Reina melirik Christy dengan acuh tak acuh."Christy, ini otakku yang salah atau otakmu yang salah? Kamu sudah ketahuan mau tidur sama suamiku dan kamu masih minta aku membantumu?"Christy tercekat, "Tapi aku cinta mati sama Kak Max."Reina mencibir, "Maksud ucapanmu ini, kamu pikir aku nggak cinta sama Maxime? Lagian kamu suka dia juga nggak ada gunanya, dia nggak suka sama kamu. Memaksakan perasaan itu nggak baik."Christy meremas telapak tangannya."Aku ...."Reina tidak punya waktu mengurus Christy, dia pun berkata, "Aku harus pergi kerja. Kalau nggak ada urusan lain, tolong pergi dan jangan ganggu aku kerja."Christy kehilangan kesabaran saat melihat Reina tidak bisa membantunya."Kamu ini nggak punya perasaan banget sih! Aku doain kamu cepat-cepat diusir dari perusahaan ini, kalau itu terjadi jangan harap aku bakal nolongin kamu!"Setelah itu, Christy langsung membanting pintu ruangan Reina dan pergi.Reina merasa Christy ini bukan hanya orang yang menyebalkan, tapi juga sangat g
"Ya Bu? Ada apa?" Reina agak terkejut saat menerima telepon dari Joanna.Joanna langsung marah, "Siapa yang nyuruh kamu taruhan sama Melisha? Dia itu sudah berapa lama kerja? Kamu baru berapa lama? Kamu itu nggak tahu apa-apa soal perusahaan atau Grup IM.""Kamu tahu nggak Melisha itu minta aku dan kakekmu pergi ke kantor besok untuk mempermalukanmu di depan umum?"Meski Joanna tidak menyukai Reina, dia tahu siapa anggota keluarganya dan siapa orang luarnya.Bagaimanapun, Reina adalah menantu kandungnya. Tentu saja, dia tidak akan diam membiarkan Melisha menindas Reina."Aku nggak tahu soal itu." Reina baru tahu kabar ini dari mulut Joanna. Mungkin satu alasan adalah karena dia khawatir akan menipu, dan alasan lainnya adalah ingin mempermalukannya di hadapan anggota Keluarga Sunandar.Joanna makin kesal dengan Reina, "Kukasih tahu ya, menjalankan perusahaan itu beda jauh sama nulis musik! Lagian, kamu itu istri Maxime. Kalau kamu kalah dari Melisha, Maxime juga akan malu!"Joanna masih
"Kak, aku sudah menggugat Tanu," kata Diego di ujung telepon seolah tidak sabar dipuji Reina.Reina tidak pernah melupakan hal ini.Dulu dia ingin menuntut Keluarga Yunandar sendiri dan merebut kembali semua uang Keluarga Andara.Masalahnya dia bukan putri kandung Keluarga Andara. Kalau Keluarga Yunandar mengetahui hal ini, surat wasiat di tangannya juga akan dianggap tidak sah.Karena selama ini ayah Reina mengira Reina adalah putri kandungnya."Oke, baguslah. Nanti aku kasih bukti-bukti, sisanya kuserahkan padamu ya," jawab Reina.Apa yang bisa Reina lakukan sekarang adalah membalas budi semua perbuatan baik ayahnya dan membantu Diego apa yang menjadi miliknya."Oke Kak, makasih ya, kamu baik banget."Diego benar-benar tidak menyangka bahwa sekarang Reina menjadi begitu bijaksana. Bukan hanya bersedia membantu Diego menuntut Tanu, dia juga rela memberi semua harta Keluarga Andara pada Diego dan sekarang Reina juga membantu Diego mengumpulkan bukti."Ya, nggak masalah. Kamu kerja deng
Begitu Treya melihat orang yang masuk ke kamarnya, dia tercengang."Max ... Maxime?"Orang di depan pintu terlihat persis seperti Maxime, tapi sorot matanya lebih lembut.Di belakangnya ada Diego, dia menjulurkan kepalanya dan berkata, "Bu, ini Tuan Morgan, bukan Maxime."Morgan, adik Maxime.Kedua orang itu benar-benar terlihat sangat mirip, pantas saja Reina bisa salah mengenali keduanya.Treya langsung duduk tegak, "Maaf Pak Morgan, aku salah orang."Ketika perawat melihat pria yang terlihat begitu bermartabat di depan pintu, dia tahu pria ini bukan orang sembarangan. Dalam hati dia bertanya-tanya, apa hubungannya dengan Treya?Di mata orang luar, Morgan terlihat sebagai pria rendah hati yang eksklusif. Perawat itu saja tidak berani menatapnya langsung.Morgan melangkah masuk dengan diikuti Diego di belakangnya. Dia tidak setampan Morgan dan sekilas terlihat seperti pria playboy."Keluar."Diego memberi perintah pada perawat dengan nada dingin.Perawat itu pun keluar dengan enggan.
"Apa kamu pernah memberi tahu orang lain tentang hal ini selain aku?" tanya Morgan.Treya berpikir sejenak, "Aku cuma ngasih tahu suster yang merawatku dan Reina. Tapi suster itu baik kok, dia nggak akan bicara sembarangan."Morgan mengangguk."Pak Morgan, sekarang aku sudah tahu siapa yang memperlakukan aku dengan tulus dan aku sangat menyesal," bisik Treya.Morgan tidak bersimpati pada Treya dan berkata, "Aku ingat, dulu waktu masih kecil Reina selalu bilang ingin membuat ibunya bahagia, tapi dia tidak tahu bagaimana caranya."Begitu Treya mendengar ucapan ini, tenggorokannya terasa sangat perih seperti disayat pisau."Aku ... aku bukan ibu yang bertanggung jawab.""Kalau sejak Reina kecil kamu memperlakukannya dengan lebih baik sedikit saja, mungkin Reina nggak akan rendah diri dan nggak akan diintimidasi orang lain. Dia baru bisa menikmati hidupnya sekarang ini." Tatapan Morgan setenang riak air, dia melanjutkan, "Bagaimana seorang anak bisa bahagia kalau seorang ibu yang nggak men
"Ya sudah, nggak perlu menyelidikinya lagi dan nggak perlu memperpanjang masalah ini." Maxime langsung menutup telepon.Ekki ditinggal sendirian begitu saja.Tidak ada yang menyangka, orang yang akan menusuk mereka adalah kawanan mereka sendiri.Poin utamanya adalah Reina pelakunya.Maxime pasti tidak akan melakukan apa pun pada Reina.Di dalam kamar tidur.Reina yang sudah cukup lama berdiri di balkon pun kembali ke kamar untuk tidur. Besok dia akan memberi tahu semua orang tentang prestasinya dan akhirnya dia menampar wajah Melisha kuat-kuat.Maxime yang sudah selesai mandi pun berbaring di samping Reina, menarik selimut dan menarik Reina dalam pelukannya.Maxime belum sempat menanyakan apa-apa, tapi Reina sudah lebih dulu bercerita dengan penuh semangat, "Max, dua hari ini aku seneng banget deh."Maxime juga menyadari Reina yang terlihat begitu bahagia. Maxime pikir Reina merasa senang karena bisa hidup tenang bersamanya, Maxime tidak menyangka Reina senang karena bisa merebut salah
Pukul 10.10Para petinggi perusahaan sudah berkumpul di ruang rapat Grup Rajawali, Tuan Besar Latief dan Joanna juga datang.Joanna melihat sekeliling tetapi tidak menemukan Reina, jadi dia bertanya pada Christy, "Mana Reina?"Christy menggeleng, "Aku nggak tahu, kayaknya Kak Reina belum sampai di kantor deh.""Kok kamu bisa nggak tahu? Bukannya kamu tinggal bareng Reina? Aku 'kan nyuruh kamu buat jagain dia, bukan buat kerja di sini." Joanna langsung bicara tanpa basa-basi.Christy seketika memainkan dirinya yang terluka, "Kak Max dan Kak Reina nggak suka sama aku, mereka nggak ngizinin aku tinggal di Vila Magenta. Mereka nyuruh aku buat menyewa sendiri di dekat sana dan pagi harinya boleh ke kantor buat menjaga Kak Reina."Christy sudah menceritakan sebuah drama baru dengan sempurna tanpa menyebutkan kejadian dia sudah membius Maxime.Joanna akhirnya tidak mendesak Christy."Rapat sudah dimulai, kenapa Reina belum datang?"Ternyata waktu rapat yang Melisha beritahu pada orang lain ad
Semua orang memeriksa kontrak tersebut dan mendapati ucapan Joanna memang benar."Hah? Dia beneran berhasil?""Gila, padahal ini tugas yang sulit."Semua orang menyanjung Reina. Sebenarnya mereka semua paham Joanna pasti sudah ikut turun tangan dalam hal ini. Selain itu, klien yang direbut Reina ini sebenarnya klien biasa yang tidak banyak berdampak pada Grup IM.Melisha menatap Joanna dengan jijik.Dia menyesap seteguk air sebelum berbicara."Bibi baik banget sama menantumu. Kamu sampai menghamburkan uang 100 miliar buat menyuap klien itu kembali, tapi klien yang kamu suap itu nggak membawa manfaat apa pun bagi Grup Rajawali."Begitu Melisha selesai bicara, semua orang terdiam.Joanna menatap Melisha dengan tatapan tidak percaya. Dia bertanya-tanya bagaimana Melisha bisa tahu dia menghamburkan uang 100 miliar untuk menarik balik klien ini.Tuan Besar Latief pun marah, "Joanna, kenapa kamu begitu memihak Reina? Kamu berharap hanya dengan klien sekecil itu, Melisha akan menyerahkan posi
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba