Setelah meninggalkan ruang perawatan Mila aku mulai menemukan kesadaran baru dalam diriku, kesadaran bahwa dendam itu tidak bisa dipelihara selamanya karena akan menimbulkan noda di hati kita.Aku tahu tindakanku ketika mengampuni wanita itu, aku tahu bahwa dia telah menyakitiku di titik sampai aku nyaris tidak sanggup melanjutkan hidupku. Aku yang pernah begitu bahagia dalam rumah tanggaku, aku yang pernah merasa jadi satu-satunya wanita dalam hidup suamiku, tiba-tiba hancur begitu saja. Ibarat burung yang terbang tinggi di angkasa, tiba-tiba patah sayapnya, aku terhempas dan jatuh mengenaskan. Mila menghancurkan hidup dan mematahkan impianku. Tidak cukup di bagian perselingkuhan saja, Wanita itu telah memastikan bahwa suamiku menceraikan diri ini dengan fitnah yang begitu kejam. Saat itu reputasiku hancur di mata tetangga dan orang-orang di kota ini. Aku dianggap sebagai biang dari perselingkuhan suamiku karena tidak pandai mengurus keluarga dan punya banyak hutang. Aku sangat di
Mendengar perkataan Niken yang amat sangat seperti duri ... putraku hanya bisa menatap diri ini dan menarik nafasnya dalam-dalam, seakan ia mencoba bersabar."Bisa tidak kalian tidak berada di sekitar kami, minimal menjaga jarak agar kalian tidak terkesan seperti orang yang gagal move on!""Niken!" Mas Farid menyentak, dan menyeret wanita itu menjauh dari hadapan kami."Ayo pergi!""Ga bisa Mas, kayaknya anak dan ibu ini mencoba untuk menguntit kita dan memperhatikan, apa saja kegiatan kita sehari-hari.""Nyonya ... Kami sangat sibuk bahkan terlampau sibuk untuk mengurusi hal-hal yang tidak penting.""Faktanya kalian di sini! sejak kapan kalian tahu restoran ini dan jauh-jauh datang dari kantor kalian untuk makan siang ke sini, kalau bukan untuk menguntit kami!" jawab Niken dengan sombongnya. "Astaga, kasiah sekali anda yaa... Restoran ini adalah tempat makan favorit keluarga kami yang selalu kami datangi setiap bulan dengan papaku. Mungkin kau baru datang ke sini sehingga kau merasa
"Anak tiri kurang ajar!" desis Niken."Cih, aku bahkan tidak sudi kau sebut anak tiri!" ujar Handi berkacak pinggang."Sudah sudah, hentikan. Aku pergi dulu Nak." Demi meredakan keributan antara calon istri dan putranya mas Farid segera memutuskan untuk meninggalkan tempat kami. "Iya, Pa, jaga diri papa. sewaktu masih bersama mama .... papa terlihat sangat terurus dan terhormat, papa juga bugar. Aku khawatir dalam beberapa tahun ke depan papa akan jatuh sakit dan meninggal karena diurus oleh wanita sekasar itu!""Diam Kau!" ujar Niken."Hati hati ya, Pa. Papa akan serumah dengan serigala dan rubah, papa harus waspada!""Hei, kau kira aku akan membunuh ayahmu?""Bisa jadi kau akan membuangnya ke tempat sampah Setelah dia jatuh miskin, jadi pastikan kau memegang perkataanmu!" "Anak sialan!" ujarnya sambil menarik tangan Mas Farid dengan kasar, wanita itu menyeret mantan suamiku dengan tidak manusiawi sementara Mas Farid meski ditarik seperti itu penglihatan dan tatapan matanya tetap
Melihat kepergiannya yang tidak menjawab sedikitpun, aku sedikit kaget karena dia tidak memberikan perlawanan dan tidak melanjutkan keributan bersama putriku. Lagi pula dilawan dengan jawaban menohok seperti itu dan nyaris didengarkan oleh semua orang, membuat wanita berkulit putih bersih dan rambut pirang itu malu. "Astaga, kau pandai sekali menjawab," bisikkku pada Cindy."Orang-orang seperti dia memang harus dipermalukan," desis anakku."Ayo masuk lagi, kita lanjutkan untuk melayani pelanggan dan beramah tamah dengan para pengunjung.""Iya, Ma, ayo!"Kami membaur kembali pada para pengunjung yang datang menyambut mereka dengan ramah dan mencoba melayani mereka seperti dengan apa yang mereka inginkan, membantu mereka memilihkan pakaian yang cocok dan outfit sesuai dengan selera mereka.Aku juga membantu di meja kasir yang sangat padat dan sibuk sekali. Kemudian, dua orang staf yang juga menyiapkan welcome snack bagi para pengunjung yang baru mampir ke toko anakku.Tapi semua itu
Mungkin karena sudah kuhajar sampai babak belur, hingga hidung dan mulutnya berdarah Wanita itu sudah tidak berdaya dia terkapar di mobilku dan hanya bisa menangisTadi penampilannya sangat cantik dengan rambut yang sudah dicatok, wangi elegan dan terlihat seperti orang kaya, tapi sekarang dia berantakan sekali seperti habis tercebur dari dalam kuah sayur. Dia menangis, mungkin kepalanya pusing, dia merintih dan kesakitan.Sesampainya di apartemennya, aku menyeretnya kembali melewati pos security. Ada dua security yang sedang berjaga di sana dan mereka hanya tercengang begitu melihatku lewat dan menyeret wanita itu."Bu, ada apa?""Aku mau mengantar pelakor ini ke hadapan suamiku yang sudah menginap di apartemennya sejak beberapa hari terakhir!""Kenapa begitu Bu?"Security itu mencoba mengejarku karena mungkin merasa prihatin dengan keadaan Niken yang sudah berdarah-darah."Dia baru saja datang dan mengacaukan tokoh anakku serta mempermalukan kami jadi aku memberinya sedikit pelajar
Kuparkirkan mobil di garasi rumah, lalu aku berjalan menuju pintu utama dan membukanya dengan kunci yang selalu kubawa. Saat berjalan menyusuri ruangan menuju ruang keluarga dan meja makan anak-anak langsung berdiri menyambut kedatanganku."Mama!" Mereka semua nampak menunggu dengan gelisah dan begitu aku datang mereka langsung berdiri dan berhamburan datang."Ma, setelah pertengkaran tadi apa yang terjadi?""Apa Mama ditahan di kantor polisi ataukah Mama membawa wanita itu ke rumah sakit?" tanya Alex saya juga nampak tak mau kalah penasarannya dengan Cindy."Tidak aku membawanya ke apartemen, dan menyerahkannya ke Papa kalian.""Terus papa bilang apa? Apa Papa menyalahkan mama.""Tentu saja tidak, dia tahu karakter wanita itu.""Ya ampun, aku merasa tegang sekali ma, begitu tahu kalau mama menghajar seorang wanita di fasilitas umum," ucap Handi dengan tegang sambil menyentuh kedua bahuku. "Alhamdulillah, tidak ada seorangpun ikut campur mereka menonton Niken dihajar olehku, seak
Tak membuang waktu lama setelah anak-anakku mengirimkan karangan bunga ke rumah dan tempat pernikahan wanita itu... Tiba tiba dia sudah datang ke rumahku. ** Kebetulan hari itu, aku memutuskan untuk tidak jadi ke kantor, karena akan melakukan meeting internal dengan anak-anakku. Kami menyisihkan waktu untuk membahas rencana bisnis dan cara mengembangkan promosi marketing di bisnis mereka. Aku ingin membantu mereka bertumbuh dengan cepat dan mendapatkan pelanggan tetap jadi aku mengundang beberapa staf dan tim promosi untuk membicarakan hal itu. Saat kami sedang duduk di meja panjang di ruang makan lalu membahas dengan serius, beberapa orang juga sibuk mendesain konsep di laptop mereka tiba-tiba ada teriakan seorang wanita di depan pintu."Mbak hafsah!" Suara itu terdengar amat lantang dan kasar orang-orang yang duduk di meja langsung berdiri dan kami tahu persis yang datang itu adalah Niken."Bu, ga usah keluar, biar kami saja."para staf merasa khawatir dan mereka tidak ingin aku
"Maaf Mas, apapun yang terjadi kedepannya tolong kendalikan istrimu. Aku akan berusaha kendalikan anak-anakku, tapi tolong minimalisir konflik yang terjadi.""Ah, aku sakit kepala sekali, Hafsah.""Setelah menikah apa kau akan terus tinggal di apartemen itu atau langsung pindah ke desa?""Kami akan pindah ke desa dalam waktu cepat setelah persiapan rumah kebun selesai direnovasi."Tempat yang dimaksud oleh Mas Farid adalah perkebunan yang dulu selalu kami jadikan tempat menghabiskan waktu di peralihan musim dan akhir tahun. Dulu kami punya ratusan ekor sapi tapi setelah karir bisnis Mas parit menanjak aku mulai menjual hewan-hewan tersebut agar bisa diurus oleh orang lain, sisa tinggal beberapa ekor sapi, ladang yang luas dan sebuah rumah kayu yang hangat. Tempat itu cocok untuk di tanami jagung atau komoditas bernilai tinggi karena cukup subur dan berada di aliran sungai yang deras. Kurasa jika kami menjualnya, nilai dari ladang tersebut cukup besar, tapi karena sekarang mas Farid
Diam diam tanpa kusadari Mas Farid berusaha menyembunyikan kesedihan dan air matanya. Entah apa yang dirasakan olehnya terhadap wanita yang pernah dicintainya. Lelaki itu mungkin masih menyimpan rasa ataukah dia hanya prihatin tentang apa yang terjadi pada Niken."Mas, tidaklah kita semua menghendaki ini, tapi begitulah alur yang harus dijalani oleh Niken disebabkan oleh perbuatannya sendiri. Ayo pergi," ajakku sambil menggenggam tangan suami. "Iya, ayo pergi.""Farid!" Saat kami akan melangkahkan kaki meninggalkan pengadilan tiba-tiba suara familiar itu memanggil kami. Siapa lagi yang akan memanggil seberani itu kalau bukan ibunya Niken. Aku dan suamiku membalikkan badan lalu melihat wanita bergamis coklat itu menatap ke arah mas Farid dengan tatapan tajam dan air mata yang membasahi wajahnya."Kau puas melihat anakku terpuruk dalam kehidupannya? Kau puas melakukan ini padanya kau lupa bahwa apa yang terjadi disebabkan oleh perbuatanmu? Harusnya kau pun dihukum!""Bu, saya minta ma
Keesokan hari, Aku terkejut sekali karena pagi-pagi rumah kami sudah ramai, anak-anak mengumpulkan anggota keluarga inti dan mengundang beberapa orang lelaki yang tidak kukenali. Usut punya usut, ternyata mereka adalah petugas KUA dan saksi yang sudah diatur oleh Handi jauh-jauh hari sebelum mas Farid pulang ke rumah. "Papa dan mama bisa menikah hari ini.""Kok bisa? Kapan kamu mengurus berkas?""Aku mah lupa kalau aku ada direktur utama yang punya banyak staf dan mereka bisa lakukan apapun untukku?""Mengejutkan sekali," jawabku, "bahkan Mama belum menyiapkan makanan dan membersihkan rumah.""Sudah Ma, aku sudah menyiapkan segalanya jadi Mama tinggal menikah saja."Dengan dibantu oleh sepupunya dia membawa mas Farid ke ruang tamu, anggota keluarga kami duduk mengitari karpet besar sementara penghulu sudah ada di tengah tengah kami, diikuti oleh ayahku yang bertindak sebagai wali dan dua orang saksi."Kek, Saya meminta ridho dan restu agar kakek ikhlas menikahkan mama dan papa lagi
"Aku nggak terima ini ... kalian pasti salah tangkap," desisnya sambil melotot ke arah polisi yang memegangi kedua tangannya. "Bawa saja dia Pak," balasku sambil membenahi posisi Mas Farid di ranjangnya.*Setelah ditangkapnya wanita itu aku dan anakku beserta mas Farid hanya terdiam, kami duduk di sofa dengan segala pemikiran masing-masing. Aku merenung sambil menopang lagu sementara Handi sibuk dengan ponselnya."Jadi, tahu dari mana kalau dia pelakunya?" tanya Mas Farid."Pemuda itu mengaku dia dibayar lima belas juta untuk menabrak Papa, tadinya dia akan kabur tapi ternyata kondisi komplek perumahan ramai karena kebetulan tetangga kita sedang mengadakan syukuran kehamilan istrinya.""Jadi Niken merencanakan untuk mencelakakanku?""Iya, Pa.""Kenapa bisa begitu ya....""Karena dia tidak terima ditinggal Papa.""Astaghfirullah." Mas Farid menggumam sambil mengusap wajahnya dengan keresahan yang terlihat begitu jelas di wajahnya. "Apa yang akan kita lakukan pada wanita itu, Pa?""L
"Tidak Nyonya Saya tidak melakukan apapun. Saya sungguh tidak sengaja alih-alih mengerem mobil, saya malah panik dan tak sengaja menginjak pedal gas. Saya minta maaf Bu.""Apa kau mau dipenjara bertahun tahun penjara karena kelalaianmu berkendara?"Pemuda itu mendongak dan makin pucat ketakutan."Kudengar mobil itu adalah mobil sewa harian, aku juga dengar kalau kau berasal dari keluarga menengah ke bawah jadi dari manakah uang untuk menyewa mobil, apa yang kau lakukan dengan mobil, lalu sedang apa kau di komplek perumahan elit tempat tinggal para pengusaha! Apa yang kau lakukan?""Hanya jalan jalan, Bu.""Bukannya Ada petugas keamanan komplek yang akan menanyakan dan memeriksa pengunjung yang datang?""Saat itu security tidak ada, sayang iseng masuk ke perumahan karena saya dengar tempatnya sangat bagus, mewah, berkelas dan elit, tadinya saya mau bikin konten tapi ternyata saya tidak sengaja menabrak mobil suami ibu.""Jadi kau mengebut dalam berkendara sambil memegang ponsel? Maka
"Mas Farid!" Aku terjatuh dalam pandangan mata yang sudah gelap dan berkunang kunang, melihat lelaki itu terakhir kali digotong oleh beberapa orang membuatku langsung lemas dan kehilangan kesadaran. *"Bu ... Bu, ibu dengar Bu?" Aku mencoba mengerjakan meski kelopak mata ini terasa begitu berat.Aku mencoba mengingat kembali apa yang terjadi hingga aku tiba-tiba terkapar terbaring di kursi ruang tamu."Bu, Alhamdulillah ibu siuman," ujar Mbak Mina pembantuku."Iya, mana Bapak, Mbok?" Dalam keadaan yang masih pusing dan gemetar aku langsung bertanya tentang mas Farid."Sudah dibawa ke rumah sakit Bu.""Dibawa pakai ambulans atau mobil warga?""Mobil tetangga Bu.""Terus apa yang terjadi, Mbok." "Pengendara mobil hitamnya langsung diamankan warga dan dibawa ke kantor polisi sementara mobilnya Tuan Farid sudah dibawa ke bengkel.""Kalau begitu, saya harus bersiap untuk melihat keadaan bapaknya anak-anak saya," balasku sambil berusaha bangkit, kepalaku masih pusing tapi aku berusaha b
Hanya tertawa diri ini setelah memperhatikan sikap Niken yang berusaha menghalalkan segala cara untuk kembali mendapatkan mas Farid.Secara psikologi pria-pria tidak suka dengan wanita semacam itu, karena hal demikian membuat mereka risih dan tidak nyaman. Terlalu dikejar dengan obsesi yang menakutkan membuat pria jadi semakin menjauh dan kebencian di dalam diri mereka akan semakin timbul.Harusnya Niken bersikap lebih bijak dan tenang jika dia memang ingin memenangkan hati Mas Farid, dia harus menunjukkan iktikad baik dan penyesalan mendalam jika ingin mendapatkan pengampunan, lalu pelan-pelan merayu Mas Farid agar kembali ke dalam pelukannya. Sayangnya, wanita itu tidak cukup bijak memperhitungkan langkah. "Aku tidak kuasa menahan rasa geli di hatiku melihat wanita itu tiba-tiba mengaku hamil," ujarku membuka percakapan pada lelaki yang wajahnya dalam keadaan tegang. Kabar tentang kehamilan tentu saja mengguncang pikiran seorang lelaki meski dia pura-pura acuh tak acuh."Jika dia
Beginilah aku dan dia berdiri di depan gedung berlantai tiga, yang pernah jadi alasan perpisahan kami. Aku dan dia datang untuk kedua kalinya namun dalam konteks yang berbeda. Aku menemaninya sebagai bentuk dukungan bahwa lelaki itu masih punya orang-orang yang berdiri di dekatnya.Mengingat bagaimana dia akan menghadapi kerasnya hati Niken dan betapa nekatnya keluarga wanita itu, aku rasa ini adalah tantangan terberat di mana ia butuh teman untuk menopangkan beban tersebut. "Aku merasa trauma dan tidak nyaman hati datang ke tempat ini, aku benar-benar tidak nyaman," ujar mas Farid dengan mimik wajah sedikit khawatir dan aku bisa menangkap ketidaknyamanan yang benar-benar kentara. "Kenapa?""Dua kali aku membina keluarga dua kali juga hancur. Sungguh ini adalah tempat yang paling ingin kuhindari dalam hidupku tapi entah kenapa aku terus datang ke sini berulang kali," jawabnya mendesah."Anggap ini adalah jalan hidup yang harus sekali kita lewati Mas.""Melihat dirimu tetap ada disi
"Jadi, kemana sapi sapi itu?""Ada di kebun temanku. Kebetulan ayahnya punya lahan dan lahannya tidak terpakai jadi sapinya aku pindahkan ke sana.""Jadi polisi tidak mempersoalkan apapun tentangmu?""Ya, karena mereka tahu siapa Ayahku.""Jadi kau memakai reputasiku untuk melindungi dirimu?" tanya mas Farid pada anak gadis kami yang terus tersenyum-senyum dan merasa memenangkan sesuatu yang besar."Iya, berhubung papaku sangat kaya, berkuasa dan bisa membeli setengah dari kota ini. Jadi, aku menggunakan kekuasaan itu untuk bersikap sedikit sombong," jawabnya cekikikan."Ya ampun." Mas Farid hanya menepuk keningnya berkali-kali."Kalau memang sudah tidak ada masalah lagi, sebaiknya kita pulang.""Iya, Ma, ayo kita pulang.""Tapi Niken tak akan melepaskanmu sampai kau mengembalikan sapi-sapi itu ke tempatnya.""Dia tidak tahu apapun Pa, yang dia tahu aku sudah menjualnya, jadi sapi itu tidak akan kembali ke tangannya.""Tapi uangnya ada padamu?""Aku tidak mau tahu Ayah, apa yang kua
Selagi aku berdiri di pintu gerbang dan mendengar informasi dari penjaga yang sudah menunggu perkebunan selama 15 tahun, dari kejauhan ternyata diken dan orang tuanya menyaksikan kedatangan kami.Posisi villa yang berada di atas bukit sementara kandang hewan dan tempat pemerahan susu berada di bawahnya, membuat dia bisa leluasa melihat siapa saja yang berkunjung ke perkebunan. Aku dan dia saling menatap dari kejauhan Lalu Tak lama kemudian wanita itu mengambil motor dan melajukannya pada kami."Wanita itu datang," ujarku dalam hati. Bersamaan dengan perasaan hatiku yang mulai membuncah dengan kecemasan, di saat itu pula Mas Farid tiba di perkebunan. "Mas!""Mana Alexa!""Pak Ujang bilang, dia ditahan di Polsek.""Apa dia berhasil mengambil sapi?" tanya mantan suamiku sambil memegang kedua bahu ini."Iya, Tuan, sudah dijual subuh tadi, sesaat sebelum Nyonya Niken tiba dari rumah sakit. Tadinya non Alexa sudah mau pulang, tapi dia kedapatan oleh Nyonya Niken, mereka ribut, berdebat d