Share

Romansa di Sekolah
Romansa di Sekolah
Author: Kholidah

Bab 1

Author: Kholidah
Untuk mendapatkan inspirasi dalam ujian seni, ibuku menyewa guru privat untukku.

Di bawah cahaya redup, kakiku di bawah meja perlahan-lahan bergerak dan bertumpu di kaki guruku.

Guruku mulai meremas kakiku dengan kuat dan menatapku dengan tatapan yang membara.

Suara hujan lebat yang begitu rapat di luar sana, yang berpadu dengan suasana hening ….

Membuat pikiranku tidak bisa berhenti untuk melayang ke mana-mana. Tubuhku juga terasa aneh.

Kemudian, guruku tersenyum dan menutup pintu.

Dengan hati-hati, dia melepas dasinya dan berkata hendak "membahas pelajaran" denganku.

Aku Rania Rivandra. Umurku 19 tahun.

Aku seorang siswa kelas tiga SMA jurusan seni.

Belajar seni, kurang lebih selalu mencari inspirasi lewat beberapa rangsangan.

Sebelumnya, aku hanya memakan makanan yang aneh-aneh dan mendengarkan musik yang mengganggu untuk mendapatkan inspirasi.

Namun, segera, aku menyadari ketika aku berpakaian minim, tatapan mata para pria yang tertuju pada tubuhku, membuatku merasa begitu bersemangat.

Oleh karena itu, aku mulai mengunggah foto-foto seksiku dan terbuka di dunia maya. Benar saja, pesan pribadiku langsung dibanjiri bahasa yang vulgar.

Beberapa kata-katanya bahkan lebih berani, seakan ingin mencabik-cabikku melalui internet.

Aku sering berkhayal jika seseorang akan menemukan alamatku.

Lalu, dia akan menyelinap masuk ke rumahku pada malam yang gelap dan berangin.

Dengan matanya yang membara, dia mengukur setiap inci kulitku dengan tangannya yang besar dan kasar, lalu tenggelam bersamaku.

Memikirkannya saja sudah membuatku merasakan rangsangan hingga ke korteks serebral dan membuat sekujur tubuhku gemetar.

Namun, saat ini, aku banyak-banyak menahan diri.

Itu karena, telingaku dipenuhi oleh omelan ibuku.

"Anak ini tertinggal jauh di kelas pengetahuan umum. Ini nggak bisa dibiarkan. Harus cari guru les privat untuk memperbaikinya. Apa yang akan kita lakukan kalau semua ini terus berlanjut?"

Akan tetapi, tak lama kemudian aku mendengar jika yang diundang adalah seorang mahasiswa yang baru saja lulus kuliah.

Guru muda, atau lebih tepatnya guru laki-laki yang masih muda.

Memikirkan hubungan yang menggairahkan ini membuat pikiranku mulai bangkit kembali.

Aku menjulurkan lidahku di depan cermin, sambil melemparkan tatapan genit ….

Melihat gadis yang mengenakan gaun tidur dengan tali di bahu berbahan satin, berkulit putih dan halus.

Pakaian berkerah rendah itu sama sekali tidak mampu menutupi bagian dadaku yang montok ini. Membayangkan pelajaran yang akan diberikan oleh guru les, membuat seluruh tubuhku terasa lemas bagaikan mi.

"Halo Rania, aku guru lesmu. Panggil saja aku Pak Ivan."

Ivan, dengan kacamata berbingkai emas dan pakaian kasual, mengulurkan tangannya kepadaku dengan ramah.

Aroma khas seorang laki-laki, langsung menguar ke hidungku. Tangannya yang besar dan kasar membakar hatiku dengan suhu yang panas. Aku merasakan sesuatu yang aneh di tubuhku. Aku pun tidak bisa menahan diri untuk tidak merapatkan kakiku agar Ivan tidak melihat jika aku tidak mengenakan pakaian dalam.

"Halo, Pak Ivan. Bisakah kita mulai pelajarannya sekarang?"

Namun, segera saja aku menyesuaikan diri dengan keanehan itu. Aku mengerucutkan bibirku, berpura-pura polos dan imut.

Aku melipat tangan di depan dada dan tersenyum tipis kepadanya. Dadaku yang lembut langsung terjepit dan berubah bentuk. Ivan pun menelan ludah dengan gugup.

"Kamu harus menggunakan fungsi trigonometri untuk menjawab pertanyaan ini. Ganti nilai A menjadi … uhuk …. Rania … kamu …."

Ivan tiba-tiba mulai terbatuk-batuk saat berbicara.

Pantas jika Ivan terbatuk-batuk. Itu karena, aku meletakkan kakiku di betisnya.

"Eh, maaf Pak Ivan. Kukira itu kaki meja. Aku menjatuhkan pulpenku. Aku ambil dulu, ya."

Aku pun tertawa kecil dan menjauhkan kakiku. Lalu, aku berdiri membelakanginya sambil membungkuk untuk mengambil pulpen.

Fyuhh ….

Benar saja. Aku mendengar napas Ivan menjadi tersengal-sengal dan memburu. Maka dari itu, aku sengaja membungkuk lebih rendah lagi.

Bagian atas tubuhku hampir menempel lantai. Aku bergumam sambil menggoyang-goyangkan tubuhku.

"Eh, pulpennya jatuh ke mana, ya? Kenapa nggak ketemu?"

"Sudahlah Rania, nggak usah dicari lagi. Ayo, dengarkan dulu pelajarannya."

Aku menoleh dan menatap Ivan yang masih menahan diri dengan wajahnya yang memerah itu. Aku pun mengangkat alisku, berdiri dari lantai dan berjalan menghampirinya.

Related chapters

  • Romansa di Sekolah   Bab 2

    Jari-jariku melayang ke bahu Ivan, merasakan otot-ototnya yang kuat dan tubuhnya yang kencang."Pak Ivan, aku nggak bisa nulis kalau nggak ada pulpen. Apa Pak Ivan nggak mau pulpen?"Aku sengaja mengucapkan kata "pulpen" dengan begitu pelan dan nada yang aneh. Aku memang sengaja membuatnya berpikir yang tidak-tidak.Tepat di saat aku berpikir Ivan itu benar-benar kolot dan membosankan, tiba-tiba saja Ivan menekanku ke kursi. Tangannya yang besar menepuk bagian bawah tubuhku dan buru-buru menutup pintu kamar."Tunggu, aku akan mengajarimu dengan baik."Setelah berkata seperti itu, Ivan buru-buru melepas dasinya.Ivan melepas dasinya dan mengikat tanganku erat-erat.Membuatku terbelenggu kuat-kuat dan tidak bisa bergerak sedikit pun.Saat mataku terbelalak menantikan sesuatu yang menggairahkan, yang akan terjadi selanjutnya, Ivan duduk mengangkang. Otot dadanya yang kencang menempel erat di bahuku. Lalu, suara penuh nafsu terdengar di telingaku."Selesaikan dulu kumpulan soal ini. Kalau

  • Romansa di Sekolah   Bab 3

    "Rania, Pak Ivan, kami pulang. Di luar sudah nggak hujan lagi."Suara teriakan ibu di pintu langsung menyadarkanku. Aku buru-buru berdiri, mendorong Ivan agar menjauh dan berlari kembali ke kamarku.Tak lama kemudian, terdengar suara percakapan ibu dengan Ivan di luar."Pak Ivan, bagaimana Rania? Menurut Anda, apa masih perlu tambahan beberapa pelajaran lagi?""Halo, ibunya Rania. Rania anak yang sangat pintar. Jadi, nggak perlu lagi les tambahan. Rania belajar dengan sangat baik hari ini.""Eh, bagus sekali. Maaf, sudah merepotkan Anda."Ibu tersenyum dan memanggilku dari kamar tidur."Rania, cepat ke sini. Bilang terima kasih pada Pak Ivan. Pak Ivan sudah berusaha keras untuk membantumu mengejar ketertinggalanmu di pelajaran."Aku mengenakan pakaian dan melangkah keluar. Melihat Ivan sudah berpakaian lengkap, aku pun bergumam, "Kelakuan bejat, tapi sok alim."Aku buru-buru menengadah dan mengedipkan mata pada Ivan. Aku terus menggoda dan merangsangnya.Aku mengulurkan tangan dan meng

  • Romansa di Sekolah   Bab 4

    Waktu begitu cepat berlalu dan akhirnya tibalah akhir pekan. Aku datang sendirian ke kamar 209 Hotel Horan.Namun, setelah masuk, aku tidak melihat Dany. Hanya ada selembar catatan di atas meja."Ikat dirimu dengan borgol dan berlututlah di atas ranjang. Lakukan seperti yang kukatakan. Kalau nggak, tahu sendiri akibatnya.""Jangan coba-coba macam-macam. Aku sudah memasang kamera di ruangan ini."Dany tampaknya juga khawatir jika aku mungkin akan merekam untuk mengancamnya.Oleh karena itu, terlebih dahulu aku diminta untuk mengeluarkan semua barang dan peralatan yang kubawa, lalu diletakkan di pintu.Aku dengan patuh berlutut di atas ranjang dan menunggu kedatangan Dany.Tak lama kemudian, pintu terbuka dan Dany pun masuk."Eh, lihatlah. Kalau dari tadi kamu seperti ini kan lebih baik. Patuhlah dan aku akan mengabulkan segala keinginanmu."Melihatku berlutut di ranjang dengan patuh, wajah Dany yang berminyak itu pun langsung menyunggingkan senyuman.Dany dengan cepat berlari mendekatik

  • Romansa di Sekolah   Bab 5

    "Ugh!"Aku berusaha keras untuk menggelengkan kepala. Mataku berkaca-kaca.Ivan menarik sudut mulutnya dan menoleh ke arah Dany."Apa kamu sering bermain dengan orang lain? Punya pengalaman?"Di sisi lain, Dany menggosok-gosok tangannya dengan antusias dan membuka mulutnya dengan penuh nafsu."Ya, Pak Ivan. Karena kamu guruku, aku akan membiarkanmu untuk memulainya duluan. Atau, kita semua akan melakukannya bersama-sama.""Kamu bahkan nggak tahu betapa nikmatnya kalau dilakukan bersama-sama."Makin banyak bicara, makin Dany menjadi bersemangat. Ludahnya terbang ke mana-mana dan dia melambaikan tangannya secara berlebihan di udara.Segera setelah itu, layaknya saudara dekat, Dany mengangkat alisnya pada Ivan dengan penuh gairah.Aku menatap Ivan dengan mata terbelalak dan penuh permohonan. Aku berharap Ivan akan menolak permintaan bajingan ini.Akan tetapi, sebelum Ivan bisa menjawab, terdengar suara ketukan keras di pintu."Kak Dany, petugas hotel datang untuk memeriksa. Ayo cepat perg

  • Romansa di Sekolah   Bab 6

    Aku mengerucutkan bibirku, lalu berpikir sebentar sebelum akhirnya menghentikan gadis yang hendak pergi menyatakan cintanya itu."Apa kamu mengenalnya? Kamu nggak tahu orang seperti apa dia, tapi memujanya secara membabi buta seperti ini. Pada akhirnya, semua itu cuma akan merugikanmu. Ivan itu orang jahat. Aku sarankan padamu, sebaiknya kamu nggak menggodanya."Nasihatku tidak ada gunanya bagi gadis itu. Dia sepertinya mengira jika aku juga menyukai Ivan."Ayolah, kamu juga menyukai Pak Ivan, 'kan? Ckckck, kalau kamu punya kemampuan, ayo kita bersaing secara sehat. Benar-benar nggak tahu malu kalau kamu bicara buruk soal Pak Ivan seperti ini.""Hehehe, mengatakan anggur itu asam, padahal kamu nggak bisa memakannya, memang benar-benar gila."Gadis itu memutar matanya ke arahku, lalu cepat-cepat berjalan pergi.Aku sangat marah hingga mematung di tempat dan memaki Ivan ke udara.Aku sama sekali tidak memperhatikan orang yang muncul tepat di belakangku saat ini."Rania, kusarankan padamu

  • Romansa di Sekolah   Bab 7

    "Rania, apa kamu menemukan sesuatu?"Suara serak Ivan terdengar di belakangku dan dia menempelkan seluruh tubuhnya ke tubuhku.Aroma hormonal yang familier langsung menyelimutiku. Tangan yang kasar dan panas membungkus tubuhku.Suara yang keluar dari video yang diputar di komputer, sama seperti suaraku saat ini.Jari-jari Ivan seperti mengeluarkan api dan membuat sekujur tubuhku terbakar.Dadaku yang lembut diremasnya, dipelintir dan dipadatkan. Aku merasa seluruh tubuhku tidak bisa berdiri tegak dan terpaksa bergantung sepenuhnya padanya."Ivan, lepaskan aku … aku membencimu …."Suaraku yang lembut dan marah justru terdengar seperti sedang bermanja.Ivan tertawa kecil. Kemudian, dia meningkatkan kekuatan tangannya. Aku hanya merasa tubuhku gemetar dan bergetar.Layar hitam komputer memantulkan wajahku dan Ivan yang mengerutkan kening, tetapi tampak gembira dan penuh semangat.Saat Ivan mendekatkan wajahnya ke pipiku, tiba-tiba aku teringat bersama dengan Dany hari itu.Dalam sekejap,

Latest chapter

  • Romansa di Sekolah   Bab 7

    "Rania, apa kamu menemukan sesuatu?"Suara serak Ivan terdengar di belakangku dan dia menempelkan seluruh tubuhnya ke tubuhku.Aroma hormonal yang familier langsung menyelimutiku. Tangan yang kasar dan panas membungkus tubuhku.Suara yang keluar dari video yang diputar di komputer, sama seperti suaraku saat ini.Jari-jari Ivan seperti mengeluarkan api dan membuat sekujur tubuhku terbakar.Dadaku yang lembut diremasnya, dipelintir dan dipadatkan. Aku merasa seluruh tubuhku tidak bisa berdiri tegak dan terpaksa bergantung sepenuhnya padanya."Ivan, lepaskan aku … aku membencimu …."Suaraku yang lembut dan marah justru terdengar seperti sedang bermanja.Ivan tertawa kecil. Kemudian, dia meningkatkan kekuatan tangannya. Aku hanya merasa tubuhku gemetar dan bergetar.Layar hitam komputer memantulkan wajahku dan Ivan yang mengerutkan kening, tetapi tampak gembira dan penuh semangat.Saat Ivan mendekatkan wajahnya ke pipiku, tiba-tiba aku teringat bersama dengan Dany hari itu.Dalam sekejap,

  • Romansa di Sekolah   Bab 6

    Aku mengerucutkan bibirku, lalu berpikir sebentar sebelum akhirnya menghentikan gadis yang hendak pergi menyatakan cintanya itu."Apa kamu mengenalnya? Kamu nggak tahu orang seperti apa dia, tapi memujanya secara membabi buta seperti ini. Pada akhirnya, semua itu cuma akan merugikanmu. Ivan itu orang jahat. Aku sarankan padamu, sebaiknya kamu nggak menggodanya."Nasihatku tidak ada gunanya bagi gadis itu. Dia sepertinya mengira jika aku juga menyukai Ivan."Ayolah, kamu juga menyukai Pak Ivan, 'kan? Ckckck, kalau kamu punya kemampuan, ayo kita bersaing secara sehat. Benar-benar nggak tahu malu kalau kamu bicara buruk soal Pak Ivan seperti ini.""Hehehe, mengatakan anggur itu asam, padahal kamu nggak bisa memakannya, memang benar-benar gila."Gadis itu memutar matanya ke arahku, lalu cepat-cepat berjalan pergi.Aku sangat marah hingga mematung di tempat dan memaki Ivan ke udara.Aku sama sekali tidak memperhatikan orang yang muncul tepat di belakangku saat ini."Rania, kusarankan padamu

  • Romansa di Sekolah   Bab 5

    "Ugh!"Aku berusaha keras untuk menggelengkan kepala. Mataku berkaca-kaca.Ivan menarik sudut mulutnya dan menoleh ke arah Dany."Apa kamu sering bermain dengan orang lain? Punya pengalaman?"Di sisi lain, Dany menggosok-gosok tangannya dengan antusias dan membuka mulutnya dengan penuh nafsu."Ya, Pak Ivan. Karena kamu guruku, aku akan membiarkanmu untuk memulainya duluan. Atau, kita semua akan melakukannya bersama-sama.""Kamu bahkan nggak tahu betapa nikmatnya kalau dilakukan bersama-sama."Makin banyak bicara, makin Dany menjadi bersemangat. Ludahnya terbang ke mana-mana dan dia melambaikan tangannya secara berlebihan di udara.Segera setelah itu, layaknya saudara dekat, Dany mengangkat alisnya pada Ivan dengan penuh gairah.Aku menatap Ivan dengan mata terbelalak dan penuh permohonan. Aku berharap Ivan akan menolak permintaan bajingan ini.Akan tetapi, sebelum Ivan bisa menjawab, terdengar suara ketukan keras di pintu."Kak Dany, petugas hotel datang untuk memeriksa. Ayo cepat perg

  • Romansa di Sekolah   Bab 4

    Waktu begitu cepat berlalu dan akhirnya tibalah akhir pekan. Aku datang sendirian ke kamar 209 Hotel Horan.Namun, setelah masuk, aku tidak melihat Dany. Hanya ada selembar catatan di atas meja."Ikat dirimu dengan borgol dan berlututlah di atas ranjang. Lakukan seperti yang kukatakan. Kalau nggak, tahu sendiri akibatnya.""Jangan coba-coba macam-macam. Aku sudah memasang kamera di ruangan ini."Dany tampaknya juga khawatir jika aku mungkin akan merekam untuk mengancamnya.Oleh karena itu, terlebih dahulu aku diminta untuk mengeluarkan semua barang dan peralatan yang kubawa, lalu diletakkan di pintu.Aku dengan patuh berlutut di atas ranjang dan menunggu kedatangan Dany.Tak lama kemudian, pintu terbuka dan Dany pun masuk."Eh, lihatlah. Kalau dari tadi kamu seperti ini kan lebih baik. Patuhlah dan aku akan mengabulkan segala keinginanmu."Melihatku berlutut di ranjang dengan patuh, wajah Dany yang berminyak itu pun langsung menyunggingkan senyuman.Dany dengan cepat berlari mendekatik

  • Romansa di Sekolah   Bab 3

    "Rania, Pak Ivan, kami pulang. Di luar sudah nggak hujan lagi."Suara teriakan ibu di pintu langsung menyadarkanku. Aku buru-buru berdiri, mendorong Ivan agar menjauh dan berlari kembali ke kamarku.Tak lama kemudian, terdengar suara percakapan ibu dengan Ivan di luar."Pak Ivan, bagaimana Rania? Menurut Anda, apa masih perlu tambahan beberapa pelajaran lagi?""Halo, ibunya Rania. Rania anak yang sangat pintar. Jadi, nggak perlu lagi les tambahan. Rania belajar dengan sangat baik hari ini.""Eh, bagus sekali. Maaf, sudah merepotkan Anda."Ibu tersenyum dan memanggilku dari kamar tidur."Rania, cepat ke sini. Bilang terima kasih pada Pak Ivan. Pak Ivan sudah berusaha keras untuk membantumu mengejar ketertinggalanmu di pelajaran."Aku mengenakan pakaian dan melangkah keluar. Melihat Ivan sudah berpakaian lengkap, aku pun bergumam, "Kelakuan bejat, tapi sok alim."Aku buru-buru menengadah dan mengedipkan mata pada Ivan. Aku terus menggoda dan merangsangnya.Aku mengulurkan tangan dan meng

  • Romansa di Sekolah   Bab 2

    Jari-jariku melayang ke bahu Ivan, merasakan otot-ototnya yang kuat dan tubuhnya yang kencang."Pak Ivan, aku nggak bisa nulis kalau nggak ada pulpen. Apa Pak Ivan nggak mau pulpen?"Aku sengaja mengucapkan kata "pulpen" dengan begitu pelan dan nada yang aneh. Aku memang sengaja membuatnya berpikir yang tidak-tidak.Tepat di saat aku berpikir Ivan itu benar-benar kolot dan membosankan, tiba-tiba saja Ivan menekanku ke kursi. Tangannya yang besar menepuk bagian bawah tubuhku dan buru-buru menutup pintu kamar."Tunggu, aku akan mengajarimu dengan baik."Setelah berkata seperti itu, Ivan buru-buru melepas dasinya.Ivan melepas dasinya dan mengikat tanganku erat-erat.Membuatku terbelenggu kuat-kuat dan tidak bisa bergerak sedikit pun.Saat mataku terbelalak menantikan sesuatu yang menggairahkan, yang akan terjadi selanjutnya, Ivan duduk mengangkang. Otot dadanya yang kencang menempel erat di bahuku. Lalu, suara penuh nafsu terdengar di telingaku."Selesaikan dulu kumpulan soal ini. Kalau

  • Romansa di Sekolah   Bab 1

    Untuk mendapatkan inspirasi dalam ujian seni, ibuku menyewa guru privat untukku.Di bawah cahaya redup, kakiku di bawah meja perlahan-lahan bergerak dan bertumpu di kaki guruku.Guruku mulai meremas kakiku dengan kuat dan menatapku dengan tatapan yang membara.Suara hujan lebat yang begitu rapat di luar sana, yang berpadu dengan suasana hening ….Membuat pikiranku tidak bisa berhenti untuk melayang ke mana-mana. Tubuhku juga terasa aneh.Kemudian, guruku tersenyum dan menutup pintu.Dengan hati-hati, dia melepas dasinya dan berkata hendak "membahas pelajaran" denganku.Aku Rania Rivandra. Umurku 19 tahun.Aku seorang siswa kelas tiga SMA jurusan seni.Belajar seni, kurang lebih selalu mencari inspirasi lewat beberapa rangsangan.Sebelumnya, aku hanya memakan makanan yang aneh-aneh dan mendengarkan musik yang mengganggu untuk mendapatkan inspirasi.Namun, segera, aku menyadari ketika aku berpakaian minim, tatapan mata para pria yang tertuju pada tubuhku, membuatku merasa begitu berseman

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status