Siang itu Rose masih terbaring di kasur Losmen, sementara Dusk merawatnya.
Luka bekas jahitan harus selalu diganti dan dengan sukarela, pria itu mengganti perban. Rose melihat jika Dusk sesungguhnya adalah pria baik yang memakai kedok menjadi lelaki brengsek.
Tidak ada lagi sikap ketus dan arogan. Meski Dusk juga tidak banyak bicara.
“Kate sudah mengirim seseorang untuk membereskan barang-barang kita di penginapan Barner. Dia setuju untuk sementara waktu kita tidak muncul lebih dulu. Jika Weston melihat luka di perutmu, maka kecurigaan itu akan mencuat,” tutur Dusk dengan pelan.
“Apakah dokumen yang kita dapatkan dari rumah Weston masih aman?” tanya Rose khawatir.
Dusk mengangguk seraya membereskan perban, alkohol dan semua alat-alat untuk membersihkan luka Rose.
“Aku sudah mengirimkan pada Kate dan Loreta. Mungkin mereka sudah menerimanya.” Dusk kemudian mencuci tangan di kamar mandi.
“Sebent
Ada tiga peraturan yang menjadi prinsip hidup Dusk selama ini. Jatuh cinta hanya sekali, menikah hanya sekali dan tidak akan menjadi penjilat untuk siapa pun.Hingga detik ini, cintanya pada Swan tidak tergoyahkan. Semakin lama ia menjauh dan tidak bertemu dengan Swan, perasaan ini belum berubah sedikit pun.Setelah Rose sembuh dan kondisi lebih baik dari sebelumnya, Polin mengabari keduanya untuk kembali ke markas mereka. begitu Rose ia serahkan pada Polin, Dusk pergi dengan buru-buru.“Ia mencari Swan dan Lexia.” Rose mengatakan dengan mata redup.Polin menghela napas panjang lalu memintanya untuk beristirahat.“Keluargamu akan menjemput sebentar lagi,” ucap Polin tidak berusaha menanggapi kalimat kecewa sahabatnya.Rose hanya duduk bergeming di sofa dengan mata menatap lurus ke depan. Perhatian Dusk untuknya sudah berakhir, haruskah ia kecewa? Ia berharap semua itu tetap untuknya. Rose menikmati kelembutan Dusk sew
Pemakaman itu tampak gersang tanpa bunga yang ditaburkan di atas tanah merah. Nisan itu hanya bertuliskan satu nama tanpa tambahan nama keluarga. NERO.Mungkin inilah nasibnya nanti. Mati kesepian dan tidak akan ada satu pun kerabat atau orang yang mengunjunginya. Pemakaman untuk para imigran memang terkenal sebagai kuburan yang paling hina.Tempat tersebut hanya diperuntukkan bagi mereka yang tidak terdaftar sebagai warga resmi Northery atau penjahat tanpa identitas dan keluarga.Betapa kelas social di negara ini sangat jelas terlihat kesenjangannya. Dusk sebetulnya ingin mundur dari kiprah politiknya selama ini. Membantu Polin dan Loreta membuatnya jauh dan Swan terlepas dari rengkuhannya.Namun saat melihat kenyataan pahit yang ada di hadapannya sekarang, Dusk mulai berpikir kembali. Dia akan mati dengan kehormatan keluarga yang akan ia bentuk nantinya. Nama keluarganya memang tidak sudi ia pakai sebagai nama yang akan terukir di batu nisannya, t
Berita mengenai Dusk yang akan menumbangkan Crane demi membalas dendam atas kematian Nero, akhirnya terdengar oleh Loreta. Menteri wanita itu segera mengunjungi Polin yang baru saja mengabarinya.“Kau yakin akan berita itu, Polin?” tanya Loreta dengan terkesima.Polin yang tidak menyangka Loreta akan menemuinya mengiyakan dengan tegas.“Jika semudah itu Dusk mendapat dukungan untuk menumbangkan Crane, kenapa kau tidak pernah memberitahuku?!”“Nona Deiz, kupikir kau tahu siapa Dusk sesungguhnya!”“Tidak sedikit pun! Aku tidak tahu jika dia memiliki massa yang dengan mudah ia kumpulkan dan memberikan bakti juga sumpah setia untuknya! Kau tahu apa artinya ini?” Loreta tampak bersemangat dan keceriaan jelas terukir di wajahnya.“Dusk akan menjadi pelindung organisasi kita!”“Tepat sekali! Dengan begitu, tidak akan ada yang menyentuh kita! Sekalipun itu Daniel Weston!”
Ketika Dusk kembali ke markas Polin, semua memandangnya dengan penuh penasaran sekaligus takut. Apa yang telah Dusk perbuat pada Crane menimbulkan kekaguman yang mengerikan.Pria yang sekilas tampaknya tidak mungkin melakukan hal yang keji, kini membuka mata semuanya serta mengubah cara pandang orang yang tidak mengenal Dusk sebelumnya.Loreta sudah menyambut dengan wajah sumringah dan terlihat tidak sabar menggali informasi dari Dusk.“Luar biasa! Kau benar-benar menakutkan, Dusk! Bagaimana bisa, polisi tidak menyelidiki sedikit pun pembantaian yang kau lakukan?” tanya Loreta tampak tertarik dengan strategi yang Dusk lakukan.“Kau harus menjadi bajingan untuk itu, Nona Deiz!” sahut Dusk seraya menerima gelas minuman dari Rose.“Maksudmu, mencari kambing hitam yang tepat?” sindir Rose yang ternyata cukup mengenal cara kerja Dusk selama ini.Pria itu melirik dan tersenyum samar. Tidak pernah ia sangka jika
Dusk meminta pada Polin untuk mencarikan rumah atau apartemen kecil yang bisa ia sewa. Namun alih-alih melakukan hal tersebut, Polin justru mengutarakan ide yang jauh lebih baik.“Ada pavilion di belakang yang jika diperbaiki atapnya, masih layak untuk ditempati. Aku membeli bangunan ini memang untuk dijadikan rumah bagi siapa pun yang membutuhkan,” saran Polin dengan lembut.Dusk menimbang dan masih belum mengiyakan penawaran itu. Bayi yang ada di keranjang oval tersebut tampak lelap tertidur. Usianya baru satu bulan dan Dusk cukup kerepotan mengurusnya.“Tinggalkan motel, dan pindahlah bersama kami. Kau juga butuh bantuan untuk membesarkan dia!” cetus Rose yang datang dengan botol susu hangat di tangan.Dengan sedikit kaku, Rose mendekatkan botol tersebut pada bibir mungil bayi itu.“Siapa namanya, Dusk?” tanya Polin tampak tersihir dengan pesona bayi tampan tersebut.“Lion,” sahut Dusk singk
Ruangan yang biasa dipakai untuk mengadakan perjamuan atau pesta dansa tersebut begitu penuh oleh orang-orang yang mulai duduk mengisi kursi satu persatu. Keluarga Rose dikenal sebagai bangsawan pejuang yang memilih untuk benar-benar berjuang untuk rakyat. Kakek Rose merupakan salah satu orang kepercayaan Sir Rupert Stark Williams, sedangkan neneknya adalah wanita pejuang wanita pertama yang ingin perempuan mendapatkan hak seimbang dengan pria. Sayangnya, keduanya tersingkir begitu Rupert meninggal dunia. Tidak ada satu pun jabatan yang mereka dapatkan setelah Rupert menyerahkan tampuk kepemimpinan pada dewan bangsawan yang akhirnya membentuk parlemen dan memilih wanita sebagai ratu yang bisa diatur, untuk menjadi pemimpin negara. Emily memimpin pertemuan dan mereka mendengarkan dengan seksama, ketika Markus Williams, kakak Anne, dipersilahkan bicara sebagai putra dari pendiri Northery. Satu-satu terungkap bagaimana negara ini pertama kali dibentuk.
Rose masih menunggu hingga beberapa detik kemudian. Dusk mengangkat wajahnya dan memandang halaman dengan rumput yang jarang.“Mungkin aku terkesan naif dan bodoh. Tapi Swan adalah gadis yang bisa menjungkir balikkan duniaku.”Rose menyesal telah menanyakan hal tersebut. Ia ingin menghentikan Dusk melanjutkan kalimatnya, tapi hati nurani berteriak supaya membiarkan hal itu terjadi.Wanita itu ingin tahu, apa yang membuat Swan begitu istimewa bagi Dusk.“Kau benar-benar ingin mengetahuinya, Rose?”“Katakan saja, Dusk. kupikir kita sudah berteman, jadi aku perlu tahu siapa wanita yang begitu kau puja itu, bukan?” Rose merutuk dalam hati setelah mengatakan kalimat barusan. Ternyata dirinya bisa menjadi pembohong yang baik.“Kau benar. Lumayan juga kau, Rose! Biasanya wanita akan berakhir dengan salah paham terhadapku dan akhirnya sakit hati sendiri,” timpal Dusk.Pria itu tidak menyadari ji
Tidak sulit meyakinkan Polin untuk mengijinkan mereka pergi. Meski Dusk tidak membutuhkan ijin Polin untuk pergi, tapi Rose terikat tanggung jawab yang mengharuskan koordinasi dengan Polin sebelum berangkat.“Pastikan kalian juga melihat kondisi rakyat yang sekarang. Aku ingin tahu, bagaimana respon mereka terhadap program dan kampanye kita selama ini,” pinta Polin seraya menutup pintu mobil. Loreta meminjamkan mobil SUV-nya untuk Dusk dan Rose.“Kami akan terus memberi kabar,” pamit Dusk.Dengan kecepatan sedang, mobil tersebut melaju dan meninggalkan halaman markas Polin.Leon tampak masih terlelap saat pagi itu mereka memulai perjalanan panjang.**Pom bensin pertama baru saja lewat. Dusk telah mengisi penuh bahan bakar beserta dua drum cadangan. Rose masih memegang botol susu Leon. Dusk belum mau digantikan, meski perjalanan mereka sudah menempuh tiga jam.“Kopi hitam rasanya pas saat ini,” ucap