila deh, Nyi. Lo lagi hamil, kalau kenapa-napa di jalan bisa-bisa gue digantung sama laki lo.”“Dih! Gue cuma pengen muter-muter naik vespa lo, Ros. Nggak ngajakin lo naik roller coaster juga!”“Justru itu, Nyi. Naik motor itu rawan apalagi usia kandungan lo baru semester awal.”Hera sontak tergelak. “Trimester, Ros, bukan semester. Lo kata hamil itu kayak sekolah.”“Ya mana gue tahu.” Eros mengedikkan bahu. “Gue kan belum pernah hamil.”“Ish, Bisaan banget ngelesnya, ya! Gue kutuk bentar lagi lo nikah gimana? Mau!
“Kamu emang sengaja sekongkolan sama Eros, kan? Makanya bisa tahu kalau aku di sini?”Ikarus terkekeh lalu menyelipkan anak rambut Hera ke belakang telinga. Dibandingkan dengan sebelumnya yang masih merasa kesal, Hera sudah terlihat lebih tenang sekarang.Ikarus menghela napas. “Kenapa pakai acara kabur-kaburan segala, coba? Kan aku jadi khawatir sama kamu, Ra.”“Siapa coba yang memulai? Salah siapa pakai acara ngambek-ngambek nggak jelas gitu.”“Ya kan aku nggak suka kalau ada cowok yang deket-deket sama kamu, Ra. Mana dia kelihatan banget kalau tertarik sama kamu pula. Siapa yang nggak kesal, coba?”“Aku nggak akan berpaling sama kamu, Rus. Jadi kamu nggak usah khawatir. Lagian siapa yang bakalan naksir kalau tahu aku udah bersuami dan sekarang aku lagi hamil muda gini, hm?”“Dia nggak tahu kalau kamu lagi hamil, by the way.” Ikarus mendecak, menoleh dan memperhatikan Eros yang tengah duduk di bibir pantai, menikmati matahari terbenam yang terasa sempurna seorang diri.“Kan! Mulai l
“Makan malam di luar, yuk? Sekalian aku pengen ngajak nonton kamu.” Ikarus menyurukkan wajahnya di ceruk leher Hera. Alih-alih menunggu tanggapan istrinya Ikarus kembali melanjutkan ucapannya. “Tapi kamu lagi mager banget, ya? Masih ngerasa mual?”Suara Ikarus sejenak membuat Hera yang tadinya masih terpejam kini membuka matanya.Ini hari Sabtu, dan mereka libur. Seharian ini Hera menghabiskan waktunya dengan bergelung di bawah selimut. Entah karena hormon kehamilannya, Hera benar-benar malas untuk melakukan sesuatu akhir-akhir ini.“Mau nonton apa? Tumben banget, sih?” tanya Hera dengan malas.“Kok tumben? Emangnya salah kalau aku ngajak kamu ‘pacaran’ istri sendiri? Udah lama banget kayaknya kita nggak jalan berdua, kecuali kalau lagi makan, Ra. Ya, kan?”Hera memutar matanya lalu terkekeh geli. “Kamu kenapa, sih? Aneh banget tahu, nggak.”“Aneh kenapa, coba?”“Ya aneh aja. Nggak kayak biasanya kamu begini.” Hera tersenyum kecil, lalu mendaratkan kecupan singkat di pipi Ikarus. “Tad
Hera hanya bisa menggelengkan kepalanya begitu tiba di Bali Galeria Mall. Suasana mall sore itu terlihat cukup ramai mengingat bahwa mereka berkunjung saat akhir pekan.“Emang kita mau nonton apa sih, Bang?” tanya Bella saat mereka sudah melangkah memasuki mall.Ikarus terkekeh. “Ada film Marvel, Ma. Bukan film horor, kok, jadi Mama nggak usah khawatir.”Bella menghela napas lega. “Sumpah, ya. Seumur-umur, Mama belum pernah double date begini, mana yang ngajak double date anak sendiri pula.”Ikarus kembali tertawa. “Kapan lagi bisa ngajak Mama sama Papa kencan barengan, kan?”Bella dan Kairav hanya menggelengkan kepalanya. Lalu mereka berjalan menaiki eskalator untuk menuju bioskop. Beruntungnya Ikarus sudah sempat membeli tiket nontonnya secara online, sehingga mereka tidak perlu mengantri lagi begitu mereka tiba di gedung bioskop.“Ra, kayaknya habis nonton nyalon bentaran seru deh, ya?” celetuk Bella saat itu.“Ah iya, Ma. Aku juga kayaknya pengen banget creambath, deh. Semenjak h
“WHAT?!? Riri hamil anaknya Eros?” Mendengar perkataan Ikarus barusan, membuat Hera seketika membelalak. “Kamu udah pastikan kebenarannya?”Ikarus mengangguk. “Aku juga sempat kaget tadi. Udah gitu Ares ngamuk di kafe sampai bikin Eros babak belur.”“Tapi Eros nggak apa-apa, kan?”“Nggak apa-apa, kok. Untungnya Riri keluar dari ruangan dan menenangkan Ares.”“Ini kayak bukan Eros banget nggak, sih?” Hera menghela napas pendek. “Kayaknya aku harus nemuin Eros sekarang, deh.”“Sekarang banget?” Ikarus melepas kemeja yang dikenakannya, “tapi udah malam, Sayang.”Hera kemudian turun dari ranjang tidurnya lalu bergerak mendekati lemari pakaian untuk mengambil baju ganti di sana. “Masih jam delapan, kok. Aku harus tahu kebenarannya. Kita tahu kalau selama ini Eros belum bisa ngelupain Rhea, kan? Dan kita tahu hal itu.” ujar Hera terlihat tidak percaya.Ikarus menghela napas. “Aku anterin, ya?”“Nggak usah, Rus. Kamu juga barusan pulang, kan? Kamu pasti capek juga.”“Nggak ada kata capek ka