"Oh?" Deo mengangkat tangannya dan para bawahan pun berhenti, "Memang dia ada gunanya? Keluarga Revilino sudah lama tidak berhubungan dengan Keluarga Sunandar.""Kalau gitu kamu salah. Dia itu adik sepupu kesayangan Maxime. Kalau nanti kamu nggak bisa ngancam Maxime pake aku, kamu bisa pakai dia," kata Reina.Deo tidak menyangka Maxime begitu penyayang dan punya adik sepupu kesayangan."Deo menyuruh bawahannya berhenti."Sepertinya setelah buta, Maxime benar-benar berubah ya. Padahal dulu dia mana peduli sama wanita." Deo sudah menerima laporan kalau Maxime sudah naik mobil utusannya.Reina juga tidak menyangka Maxime akan datang untuk menyelamatkannya sekarang.Dulu Maxime pernah pergi ke Debai sendirian. Untungnya dia bisa terbebas dari bahaya, meski begitu dia tetap menyalahkan orang lain.Semua orang menunggu kedatangan Maxime. Christy hanya terbaring di dalam lubang besar itu dan merasa menyesal. Kalau dia tidak bersikeras menemani Reina jalan-jalan, tidak akan terjadi apa-apa pad
Pasukan Deo mempercepat gerakan, kaki Reina dan Christy sudah mulai terkubur.Christy langsung panik, dia belum mau mati, "Kak Max, tolong kami! Tubuh kami sudah hampir setengah terkubur sekarang."Reina hanya melindungi perutnya dengan tangannya dan tetap diam.Dia tahu Deo tidak akan melepaskan mereka hanya karena Maxime bersujud.Dia mungkin akan membuat Maxime melakukan sesuatu yang lebih tidak bermartabat."Kak Max, seenggak pedulinya kamu sama aku. Paling nggak kamu harus menyelamatkan anakmu!"Reina merasa menyesal kenapa tadi tidak membiarkan Christy mati saja."Christy, bisa diem nggak?" Reina sudah tahu dari awal Deo ini sangat keji dan licik, itu sebabnya dia diam saja dan cuma melindungi perutnya diam-diam.Benar saja, Deo baru sadar kalau Reina hamil. "Ckck, kamu hamil lagi? Aku sampai lupa.""Tarik istri Pak Maxime ke atas."Reina buru-buru melindungi diri.Tapi dia bukan tandingan pria dewasa dan tubuhnya dengan cepat ditarik keluar secara paksa.Maxime mengepalkan tinju
Reina kaget bukan main dan matanya langsung memerah, "Maxime!"Maxime terlihat tenang dan bahkan tidak mengerutkan kening. Maxime malah menghiburnya."Aku baik-baik saja, jangan takut."Reina melihat kemeja putih Maxime sudah berubah warna menjadi merah darah. Mana mungkin Maxime baik-baik saja?Reina pun berteriak, "Maxime! Sudah cukup, jangan pura-pura lagi! Aku tahu kamu sama sekali nggak peduli sama aku, kamu cuma peduli sama janin dalam perutku. Tapi apa kamu tahu? Mereka itu bukan anakmu!"Begitu Reina berkata demikian, semua orang menatap Reina dengan sangat terkejut.Christy yang hampir pingsan karena kesakitan langsung melotot marah."Dasar wanita jalang! Bisa-bisanya kamu mengkhianati Kak Max?"Reina mencibir, "Kenapa? Kamu pikir cuma kakak sepupumu yang boleh tidur sama wanita lain? Nggak adil, kalian semua di Keluarga Sunandar meremehkanku, kenapa aku nggak boleh mengkhianatinya?""Dasar nggak tahu malu!" Christy meludahi Reina.Reina dan Christy berhasil menarik perhatian
Kalau Reina adalah kekasih Revin, artinya Deo sungguh tidak bisa menyentuhnya!Sebenarnya Deo tidak benar-benar berniat melakukan apa pun pada Reina karena dia tahu Morgan memperlakukan wanita ini dengan spesial.Deo tidak ingin menyinggung Morgan. Dia sadar dengan kekuatan Keluarga Baclig saat ini, mereka bukanlah tandingan Keluarga Sunandar."Coba buktiin? Gimana caranya aku tahu kamu bohong atau jujur?"Deo mengeluarkan ponselnya, "Kalau kamu memang hamil anak Revin, harusnya kamu hafal nomor telepon dia, 'kan?"Hati Reina menegang, dia sungguh berharap Deron akan segera datang menolongnya, jadi Reina pun menjawab, "Ya, aku tahu."Yang Reina tidak tahu adalah saat ini Deron dan Ekki sudah mengepung tempat ini, namun mereka tidak langsung bertindak karena ingin memeriksa situasi di dalam lebih dulu."Nomornya ada di ponselku."Deo melirik bawahannya yang langsung paham maksud Deo. Bawahannya langsung mengambil ponsel Reina, membukanya dan langsung mencari nomor telepon Revin."Telepo
Bawahan Deo yang berjaga di luar pabrik diam-diam sudah disingkirkan oleh anak buah Deron. Mereka juga sadar sekaranglah saat paling tepat untuk menyelamatkan Maxime dan Reina.Deron dan Ekki saling melirik, lalu bergegas masuk.Kejadian itu begitu mendadak, Deo dan anak buahnya terkejut bukan main dan tidak sempat bereaksi."Tuan Deo!"Di detik ini barulah Deo paham bahwa para sanderanya sedang mengulur waktu sampai bala bantuan datang. Kenapa dia begitu bodoh? Tapi ... bagaimana Ekki dan yang lainnya bisa menemukan mereka?Kalau sudah begini jadinya, dia tidak bisa kabur lagi. Namun, Deo tidak ingin mati seorang diri, dia mau para sandera ikut menemaninya ke alam baka."Siapapun yang bisa membunuh kedua wanita ini dan Maxime, akan kukasih 20 miliar!""Kalau kalian sendiri mati, aku akan kasih uangnya ke keluarga kalian!"20 miliar?Bagi orang biasa seperti mereka, uang sebanyak ini tentu tidak bisa mereka dapatkan meski bekerja bagai kuda seumur hidup.Beberapa bawahan saling menatap
Sayangnya, kali ini Maxime tidak menanggapinya.Reina menggenggam tangan Maxime lebih erat.Ekki menatap tubuh Reina yang berlumuran darah dan menjadi khawatir, "Nyonya nggak terluka, 'kan? Apa mau diperiksa dokter dulu?"Reina menggeleng pelan, "Aku nggak apa-apa, dia yang terluka."Ekki tidak berkata apa-apa lagi.Dokter akhirnya menghentikan pendarahan Maxime.Kemudian dia berkata, "Kita harus ke segera rumah sakit untuk menjahit lukanya yang dalam, kalau kulihat sudah merusak pembuluh darah. Aku cuma bisa menghentikan pendarahan untuk sementara.""Baik, aku mengerti." Ekki mengangguk.Sisi kanan kepala Maxime robek sampai hampir ke wajahnya.Ekki agak menyesal. Dia dan Deron tadi seharusnya lebih berhati-hati supaya bosnya tidak terluka parah seperti ini.Sayang, menyesal tidak ada gunanya.Setibanya di rumah sakit, Jovan langsung turun tangan mengoperasi Maxime sedangkan Christy juga dimasukkan ke ruang operasi lain.Reina duduk di luar koridor sambil menatap tangannya yang gemeta
Ketika Maxime bangun, dia menggerakkan tangannya sedikit dan mendapati seseorang menggenggam tangannya.Reina langsung membuka matanya, "Max, kamu sudah bangun?"Maxime yang mengenali suara Reina langsung menggenggam balik tangan Reina kuat-kuat."Yah, kayaknya aku habis tidur lama banget."Reina langsung memeluk Maxime, "Kamu itu hampir mati, tidur apanya?"Maxime sudah memotong pembuluh darahnya dan darah yang menyembur waktu itu begitu menakutkan.Tubuh Maxime yang dipeluk Reina pun terasa kaku.Maxime mengangkat tangannya dan menepuk punggung Reina, "Nggak apa-apa, lihat ... aku sudah baik-baik aja."Reina memeluk Maxime lebih erat, membenamkan seluruh wajahnya ke dada Maxime dan air matanya membasahi pakaian Maxime.Hati Maxime ikut terasa pedih, "Jangan nangis."Reina menarik napas dalam-dalam, "Nggak? Aku nggak nangis.""Kamu lapar nggak?" Reina bertanya, lalu mengangkat kepalanya dan menatap Maxime, "Oh iya, harusnya aku kasih tahu Jovan dulu ya, biar dia bisa meriksa kondisimu
Reina masih tenggelam dalam momen heroik Maxime yang menyelamatkannya lagi dan lagi.Sekarang begitu ditanya seperti ini, Reina yang malu pun langsung mencubit lengan Maxime, "Kurang kerjaan ya?"Sebelum Maxime sempat menjawab, ponsel Reina tiba-tiba berdering dan mengganggu percakapan intim di antara keduanya."Siapa?" tanya Maxime.Reina mengangkat ponselnya dan mendapati Revin yang meneleponnya. Reina pun menjawab dengan jujur, "Revin."Maxime langsung terbakar api cemburu, "Pasang pengeras suara, aku mau dengar dia ngomong apa."Kemarin meski Reina cuma akting, Maxime sungguh cemburu melihat betapa harmonisnya Reina dan Revin.Reina tidak punya pilihan selain menyalakan pengeras suara."Halo, Revin," jawab Reina."Kemarin aku sudah telepon Deron dan tahu kejadiannya. Kamu nggak apa-apa?" tanya Revin."Yah, nggak apa-apa."Revin menambahkan, "Syukurlah. Tapi, yang kukatakan kemarin tetap berlaku ya. Kalau kamu mau, aku akan langsung kirim orang untuk menjemputmu dan membawamu ke sin
Reina menutup telepon dan akhirnya merasa lega.Selama Syena tidak melakukan sesuatu yang buruk, semuanya tidak apa-apa.Dia sudah makin berumur dan hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik.Jika Syena melakukan sesuatu yang salah lagi, dia akan menghabisinya....Musim semi berganti menjadi musim gugur.Waktu berlalu dalam sekejap.Dalam sekejap mata, rambut Reina pun dipenuhi dengan uban. Saat ini, Reina hampir berusia tujuh puluh tahun.Beberapa anak laki-lakinya akhirnya menikah. Anak-anak Riko dan Riki sudah duduk di bangku sekolah dasar.Reina mengambil ponselnya. Pada hari itu, dia mendengar anak buahnya berkata, "Bos, Marshanda meninggal."Meninggal adalah sebuah kata yang sering didengar Reina di masa tuanya.Selama bertahun-tahun, mertuanya juga sudah meninggal dunia.Mantan saudara perempuannya, Brigitta, juga meninggal tahun lalu.Ethan menyusul pada paruh pertama tahun ini.Hanya Erina dan suaminya yang tersisa untuk menjaga bisnis Keluarga Yusdwindra.Suami yang Erina d
Sisca pergi ke sekolah dan hendak meminta guru untuk memanggil Talitha. Namun, dia melihat Talitha berdiri di depan gedung sekolah dari kejauhan.Di seberang Talitha ada Syena!Ekspresi Sisca langsung berubah.Dia berjalan cepat menghampiri keduanya. "Talitha."Talitha menoleh ke arahnya. "Ibu."Syena langsung marah mendengar putrinya memanggil wanita lain dengan sebutan ibu."Talitha, aku ini ibumu, dia nggak ada hubungan darah denganmu."Setelah bertahun-tahun tidak bertemu, wajah Syena sangat pucat dan kuyu. Tatapan matanya menatap Sisca lekat-lekat.Sisca juga tidak merasa terintimidasi olehnya, menarik putrinya untuk berdiri di sisinya."Syena, saat itu kamulah yang nggak menginginkan Talitha. Sekarang, kamu ingin mendapatkan anakmu lagi?"Talitha menimpali, "Aku cuma punya satu ibu, namanya Sisca. Nama keluargaku juga Santiago. Jadi, kamu pergi saja dan berhenti mencariku."Mendengar apa yang dikatakan putrinya, gelenyar kelegaan menyelimuti benak Sisca.Syena terlihat makin mura
Reina beranjak dan melangkah pergi.Marshanda menatap punggungnya dan tiba-tiba berdiri. "Reina."Langkah kaki Reina terhenti dan dia berbalik untuk menatapnya.Tiba-tiba, mata Marshanda menjadi sedikit memerah."Reina! Aku merasa sepertinya aku melakukan kesalahan."Selama sepuluh tahun terakhir, Marshanda telah bermimpi tentang masa lalu hingga berulang kali.Mimpi itu terjadi di masa lalu, ketika dia baru dijemput oleh Anthony.Saat itu, dia tidak memiliki niat licik. Saat pertama kali bertemu Reina, dia merasa bahwa Reina sangat baik.Reina akan memberinya pakaian yang bagus untuk dipakai!Memberikan makanan yang enak untuknya!Reina juga akan berbagi uang saku dengannya!Mungkin karena dia makin tua, ingatannya tentang ketika dia masih muda menjadi begitu jelas, dia pun bernostalgia.Mendengar Marshanda mengakui kesalahannya, Reina menunjukkan kerumitan di antara kedua alisnya."Itu semua sudah berlalu."Dia hanya mengatakan beberapa kata tanpa menyebutkan maaf.Marshanda memperha
Riki benar-benar tidak berubah, ucapannya sangat manis dan masih terus menempel kepadanya.Maxime hendak mengatakan sesuatu tentangnya.Riki melepaskan pelukannya pada Reina dan memujinya."Papa, hari ini Papa bersinar banget dan makin jantan saja. Aku mau belajar dari Papa."Maxime tidak terbujuk oleh perkataannya. "Kalau mau belajar dariku, ikuti kakakmu dan uruslah perusahaan keluarga."Riki menggaruk-garuk kepalanya ketika diminta mengurus perusahaan.Sayangnya, dia benar-benar tidak suka menjadi bos.Dia hanya ingin menjadi seorang penyanyi.Dia mewarisi bakat musik yang kuat dari Reina dan merupakan penyanyi generasi baru.Reina juga memahami kebenaran bahwa setiap anak memiliki potensinya sendiri dan keempat anaknya pun berbeda."Sudah, biarkan Riki melakukan apa pun yang dia inginkan, toh ada Riko yang ngurus perusahaan.""Atau nanti kalau Leo dan Liam sudah besar, mereka juga bisa bantu ngurus perusahaan."Maxime langsung diam begitu Reina berbicara.Riki berterima kasih kepad
Revin memang cukup terlambat saat menikah. Belakangan, dia menelepon Reina dan mengatakan bahwa dia punya anak.Maxime sedikit tercengang. "Dia punya anak dari mana? Bukannya dia nggak nikah?"Sejujurnya, Maxime juga mengagumi Revin.Sebagai seorang pria, dia sangat menyukai Reina dengan sepenuh hati dan perasannya tidak pernah berubah.Maxime menduga bahwa Revin tidak pernah menikah karena Reina.Setiap kali mendengar tentang Revin, Maxime langsung ketakutan, takut pria ini akan datang dan merebut istrinya."Katanya sih bayi tabung," kata Reina.Maxime mendengarkan dengan serius. "Siapa ibu dari anak itu?"Reina menggelengkan kepalanya. "Aku nggak tahu, katanya sih rahasia dan nggak ada yang tahu siapa ibu dari anak itu. Tapi, Revin sangat luar biasa. Gen yang dia pilih pasti sangat bagus juga."Mendengar ini, Maxime mengangguk setuju.Hatinya sangat lega.Dia sudah sangat tua, sekarang Revin akhirnya memiliki seorang anak sendiri. Dia seharusnya tidak lagi akan memiliki ketertarikan
Jess tidak tahu apa yang ada di pikiran Erik. Dia mengangkat tangannya dan menepuk pundaknya. "Bodoh, mana mungkin aku nikah sama orang lain, aku saja sudah punya kamu sama anak kita."Erik menganggukkan kepalanya dan tersenyum. "Aku tahu kalau istriku ini memang sangat mencintaiku. Cuma aku, 'kan?"Jess ragu-ragu sejenak, tetapi dengan cepat mengangguk."Ya, tentu saja."Keraguannya yang sangat tipis ini masih bisa ditangkap oleh Erik.Itu juga pertama kalinya Erik menyadari bahwa dia bisa menjadi begitu peka dan perasa, seperti seorang wanita.Dulu, hanya wanita yang selalu khawatir dia macam-macam. Sekarang, keadaan berbalik dan dia selalu mengkhawatirkan Jess.Ada pepatah yang ternyata memang benar.Jika dunia bertanya apa itu cinta, cinta adalah sesuatu yang bisa menaklukkan segalanya.Jess adalah orang yang bisa menaklukkannya....Lima belas tahun telah berlalu.Tanpa disadari, keempat putra Reina dan Maxime telah tumbuh dewasa dan semuanya sangat tampan.Riko adalah yang paling
Entah kebetulan atau tidak, Jess yang saat itu berada jauh di Kota Simaliki juga bermimpi.Dalam mimpi itu, dia benar-benar menikah dengan Morgan dan memiliki seorang anak.Ketika terbangun dari mimpi itu, entah kenapa hati Jess terasa kosong. Dia tidak tahu kenapa ada emosi rumit di dalam hatinya.Dia menoleh ke samping, melihat seorang anak kecil yang sedang tidur di sampingnya.Di sisi anak itu ada suaminya, Erik.Wajah pria itu terlihat tampan saat tidur. Saat sinar matahari menyinarinya, dia terlihat makin memukau.Sudut mulut Jess tanpa sadar terangkat. Dia mengulurkan tangan dan menyentuh putranya yang menggemaskan, sebelum meletakkan tangannya di sisi wajah Erik dan menyentuhnya.Erik merasakan sentuhan di wajahnya. Dengan mata terpejam, dia mengangkat tangannya dan meraih tangan Jess, menariknya ke pelukannya."Tanganmu dingin? Sini aku hangatkan." Dia bahkan tidak membuka matanya dan apa yang dia lakukan tampak natural.Jess memperhatikan tindakannya dan hatinya menjadi hanga
Mata sipit Maxime sedikit menyipit. "Apa itu?"Sulit untuk menyembunyikan ketegangan di wajah Morgan."Itu cuma koran. Aku bosan dan mau mengisi waktu luang. Jangan diambil, ya?"Melihat raut wajahnya, Maxime tahu bahwa itu jelas bukan koran biasa.Maxime kembali menepis Morgan, berjalan dengan cepat untuk mengambil koran itu.Maxime membukanya dan isinya penuh dengan informasi tentang Jess.Morgan menerjang ke arah Maxime, seolah-olah rahasianya telah terbongkar.Namun, dengan kondisi fisiknya saat ini, Maxime bisa menghindar dengan mudah.Suara Morgan terdengar serak, "Kembalikan, ini milikku!"Maxime menatapnya dengan acuh."Sepertinya kamu lebih peduli sama asistenmu itu daripada Nana."Morgan tersipu malu."Apa kamu bercanda? Siapa juga yang suka sama dia. Aku nggak tertarik sedikit pun sama dia."Dia masih bersikap keras kepala.Maxime bisa melihatnya. Aktingnya benar-benar sangat kentara."Kalau begitu akan aku bawakan koran lain biar kamu bisa baca."Setelah mengatakan itu, Max
"Sekarang, semuanya sudah jelas, jadi mulai sekarang kamu nggak perlu menjagaku lagi. Aku baik-baik saja," kata Reina.Namun, Maxime menggelengkan kepalanya. "Nggak, sekarang aku nggak terbiasa."Dia mengikuti Reina setiap hari, jadi tidak terbiasa jika harus terpisah darinya.Reina tidak berdaya ketika melihat ini."Baiklah, tapi kamu harus berubah secara perlahan."Terus menempel pada orang lain juga cukup merepotkan.Dia juga menginginkan waktu untuk dirinya sendiri.Maxime mengiakan, "Ya, terserah kamu saja."Keesokan harinya.Maxime benar-benar tidak mengikuti Reina ke tempat kerja. Dia mengutus seseorang untuk menjaganya, sementara dia sendiri kembali ke IM Group untuk bekerja.Ketika Gaby dan Sisil mengetahui bahwa Maxime telah kembali ke IM Group, mereka semua terlihat terkejut."Kenapa Pak Maxime tiba-tiba berubah pikiran?" Gaby terkejut.Sisil berbisik, "Bos, apa kalian bertengkar?"Reina menggelengkan kepalanya. "Nggak kok, hubungan kami baik-baik saja. Aku mencoba bicara ba