Clint Gregory Merson adalah pria paling licik, bahkan ular pun kalah.
Semua hal yang pernah Hector pernah lakukan padanya tidak pernah menjadi hutang budi yang harus ia kenang dan balas suatu saat. Clint dengan teganya tetap merencanakan kekejian yang gila untuk menumbangkan pria yang menganggapnya sahabat.
Seandainya Hector tahu, bahwa saat ini Clint sedang mengalihkan semua harta yang menjadi jaminan atas dukungan yang ia janjikan pada Hector, maka Hector tidak akan membiarkan pria itu hidup.
Sayangnya, kelicikan selalu menang pada awalnya karena dilakukan dengan diam-diam dan rapi.
**
Pagi itu Dusk terbangun dan merasakan energi yang meledak dan emosinya belum juga sirna. Kecewa akan kisah masa lalunya yang ternyata salah, membuatnya tersudut dan juga merasa bersalah.
Tapi meskipun Hector bersalah karena mengusir dirinya sebab dugaan pengkhianatan, Dusk masih saja tidak menemukan alasan kuat lagi untuk membenci pria tersebut sekaran
Rose yang seharusnya bisa mencoba mengalahkan pesona Dusk dengan mudahnya. Namun akhirnya gadis itu terjebak oleh perasaannya sendiri. Dalam kesempatan sedang menyelidiki Daniel Weston, Rose dan Dusk berkolaborasi atas permintaan Polin dan Loreta.Kate, ibu Angus, masih belum bisa mendapatkan bukti otentik kecurangan suaminya. Seharusnya menyelidiki Daniel Weston adalah tugasnya, namun itu harus tertunda karena menjebak Clint Gregory Merson lauh lebih penting saat ini.“Pastikan kalian mendapatkan wawancara dengan beberapa pegawai yang pernah konflik dengannya, atau bekas pegawai yang menjadi korban kecurangannya!” pesan Loreta sebelum keduanya berangkat.Daniel Weston tinggal di pinggir kota Banner. Mereka menyewa kamar losmen yang bisa memantau pria itu lebih mudah.Sesekali Weston memang terlihat mengunjungi hotel miliknya yang ada dekat dengan kediamannya.“Dia masih keturunan bangsawan,” ucap Rose ketika sedang membaca
Dua manusia tampak mengendap dan bersembunyi di belakang drum besar yang berisi oli hitam. Dusk dan Rose mengamati Daniel Weston yang baru saja mengadakan pertemuan rahasia dengan tiga orang asing yang mereka dengarkan, dialeknya seperti dari dataran Perancis.Kedua pengintai itu mengenakan baju serba hitam, namun tanpa penutup wajah. Dusk memberi isyarat pada Rose untuk segera bergegas dari tempat itu buru-buru, sebelum ketahuan oleh tim pengaman Weston yang terkenal sangat teliti dan waspada.**“Sial! Kita terlambat!” umpat Dusk begitu tiba di losmen.Rose melirik dan mencibir kesal.“Lain kali dengarkan dan jangan menganggap rendah, karena aku adalah rekanmu!” kecam Rose dengan dongkol.“Terlalu hidup di Northery, membuatku mirip dengan bajingan pria yang lahir di negara ini,” sindir Dusk membalikkan kata dari Rose.“Tidak ada gunanya kau menyindirku, Dusk! Aku sudah cukup kebal dengan sik
Celana panjangnya terlihat dekil. Warnanya yang biru tua bahkan tidak bisa menyembunyikan bekas debu yang menempel, juga serpihan jerami. Blusnya yang berwarna biru muda juga mulai bau dan Swan benar-benar terlihat kacau.Hector melarang semua pagawainya untuk mendekat kecuali memberi makan. Swan tidak pernah menyentuh sedikit pun makanan yang pegawainya kirimkan.Hanya air minum saja yang ia ambil, untuk menjaga supaya tubuhnya tidak melemah dan menjadi pingsan.Rambutnya terkepang satu ke samping tidak lagi terlihat rapi. Mata Swan bengkak sementara cahayanya mulai meredup. Swan mulai kehilangan harapan baik. Tidak ada yang menjadi pegangan hidupnya saat ini.Moses tidak pernah muncul dan Swan tahu penyebabnya. Ayah mereka memang keras dan tidak suka dibantah. Namun Swan tidak pernah menyangka jika ayahnya bisa sekeji ini terhadap putri kandungnya sendiri.Swan tidak mampu lagi menangis. Penyesalan karena harus menjalani hidup yang begitu miris,
Sudah selama tiga jam Lexia mengendarai mobilnya meninggalkan kota Barner. Jarum bensin mulai bergerak menuju ke garis merah dan ini saatnya mengisi bahan bakar.Lexia mengarahkan kendaraannya menuju ke pom bensin dan mengantri selama beberapa menit. Usai mendapatkan bensin penuh dan mengisi dua drum sebagai cadangan, Lexia menepikan mobil dekat dengan toilet umum. Ia membuka bagasi dan mengambil baju ganti Swan serta peralatan mandi.Dengan lembut ia membangunkan Swan.Gadisi itu membuka mata dan menatap Lexia dengan pandangan lemah. Lexia mengangsurkan kotak susu dan biscuit.“Makan ini sebelum kita membersihkan tubuhmu,” pinta Lexia masih terdengar tegas.Swan berusaha untuk bangkit dan duduk. Dengan sabar, Lexia membantu.Kunyahan itu sangat perlahan, sesekali Swan berhenti untuk mengatur napas. Bahkan makan pun menghabiskan tenaganya.“Apakah kita sudah terbebas?” tanya Swan mulai terdengar memiliki kekuat
Papan selamat datang itu bertuliskan; SELAMAT DATANG DI DESA VERNE.“Kita akan menetap di sini?” tanya Swan dengan takjub.Lexia tersenyum dan mengangguk.Hamparan ladang jagung dan gandum menjadi pemandangan indah yang menyambut mereka. seperti kembali ke zaman dahulu, mereka bahkan menemukan orang yang memakai gerobak untuk membawa hasil panen.Sore baru saja merangkak. Lexia dan Swan memutuskan untuk tinggal di desa tersebut karena lokasinya cukup jauh dan bukan pusat perkotaan yang mudah dijangkau.Tempat sempurna untuk pelarian. Ketika tiba di pusat desa, mereka menemukan satu-satunya losmen yang menyediakan kamar untuk mereka menginap sementara.Semua penghuni desa yang mereka temui sangat ramah dan bersahabat. Bagi Swan dan Lexia yang merupakan orang asli negara Northery, terlalu mudah mengenali bahwa sebagian dari mereka bukanlah penduduk asli. Mungkin imigran yang sudah lama menetap dan mendapatkan hak warga negara dari
Tidak seharusnya jalan yang akan mereka tempuh menjadi sulit dan tidak bisa dihadapi dengan tegar. Setelah menempuh perjalanan dalam pelarian, Swan dan Lexia kini harus mulai berjuang untuk hidup dari nol.Setiap uang yang mereka punya digunakan sebijak mungkin untuk berhemat.“Kasur dan tempat tidur baru sangat mahal. Kita bisa mendatangi toko yang menjual barang bekas dan membeli dari sana. Siapa tahu? Ada perkakas lain yang bisa kita dapatkan?” saran Swan.Lexia mencatat dan menyetujuinya.“Kau benar, aku lihat ada toko garage sale di deretan toko roti,” imbuh Lexia. “Bagaimana dengan bibit tanaman? Kita memiliki tanah yang bisa kita olah dengan baik. tidak luas, hanya kurang lebih sekitar tujuh ratus meter, tapi kurasa cukup untuk menanam sayuran.”“Kita utamakan menanam sayur dan umbi saja, Lex. Jika memilih gandum, akan lebih sulit karena kita harus membajak tanah lebih dulu,” ucap Swan.
Swan mulai menjalani kehidupan sebagai petani dan menyukai semua hal yang ia jalani saat ini. Menolong dengan bekal sebagai putri Reinard yang banyak membaca mengenai cara bercocok tanam yang tepat pada beberapa tetangga mereka.Meskipun demikian, permulaan tidaklah pernah mudah bagi siapa pun.Rasa lelah yang mereka rasakan di tubuh, mungkin akan menjadi pengingat yang manis akan kerja keras. Akan tetapi apa yang mereka hadapi sekarang ini, benar-benar membutuhkan komitmen yang tinggi. Bagaimana tidak? Bangun sebelum matahari terbit dan selesai setelah matahari terbenam.Keduanya harus bekerja keras untuk mengupayakan tanaman di kebun mereka bisa berhasil.Lexia membalikkan kentang yang di panggang di atas bara api perapian mereka.Swan menunggu dengan sabar. Bahkan menikmati kentang dan sepotong kecil daging asap keras saja merupakan suatu hal yang mewah.Makan menjadi penghematan dan tidak membuang uang hanya untuk menikmati
Siang itu Rose masih terbaring di kasur Losmen, sementara Dusk merawatnya.Luka bekas jahitan harus selalu diganti dan dengan sukarela, pria itu mengganti perban. Rose melihat jika Dusk sesungguhnya adalah pria baik yang memakai kedok menjadi lelaki brengsek.Tidak ada lagi sikap ketus dan arogan. Meski Dusk juga tidak banyak bicara.“Kate sudah mengirim seseorang untuk membereskan barang-barang kita di penginapan Barner. Dia setuju untuk sementara waktu kita tidak muncul lebih dulu. Jika Weston melihat luka di perutmu, maka kecurigaan itu akan mencuat,” tutur Dusk dengan pelan.“Apakah dokumen yang kita dapatkan dari rumah Weston masih aman?” tanya Rose khawatir.Dusk mengangguk seraya membereskan perban, alkohol dan semua alat-alat untuk membersihkan luka Rose.“Aku sudah mengirimkan pada Kate dan Loreta. Mungkin mereka sudah menerimanya.” Dusk kemudian mencuci tangan di kamar mandi.“Sebent
Dusk meletakkan lasagna ke dalam oven, lalu melepas sarung tangan tahan panas.Rose baru selesai menidurkan Leon dan kini waktunya menikmati masa santai dengan segelas wine. Sementara menunggu Dusk memasak untuk makan malam, Rose menyalakan televisi dan duduk dengan segelas wine di tangan.Tidak lama, tayangan berita mulai muncul dan Rose mengeraskan volume. Reporter memberitahu mengenai pengumuman penobatan ratu yang akan dilaksanakan dalam waktu tiga bulan dari sekarang.Dusk yang tadinya ada di dapur, berjalan dengan langkah pelan menuju ke ruang tengah. Sikapnya terlihat tertegun, begitu melihat Swan yang berada di layar televisi saat ini. Gadis yang tampak mulai menjadi seorang wanita sepenuhnya, mengenakan setelan jas celana panjang berwarna biru muda. Topi kecil yang menghiasi kepala, melengkapi penampilan penuh gaya Swan.Dusk menatap sepuasnya sosok tersebut. Rose menyadari jika tatapan mata itu masih menyimpan rasa yang sama. Kini dengan pandang
Lorong istana pagi itu sibuk dengan para pelayan dan pegawai istana. Hari senin pada minggu pertama tiap bulannya, adalah waktunya mengganti semua dekorasi. Dari tirai, taplak hingga pernak pernik terkecil.Swan melangkah dengan ayunan kaki mantap, menuju ke ruang neneknya. Meski riasan wajahnya menutupi kesan sembab yang disebabkan kejadian kemarin, tapi mata Swan tidak bisa disembunyikan.Semua menyapa Swan yang tidak peduli membalas sedikit pun. Gadis itu lurus berjalan tanpa menoleh atau melontarkan sapaan kembali.Kate baru saja keluar dari kantor Theodore ketika melihat Swan datang. Dengan tatapan mata nanar, Kate memandang Swan.Calon ratu Northery hanya melihatnya sekilas, tanpa menyapa, Swan segera mendorong pintu. Gadis itu melewati Kate tanpa sepatah kata pun terucap.“Putri Swan, tunggu!” tahan Kate menahan Swan untuk masuk.Sebagai pengawal pribadi ratu, Kate berhak menahan Swan untuk bertanya kepentingan bertemu The
Tempat duduk yang berbentuk ayunan di teras tersebut baru selesai diperbaiki oleh Dusk. Mereka menempati rumah bergaya country di sebuah desa yang jauh dari kota Barner. Menempuh sekitar sepuluh jam dengan menggunakan mobil.Di kota kecil inilah Dusk memilih tempat tinggal bersama Leon, putranya, dan Rose, yang ternyata bersedia menemani dirinya.Alasan Rose karena tidak ada hal lain yang ia lakukan di Barner, maka pilihannya adalah menempuh petualangan bersama Dusk. Mereka menyewa rumah yang tadinya hampir bobrok tersebut. Dusk tidak ingin menghamburkan banyak uang untuk tempat tinggal.Ia harus berhemat demi masa depan Leon nanti. Rose muncul dengan dua gelas wine dan sepiring pie hangat yang baru ia keluarkan dari oven. Dusk tersenyum samar dan menepuk ayunan untuk memastikan kokoh.“Pie yang memiliki rasa standar namun terbaik untuk saat ini,” goda Dusk sementara tangannya mencomot salah satu pie tersebut.Rose tertawa kecil dan men
Polin menatap Swan yang melesat dengan mobil porsche hitamnya, meninggalkan halaman losmen. Tidak ada yang bisa menebak kebahagian dalam hidup. Siapa pun yang berada dalam situasi Swan, pasti akan merasakan kehancuran yang mengubah segala pola pikir juga mental.Swan memacu mobil mahalnya melewati jalanan yang mulai sepi, di tengah guyuran hujan bulan September. Musim gugur baru saja dimulai dan angin bertiup cukup kencang, dengan suhu udara yang dingin dan kering. Air mata menguburkan pandangannya. Swan melihat jembatan di depan dan entah kenapa, mendadak ia menekan pedal rem.Gadis itu menepikan mobil dan untuk sesaat ia terdiam dengan pandangan ke luar. Hanya lampu jalanan yang menerangi sisi jalan. Trotoar yang biasa digunakan oleh pemakai sepeda juga pejalan kaki tampak sepi.Tidak ada satu orang pun yang ingin berkeliaran di malam musim gugur yang cukup dingin tersebut.Swan keluar dari mobil, melangkah menuju ke tempat ia hampir melompat turun untu
Gaun berwarna biru pastel selutut itu membalut tubuh Swan dengan sempurna. Pagi ini, ia baru saja selesai melakukan pertemuan resmi pertamanya dengan para anggota dewan kerajaan dengan menteri baru yang terpilih.Selama rapat berlangsung, Theodore, neneknya, menunjukkan bagaimana kiprah seorang ratu dalam memimpin rapat dan memutuskan beberapa hal penting yang mendesak.Sudah hampir seminggu lebih, Dusk tidak menemuinya lagi. Sempat Swan mendengar jika kini Dusk juga merawat bayi yang diadopsinya.Tidak banyak pembicaraan yang mereka lakukan sejauh ini. Minimnya waktu dan tuntutan pekerjaan juga tanggung jawabnya, menghalangi Swan untuk melakukan keperluan pribadi.Sementara mengganti baju dengan celana panjang dan kaos, Swan melihat Lexia masuk dan menyapanya dengan buru-buru. Rentetan kalimat yang meminta Swan membaca beberapa tugas dari Theodore, tidak ia indahkan.“Aku mau libur hari ini, Lexia!” tukas Swan dengan cepat memakai jake
Dusk memeluk Leon dengan dekapan erat penuh kerinduan. Bayinya tertawa senang seakan tahu jika pria yang ia selalu lihat dan dekat dengannya selama ini telah kembali.Leon membasahi seluruh wajah Dusk dengan ciuman penuh liur. Dusk terbahak geli sementara Leon memekik senang saat mendengar tawa ayahnya.“Kau benar-benar pencium yang buruk, Leon! Saat besar nanti, papa akan mengajari yang benar!” seru Dusk di antara derai tawa yang terlontar.Rose yang mendengar semua kelakar, tersenyum diam-diam. Siapa pun menginginkan untuk menjadi pendamping pria tampan yang ternyata bisa berperan sebagai ayah yang luar biasa penyayang.“Dia sempat rewel tidak mau tidur pada hari pertama. Aku sempat dibuat kalang kabut hingga menjelang dini hari. Ternyata Leon suka sekali tidur dengan memeluk salah satu kemejamu. Untung aku menemukannya di lemari,” tutur Rose dengan geli.Dusk terenyuh saat mendengar cerita Rose mengenai Leon sementara dir
Tiga hari berturut-turut Dusk melakukan penyelidikan dengan teliti dan cermat. Satu persatu ia bongkar dan selidiki. Segala kiprah Weston dan Newton tidak ada yang lepas dari pengamatannya.Data-data yang diberikan oleh Remmy, ahli teknologi kerjaan Northery yang notabene anak buah Kate, mampu memudahkan semua urusan yang Dusk tangani.Bahkan sector impor dan ekspor ternyata juga melibatkan mereka berdua. sejumlah kejahatan memang berhasil Dusk dapatkan melalui oknum yang ia bayar dengan mahal. Uang memang mampu menyelesaikan segala permasalahan saat ini.Orang yang pernah kedua penjahat itu tugaskan, ternyata tidak sepenuhnya melenyapkan barang bukti yang akan meringankan hukuman Hector.Secara teknis, Hector tetap saja akan menerima ganjaran atas keterlibatannya dalam aksi yang dilakukan oleh dua bekas pejabat negara tersebut.Namun tidak seperti ancaman yang akan ditimpakan pada Hector dengan tudingan makar.Sejauh ini, Kate cukup puas da
Life ChoicesLucu permainan orang dalam dunia ini. Ada yang beralasan demi kenyamanan hidup, seseorang sanggup melakukan hal yang tidak sesuai dengan hati nuraninya juga merugikan orang lain. Ambisi mengalahkan segalanya. Itulah yang terjadi pada sebagian manusia.Ambisi.Bagi Dusk sendiri, mendengar kisah Anne yang meninggalkan Hector adalah sesuatu yang sebenarnya tidak mengejutkan. Wanita itu berhak bahagia dan mencari tujuan hidupnya sendiri, setelah sekian lama mengalah dan mundur demi suami tercinta.Tapi Hector, seorang pahlawan negeri ini yang salah mengambil langkah, juga patut mendapat kesempatan kedua. Dia tidak pantas ditinggalkan oleh istrinya, walau Hector telah memperlakukan begitu buruk, juga tidak sepatutnya dihukum karena begitu banyak jasa untuk Northery tercinta.Hector melupakan semua urusan keluarga, mengorbankan hal-hal penting dalam hidupnya, demi negeri yang ia banggakan.Kil
Anne masih duduk dengan piring makan malam yang belum tersentuh sedikit pun. Moses duduk di seberangnya dengan raut prihatin.Ibunya masih belum mau mengunjungi ayahnya hingga detik ini.Alasan Anne cukup membuat Moses naik pitam tadinya, tapi kini ia hanya melihat seorang wanita kesepian yang masih ragu memaafkan.Hector adalah pria yang Anne cintai hampir seluruh hidupnya. Tapi kekecewaan terus Hector berikan selama dua tahun belakangan. Rasanya kembali pada pria yang membuat hidupnya berantakan adalah sulit. Bukan hanya rasa tidak percaya, tapi ada ketakutan jika masa itu akan terulang kembali.“Aku tahu, Ma. Tidak nyaman rasanya kembali pada titik yang kita tinggalkan. Tapi siapa tahu, kita bisa memulai ulang dan memperbaiki eror tersebut?”Mata Anne bergerak dan kini menatap Moses.“Kau tidak tahu, Nak. Mama terlanjur meletakkan harapan untuk kembali pada hari pergi dari rumah. Cinta dan keinginan menjalani hidup denga